KELAHIRAN YESUS KRISTUS (7)
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Matius 2:1-12 - “(1) Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem (2) dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.’ (3) Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. (4) Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. (5) Mereka berkata kepadanya: ‘Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: (6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel.’ (7) Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. (8) Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: ‘Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.’ (9) Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. (10) Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. (11) Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibuNya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepadaNya, yaitu emas, kemenyan dan mur. (12) Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.”.
gadget, otomotif, asuransi |
Berbeda dengan orang-orang Yahudi dalam Matius 13 itu, orang-orang Majus ini tidak dihalangi oleh hal-hal lahiriah dari Yesus, dan tetap menyembahNya, dan memberikan persembahan-persembahan kepadaNya.
Pulpit Commentary: “They saw the young Child with Mary his mother. It was not as they had, perhaps, expected; there were no outward signs of royalty, no pomp, no guards, no courtiers; only a manger, or now, perhaps, some poor cottage; very different from the stately palace where they had left the proud, wicked Herod. But their faith was not shaken by these mean surroundings; they recognized the little Child as the King Messiah; they paid him the worship which they had come to render; they fell down and worshipped him - him, we mark, not the virgin-mother. Worship was the end, the object, of their long journey. It is the end of ours; the heavenly worship before the throne is the high hope that brightens the Christian life. They made their offerings to the infant Christ. True worship involves offerings; they will give of their means who first have given their hearts; they freely give who have freely received; they who have found Christ count all earthly wealth as dross in comparison with the heavenly riches.” [= Mereka melihat Anak muda itu bersama Maria, ibuNya. Itu mungkin bukanlah seperti yang mereka harapkan; di sana tidak ada tanda-tanda lahiriah / luar tentang raja, tidak ada kemegahan, tidak ada penjaga-penjaga / pengawal-pengawal, tidak ada anggota-anggota istana; hanya sebuah palungan, atau sekarang, mungkin, suatu gubuk yang buruk; sangat berbeda dari istana yang megah dimana mereka telah meninggalkan Herodes yang sombong dan jahat. Tetapi iman mereka tidak digoncangkan oleh keadaan sekeliling yang buruk ini; mereka mengenali Anak kecil itu sebagai sang Raja Mesias; mereka memberikan kepada Dia penyembahan yang mereka datang untuk berikan; mereka jatuh tersungkur dan menyembah Dia - Dia, kami perhatikan / tekankan, bukan sang ibu yang perawan. Penyembahan adalah tujuan, obyek, dari perjalanan panjang mereka. Itu adalah tujuan dari perjalanan kita; penyembahan surgawi di hadapan takhta adalah pengharapan yang tinggi yang menerangi kehidupan Kristen. Mereka memberikan persembahan-persembahan kepada bayi Kristus. Penyembahan yang benar mencakup persembahan-persembahan; mereka akan memberi dari kekayaan mereka yang pertama-tama telah memberikan hati mereka; mereka memberi dengan murah hati / royal yang telah menerima dengan murah hati / royal; mereka yang telah menemukan Kristus memperhitungkan / menganggap semua kekayaan duniawi sebagai kotoran / hal yang remeh dalam perbandingan dengan kekayaan surgawi.].
Matthew Henry: “We may well imagine their expectations were raised to find this royal babe, though slighted by the nation, yet honourably attended at home; and what a disappointment it was to them when they found a cottage was his palace, and his own poor mother all the retinue he had! Is this the Saviour of the world? Is this the King of the Jews, nay, and the Prince of the kings of the earth? Yes, this is he, who, though he was rich, yet, for our sakes, became thus poor. However, these wise men were so wise as to see through this veil, and in this despised babe to discern the glory as of the Only-begotten of the Father; they did not think themselves balked or baffled in their enquiry; but, as having found the King they sought, they presented themselves first, and then their gifts, to him.” [= Kita bisa membayangkan dengan baik pengharapan-pengharapan mereka diangkat / ditinggikan untuk mendapati Bayi raja ini, sekalipun diremehkan oleh bangsa itu, tetapi dilayani secara terhormat di rumah; dan betul-betul suatu kekecewaan bagi mereka pada waktu mereka menemukan suatu gubuk adalah istanaNya, dan ibuNya sendiri yang miskin adalah semua pelayan / rombongan yang Ia miliki! Inikah sang Juruselamat dunia? Inikah Raja orang-orang Yahudi, bahkan Pangeran / Raja dari raja-raja dunia? Ya, ini adalah Dia, yang, sekalipun Ia kaya, tetapi demi kepentingan kita, menjadi miskin seperti itu (2Kor 8:9). Tetapi, orang-orang bijaksana / Majus ini begitu bijaksana sehingga melihat melalui kerudung ini, dan dalam Bayi yang direndahkan ini mengenali kemuliaan dari Anak Tunggal Bapa; mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri berhenti atau bingung dalam pencarian mereka; tetapi, setelah menemukan Raja yang mereka cari, mereka pertama-tama mempersembahkan diri mereka sendiri, dan lalu pemberian-pemberian mereka, kepada Dia.].
2Korintus 8:9 - “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya.”.
Calvin: “So revolting a sight might naturally have created an additional prejudice; for Christ was so far from having aught of royalty surrounding him, that he was in a meaner and more despised condition than any peasant child. But they are convinced that he is divinely appointed to be a King. This thought alone, deeply rooted in their minds, procures their reverence. They contemplate in the purpose of God his exalted rank, which is still concealed from outward view. Holding it for certain, that he will one day be different from what he now appears, they are not at all ashamed to render to him the honors of royalty.” [= Penglihatan yang begitu menjijikkan itu bisa secara alamiah telah menciptakan suatu prasangka tambahan; karena Kristus begitu jauh dari mempunyai apapun dari raja mengelilingi Dia, sehingga Ia berada dalam keadaan yang lebih hina dan lebih menjijikkan dari pada anak orang rendahan manapun. Tetapi mereka diyakinkan bahwa Ia ditetapkan secara Ilahi sebagai seorang Raja. Pemikiran ini saja, berakar secara mendalam dalam pikiran-pikiran mereka, menghasilkan penghormatan / rasa takut mereka. Mereka mempertimbangkan / merenungkan dalam rencana Allah kedudukanNya yang tinggi, yang tetap tersembunyi dari pandangan luar. Mempertahankannya sebagai kepastian, bahwa suatu hari Ia akan menjadi lain dari apa kelihatannya Ia sekarang, mereka sama sekali tidak malu untuk memberikan kepada Dia penghormatan raja.].
Calvin (tentang ay 1): “A beautiful instance of real harmony, amidst apparent contradiction, is here exhibited. A star from heaven announces that he is a king, to whom a manger, intended for cattle, serves for a throne, because he is refused admittance among the lowest of the people. ... Why is this? The heavenly Father chose to appoint the star and the Magi as our guides, to lead directly to his Son: while he stripped him of all earthly splendor, for the purpose of informing us that his kingdom is spiritual.” [= Suatu contoh yang indah dari keharmonisan yang nyata, di tengah-tengah apa yang kelihatannya kontradiksi, ditunjukkan di sini. Suatu bintang dari surga mengumumkan bahwa Ia adalah seorang Raja, bagi siapa sebuah palungan, dimaksudkan untuk ternak, berfungsi sebagai sebuah takhta, karena Ia ditolak / tidak diterima di antara orang-orang yang paling rendah. ... Mengapa begini? Bapa surgawi memilih untuk menetapkan bintang dan orang-orang Majus sebagai pembimbing-pembimbing kita, untuk membimbing secara langsung kepada AnakNya: pada waktu / sementara Ia dilucuti dari semua kemegahan duniawi, dengan tujuan memberi informasi kepada kita bahwa kerajaanNya adalah bersifat rohani.].
4. Penyembahan yang bagaimana yang orang-orang Majus berikan kepada Yesus?
Kalau hanya dilihat dari kata ‘menyembah’ yang digunakan, maka kata itu bisa digunakan baik untuk penyembahan terhadap Allah maupun terhadap manusia (Clarke).
Adam Clarke: “‘To worship him.’ Or, To do him homage; PROSKUNEESAI AUTOO. The word PROSKUNEOO, which is compounded of PROS, to, and KUOON, a dog, signifies to crouch and fawn like a dog at his master’s feet. It means, to prostrate oneself to another, according to the eastern custom, which is still in use. In this act, the person kneels, and puts his head between his knees, his forehead at the same time touching the ground. It was used to express both civil and religious reverence.” [= ‘Menyembah Dia’. Atau, memberikan Dia penghormatan; PROSKUNESAI AUTO. Kata PROSKUNEO, yang digabungkan dari PROS, ‘kepada’, dan KUON, ‘seekor anjing’, berarti mendekam dan menjilat seperti seekor anjing di kaki tuannya. Itu berarti, meniarapkan diri sendiri kepada orang lain, sesuai dengan tradisi Timur, yang masih tetap digunakan. Dalam tindakan ini, orang itu berlutut, dan meletakkan kepalanya di antara lutut-lututnya, dahinya pada saat yang sama menyentuh tanah. Itu digunakan untuk menyatakan baik penghormatan sekuler maupun agamawi.].
Tetapi adalah aneh bahwa dalam kontext seperti ini ada orang-orang yang memperdebatkan penyembahan yang bagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Majus itu (Matthew Poole).
Matthew Poole: “‘And are come to worship him’: whether worshipping here signifieth only a civil honour, which those Eastern nations ordinarily gave unto great princes, or that religious homage and adoration which was due unto the Messias, is variously opened by interpreters.” [= ‘Dan datang untuk menyembah Dia’: apakah penyembahan di sini hanya berarti suatu penghormatan warga negara, yang biasanya bangsa-bangsa Timur itu berikan kepada pangeran-pangeran / raja-raja yang agung, atau penghormatan dan pemujaan agamawi yang merupakan hak sang Mesias, terbuka dengan bermacam-macam oleh para penafsir.].
Calvin: “So far as respects themselves, they had not come to render to Christ such pious worship, as is due to the Son of God, but intended to salute him, according to the Persian custom, as a very eminent King. For their views, with regard to him, probably went no farther, than that his power and exalted rank would be so extraordinary as to impress all nations with just admiration and reverence. It is even possible, that they wished to gain his favor beforehand, that he might treat them favorably and kindly, if he should afterwards happen to possess dominion in the east.” [= Sejauh berkenaan dengan diri mereka sendiri, mereka tidak datang untuk memberikan kepada Kristus suatu penyembahan yang saleh seperti itu, seperti yang adalah hak dari Anak Allah, tetapi bermaksud menghormati Dia, sesuai dengan kebiasaan / tradisi Persia, sebagai seorang Raja yang sangat menonjol. Karena pandangan-pandangan mereka, berkenaan dengan Dia, mungkin tidak pergi / berjalan lebih jauh, dari pada bahwa kuasa dan posisiNya yang ditinggikan akan menjadi begitu luar biasa sehingga mengesankan semua bangsa dengan penghormatan dan rasa takut yang benar. Bahkan adalah memungkinkan, bahwa mereka ingin mendapatkan perkenanNya sebelumnya, supaya Ia bisa memperlakukan mereka secara positif dan baik, jika Ia belakangan memiliki kekuasaan di Timur.].
Catatan: saya menganggap pandangan Calvin berkenaan dengan hal ini sangat buruk, karena dengan demikian segala pimpinan dari Tuhan menggunakan bintang dsb, menjadi tidak ada artinya bagi orang-orang Majus ini.
Pulpit Commentary: “Ver. 11. - Worshipping a Babe. The word ‘worship’ is a confusing word. It is applied to human beings, and it is applied to God. It means, ‘offer homage as to a king;’ it means, ‘reverently acknowledge as Divine.’ Really the word seems only to mean, ‘acknowledge the worth of.’ We speak of magistrates as ‘your worship.’ We speak of the service of the Churches as ‘worship.’ But when we use the word carefully, we limit it to ‘paying Divine honours,’ ‘venerating with religious rites.’ We cannot, however, assume that these Eastern Magi worshipped the Babe in the higher, spiritual sense, recognizing in him the manifested God. We have simply that anticipative homage which was due to one who would prove to be a great King. Their attitude implies the Eastern homage offered to a King.” [= Ay 11. - Menyembah / penyembahan seorang Bayi. Kata ‘menyembah’ adalah suatu kata yang membingungkan. Itu diterapkan kepada manusia, dan itu diterapkan kepada Allah. Itu berarti, ‘memberikan penghormatan berkenaan dengan / seperti kepada seorang raja’; itu berarti, ‘dengan hormat mengakui sebagai Ilahi’. Sesungguhnya kata itu kelihatannya hanya berarti, ‘mengakui nilai / kwalitet dari’. Kita berbicara tentang hakim-hakim sebagai ‘your worship’ / ‘Yang Mulia’. Kita berbicara tentang ibadah dari Gereja-gereja sebagai ‘penyembahan’. Tetapi pada waktu kita menggunakan kata itu dengan hati-hati / teliti, kita membatasinya pada ‘memberikan penghormatan Ilahi’, ‘pemujaan dengan upacara-upacara agamawi’. Tetapi, kita tidak bisa menganggap bahwa orang-orang Majus dari Timur ini menyembah sang Bayi dalam arti yang lebih tinggi dan rohani, karena mengenali dalam Dia Allah yang dinyatakan. Kita hanya mempunyai antisipasi penyembahan itu yang harus diberikan kepada Orang yang terbukti sebagai seorang Raja yang besar / agung. Sikap mereka secara implicit menunjukkan penghormatan Timur yang diberikan kepada seorang Raja.].
Catatan: perhatikan kalimat yang saya beri garis bawah ganda itu. Kalau ditinjau dari sudut bahasa Inggris itu memang benar, tetapi apakah kita menafsirkan Alkitab dengan menggunakan asal usul kata dalam bahasa Inggris?
International Standard Bible Encyclopedia (Revised Edition): “‘Worship’ is from the Saxon / Old English word ‘weorthscipe’ or ‘weordhscipe,’ which means ‘worthship’ or worthiness. This connotes actions motivated by an attitude that reveres, honors, or describes the worth of another person or object.” [= ‘Worship’ berasal dari kata Saxon / Inggris kuno ‘weorthscipe’ atau ‘weordhscipe’, yang berarti ‘worthship’ atau kelayakan. Ini mengandung arti tindakan-tindakan yang dimotivasi oleh suatu sikap yang takut, menghormat, atau menggambarkan kelayakan dari seorang atau sebuah obyek yang lain.] - PC Study Bible 5.
Pulpit Commentary: “We must learn to worship here; it is the training for the heavenly life. Worship is not merely prayer; it includes prayer, but it is more. It does not consist simply in asking for what we need to supply our own wants. It is unselfish; its end is the glory of God. They who are learning here the true and heavenly worship are learning to approach God, to seek the presence of God, not only for their own deep necessities - they must indeed seek him for that, but not for that only - they seek his face for himself, because he is so great, so glorious, so holy, so gracious. He himself is the exceeding great Reward of his chosen. These Gentiles teaches us Christians what so many of us forget, the duty of unselfish worship - simple, heartfelt adoration.” [= Kita harus belajar menyembah di sini; itu adalah latihan untuk kehidupan surgawi. Penyembahan bukanlah semata-mata doa; ITU MENCAKUP DOA, tetapi itu lebih lagi. Itu bukan terdiri sekedar dari permintaan untuk apa yang kita butuhkan untuk menyuplai kebutuhan-kebutuhan kita sendiri. Itu adalah tidak egois; tujuannya adalah kemuliaan Allah. Mereka yang sedang mempelajari penyembahan yang benar dan surgawi di sini, sedang mempelajari untuk mendekati Allah, untuk mencari kehadiran Allah, bukan hanya untuk kebutuhan-kebutuhan mendalam dari mereka sendiri - mereka memang harus mencari Dia untuk itu, tetapi bukan hanya untuk itu - mereka mencari wajahNya untuk Dia sendiri, karena Dia begitu besar / agung, begitu mulia, begitu kudus, begitu murah hati / bersifat kasih karunia. Ia sendiri adalah Pahala / Upah yang sangat besar dari orang-orang pilihanNya. Orang-orang non Yahudi ini mengajar kita orang-orang Kristen apa yang begitu banyak dari kita lupakan, kewajiban dari penyembahan / ibadah yang tidak egois - pemujaan yang sederhana, dirasakan di dalam hati / dirasakan dengan sungguh-sungguh.].
Saya secara mutlak lebih menyetujui pandangan para penafsir di bawah ini, seperti Matthew Henry, Jamieson, Fausset & Brown, dan Spurgeon, yang menganggap bahwa ini merupakan penyembahan agama / rohani terhadap Allah.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘And are come to worship him.’ - ‘to do Him homage,’ as the word PROSKUNEESAI signifies; the nature of that homage depending on the circumstances of the case. That not civil but religious homage is meant here is plain from the whole strain of the narrative, and particularly Matt 2:11.” [= ‘Dan datang untuk menyembah Dia’ - ‘memberikan penghormatan kepadaNya’, sebagaimana kata PROSKUNEESAI berarti; sifat dari penghormatan itu tergantung pada keadaan-keadaan dari kasusnya. Bahwa bukan penghormatan sipil tetapi agamawi yang dimaksudkan di sini adalah jelas dari seluruh nada dari cerita, dan secara khusus Matius 2:11.].
Sebagai argumentasi, Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa kata yang diterjemahkan ‘mempersembahkan persembahan’ (ay 11) sering digunakan dalam Perjanjian Lama berkenaan dengan persembahan kepada Allah (mungkin ia maksudkan LXX), dan dalam Perjanjian Baru digunakan 7 x dan selalu menunjuk pada persembahan dalam arti agamawi kepada Allah.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘And fell down and worshipped him.’ Clearly this was no civil homage to a petty Jewish king, whom these star-guided strangers came so far, and inquired so eagerly, and rejoiced with such exceeding joy to pay, but a lofty spiritual homage. The next clause confirms this. ‘And when they had opened their treasures, they presented (rather, ‘offered’) unto him gifts,’ (PROSEENENGKAN AUTOO DOORA). This expression, used frequently in the Old Testament of the oblations presented to God, is in the New Testament employed seven times, and always in a religious sense of offerings to God. Beyond doubt, therefore, we are to understand the presentation of these giftsby the Magi as a religious offering.” [= ‘Dan jatuh tersungkur dan menyembah Dia’. Jelas ini bukanlah penghormatan warga negara kepada seorang raja Yahudi yang remeh, yang diberikan orang-orang asing yang dibimbing bintang ini datang dari begitu jauh dan bertanya-tanya dengan begitu bersemangat, dan bersukacita dengan sukacita yang begitu besar, tetapi suatu penghormatan rohani yang tinggi. Anak kalimat selanjutnya meneguhkan hal ini. ‘Dan pada waktu mereka telah membuka hadiah / benda-benda berharga mereka, mereka memberikan (lebih tepat ‘mempersembahkan’) kepadaNya pemberian-pemberian’, (PROSEENENGKAN AUTOO DOORA). Ungkapan ini, digunakan secara sering dalam Perjanjian Lama tentang persembahan yang diberikan kepada Allah, digunakan dalam Perjanjian Baru tujuh kali, dan selalu dalam suatu arti agamawi tentang / dari persembahan-persembahan kepada Allah. Karena itu, tak diragukan, kita harus mengerti pemberian dari pemberian-pemberian oleh orang-orang Majus ini sebagai suatu persembahan agamawi.].
Sebagai argumentasi lain, beberapa penafsir mengatakan: kalau memang mereka menyembah Yesus sebagai seorang raja biasa, mengapa mereka tidak menyembah Herodes, yang juga adalah seorang raja?
Pulpit Commentary: “II. HOW DO THEY WORSHIP? 1. They worship Jesus as the King of the Jews. (1) ‘They fell down,’ etc., put themselves into that attitude which Orientals are accustomed to assume in presence of royalty. ... 2. They worship Jesus as the Christ of God. (1) They did not journey from the distant East to pay respect to an ordinary prince. The star had marked this prince as extraordinary and supernatural. Prophecy also had declared him to be Divine. (2) These Gentiles, in coming to the King of the Jews, claimed an interest in his kingdom. They did not honour Herod as they honoured Jesus. Neither did they pay religious worship to Mary.” [= II. Bagaimana mereka menyembah? 1. Mereka menyembah Yesus sebagai Raja orang-orang Yahudi. (1) ‘Mereka tersungkur’, dst., meletakkan diri mereka sendiri ke dalam sikap itu, yang biasa diambil orang-orang Timur di hadapan raja. ... 2. Mereka menyembah Yesus sebagai sang Kristus dari Allah. (1) Mereka tidak melakukan perjalanan dari Timur yang jauh untuk memberikan penghormatan kepada seorang pangeran / raja biasa. Bintang telah menandai pangeran / raja ini sebagai luar biasa dan supranatural. Nubuat juga telah menyatakan Dia sebagai Ilahi. (2) Orang-orang non Yahudi ini, dalam datang kepada Raja dari orang-orang Yahudi, mengclaim suatu partisipasi dalam kerajaanNya. Mereka tidak menghormati Herodes seperti mereka menghormati Yesus. Juga mereka tidak memberikan penyembahan agamawi kepada Maria.].
Catatan: Jangan heran kalau tafsiran-tafsiran dari Pulpit Commentary saling bertentangan karena buku tafsiran ini memberikan tulisan-tulisan dari banyak orang.
Matthew Henry: “They presented themselves to him: they fell down, and worshipped him. We do not read that they gave such honour to Herod, though he was in the height of his royal grandeur; but to this babe they gave this honour, not only as to a king (then they would have done the same to Herod), but as to a God. Note, All that have found Christ fall down before him; they adore him, and submit themselves to him. ‘He is thy Lord, and worship thou him.’ It will be the wisdom of the wisest of men, and by this it will appear they know Christ, and understand themselves and their true interests, if they be humble, faithful worshippers of the Lord Jesus.” [= Mereka memberikan / mempersembahkan diri mereka sendiri kepada Dia: mereka jatuh tersungkur, dan menyembah Dia. Kami tidak membaca bahwa mereka memberikan penghormatan seperti itu kepada Herodes, sekalipun ia ada dalam keagungan kerajaannya yang tertinggi; tetapi kepada Bayi ini mereka memberikan penghormatan ini, bukan hanya seperti kepada seorang raja (kalau demikian mereka akan sudah melakukan hal yang sama terhadap Herodes), tetapi seperti kepada Allah. Perhatikan, Semua orang yang telah menemukan Kristus jatuh tersungkur di hadapanNya; mereka memuja Dia, dan menundukkan diri mereka sendiri kepada Dia. ‘Ia adalah Tuhanmu, sembahlah Dia’ (Maz 45:12). Itu adalah kebijaksanaan dari orang-orang yang paling bijaksana, dan dengan ini terlihat bahwa mereka mengenal Kristus, dan mengerti diri mereka sendiri dan kepentingan-kepentingan mereka sendiri, jika mereka adalah penyembah-penyembah yang rendah hati, setia, dari Tuhan Yesus.].
BACA JUGA: MENGUDUSKAN HARI SABAT
Mazmur 45:12 - “Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya!”.
KJV: ‘for he is thy Lord; and worship thou him.’ [= karena Ia adalah Tuhanmu; dan sembahlah Dia.].
Catatan: Maz 45 jelas adalah Mazmur tentang Mesias. Maz 45:7 dikutip dalam Ibr 1:8 dan ditujukan kepada Yesus.
Mazmur 45:7 - “Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.”.
Ini terjemahannya salah.
KJV: ‘Thy throne, O God,’ [= TakhtaMu, ya Allah,].
Ibrani 1:8 - “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran.”.
KJV: ‘But unto the Son he saith,’ [= Tetapi kepada Anak, Ia berkata,].
C. H. Spurgeon: “These wise men were not Unitarian, who disbelieved the deity of Christ. It has been said by some that they only meant that they were come to pay him the homage of a king. Then, why did they not worship Herod, and why did Herod say that he wished to worship him? It will not do, the thought is not to be endured for a single moment. The magi believed that he who was born King of the Jews was more than a human being, and they had come to worship him.” [= Orang-orang bijaksana ini bukanlah Unitarian, yang tidak mempercayai keAllahan Kristus. Telah dikatakan oleh beberapa orang bahwa mereka hanya memaksudkan untuk datang dan memberikan penghormatan dari seorang raja. Lalu, mengapa mereka tidak menyembah Herodes, dan mengapa Herodes berkata bahwa ia ingin menyembahNya? Itu tidak cocok, pemikiran itu tidak boleh ditoleransi / dibiarkan sebentarpun. Orang-orang Majus itu percaya bahwa Ia yang dilahirkan sebagai Raja orang Yahudi adalah lebih dari seorang manusia, dan mereka telah datang untuk menyembahNya.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 33.
c) Penafsiran salah / sesat tentang orang-orang Majus yang menemukan Yesus.
Pulpit Commentary: “What led them to the Christ? The mysterious star. The brightest light that shone in the Gentile firmament was but as a star compared with the Sun of Righteousness. There were good men among the heathen - men who in the darkness felt after the truth, if haply they might find it; who showed the work of the law written in their hearts; men like Socrates, Plato, Epictetus, earnest seekers after God. Their knowledge was as a star, beautiful, but pale; very limited in range and power, glimmering in the darkness. STILL, IT WAS ENOUGH, WE CANNOT DOUBT, FOR THEIR SALVATION. Their conscience bore witness; if they followed its guidance it would bring them safe to their journey’s end. That guiding star, conscience, the candle of the Lord within us, tells us of sin, of judgment, of salvation. It is set in our hearts to lead us to the Saviour. God grant that we may find him!” [= Apa yang membimbing mereka kepada Kristus? Bintang yang misterius. Terang yang paling terang yang bersinar di cakrawala orang-orang non Yahudi hanyalah sebuah bintang dibandingkan dengan Sang Surya Kebenaran. Di sana ada orang-orang baik di antara orang-orang kafir - orang-orang yang dalam kegelapan mencari kebenaran, jika kebetulan mereka bisa menemukannya; yang menunjukkan pekerjaan dari hukum Taurat tertulis dalam hati mereka; orang-orang seperti Socrates, Plato, Epictetus, pencari-pencari Allah yang sungguh-sungguh. Pengetahuan mereka adalah seperti sebuah bintang, indah, tetapi pucat; sangat terbatas dalam jarak dan kuasa, bersinar secara redup dalam kegelapan. TETAP, ITU ADALAH CUKUP, KAMI / KITA TAK BISA MERAGUKAN, UNTUK KESELAMATAN MEREKA. Hati nurani mereka memberi kesaksian; jika mereka mengikuti bimbingannya, itu akan membimbing mereka dengan aman sampai akhir perjalanan mereka. Bintang yang membimbing itu, hati nurani, lilin dari Tuhan di dalam kita, memberitahu kita tentang dosa, tentang penghakiman, tentang keselamatan. Itu diletakkan dalam hati kita untuk membimbing kita kepada sang Juruselamat. Kiranya Allah mengaruniakan sehingga kita bisa menemukan Dia!].
Catatan: Ini salah / sesat! Jelas tidak semua orang kafir mendapat bimbingan Tuhan untuk menemukan Yesus. Hati nurani hanya bisa menunjukkan dosa, tetapi tidak bisa menunjukkan Yesus / jalan keselamatan, apalagi untuk orang-orang yang hidup sebelum jaman Yesus. Kalau hati nurani sudah cukup untuk bisa menemukan Yesus, Tuhan tak perlu memberikan firmanNya / Alkitab kepada kita! Tetapi bagusnya, penulis itu tetap menekankan perlunya Juruselamat bagi siapapun untuk bisa diselamatkan. Dalam kata-kata selanjutnya, dalam khotbah yang sama, ia berkata sebagai berikut:
Pulpit Commentary: “The learned need a Saviour as much as the ignorant; the Magians must come to Christ as well as the shepherds. The best and holiest need him as much as the most sinful, the blessed virgin as much as the publican and the sinner.” [= Orang-orang terpelajar membutuhkan seorang Juruselamat sama seperti orang-orang yang bodoh / tak mempunyai pengetahuan. Orang-orang Majus harus datang kepada Kristus sama seperti para gembala. Orang-orang yang terbaik dan paling suci membutuhkan Dia sama seperti orang yang paling berdosa, sang perawan yang diberkati sama seperti pemungut cukai dan orang berdosa.].
Catatan: kata-kata yang saya garis-bawahi itu pasti menunjuk kepada Maria. Kita tidak mempercayai kesucian Maria. Alkitab dengan jelas sekali mengatakan bahwa semua manusia berdosa.
BACA JUGA: KELAHIRAN YESUS KRISTUS (8)
Roma 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”.
Pkh 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.
Ayub 25:4 - “Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?”.
Dan Alkitab hanya mengecualikan Yesus, bukan Maria!
Ibrani 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.
2Korintus 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.
Karena itu, Maria harus datang kepada Kristus, dan seandainya tidak, ia akan sudah masuk ke neraka.
-bersambung-