Doa Adalah dan Sepatutnya Bersifat Trinitarian

Pendahuluan: Apakah Kita Berdoa secara Trinitarian?
Bagi banyak orang Kristen, doa adalah bagian penting dalam hidup rohani. Namun, sedikit yang menyadari bahwa doa sejati dalam iman Kristen bersifat Trinitarian—yakni ditujukan kepada Bapa, melalui Anak, dan dalam Roh Kudus. Ini bukan sekadar struktur formal, melainkan inti dari relasi rohani antara manusia dengan Allah yang hidup.
Dalam teologi Reformed, relasi dengan Allah tidak bisa dipisahkan dari karya dan keberadaan Tritunggal Mahakudus: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Doa bukanlah aktivitas spiritual netral, tetapi persekutuan pribadi antara ciptaan dan Allah Tritunggal.
Artikel ini akan membahas secara sistematis, biblika, dan teologis, bagaimana dan mengapa doa harus bersifat Trinitarian, berdasarkan pandangan teolog-teolog Reformed seperti John Calvin, Louis Berkhof, Herman Bavinck, R.C. Sproul, John Owen, Martyn Lloyd-Jones, dan John Piper.
1. Apa Itu Doa Trinitarian?
a. Definisi Umum
Doa Trinitarian adalah doa yang:
-
Ditujukan kepada Allah Bapa sebagai Pribadi pertama dalam Tritunggal.
-
Didasarkan dan dimungkinkan oleh karya perantaraan Yesus Kristus, Anak Allah.
-
Dilakukan dalam kuasa dan pimpinan Roh Kudus, yang membantu kita dalam kelemahan.
“Sebab oleh Dia (Kristus) kita beroleh jalan masuk kepada Bapa dalam satu Roh.”
(Efesus 2:18)
b. Berdoa Bukan Hanya Mengucap, Tapi Berelasi
Teologi Reformed menekankan bahwa:
-
Doa adalah respon anak kepada Bapa, oleh karena Roh Kudus menanamkan jiwa adopsi.
-
Kita berdoa bukan untuk "menggapai" Allah, tetapi karena telah diundang masuk ke dalam persekutuan Tritunggal.
2. Dasar Alkitabiah untuk Doa Trinitarian
a. Kepada Bapa
“Bapa kami yang di surga...”
(Matius 6:9)
Yesus sendiri mengajar murid-murid-Nya untuk berdoa kepada Bapa. Ini menunjukkan relasi yang intim, pribadi, dan penuh kasih.
b. Melalui Anak
“Apa pun yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, akan diberikan kepadamu.”
(Yohanes 16:23)
Hanya melalui pengantaraan Yesus, kita bisa berani datang ke hadapan Allah.
c. Dalam Roh Kudus
“Roh membantu kita dalam kelemahan kita... Roh sendiri berdoa untuk kita dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan.”
(Roma 8:26)
Roh Kudus:
-
Mendorong kita untuk berdoa (Galatia 4:6).
-
Membentuk isi dan arah doa kita.
-
Menumbuhkan kerinduan akan Bapa dan Kristus.
3. John Calvin: Doa Adalah Latihan Iman yang Terarah kepada Allah Tritunggal
Dalam Institutes of the Christian Religion, John Calvin menyatakan bahwa:
“Tanpa Roh, kita tidak mungkin benar-benar berdoa. Tanpa Kristus, kita tidak layak mendekati Allah. Tanpa Bapa, tidak ada tujuan doa.”
Poin dari Calvin:
-
Doa harus berdasarkan wahyu Tritunggal, bukan spekulasi manusia.
-
Kita mengenal Bapa hanya melalui Anak, dan kita datang kepada Bapa hanya karena digerakkan oleh Roh.
4. Louis Berkhof: Struktur Tritunggal dalam Doa Kristen
Dalam Systematic Theology, Berkhof membagi peran Tritunggal dalam doa:
Pribadi Allah | Peran dalam Doa |
---|---|
Bapa | Tujuan doa, penerima doa |
Anak (Kristus) | Jalan dan dasar doa (perantara) |
Roh Kudus | Penggerak dan pembantu dalam doa |
“Doa Kristen sejati bersandar pada Allah Tritunggal. Tanpa Kristus dan Roh, tidak mungkin ada persekutuan sejati dengan Bapa.”
5. Herman Bavinck: Doa adalah Persekutuan dengan Allah yang Pribadi
Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyatakan:
“Karena kita mengenal Allah sebagai Tritunggal, maka doa kita pun mencerminkan kehidupan Allah Tritunggal itu.”
Makna Bavinck:
-
Doa bukan aktivitas impersonal, tetapi interaksi cinta kasih antara pribadi.
-
Kehidupan doa yang sejati mengikuti struktur relasional Allah sendiri.
6. John Owen: Roh Kudus dan Kehidupan Doa
John Owen, teolog Puritan Reformed, menulis secara ekstensif tentang peran Roh Kudus dalam doa:
“Roh memberi kita keinginan untuk berdoa, dan juga membentuk isi doa itu agar sesuai dengan kehendak Allah.”
Tanpa Roh Kudus:
-
Doa menjadi ritual kosong.
-
Hati tidak tersentuh.
-
Tidak ada dorongan untuk mencari wajah Allah.
7. Martyn Lloyd-Jones: Tidak Ada Doa Sejati Tanpa Tritunggal
Lloyd-Jones menegaskan:
“Doa Kristen bukan sekadar spiritualitas umum. Itu adalah persekutuan dengan Allah Bapa, melalui Anak, dalam Roh Kudus.”
Doa tanpa Tritunggal adalah:
-
Sekadar meditasi.
-
Kegiatan psikologis.
-
Tidak membawa manusia ke dalam hadirat Allah yang sejati.
8. John Piper: Doa Adalah Undangan ke Dalam Komuni Tritunggal
John Piper menggambarkan doa sebagai:
“Partisipasi dalam kehidupan kasih dan kemuliaan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus.”
Bagi Piper:
-
Doa adalah ekspresi dari kegembiraan dalam Allah.
-
Kita diundang untuk masuk ke dalam relasi kasih yang telah ada dari kekekalan.
9. Apa yang Terjadi Ketika Doa Tidak Trinitarian?
a. Berdoa Kepada "Allah" Tanpa Kristus
-
Mengabaikan pengantaraan Anak berarti mengabaikan satu-satunya jalan kepada Bapa (Yohanes 14:6).
-
Doa menjadi tidak sah secara teologis.
b. Berdoa dengan Usaha Sendiri, Tanpa Roh
-
Menjadikan doa sebagai beban, bukan persekutuan.
-
Mengandalkan perasaan, bukan pimpinan ilahi.
“Kita tidak tahu bagaimana harus berdoa, tetapi Roh membantu kita.” (Roma 8:26)
10. Praktik Doa Trinitarian dalam Hidup Sehari-hari
a. Sadari Siapa yang Kau Tuju
-
Saat berdoa, kenali Bapa sebagai Pribadi yang penuh kasih dan keadilan.
b. Dasarkan Doa pada Kristus
-
Akhiri doa “dalam nama Yesus” bukan sebagai formalitas, tetapi sebagai pengakuan bahwa hanya melalui Dia kita diterima.
c. Minta Roh Kudus Membimbing
-
Sebelum berdoa: “Roh Kudus, tuntunlah aku. Bentuklah hatiku agar selaras dengan kehendak-Mu.”
11. Contoh Doa Trinitarian
“Bapa Surgawi,
aku datang kepada-Mu bukan karena aku layak,
tetapi karena Yesus Kristus telah mati dan bangkit bagiku.
Terima kasih karena melalui Dia, aku bisa menyebut-Mu Bapa.
Tolong aku, ya Roh Kudus, untuk berdoa seperti yang seharusnya.
Ajarkan aku, ubahkan aku, dan pimpinlah aku agar hidupku memuliakan Engkau.
Dalam nama Yesus aku berdoa,
Amin.”
Kesimpulan: Doa yang Sejati Selalu Bersifat Trinitarian
Doa bukan sekadar komunikasi manusia kepada kekuatan spiritual. Dalam terang teologi Reformed, doa adalah partisipasi dalam kehidupan Allah Tritunggal.
-
Bapa adalah tujuan dan penerima doa.
-
Kristus adalah dasar dan jalan satu-satunya.
-
Roh Kudus adalah penggerak dan pembimbing.
Berdoalah secara sadar akan realitas Tritunggal itu. Maka doamu akan:
-
Lebih bermakna.
-
Lebih sesuai dengan Injil.
-
Lebih penuh kuasa.
“Karena oleh Dia (Yesus), dalam satu Roh, kita mempunyai jalan masuk kepada Bapa.”
(Efesus 2:18)