DOKTRIN ROH KUDUS

Daftar Isi: 1. Nama-nama Roh Kudus 2. Bukti-bukti keilahian Roh Kudus 3. Kepribadian Roh Kudus 4. Buah Roh 5. Roh Kudus Sebagai Meterai dan Jaminan 6. Karunia Roh Kudus 7. Tugas dan peran Roh Kudus
DOKTRIN ROH KUDUS
I. NAMA-NAMA ROH KUDUS

1. ROH TUHAN ALLAH. ROH TUHAN (Lukas 4:18;Yesaya 61:1) 2. ROH ALLAH (Kejadian 1:2; 1Korintus 3:16) 3. ROH KASIH KARUNIA (Ibrani 10:29) 4. ROH KEKUDUSAN (Roma 1:4) 5. PENGHIBUR ( Yohanes 14:26) 6. ROH KEHIDUPAN ( Roma 8:2) 7. ROH HIKMAT DAN WAHYU (Efesus 1:17) 8. ROH KEMULIAN (1 Petrus 4:14) 9. ROH KEHIDUPAN (Roma 8:2) 10. ROH YANG KEKAL (Ibrani 9:14)

II) Bukti-bukti keilahian Roh Kudus.

Mungkin tidak ada satu ayatpun dalam Kitab Suci yang secara explicit menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Allah. Tetapi dari perbandingan ayat dengan ayat kita bisa menyimpulkan bahwa Kitab Suci memang mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah Allah.

1) Kitab Suci menggunakan sebutan ‘Roh Kudus’ dan ‘Allah’ / ‘Tuhan’ (ADONAY) / ‘TUHAN’ (YAHWEH) secara interchangeable (= bisa dibolak-balik).

Contoh:

a) Bandingkan Yesaya 6:8-10 dengan Kis 28:25-27.

Yes 6:8-10 - “(8) Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’. Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’. (9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”.

Kis 28:25-27 - “(25) Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: ‘Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: (26) Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan meli­hat, namun tidak menanggap. (27) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.”.

Kalau kita membandingkan 2 bagian Kitab Suci di atas, maka jelas terlihat bahwa apa yang dikatakan Paulus dalam Kis 28:26-27 itu ia kutip dari Yes 6:8-10. Tetapi kalau dalam Yesaya 6:8-10 itu dikatakan bahwa itu adalah ‘suara Tuhan’ kepada nabi Yesaya, maka dalam Kis 28:25 Paulus berkata bahwa ‘firman itu disampai­kan oleh Roh Kudus’ dengan perantaraan nabi Yesaya. Ini menunjuk­kan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan sendiri!

b) Bandingkan Ibrani 3:7-11 dengan Maz 95:7b-11 dan Kel 17:1-7.

Ibr 3:7-11 - “(7) Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: ‘Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, (8) janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, (9) di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, seka­lipun mereka melihat perbuatan-perbuatanKu, empat puluh tahun lamanya. (10) Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalanKu, (11) sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu: Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu.’”.

Karena kata-kata dalam Ibr 3:7-11 ini merupakan kata-kata Roh Kudus, maka kata-kata ‘mencobai Aku’ berarti ‘mencobai Roh Ku­dus’.

Sekarang mari kita melihat Maz 95:7b-11, yang hampir-hampir identik dengan Ibr 3:7-11 di atas.

Maz 95:7b-11 - “(7b) Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suaraNya! (8) Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, (9) pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatanKu. (10) Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kataKu: ‘Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalanKu.’ (11) Sebab itu Aku bersumpah dalam murkaKu: ‘Mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu.’”.

Sekalipun kedua text di atas hampir identik, tetapi dalam Maz 95:7b-11 itu ada tambahan informasi yang tidak diberikan dalam Ibr 3:7-11, yaitu bahwa peristiwa itu terjadi di Masa dan Meriba. Dan peristiwa di Masa dan Meriba itu diceritakan dalam Kel 17:1-7.

Sekarang perhatikan Kel 17:7 yang berbunyi: “Dinamai­lah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: ‘Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?’”.

Jadi di sini dipakai istilah ‘mencobai TUHAN (YAHWEH)’, padahal tadi dalam Ibr 3:7-11 dikatakan bahwa mereka ‘mencobai Roh Ku­dus’. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah TUHAN / YAHWEH!

c) Bandingkan Ibrani 10:15-17 dengan Yer 31:33-34.

Ibr 10:15-17 - “(15) Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, (16) sebab setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjan­jian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.

Yeremia 31:33-34 - “(33) Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menja­di umatKu. (34) Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.’”.

Jelas terlihat bahwa Ibr 10:16-17 merupakan kutipan sebagian (tidak seluruhnya) dari Yer 31:33,34. Tetapi dalam Yer 31 dikata­kan bahwa kata-kata itu diucapkan oleh TUHAN / YAHWEH (perhatikan kata-kata ‘firman TUHAN’ dalam Yer 31:31,32c,34b). Sedangkan dalam Ibr 10:15-17 dikatakan bahwa itu merupakan ‘kesaksian / firman Roh Kudus’ (Ibr 10:15b,16b).

Disamping itu, dalam Yer 31 itu, yang mengadakan perjanjian, yang menaruh Taurat dalam batin umatNya, dan yang mengampuni / tidak mengingat dosa umatNya, adalah TUHAN / YAHWEH sendiri. Sedangkan dalam Ibr 10:15-17, yang mengadakan perjanjian, yang menaruh hukum dalam hati, dan yang mengampuni / tidak mengingat dosa, adalah Roh Kudus.

Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah TUHAN / YAHWEH sendiri!

d) Sekarang mari kita melihat pada Kis 5:3-4,9a yang berbunyi sebagai berikut: “(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (4) Selama tanah itu tidak dijual, bukan­kah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendus­tai Allah. ... (9a) Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan (TDB: ‘roh Yehuwa’)?’”.

Perhatikan bahwa kalau dalam Kis 5:3 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Roh Kudus’, maka dalam Kis 5:4 Petrus berkata bahwa Ananias ‘mendustai Allah’. Lalu dalam Kis 5:9a Petrus berkata bahwa mereka ‘mencobai Roh Tuhan (TDB: ‘roh Yehuwa’)’. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Allah!

e) Mari kita melihat 1Korintus 3:16 dan 1Kor 6:19.

1Kor 3:16 - “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”.

1Kor 6:19 - “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”.

Dalam 1Kor 3:16 Paulus berkata bahwa tubuh kita adalah ‘bait Allah’ (= rumah Allah), tetapi anehnya ia melanjutkan dengan kata-kata ‘dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu’. Kalau memang tubuh kita adalah bait / rumah Allah, maka itu seharusnya berarti bahwa ‘Allah’lah yang tinggal di dalam tubuh kita. Tetapi Paulus mengatakan ‘Roh Allah’ yang tinggal di dalam kita.

Dan dalam 1Kor 6:19 Paulus berka­ta bahwa tubuh kita adalah ‘bait Roh Kudus’.

Semua ini menunjukkan bahwa Roh Kudus / Roh Allah adalah Allah!

Tentang 1Kor 3:16, Calvin berkata: “In this passage we have an explicit testimony for maintaining the divinity of the Holy Spirit. For if he were a creature, or merely a gift, he would not make us temples of God, by dwelling in us” (= Dalam text ini kita mempunyai kesaksian yang explicit untuk mempertahankan keilahian dari Roh Kudus. Karena seandainya Ia hanya suatu ciptaan, atau semata-mata suatu karunia, maka tinggalnya Ia di dalam diri kita tidak akan menjadikan kita Bait Allah) - hal 143.

f) Yesaya 40:13-14 - “(13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepadaNya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?”.

Dengan membandingkan Yes 40:13 dengan Yes 40:14 maka bisa kita simpulkan bahwa ‘Roh TUHAN’ dalam Yes 40:13 itu adalah ‘TUHAN’ / YAHWEH dalam Yes 40:14.

g) Yes 63:7-14 - “(7) Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukanNya kepada mereka sesuai dengan kasih sayangNya dan sesuai dengan kasih setiaNya yang besar. (8) Bukankah Ia berfirman: ‘Sungguh, merekalah umatKu, anak-anak yang tidak akan berlaku curang,’ maka Ia menjadi Juruselamat mereka (9) dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasihNya dan belas kasihanNya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala. (10) Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka. (11) Lalu teringatlah mereka kepada zaman dahulu kala, zaman Musa, hambaNya itu: Di manakah Dia yang membawa mereka naik dari laut bersama-sama dengan penggembala kambing dombaNya? Di manakah Dia yang menaruh Roh KudusNya dalam hati mereka; (12) yang dengan tanganNya yang agung menyertai Musa di sebelah kanan; yang membelah air di depan mereka untuk membuat nama abadi bagiNya; (13) yang menuntun mereka melintasi samudera raya seperti kuda melintasi padang gurun? Mereka tidak pernah tersandung, (14) seperti ternak yang turun ke dalam lembah. Roh TUHAN membawa mereka ke tempat perhentian. Demikianlah Engkau memimpin umatMu untuk membuat nama yang agung bagiMu.”.

Mulai ay 7 subyek pembicaraan adalah ‘TUHAN’ / YAHWEH, dan mulai ay 10-14, pada satu sisi terjadi semacam pencampur-adukan istilah ‘Roh Kudus’, ‘Roh TUHAN’, dan ‘TUHAN’ / YAHWEH sendiri, karena semua digambarkan memimpin bangsa Israel, tetapi pada sisi lain, istilah ‘Roh KudusNya’, dan ‘Roh TUHAN’ kelihatannya juga membedakan ‘Roh Kudus’ itu dengan ‘TUHAN’ / YAHWEH. Ini bukan kontradiksi. Ditinjau dari sudut hakekat, Allah Tritunggal hanya mempunyai satu hakekat, tetapi ditinjau dari sudut pribadi, Allah Tritunggal terdiri dari 3 pribadi yang berbeda (distinct).

2) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai sifat-sifat Allah seperti:

a) Kekal.

Ibrani 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”.

b) Mahaada.

Mazmur 139:7-10 - “(7) Ke mana aku dapat pergi menjauhi rohMu, ke mana aku dapat lari dari hadapanMu? (8) Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. (9) Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, (10) juga di sana tanganMu akan menuntun aku, dan tangan kananMu memegang aku.”.

c) Mahatahu.

1. 1Korintus 2:10-11 - “(10) Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. (11) Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.”.

1Kor 2:10-11 yang menunjukkan bahwa Roh Kudus itu tahu apa yang ada dalam diri Allah, jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus itu mahatahu!

2. Yesaya 40:13 - “Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepadaNya sebagai penasihat?”.

d) Mahakuasa.

1. Matius 12:28 - “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.”.

Catatan: Kata ‘kuasa’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada.

Ayat ini meninjau Yesus sebagai manusia, dan karena itu tidak dikatakan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasaNya sendiri, tetapi dengan Roh Kudus. Bahwa Roh Kudus bisa mengusir setan, menunjukkan kemahakuasaanNya.

2. Juga fakta bahwa Roh Kudus juga adalah Pencipta (Kej 1:2 Ayub 33:4), menunjukkan bahwa Ia maha kuasa.

Jadi, sekalipun Kitab Suci tak pernah secara explicit mengatakan bahwa Roh Kudus itu ‘maha kuasa’, tetapi jelas bahwa Kitab Suci menggambarkan Roh Kudus sebagai maha kuasa.

e) Suci.

Ini terlihat dari:

1. Sebutan ‘kudus’.

2. Yesaya 63:10 - “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka.”.

Bahwa pemberontakan / dosa manusia mendukakan Roh Kudus, menunjukkan bahwa Ia suci.

3) Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Roh Kudus melakukan peker­jaan-pekerjaan ilahi seperti:

a) Penciptaan (Kej 1:2 Ayub 33:4 Mamurz 8:4 Ayub 26:13).

1. Kej 1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”.

Tak ada alasan Kitab Suci menggambarkan kehadiran Roh Kudus pada saat penciptaan itu, kalau Ia tidak ikut melakukan penciptaan tersebut.

2. Ayub 33:4 - “Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup.”.

3. Mazmur 8:4 - “Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:”.

Dengan membandingkan Luk 11:20 dengan ayat paralelnya, yaitu Mat 12:28, kita bisa menarik kesimpulan bahwa ‘jari Allah’ itu adalah ‘Roh Allah’ / ‘Roh Kudus’.

Lukas 11:20 - “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.”.

KJV: ‘with the finger of God’ (= dengan jari Allah).

RSV/NIV/NASB: ‘by the finger of God’ (= oleh jari Allah).

Mat 12:28 - “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”.

Kata ‘kuasa’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada.

4. Ayub 26:13 - “Oleh nafasNya langit menjadi cerah, tanganNya menembus ular yang tangkas.”.

Kata yang diterjemahkan ‘nafas’ di sini adalah RUAKH, dan karena itu KJV menterjemahkan ‘spirit’ (= roh).

KJV: ‘By his spirit he hath garnished the heavens’ (= Oleh RohNya Ia telah menghias langit).

b) Melahirbarukan.

Yohanes 3:5-6 - “(5) Jawab Yesus: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. (6) Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.”.

c) Mengampuni dosa.

Ibrani 10:15-17 - “(15) Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, (16) sebab setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjan­jian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.

Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa, dan karena hanya Allah yang bisa mengampuni dosa (Mark 2:7), maka jelas bahwa Roh Kudus adalah Allah.

d) Membangkitkan Kristus, dan / atau menghidupkan tubuh kita yang fana.

Roma 8:11 - “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu.”.

John Murray (NICNT): “The Spirit referred to is none other than the Holy Spirit. He that ‘raised up Jesus from the dead’ is without question the Father ... The Father is the specific agent in the resurrection of Christ. Since the Holy Spirit is called ‘the Spirit of him that raised up Jesus from the dead’, this means that the Holy Spirit sustains a close relationship to the Father in that specific action which belongs par excellence to the Father in the economy of redemption. Just as the Holy Spirit is the Spirit of Christ because of the intimacy of relation he sustains to Christ in the messianic office which the name ‘Christ’ denotes, so he is the Spirit of the Father because of the intimacy of relation he sustains to the Father in the raising up of Jesus. ... The text followed by the version expressly indicates that the Holy Spirit will be active in the resurrection - ‘through his Spirit that dwelleth in you’. Though the Father is the specific agent in the resurrection of the believers as in that of Christ, this does not exclude the agency of the Holy Spirit. ... Hence if the Holy Spirit is active in the resurrection of believers, it would follow that he was also active in the resurrection of Christ. For the latter is the basic and the pattern for the former” (= Roh yang ditunjuk bukan lain dari Roh Kudus. Dia yang ‘membangkitkan Yesus dari orang mati’, tidak diragukan adalah sang Bapa. Bapa adalah agen spesifik dalam kebangkitan Kristus. Karena Roh Kudus disebut ‘Roh dari Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati’, ini berarti bahwa Roh Kudus mempertahankan suatu hubungan yang dekat dengan Bapa, dalam tindakan spesifik itu, yang terutama menjadi milik dari Bapa dalam pengaturan penebusan. Sama seperti Roh Kudus adalah Roh Kristus karena hubungan yang intim yang Ia pertahankan dengan Kristus dalam jabatan sebagai Mesias yang ditunjukkan oleh nama ‘Kristus’, demikian pula Ia adalah Roh Bapa karena hubungan yang intim yang Ia pertahankan dengan Bapa dalam membangkitkan Yesus. ... Text itu selanjutnya menunjukkan secara jelas bahwa Roh Kudus akan aktif dalam kebangkitan - ‘melalui / oleh RohNya yang diam dalam kamu’. Sekalipun Bapa adalah agen spesifik dalam kebangkitan dari orang-orang percaya seperti dalam kebangkitan Kristus, ini tidak membuang / menyingkirkan Roh Kudus dari urusan itu. ... Karena itu, jika Roh Kudus itu aktif dalam kebangkitan orang-orang percaya, maka Ia juga aktif dalam kebangkitan Kristus. Karena yang terakhir ini adalah dasar dan pola dari yang pertama) - hal 291,292.

William Hendriksen: “In verse 11 the subject ‘He who raised Jesus - or Christ - from the dead,’ refers, of course, to the Father. ... But note how very closely the two other persons of the Holy Trinity are related to the Father, hence also to each other. That the Father acts through the Spirit is plainly stated in verse 11. That even Jesus himself did not remain entirely passive in his resurrection is implied in John 10:17,18” (= Dalam ay 11 subyek dari ‘Dia yang membangkitkan Yesus - atau Kristus - dari antara orang mati’, tentu menunjuk kepada Bapa. ... Tetapi perhatikan betapa sangat dekatnya kedua pribadi yang lain dari Tritunggal yang Kudus berhubungan dengan Bapa, dan karena itu juga satu sama lain. Bahwa Bapa bertindak melalui Roh dinyatakan dengan jelas dalam ayat 11. Bahwa bahkan Yesus sendiri tidak tinggal pasif sepenuhnya dalam kebangkitanNya dinyatakan secara tak langsung / implicit dalam Yoh 10:17-18) - hal 253.

Charles Hodge: “The argument of the apostle is, that the same Spirit which was in Christ, and raised him from the dead dwells in us, even in our bodies (1Cor. 6:19), and will assuredly raise us up. ... The same Spirit which raised Christ’s body from the grave, shall also quicken our mortal bodies” [= Argumentasi dari sang rasul adalah bahwa Roh yang sama yang ada di dalam Kristus, dan membangkitkan Dia dari antara orang mati, tinggal di dalam kita, yaitu di dalam tubuh kita (1Kor 6:19), dan pasti akan membangkitkan kita. ... Roh yang sama yang membangkitkan tubuh Kristus dari kubur, juga akan menghidupkan tubuh kita yang fana] - hal 260.

Ini semua jelas juga menunjukkan kemahakuasaan dari Roh Kudus. Sekali lagi saya tegaskan bahwa sekalipun tidak pernah dikatakan secara explicit dalam Kitab Suci bahwa Roh Kudus itu maha kuasa, dan sekalipun Roh Kudus tidak pernah disebut dengan istilah Ibrani SHADDAY ataupun istilah Yunani PANTOKRATOR, yang artinya ‘mahakuasa’, tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Roh Kudus menunjukkan bahwa Ia maha kuasa. Kitab Suci tidak harus menunjukkan kemaha-kuasaan Roh Kudus dengan menggunakan kata SHADDAY atau PANTOKRATOR. Kitab Suci bebas menunjukkannya dengan cara lain.

4) Nama Roh Kudus ditempatkan dalam posisi yang sejajar dengan nama Bapa dan Anak, seperti dalam:

a) Matius 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”.

b) 2Korintus 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”.

Memang kalau ada 3 nama diletakkan dalam satu ayat / text, itu tidak harus membuktikan bahwa ketiganya setingkat. Tetapi dalam kasus-kasus tertentu, 3 nama yang diletakkan berjajar bisa menunjukkan bahwa mereka setingkat. Misalnya kalau dikatakan ada konperensi tingkat tinggi 3 negara, maka kalau negara yang satu mengirimkan kepala negara, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Kalau negara yang satu mengirim menteri luar negeri, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Dan perlu diperhatikan bahwa dalam Mat 28:19 nama Bapa, Anak dan Roh Kudus disejajarkan bukan dalam sembarang peristiwa, tetapi dalam formula baptisan, yang merupakan sesuatu yang sakral. Adalah aneh, bahkan tidak masuk akal, kalau Yesus memerintahkan supaya seseorang dibaptis dalam nama Bapa (yang adalah Allah), Anak (yang juga adalah Allah), dan Roh Kudus (yang bukan Allah, bahkan bukan pribadi). Demikian juga dalam 2Kor 13:13 Paulus menyejajarkan Yesus, Allah (Bapa) dan Roh Kudus, bukan dalam peristiwa sembarangan, tetapi pada saat ia memberi berkat kepada gereja Korintus, yang lagi-lagi merupakan sesuatu yang sakral. Karena itu, text-text ini bisa dijadikan dasar bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu setingkat. Dan ini membuktikan bahwa Roh Kudus adalah Allah sendiri!

III. KEPRIBADIAN ROH KUDUS

Bukti-bukti kepribadian Roh Kudus.

1) Untuk Roh Kudus digunakan kata ganti orang.

Kis 13:2 - “Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.’”.

Di sini digunakan kata ganti orang ‘Ku’ / ‘Aku’ untuk Roh Kudus, dan ini menunjukkan bahwa Ia adalah seorang pribadi.

Charles Hodge: “The first argument for the personality of the Holy Spirit is derived from the use of the personal pronouns in relation to Him. A person is that which, when speaking, says ‘I;’ when addressed, is called ‘thou;’ and when spoken of, is called ‘he,’ or ‘him.’ ... Thus in Acts 13:2, ‘The Holy Ghost said, Separate me Barnabas and Saul, for the work whereunto I have called them.’” (= Argumentasi yang pertama untuk kepribadian dari Roh Kudus didapatkan dari penggunaan kata-kata ganti orang dalam hubungan dengan Dia. Seorang pribadi adalah ia yang, pada waktu berbicara, berkata ‘aku’; pada waktu diajak bicara disebut ‘kamu / engkau’; dan pada waktu dibicarakan, disebut ‘ia’ atau ‘nya’. ... Karena itu dalam Kis 13:2, ‘berkatalah Roh Kudus: Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.’.) - ‘The Holy Spirit’ , hal 4-5, CD AGES.

Ibrani 10:15-17 - “(15) Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, (16) sebab setelah Ia berfirman: ‘Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,’ Ia berfirman pula: ‘Aku akan menaruh hukumKu di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, (17) dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.’”.

KJV: ‘(15) Whereof the Holy Ghost also is a witness to us: for after that he had said before, (16) This is the covenant that I will make with them after those days, saith the Lord, I will put my laws into their hearts, and in their minds will I write them; (17) And their sins and iniquities will I remember no more’ [= (15) Tentang apa Roh Kudus juga adalah seorang saksi kepada kita: karena setelah Ia mengatakan sebelumnya: (16) Ini adalah perjanjian yang akan Kubuat dengan mereka setelah hari-hari ini, kata Tuhan, Aku akan meletakkan hukum-hukumKu ke dalam hati mereka, dan dalam pikiran mereka akan Kutuliskan mereka; (17) Dan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan mereka tidak akan Kuingat lagi].

Dalam text ini, juga terlihat digunakannya kata ganti orang ‘Aku’ dan ‘Ku’ untuk Roh Kudus.

2) Untuk Roh Kudus digunakan kata dengan jenis kelamin laki-laki.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yesus menyebut roh kudus sebagai ‘seorang Penolong’, dan ia berkata bahwa roh ini akan mengajar, membimbing dan berbicara (Yohanes 14:16,26; 16:13). Kata Yunani yang ia gunakan untuk penolong (parakletos) adalah kata yang berjenis laki-laki atau maskulin. Jadi ketika Yesus menyatakan apa yang akan dilakukan penolong itu, ia menggunakan kata ganti nama pribadi laki-laki (Yohanes 16:7,8). Sebaliknya, bila kata Yunani yang berjenis netral untuk roh (pneuma) digunakan, kata ganti yang netral ‘it’ dalam bahasa Inggris itulah yang digunakan. Kebanyakan penerjemah yang menganut Tritunggal menyembunyikan fakta ini, seperti diakui oleh New American Bible Katolik berke­naan Yohanes 14:17: “Kata Yunani untuk ‘Roh’ ialah berjenis netral, dan walaupun kita menggunakan kata ganti nama pribadi dalam bahasa Inggris (‘he’, ‘his’, ‘him’), kebanyakan MSS (manuskrip) Yunani menggunakan kata (bahasa Inggris) ‘it’”. Jadi bila Alkitab menggunakan kata ganti nama pribadi berjenis laki-laki sehubungan dengan parakletos dalam Yohanes 16:7,8, hal ini sesuai dengan peraturan tatabahasa, bukan menyatakan suatu dok­trin” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 22.

Ada 2 hal yang ingin saya berikan / nyatakan di sini:

a) Perlu saudara ketahui bahwa dalam bahasa Yunani semua kata benda mempunyai jenis kelamin; ada yang masculine / laki-laki, feminine / perempuan atau neuter / netral.

Kata ‘Roh’ dalam bahasa Yunani adalah PNEUMA, dan kata ini mempunyai jenis kelamin netral, dan karena itu sering digunakan kata ganti bentuk netral (Inggris ‘it’).

b) Sekalipun untuk kata PNEUMA, yang berjenis kelamin netral sering digunakan kata ganti bentuk netral, tetapi kadang-kadang tetap digunakan kata bentuk laki-laki.

1Yoh 4:4 - “Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.”.

Lit: ‘because greater is the one in you than the one in the world’ (= karena lebih besar yang di dalam kamu dari pada yang di dalam dunia).

Kata yang diterjemahkan ‘the one’ adalah HO, suatu definite article / kata sandang tertentu yang mempunyai jenis kelamin laki-laki, padahal ini jelas menunjuk kepada Roh Allah / Roh Kudus.

3) Sebutan ‘PARAKLETOS yang lain’ yang digunakan terhadap Roh Kudus (Yoh 14:16), menunjukkan bahwa Ia adalah seorang pribadi.

Dalam Yohanes 14:16, Yoh 14:26, Yohanes 15:26, dan Yoh 16:7, Roh Kudus disebut sebagai ‘Penolong / Penghibur’. Dalam bahasa Yunani, semua ayat ini menggunakan istilah yang sama yaitu PARAKLETOS.

Perlu juga diketahui bahwa istilah PARAKLETOS ini juga digunakan terhadap Yesus Kristus dalam 1Yoh 2:1 (Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘Pengantara’). Lalu Yoh 14:16 menyebut Roh Kudus sebagai ‘PARAKLETOS (= Penolong) yang lain’.

Ada 2 kata bahasa Yunani yang berarti ‘yang lain (= another)’, yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya.

W. E. Vine: “ALLOS ... denotes another of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang sama; HETEROS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang berbeda) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 52.

Illustrasi: Saya mempunyai satu gelas Aqua. Kalau saya mengingin­kan satu gelas Aqua ‘yang lain’, yang sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki minuman ‘yang lain’, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan HETEROS, bukan ALLOS.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘yang lain’ dalam Yoh 14:16 bukan­lah HETEROS, tetapi ALLOS. Andaikata yang digunakan adalah HETER­OS, maka itu akan menunjukkan adanya perbedaan sifat antara Yesus dan Roh Kudus, sehingga bisa saja Yesus adalah Allah dan merupa­kan seorang yang berpribadi, sedangkan Roh Kudus bukan. Atau bahwa Yesus itu mahakuasa, sedangkan Roh Kudus tidak. Tetapi karena kata Yunani yang digunakan adalah ALLOS, ini menunjukkan bahwa Roh Kudus, sekalipun adalah PARAKLETOS ‘yang lain’ dari pada Yesus, tetapi mempunyai sifat-sifat yang sama dengan Yesus.

Karena itu dalam komentarnya tentang ayat ini William Hendriksen, seorang penafsir Reformed, mengatakan: “He is another Helper, not a different Helper. The word ‘another’ indicates one like myself, who will take my place, do my work. Hence, if Jesus is a person, the Holy Spirit must also be a person” (= Ia adalah ‘Penolong yang lain’, bukan ‘Penolong yang berbeda’. Kata ‘yang lain’ menunjukkan seseorang seperti Aku sendiri, yang akan mengambil tempatKu, melakukan pekerjaanKu. Jadi, jika Yesus adalah seorang pribadi, Roh Kudus harus juga adalah seorang pribadi) - hal 275.

William Hendriksen bahkan melanjutkan dengan berkata: “For the same reason, if Jesus is divine, the Spirit, too, must be divine” (= Dengan alasan yang sama, jika Yesus bersifat ilahi / adalah Allah, Roh juga harus bersifat ilahi / adalah Allah) - hal 275.

4) Roh Kudus mempunyai ciri-ciri seorang pribadi, yaitu adanya:

a) Pikiran.

Yohanes 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”.

Jadi ayat ini mengatakan bahwa fungsi Roh Kudus adalah mengajar dan mengingatkan orang percaya akan Firman Tuhan. Bahwa Roh Kudus itu bisa mengajar / mengingatkan, menunjukkan bahwa Ia mempunyai pikiran.

Roma 8:27 - “Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”.

Ini salah terjemahan.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the mind of the Spirit’ (= pikiran dari Roh).

NWT/TDB: “the meaning of the spirit” (= maksud roh).

Kata Yunani yang dipakai adalah PHRONEMA, yang artinya memang adalah ‘way of thinking’ (= cara berpikir) atau ‘mind’ (= pikiran).

b) Perasaan.

Ef 4:30 - “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”.

Yes 63:10 - “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka.”.

Kedua ayat ini mengatakan bahwa kita tidak boleh mendukakan / menyedihkan Roh Kudus, dan itu menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai perasaan.

Juga dalam Ro 15:30 - “Tetapi demi Kristus, Tuhan kita, dan demi kasih Roh, aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku,”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the love of the Spirit’ (= kasih dari Roh).

Roh Kudus tidak mungkin mempunyai kasih, kalau Ia adalah sesuatu / suatu tenaga, bukan seseorang.

c) Kehendak.

1Korintus 12:11 - “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya.”.

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai kehendak.

5) Kitab Suci juga menyatakan bahwa:

a) Roh Kudus melakukan hal-hal yang dilakukan oleh seorang pribadi, seperti:

1. Mengajar dan mengingatkan.

Neh 9:20a - “Dan Engkau memberikan kepada mereka RohMu yang baik untuk mengajar mereka.”.

Luk 12:12 - “Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.’”.

Yoh 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”.

2. Bersaksi.

Yohanes 15:26 - “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.”.

Roma 8:16 - “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”.

3. Menginsafkan.

Yohanes 16:8 - “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman;”.

4. Membantu dan berdoa.

Roma 8:26 - “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.”.

5. Memimpin.

Ro 8:14 - “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.”.

6. Berkata dan memerintah.

Kis 8:29 - “Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’”.

Kis 13:2 - “Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.’”.

7. Melarang.

Kis 16:6-7 - “(6) Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. (7) Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.”.

8. Memutuskan.

Kis 15:28 - “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini:”.

9. Berbicara / berkata.

2Samuel 23:2 - “Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku, firmanNya ada di lidahku;”.

1Tim 4:1 - “Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan”.

Wah 2:7a - “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat:”. Bdk. Wah 2:7a,11,17,29 Wah 3:6,13,22.

10. Berseru.

Gal 4:6 - “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”.

11. Mendorong orang untuk berbicara.

Kis 6:10 - “tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.”.

2Pet 1:21 - “sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”.

12. Menuntun.

Mazmur 143:10 - “Ajarlah aku melakukan kehendakMu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya RohMu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!”.

13. Menetapkan orang-orang menjadi penilik / gembala gereja.

Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri.”.

14. Bernubuat / meramal.

Kis 1:16 - “‘Hai saudara-saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu.”.

Kis 1:16 (NASB): ‘Brethren, the Scripture had to be fulfilled, which the Holy Spirit foretold by the mouth of David concerning Judas, who became a guide to those who arrested Jesus’ (= Saudara-saudara, Kitab Suci harus digenapi, yang diramalkan Roh Kudus oleh mulut Daud mengenai Yudas, yang menjadi seorang pembimbing bagi mereka yang menangkap Yesus).

Kis 11:27-28 - “(27) Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokhia. (28) Seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar. Hal itu terjadi juga pada zaman Klaudius.”.

Kata ‘kuasa’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada.

Kis 21:10-11 - “(10) Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus. (11) Ia datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus. Sambil mengikat kaki dan tangannya sendiri ia berkata: ‘Demikianlah kata Roh Kudus: Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain.’”.

15. Memberikan sukacita dalam diri orang-orang percaya.

1Tes 1:6b - “dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus,”.

1Tesalonika 1:6b (Literal): ‘with joy of the Holy Spirit’ (= dengan sukacita dari Roh Kudus).

Kalau Roh Kudus hanya suatu kuasa / tenaga aktif, bukan seorang Pribadi, bagaimana Ia bisa mempunyai / memberikan sukacita?

16. Menghidupkan tubuh kita yang fana.

Roma 8:11 - “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu.”.

17. Menyelidiki, tahu apa yang ada dalam diri Allah.

1Kor 2:10-11 - “(10) Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. (11) Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.”.

18. Menguduskan / menyucikan.

Roma 15:16 - “yaitu bahwa aku boleh menjadi pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dalam pelayanan pemberitaan Injil Allah, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepadaNya, yang disucikan oleh Roh Kudus.”.

2Tes 2:13 - “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.”.

1Petrus 1:2 - “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.”.

Hal-hal seperti ini hanya bisa dilakukan oleh ‘seseorang yang berpribadi’, bukan oleh ‘sesuatu yang tidak berpribadi’!

Herbert Lockyer: “In all, some 160 passages in the Old and New Testaments touch upon the actions of the Spirit. To deny personality to Him is to make these references meaningless and absurd” (= Secara keseluruhan, sekitar 160 text dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyinggung tindakan-tindakan dari Roh. Menyangkal kepribadian bagi Dia sama dengan membuat ayat-ayat referensi ini tak mempunyai arti dan menggelikan) - ‘The Holy Spirit of God’, hal 31.

b) Ada hal-hal yang bisa dilakukan terhadap Roh Kudus, yang hanya bisa dilakukan terhadap seorang pribadi, seperti:

1. Mendukakan.

Yes 63:10 - “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka”.

Ef 4:30 - “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan”.

2. Menentang.

Kis 7:51 - “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu”.

3. Menghujat.

Mat 12:31-32 - “(31) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak”.

4. Menghina.

Ibrani 10:29 - “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.

5. Mendustai dan mencobai.

Kis 5:3,9 - “(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? ... (9) Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar.’”.

6) Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a) Penyejajaran ‘Roh Kudus’ dengan ‘Bapa dan Anak’, yang keduanya adalah pribadi.

b) Kata ‘nama’, yang tidak memungkinkan diberikan kepada Roh Kudus, seandainya Ia bukan seseorang yang berpribadi.

Jadi, kedua hal ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah pribadi.

Charles Hodge: “We are baptized not only in the name of the Father and of the Son, but also of the Holy Ghost. The very association of the Spirit in such a connection, with the Father and the Son, as they are admitted to be distinct persons, proves that the Spirit also is a person. Besides the use of the word EIS TO ONOMA, ‘unto the name,’ admits of no other explanation. By baptism we profess to acknowledge the Spirit as we acknowledge the Father and the Son, and we bind ourselves to the one as well as to the others” [= Kita dibaptis bukan hanya dalam nama dari Bapa dan dari Anak, tetapi juga dari Roh Kudus. Perkumpulan / persatuan dari Roh dalam hubungan seperti itu, dengan Bapa dan Anak, karena Mereka diakui sebagai pribadi-pribadi yang nyata / berbeda (distinct), membuktikan bahwa Roh juga adalah seorang pribadi. Disamping itu, penggunaan kata EIS TO ONOMA, ‘dalam nama’, tidak memungkinkan penjelasan yang lain. Dengan Baptisan kita mengaku untuk mengakui Roh seperti kita mengakui Bapa dan Anak, dan kita mengikat diri kita sendiri kepada yang satu seperti kepada yang lain] - ‘Systematic Theology’, vol I, hal 525.

7) 2Kor 13:13 - “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”.

Ayat ini mengatakan adanya ‘persekutuan dengan Roh Kudus’ dan ini tidak mungkin kalau Roh Kudus bukan seorang pribadi.

Barnes’ Notes: “if the ‘Holy Spirit’ be merely an influence of God or an attribute of God, how strange to pray that the ‘love of God’ and the participation or fellowship of an ‘influence of God,’ or an ‘attribute of God’ might be with them!” (= jika ‘Roh Kudus’ adalah semata-mata ‘suatu pengaruh dari Allah’ atau ‘suatu sifat dari Allah’, alangkah anehnya untuk berdoa supaya ‘kasih Allah’ dan partisipasi atau persekutuan dari suatu ‘pengaruh Allah’, atau suatu ‘sifat Allah’ boleh menyertai mereka!).

IV. BUAH ROH

1. Kasih

Kasih "agape" menunjukkan kehendak hati yang murah hati dan tidak dapat dikuasai yang selalu menginginkan kebaikan orang lain, tanpa peduli apa yang dilakukan orang itu. Merupakan kasih yang memberi yang diberikan cuma-cuma tanpa mengharapkan balasan dan tidak mempertimbangkan nilai pemberiannya. Agape menggambarkan kasih Allah yang tanpa pamrih kepada dunia ini.

Kata ini terutama dipakai oleh Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus pasal 13 menggambarkan pengorbanan, seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus dengan kematiannya di kayu salib untuk menebus dosa manusia, yang tidak memegahkan diri:

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.

Kata "agape", diterjemahkan dalam Terjemahan Baru sebagai "kasih akan semua orang", dipergunakan oleh rasul Petrus dalam suratnya yang kedua: "Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang."

2. Sukacita

Kata Yunani untuk "sukacita" adalah chara, yang berasal dari kata charis, yaitu kata Yunani untuk "rahmat". Dalam kaitan ini, "sukacita" (chara) dihasilkan oleh "rahmat" (charis) Allah. Jadi 'sukacita' ini bukan kebahagiaan manusia yang sesaat saja, melainkan 'sukacita sejati' yang bersumber dari Khalik kudus. Merupakan ekspresi dari Roh yang berkembang paling bagus pada waktu kesusahan. Misalanya, dalam 1 Tesalonika 1:6, jemaat Tesalonika mengalami tekanan berat akibat penganiayaan; tetapi di tengah kesusahan itu, mereka terus mengalami sukacita besar.

Kata chara memberi makna sukacita yang luar biasa karena Roh Kudus bekerja di dalam orang itu. Paulus bahkan menyebutnya "sukacita Roh Kudus". Di dalam Kitab Nehemia 8:11 tertulis: Sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!

3. Damai sejahtera

"Damai sejahtera" ini merupakan hasil penyandaran pada hubungan dengan Allah. Damai ini adalah keadaan istirahat yang tenang, dihasilkan dari mencari Allah, dan berlawanan dengan keadaan "kacau balau". Kata aslinya dalam bahasa Yunani "eirene"merupakan terjemahan dari kata bahasa Ibrani "syalom" (shalom) yang merupakan ekspresi dari kepenuhan, kesempurnaan atau ketenangan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh keadaan ataupun tekanan dari luar. Kata eirene menegaskan kekuatan keteraturan yang berlawanan dengan kekacaubalauan.

4. Kesabaran

Kesabaran dalam bahasa Yunani aslinya "makrothumia" terdiri dari dua kata: makros, "panjang," dan thumos "temperamen", yang memberikan makna "kelunakan","mau menanggung", "panjang sabar", "tabah", "tahan menderita". Juga termasuk dalam kata makrothumia ini kekuatan untuk menanggung aniaya dan perlakuan buruk. Ini bukan menggambarkan orang yang memiliki kemampuan untuk membalas dendam, tetapi sebaliknya memilih untuk menahan diri.

5. Kemurahan

Kemurahan bukan hanya berlaku manis. Orang dapat berbuat murah hati tetapi tidak berperilaku manis. Kelakuan manis lebih bermakna "dapat diterima", sedangkan kemurahan merupakan tindakan yang bermanfaat bagi orang lain tanpa peduli tindakan sebelumnya. Kata christotes merupakan perbuatan baik yang nyata, kelembutan dalam berlaku terhadap yang lain, bersikap penuh rahmat.

6. Kebaikan

Bahasa Yunani: agathosune, bahasa Latin: bonitas, bahasa Inggris: goodness.

1. Keadaan atau kualitas untuk bersikap baik

2. Kemuliaan perilaku; kebajikan

3. Perasaan manis, murah hati, ringan tangan

4. Bagian terbaik dari semuanya; Intisari; Kekuatan;

5. Karakter umum yang dikenali dalam kualitas atau perbuatan.

7. Kesetiaan

Bahasa Yunani: pistis, bahasa Latin: fides, bahasa Inggris: faithfulness, faith. Kesetiaan adalah mendedikasikan diri kepada sesuatu atau seseorang, misalnya pasangan hidup, atau suatu hal atau suatu kepercayaan/agama. Menjadi setia membutuhkan tekad pribadi untuk tidak menyimpang jauh dari komitmen atau janji. Tidak selalu mudah untuk menjadi setia. Iman Kristen membutuhkan kepercayaan kepada Allah.

8. Kelemahlembutan

Dalam bahasa Yunani, prautes dikenal sebagai "kelemahlembutan". New Spirit Filled Life Bible mendefinisikan kelemahlembutan sebagai "disposisi yang bertemperamen stabil, tenang, seimbang dalam roh, tidak sombong, dan dapat menguasai emosi. Kata ini diterjemahkan sebagai 'kelemahlembutan,' bukan merupakan indikasi kelemahan, melainkan kemampuan menguasai energi dan kekuatan. Orang yang mempunyai kualitas ini mampu mengampuni kesalahan, memperbaiki kekeliruan, dan menguasai jiwanya sendiri dengan baik."

9. Penguasaan diri

Kata Yunani " egkrateia" [engkrateia] bermakna "mempunyai kuasa atas" (kata dasar "krat-" seperti pada kata "demokrat", yang berarti "pemerintahan"), atau "kepemilikan atas kelakuan sendiri." Kata yang sama dipergunakan oleh rasul Petrus dalam suratnya yang kedua pasal 1:5-7: " Justru karena itu kamu harus dengan sungguhsungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang."

MAKNA BUAH ROH

"Buah" Roh yang dipakai di sini berbentuk tunggal, artinya adalah 9 cita rasa, ini adalah satu kesatuan yang harus dimiliki oleh orang yang percaya. Buah Roh yang dihasilkan di dalam kita bukanlah "sembilan buah yang berbeda", tetapi satu "buah" tunggal diwujudkan dalam sembilan kualitas yang berbeda. Ini mengingatkan kita bahwa Roh Kudus menghasilkan buah-Nya dalam diri kita secara keseluruhan - tidak ada musim buah "kasih", terus buah "sukacita" adalah musim berikutnya, kemudian "perdamaian" musim berikutnya, dan seterusnya.

Kesembilan karakter buah Roh itu dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) :

Pertama Karakter ini berhubungan dengan Allah (Kasih, Sukacita, Damai sejahtera).

Kedua, karakter yang berhubungan dengan sesama (Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan).

Ketiga, karakter yang berhubungan dengan diri sendiri (Kesetiaan, Kelemahlembutan, Penguasaan diri/Kontrol diri).

1. Karakter Yang Berhubungan Dengan Allah

Kasih (Agape) adalah tindakan mencari kebaikan tertinggi bagi orang lain. Kasih itulah yang Allah curahkan bagi kita (Roma 5: 5). Kasih dalam Kristus yang "melampaui pengetahuan" (Efesus 3: 16-19). Itulah sebabnya pekerjaan Roh Kudus di dalam diri orang percaya harus menghasilkan cinta satu sama lain (1 Yohanes 4: 10-11, 16, 21). Karena kita "dipimpin oleh Roh" akan Ia akan menghasilkan buah CINTA di dalam hidup kita.

Bersukacitalah (chara) merupakan sebuah panggilan untuk menjadikan sukacita sebagai sebuah gaya hidup. Entah kita berada dalam situasi yang menggembirakan atau merugikan. Kita harus terus bersukacita. Sukacita Kristen adalah hasil dari sebuah teologi yang mendalam bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu untuk kebaikan dan kemuliaan-Nya sendiri dan juga demi kebaikan orang-orang yang mengasihi Dia, dan dengan demikian mereka harus tetap bersukacita tidak peduli bagaimanapun keadaannya.Tuhan adalah sumber sukacita yang tak habis-habisnya.

Damai sejahtera (Eireine). Suasana aman, tentram dan damai sejahtera dalam kehidupan sebenarnya dicari oleh manusia disepanjang zaman di manapun juga. Damai sejahtera yang sejati, tidak bisa diukur oleh uang, rumah , mobil atau apa saja. Damai sejati adalah anugerah Tuhan, "Damai sejahteraKu, Kuberikan kepadamu dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu." Yohanes.14:27. Damai sejahtera ini adalah lahir dari keyakinan akan kesempurnaan pemeliharaan Tuhan dalam setiap detail hidup kita. Dengan demikian, tidak ada peristiwa apapun juga yang sanggup mencuri damai sejahtera umat percaya.

2. Karakter Yang Berhubungan Dengan Sesama

Dalam hubungan dengan sesama memang dibutuhkan kesabaran (makrothumia). Mokrothumia punya pengertian panjang sabar dan tekun. Panjang sabar adalah memiliki kualitas pengendalian diri yang baik dalam menghadapi provokasi. Allah adalah pribadi yang memiliki karakter ini secara sempurna. Karena Ia panjang sabar, memungkinkan untuk kita memiliki keselamatan! (2 Petrus 3:15) dan bertobat! ( Roma 2: 4). Ini adalah dasar bagi orang percaya untuk saling mengasihi dan mengusahakan kebaikan orang lain.

Karakter yang berikut adalah Kemurahan (khrestotes). Karakter ini berarti kebaikan yang dipenuhi dengan kemurahan hati. Khrestotes membuat kita bisa bersikap baik dan murah hati terhadap sesamanya yang membutuhkan, bahkan termasuk kepada mereka yang tidak menyenangkan. Kita sendiri memang sulit melakukan hal ini; tetapi Roh Kudus yang tinggal di dalam kita memampukannya.

Kesabaran dan kemurahan tidak lengkap bila belum ada kebaikan (agathosune). Agathosune berarti kebaikan yang mengandung unsur memperbaiki dan mendisiplin agar orang lain lebih baik. Menurut William Barclay, Agathosune berarti kebaikan dalam pengertian yang luas, yaitu “kebajikan yang tersedia dalam segala perkara”. Di dalamnya terkandung unsur marah dan disiplin.

Barclay menjelaskan bahwa Yesus menunjukkan agathosune (kebaikan) ketika Ia mengadakan pembersihan di Bait Allah serta mengusir mereka yang menjadikan tempat itu seperti pasar; tetapi Ia menunjukkan khrestotes (kemurahan) kepada perempuan berdosa yang meminyaki kaki-Nya. Kasih orang Kristen adalah kasih yang mengusahakan kebaikan orang lain. Tindakan kasih yang tidak mengandung disiplin tidak akan menghasilkan kebaikan.

3. Karakter Yang Berhubungan Dengan Karakter Diri Sendiri

Yang pertama dari kualitas ini adalah "kesetiaan" (Pistis). kata ini di dalam teks yang lain diterjemahkan "iman". Tetapi di teks ini, pistis diterjemahkan "kesetiaan" - yaitu, kejujuran dan integritas dalam tindakan kita, dan komitmen dan tanggung jawab kita.

Karakter ini merupakan implikasi dari kesadaran bahwa kita memiliki Allah yang Maha Tahu, Maha Melihat. Karena semua tindakan kita, pikiran kita, dan motif kita berada di bawah pengamatan konstan Bapa Sorgawi maka kita harus memiliki karakter setia.

Kualitas kedua berkaitan dengan diri batin kita adalah "kelembutan" Mayoritas bahasa Inggris menerjemahkan lemah lembut (Praus) dengan "meek". Kata ini digunakan 4 kali dalam PB di (Matius 5: 5; 11:29; 21: 5; 1 Petrus 3: 4). Dalam Yunani Klasik kata ini digunakan untuk menjinakkan anjing, obat yang menenangkan, suara yang lembut atau angin yang sepoi-sepoi. Kelemahlembutan adalah sikap hati di mana ia menyerahkan masalahnya dibawah kontrol Allah, sehingga ia dimampukan untuk tetap bersikap lembut.

Akhirnya, kualitas terakhir dalam kategori ini adalah "pengendalian diri". Mayoritas versi bahasa Inggris menerjemahkan "self control". Kata ini biasa dipakai untuk menggambarkan raja yang sedang memiliki masalah pribadi, namun mampu mengendalikan dirinya sehingga dia tentap dapat menjalankan roda pemerintahan. Ternyata Orang Kristen diharapkan dapat memiliki karakter ini. Kualitas karakter seperti ini penting untuk menciptakan sebuah komunitas yang baik.

PENUTUP

Buah Roh merupakan karunia Roh Kudus. Roh Kudus memberikan Buah Roh untuk menyelaraskan kehidupan orang Percaya dengan Kristus. Ada sembilan rasa buah Roh. Kesembilan rasa buah Roh tersebut memiliki relasi yang erat dalam kehidupan manusia, baik itu hubungannya dengan Allah, hubungannya dengan sesama manusia dan diri sendiri. Melalui buah Roh inilah manusia dapat menjadi saksi dan berkat bagi orang lain. Melalui Buah Roh inilah nama Tuhan akan dipermuliakan dalam kehidupan orang Percaya.

V. ROH KUDUS SEBAGAI METERAI DAN JAMANIAN

Efesus 1:13-14 - “(13) Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu. (14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.

I) Meterai.

Arti meterai:

1) Menjamin sifat asli dari sesuatu.

Jadi, kalau kita dimeteraikan dengan Roh Kudus, itu menjamin bahwa kita betul-betul adalah anak Allah.

2) Tanda kepemilikan.

Jadi, kita dimeteraikan dengan Roh Kudus, artinya kita ditandai sebagai milik Allah.

3) Menjamin keamanan.

Jadi, kita dimeteraikan artinya kita pasti selamat / keselamatan kita terjamin.

II) Jaminan.

1) Ada 2 ayat lain yang berbicara tentang Roh Kudus sebagai ‘jaminan’.

2Korintus 1:21-22 - “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, (22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”.

KJV: ‘Now he which stablisheth us with you in Christ, and hath anointed us, [is] God; Who hath also sealed us, and given the earnest of the Spirit in our hearts’ (= Dia yang meneguhkan kami dan kamu dalam Kristus, dan telah mengurapi kita, adalah Allah; Yang juga telah memeteraikan kita, dan telah memberikan uang muka / jaminan Roh dalam hati kita).

2Kor 5:5 - “Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita”.

2) Kata bahasa aslinya adalah ARRABON, yang sebetulnya bukan merupakan kata Yunani tetapi Ibrani.

a) Arti dari kata ARRABON adalah ‘tanggungan / uang muka’.

Dalam Kej 38:17,18,20 kata Ibrani yang diterjemahkan ‘tanggungan’ adalah ERABON / HAERABON [= the pledge (= jaminan / tanggungan)]. Tanggungan ini mengharuskan Yehuda untuk membayar sesuai apa yang ia janjikan.

Jadi, tanggungan / uang muka ini mengesahkan suatu kontrak / pembelian, dan memberikan kepastian bahwa pembayaran akan dilunasi.

John Stott membedakan antara ‘uang muka’ dan ‘tanggungan’. ‘Tanggungan’ akan dikembalikan pada waktu seluruh pembayaran telah dilunasi. Tetapi ‘uang muka’ merupakan sebagian / bagian pertama dari seluruh pembayaran. Kata ARRABON bisa berarti ‘tanggungan’ ataupun ‘uang muka’, tetapi dalam ayat-ayat yang membicarakan Roh Kudus sebagai ARRABON, maka Stott memilih terjemahan ‘uang muka’.

Stott: “‘Guarantee’ here is arrabon, originally a Hebrew word which seems to have come into Greek usage through Phoenician traders. It is used in modern Greek for an engagement ring. ... In this case the guarantee is not something separate from what it guarantees, but actually the first portion of it. An engagement ring promises marriage but is not itself a part of the marriage. A deposit on a house or in a hire-purchase agreement, however, is more than a guarantee of payment; it is itself the first instalment of the purchase price. So it is with the Holy Spirit” (= ) - ‘Ephesians’, hal 49.

Barclay: “The arrabon was a regular feature of the Greek business world. It was a part of the purchase price of anything, paid in advance as a guarantee that the rest would in due time be paid” (= ) - ‘Ephesians’, hal 87.

Ralph P. Martin: “The use of avrrabwn (ARRABON) ... refers to a down payment, something to assure that the ‘final installment will come’ (1:22)” (= ) - ‘Word Biblical Commentary, II Corinthians’, hal 108.

Charles Hodge: “The word avrrabwn (ARRABON), ‘pledge,’ is a Hebrew word, which passed as a mercantile term, probably from the Phenician, into Greek and Latin. It is properly that part of the purchase money paid in advance, as a security for the remainder” (= ) - ‘I & II Corinthians’, hal 401.

b) Dengan adanya ARRABON sebagai ‘uang muka / jaminan’, apa yang kita harapkan untuk kita terima nanti?

Ef 1:14 - “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.

Kata ‘penebusan’ ini biasanya berarti pembebasan dari kutuk / hukuman, dan pemulihan diri kita sehingga kembali diperkenan oleh Allah. Tetapi kadang-kadang kata ‘penebusan’ ini menunjuk pada pembebasan total dari segala kejahatan, yang terjadi pada kedatangan Kristus yang keduakalinya. Arti kedua ini digunakan misalnya dalam:

· Lukas 21:28 - “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu [NIV: ‘redemption’ (= penebusan)] sudah dekat.’”.

· Ro 8:23 - “Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan [NIV: ‘redemption’ (= penebusan)] tubuh kita”.

· Efesus 4:30 - “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan [NIV: ‘redemption’ (= penebusan)]”.

Dan Hodge mengatakan, bahwa dalam Ef 1:14, arti kedua inilah yang harus diambil.

Charles Hodge: “The word redemption, in its Christian sense, sometimes means that deliverance from the curse of the law and restoration to the favour of God, of which believers are in this life the subjects. Sometimes it refers to that final deliverance from all evil, which is to take a place at the second advent of Christ. ...There can be no doubt that it here refers to this final deliverance” (= ) - ‘Ephesians’, hal 5-6.

Jadi, kalau Roh Kudus disebut sebagai ‘tanggungan / uang muka’, itu menunjukkan bahwa Ia adalah jaminan bagi keselamatan maupun berkat-berkat yang lain, termasuk surga. Roh Kudus itu menyebabkan kita bisa pasti bahwa berkat-berkat tersebut di atas akan kita terima. Dengan kata lain, Roh Kudus merupakan jaminan bagi kita bahwa keselamatan kita tidak akan bisa hilang.

Stott: “In giving him to us, God is not just promising us our final inheritance but actually giving us a foretaste of it, which, however, ‘is only a small fraction of the future endowment’” (= Dalam memberikan Dia kepada kita, Allah bukan hanya menjanjikan kita warisan akhir kita tetapi betul-betul memberikan kita suatu cicipan tentang hal itu, yang bagaimanapun hanya merupakan suatu pecahan kecil dari berkat yang akan datang) - ‘Ephesians’, hal 49.

Charles Hodge: “The Holy Spirit is itself ‘the earnest,’ i.e. at once the foretaste and pledge of redemption. ... So certain, therefore, as the Spirit dwells in us, so certain is our final salvation” (= Roh Kudus sendiri adalah ‘jaminan’, yaitu sekaligus merupakan cicipan dan jaminan / janji tentang penebusan. ... Karena itu, sepasti seperti Roh Kudus tinggal di dalam kita, demikianlah pastinya keselamatan akhir kita) - ‘I & II Corinthians’, hal 401.

Barclay: “What Paul is saying is that the experience of the Holy Spirit which we have in this world is a foretaste of the blessedness of heaven; and it is the guarantee that some day we will enter into full possession of the blessedness of God. The highest experiences of Christian peace and joy which this world can afford are only faint foretaste of the joy into which we will one day enter” (= Apa yang dikatakan oleh Paulus adalah bahwa pengalaman tentang Roh Kudus yang kita punyai dalam dunia ini adalah suatu cicipan dari berkat di surga; dan itu adalah jaminan bahwa pada suatu saat nanti kita akan masuk ke dalam kepemilikan penuh terhadap berkat Allah. Pengalaman tertinggi dari damai dan sukacita Kristen yang bisa diberikan dunia ini hanyalah suatu cicipan yang redup dari sukacita yang akan kita masuki pada suatu hari kelak) - ‘Ephesians’, hal 87-88.

William Hendriksen: “when God deposited the Spirit in the hearts of his children he obligated himself to bestow upon them consequently the full remainder of all the blessings of salvation merited for them by the atoning sacrifice of Christ” (= pada saat Allah memberikan Roh dalam hati dari anak-anakNya, maka sebagai akibatnya Ia mewajibkan diriNya sendiri untuk memberikan kepada mereka sisa yang tertinggal dari berkat-berkat keselamatan yang layak mereka dapatkan oleh korban penebusan Kristus) - hal 92.

Editor dari Calvin’s Commentary mengutip kata-kata Chrysostom, yang mengatakan bahwa kalau Allah memberikan Roh KudusNya sebagai jaminan, dan Ia lalu tidak memberikan ‘sisa warisan’, maka Ia akan kehilangan Roh Kudus itu, dan ini jelas merupakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Editor dari Calvin’s Commentary: “If God having given this earnest, should not also give the rest of the inheritance, he should undergoe the losse of his earnest, as Chrysostome most elegantly and soundly argueth” (= Jika Allah, setelah memberikan uang muka / jaminan ini, tidak memberikan juga sisa dari warisan, Ia harus mengalami kehilangan uang muka / jaminanNya, seperti yang diargumentasikan oleh Chrysostom dengan sangat bagus dan sehat / benar) - ‘Second Epistle to the Corinthians’, hal 140 (footnote).

c) Kata ARRABON bisa menunjuk pada cincin pertunangan / janji pernikahan.

William Hendriksen: “He who gives the engagement ring, in pledge, expects to receive the bride. It is God who gave the arrabon. The word arrabon and its cognates are used in modern Greek to indicate matters pertaining to a wedding engagement” (= Ia yang memberikan cincin pertunangan, sebagai jaminan / kepastian, mengharapkan untuk menerima mempelai wanitanya. Allahlah yang memberikan ARRABON. Kata ARRABON dan kata-kata yang asalnya sama, digunakan dalam bahasa Yunani modern untuk menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perjanjian pernikahan) - hal 92 (footnote).

Memang hubungan Allah / Yesus dengan kita digambarkan seperti sepasang calon mempelai. Dengan adanya pemberian Roh Kudus sebagai cincin pertunangan / janji pernikahan, maka pernikahan tersebut merupakan sesuatu yang pasti terjadi.

Penutup

Roh Kudus hanya diberikan kepada orang-orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, dan Ia diberikan pada saat orang itu percaya.

Ef 1:13-14 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu. (14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.

Karena itu tidak semua orang dalam gereja berhak untuk merasa terhibur oleh pemberitaan tentang Roh Kudus di atas tadi. Hanya orang kristen sejati yang berhak menerapkan penghiburan dan jaminan keselamatan tadi untuk dirinya sendiri.

Charles Hodge: “The fruits of the Spirit are the only evidence of his presence; so that while those who experience and manifest those fruits may rejoice in the certainty of salvation, those who are destitute of them have no right to appropriate to themselves the consolation of this and similar declarations of the word of God” (= Buah Roh adalah satu-satunya bukti dari kehadiranNya; sehingga sementara mereka yang mengalami dan mewujudkan buah itu boleh bersukacita dalam kepastian keselamatan, mereka yang tidak mempunyainya tidak berhak untuk mengambil bagi diri mereka sendiri penghiburan ini dan pernyataan-pernyataan yang serupa dari Firman Allah) - ‘I & II Corinthians’, hal 401.

Karena itu kalau saudara belum sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, cepatlah percaya kepadaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara. Maka semua penghiburan dan jaminan keselamatan tadi juga berlaku bagi saudara.

VI. Karunia Roh Kudus

1) Karunia Kebijaksanaan/Hikmat (1 Korintus 12:8)

Kebijaksanaan atau kata lainnya hikmat, ibarat terang yang menghalau kegelapan. Perjanjian Lama menampilkan sang hikmat dengan figur wanita bijaksana; dialah cahaya indah yang menerangi akal budi manusia. Ia menyediakan perjamuan, mengundang orang bersantap, dan belajar darinya. Terang kebijaksanaan juga menerangi batin manusia, agar ia mengalami sukacita sejati yang bukan sekedar perasaan senang. Dan kebijaksanaan menggerakkan kita untuk bertindak. Tidak ada kekuatan yang melebihi Hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan dari pada sepuluh penguasa dalam kota (Pengkhotbah 7:19 TB)

Kebijaksanaan menjadi seperti pilar-pilar bangunan rumah yang kokoh. Apa saja pilar-pilar bangunan kebijaksanaan itu? Di dalam Yakobus 3: 17 dikatakan Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.

1. Murni dalam pemahaman ini berarti mengandaikan kemurnian badani dan batin sebagai ungkapan totalitas penyerahan diri kepada Allah. Artinya, jika tubuh seseorang diperalat untuk mendapatkan keuntungan materi (dalam praktek hidup sehari-hari banyak contohnya) orang sebetulnya kehilangan martabat sebagai citra Allah dalam dirinya dan karenanya ia kehilangan Roh kebijaksanaan yang menjadi penolong untuk setiap keputusan hidup.

2. Pendamai dipahami demikian. Bahwa amarah dan permusuhan pun tak akan mampu merebut damai yang sesungguhnya. Maka menjadi orang Kristen sejati berarti dengan penuh belas kasih memaafkan setiap bentuk penistaan yang, secara langsung mupun tidak langsung, ditujukan kepada umat beriman Kristiani apalagi hidup sebagai Bangsa Indonesia yang plural namun rentan intoleransi. Kebijaksanaan berkaitan dengan para pembawa damai, sebab dengan pembawa damai segala sesuatu diletakkan dalam tempatnya yang layak, dan tak ada keinginan atau hasrat yang membangkang terhadap akal budi tetapi segalanya tunduk kepada roh manusia, sebab roh taat kepada Tuhan.

3. Peramah dalam artian orang bijaksana mampu menata tutur kata dan sikapnya "tutur kata yang buruk membunuh, baik yang berbicara maupun yang mendengar. Anda tidak dapat menyerang sesama dengan tutur kata buruk tanpa membunuh diri sendiri dengan pedang yang sama". Maka tidak membalas kejahatan dengan kejahatan adalah hal yang paling bijaksana sebagai bukti seorang peramah.

4. Penurut sebagai salah satu pilar ini dimaknai sebagai perasaan hati yang jernih. Dengan pilar ini orang mengupayakan keharmonisan, tetapi bukan sekedar penurut. Ia mengkritik tetapi juga siap menerima kritik. Dalam bahasa yang lebih positif correctio fraternal perspektif Agustinus bisa menjadi contoh konkrit.

5. Kemurahan hati berarti sikap murah hati yang merupakan buah nyata kebijaksanaan. Orang bijaksana mau bersolider dengan sesama. Artinya mau menjadi orang Samaria yang murah hati di zaman ini. Tidak memihak mengisyaratkan orang untuk tidak memihak dan tidak main hakim sendiri. Ia tidak pilih kasih. Tidak munafik berarti tidak memutarbalikan kata. Kata-katanya sesuai dengan perbuatan. Ia berpegang pada satu kebenaran, yaitu Kristus. Tanpa Kristus, kebijaksanaan kita tidak menghasilkan buah. Dalam Kristus segala kebijaksanaan mencapai kepenuhannya dan termaktub dalam hidup kekal (Yohanes 17:3)

Percaya atau tidak, ketika merefleksikan tentang karunia kebijaksanaan secara lebih mendalam manusia akan dihantar pada pengalaman tentang Allah. Bahwa segala hal yang ada di sekeliling kita ini selalu berkaitan erat dengan Tuhan. Mahkluk hidup, tumbuhan, benda mati, alam sekitar kita adalah hasil karya tangan Allah. Jika orang sampai pada pengalaman tersebut otomatis keputusan dan pandangan tentang hidup akan menjadi lebih bijak. Menyikapi segala sesuatu dengan lebih bijaksana. Maka, berbicara tentang karunia kebijaksanaan akan selalu berhubungan erat dengan kasih Allah karena karunia tersebut bukan sebatas pengetahuan belaka tetapi sebuah pengalaman ilahi wujud kasih Allah kepada umat-Nya. Bagaimana ia hadir? Roh Kuduslah yang menginspirasi.

Karunia kebijaksanaan memampukan seseorang melihat segala sesuatu dari kacamata Tuhan. Orang akan mampu menimbang segala sesuatu dengan tepat, mempunyai perspektif yang jelas akan kehidupan, melihat segala yang terjadi dalam kehidupannya dengan baik dengan selalu bersyukur dan senantiasa bersukacita di dalam setiap momen hidup. Semua yang terjadi dilihat secara jelas dalam kaitannya dengan Tuhan. Karunia ini memungkinkan seseorang menjalani kehidupan sehari-hari dengan pandangan terfokus kepada Tuhan. Karunia kebijaksanaan membuat seseorang dapat mencerminkan Kristus,

Karunia ini memampukan seorang beriman Kristiani menilai dan mengatur segala sesuatu sesuai dengan norma-norma ilahi dan dengan kewajaran yang memancar dari persatuan kasihnya dengan Tuhan. Roh Kudus membantu mengontemplasikan perkaraperkara ilahi, memampukan orang untuk bertumbuh dalam persatuan mesra dengan Tuhan. Artinya karunia kebijaksanaan bisa menghasilkan pribadi-pribadi yang memiliki pengetahuan dan pengalaman ilahi yang sangat mendalam sekalipun pribadi bersangkutan tidak memiliki pendidikan formal teologi yang mumpuni. Banyak sekali contoh pribadi-pribadi yang membuktikan pengalaman ilahi yang mendalam meskipun tidak punya pendidikan formal yang bagus. Salah satu yang dikenal di dalam Gereja Katolik misalnya St. Theresia dari Liseux. Pujangga gereja ini tidak memiliki pendidikan formal dalam teologi, namun demikian ia memiliki kebijaksanaan dalam mengenal jalanjalan Tuhan.

Manfaat Karunia kebijaksanaan

Maka karunia Roh Hikmat/Kebijaksanaan (the Gift of Wisdom) memberi manfaat di antaranya;

Pertama, karunia kebijaksanaan membantu kita mengetahui kehendak Allah.

Karunia kebijaksanaan memampukan kita untuk berpikir, berkata, berkarya sesuai dengan kehendak Allah. Karunia ini memberikan kita sudut pandang yang lebih luas dan lebih dalam daripada sudut pandang manusiawi kita. Ia membantu kita menemukan diri kita sendiri: bakat-bakat, keterampilan-keterampilan, dan akan menjadi apa kita (contoh: menikah dengan siapa, masuk tarekat mana, pilih pekerjaan apa, pilih kuliah apa, dsb.).

Ia membantu kita memutuskan lebih berdasarkan pada cinta kepada Allah dan sesama daripada kecenderungan alamiah egoisme kita. Ia membantu kita memutuskan bukan hanya berdasarkan kebutuhan kita, melainkan juga berdasarkan kebutuhan orang lain. Ia membantu kita melihat bahwa kita dipanggil untuk orang lain, terlepas dari siapakah kita atau pilihan yang kita buat. Ia membantu kita menerima kehendak Allah, termasuk salib-salib kita. Ia membantu kita mengerti bahwa Allah menghendaki agar kita memakai bakat-bakat kita untuk melayani Dia dan sesama.

Kedua, memberikan kita cara berpikir injili.

Kita dipanggil berada di dalam dan untuk dunia, sebagaimana Kristus berada di dalam dan untuk dunia. Dengan perkataan lain, kita harus hidup sebagaimana Kristus telah hidup; kita harus menjadi murid Kristus.

Ketiga, meningkatkan keutamaan cinta kasih sampai kepada cinta kasih heroik.

Dengan dilepaskan dari keterbatasan manusiawi, dapat berkembang cinta kasih yang heroik. Jiwa mencintai Allah dengan kasih yang murni; jiwa mencintai Allah demi Allah sendiri, bukan demi dirinya sendiri. Mereka tidak meninggalkan harapan mereka untuk surga; mereka menginginkannya lebih dari sebelumnya, tetapi mereka menginginkannya terutama karena di sana mereka akan dapat mencintai Allah dengan intensitas yang lebih besar. Dengan Karunia Kebijaksanaan, para kudus mencintai sesama dengan cinta yang heroik

2). Karunia Memimpin (Roma 12:8)

Karunia memimpin adalah karunia Roh kepada orang -orang tertentu, yang memampukan mereka untuk melihat visi Tuhan. Roh memimpin untuk melayani, membimbing, mengarahkan dan mempengaruhi jemaat Tuhan untuk melakukan kehendak Tuhan.

Disini seorang pemimpin Kristen adalah: 1. seorang pelayan Tuhan yang baik, ia juga rendah hati. 2. Mempunayai karakter baik yang lahir dari Roh 3. Mempunyai Visi yaitu suatu penglihatan atau beban dari Tuhan yang harus dikerjakan oleh penerima Visi. 4. mempuyai karunia dan panggilan khusus dari Tuhan untuk memimpin gereja atau organisasi kristen.

3). Karunia Menasihati (Roma 12:8)

Karunia ini diberikan Roh Kudus kepada orang-orang tertentu untuk berbicara sesuai kebenaran Firman Tuhan, yang sifatnya menegur, membangun, mengarahkan dan menghibur disertai dengan kasih dan empati yang dalam.

4). Karunia Bernubuat (Roma 12:6;1 Korintus 12:10)

Dalam Perjanjian Lama Karunia bernubuat adalah tugas para nabi. Khususnya Nabi-nabi istana yang bertugas menasihati, menegur, menyatakan penghakiman Allah. Ada juga Nabi yang dapat meramalkan masa depan khususnya kedatangan Mesias


Dalam Perjanjian Baru Karunia bernubuat sebagai karunia yang memiliki sifat berkhotbah, membangun, menasihati, menghibur, mengajar dan memberitakan injil, untuk membangun tubuh Kristus yaitu Gereja-Nya.

5). Karunia Mengajar (Roma 12;7)

Karunia ini sebagai kemampuan untuk mengajar disertai kata-kata pengetahuan dan hikmat sehingga orang yang mendengarnya dapat memahami, menerima serta melakukan Firman Tuhan.

VII. Tugas dan peran Roh Kudus

Pertama, Roh Kudus mewahyukan Firman Tuhan (2 Petrus 1:21).

Kedua, melahirbarukan dan mengubah orang berdosa (Yohanes 3:8; Titus 3:5b)

Kelahiran baru itu datang dari atas ke bawah. Kita sudah dipersatukan dengan Roh Kudus seperti dalam kata ebaptisthemen. Roh Kudus mengubah manusia sehingga membenci dosa. Mereka yang sudah mengalami kelahiran baru dan dipenuhi Roh Kudus akan membenci dosa. Orang itu tidak mengalami dualisme.

Ketiga, mempertumbuhkan iman melalui pendengaran akan Firman yang telah diwahyukan-Nya itu (Roma 10:17)

Iman bertumbuh dari pendengaran akan Firman Tuhan. Ada kelompok yang menyatakan bahwa bahasa Roh itu boleh dinyatakan beramai-ramai karena dianggap menyatakan Firman dan tidak perlu diterjemahkan. Kita akan mempelajari bagian ini. Mereka juga menyatakan bahwa jika penyembahan dilakukan dengan bahasa Roh maka itu adalah penyembahan yang tertinggi dan Allah berkenan akan hal itu. Namun mereka tidak memiliki dasar ayat untuk hal ini. Tuhan Yesus menyatakan kepada perempuan Samaria itu bahwa umat Allah akan menyembah dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:23) dan bukan bahasa Roh. 1 Korintus 14:19 Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh. Ayat 14 Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. Ayat 3 Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur

Paulus lebih suka untuk mengucapkan kata-kata yang dapat dimengerti daripada bahasa Roh. Menurut ayat-ayat ini, benarkah bahasa Roh itu yang tertinggi? Menyembah dalam roh dan kebenaran berarti kita sudah bersatu dengan Kristus (union with Christ). Kita menyembah dalam kebenaran karena kita mengenal Dia yang kita sembah.

Keempat, membangun atau menghidupkan hati yang selama ini telah membeku (Yehezkiel 36:26-27)

Roh Kudus memiliki pikiran, perasaan, dan kehendak. Jadi Roh Kudus adalah pribadi dan bukan kuasa. Ada kelompok yang menyatakan bahwa Roh Kudus adalah kuasa saja. Roh Kudus adalah pribadi yang juga harus disembah dan dihormati. Ia tidak boleh dipaksa untuk bekerja dan memberikan mukjizat di luar kehendak-Nya, termasuk melalui doa dan pujian yang diulang-ulang. Setan bisa meniru banyak mukjizat kecuali kelahiran baru. Ketika Roh Kudus dianggap sebagai kuasa saja, Ia bisa dikendalikan manusia. Ini berarti otoritas-Nya dianggap ada di bawah manusia. Mereka menganggap pekerjaan utama Roh Kudus adalah memberikan karunia. 

Dalam lagu ‘Suci, Suci, Suci’ kita mengucapkan 3 kali karena mengakui 3 Pribadi Allah. Jadi sebagai satu Pribadi, Ia berkuasa dengan pemikiran, perasaan dan kehendak-Nya untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan karakter dan fungsi-Nya (Roma 8:26). Roh Kudus bukan sekedar satu kuasa yang bisa dipermainkan, diperintah, dan diatur menurut kehendak manusia di dalam doa dan penyembahan. Dan sebaliknya, Ia yang akan memimpin manusia masuk ke seluruh kebenaran (Yohanes 16:15) dan memimpin umat pilihan untuk taat dalam menjalankan kebenaran Tuhan dalam kehidupan sehari-harinya (Roma 1:17, band. Yohanes 15:16a)

PERAN ROH KUDUS DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA

Peran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya adalah memunculkan buah Roh (Galatia 5:16-23). Di sini dikatakan buah Roh dan bukan buah-buah Roh. Kita bisa membandingkan ini dengan 9 manifestasi yang dituliskan dalam 1 Korintus 12. Dalam ayat ke-10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. menurut mereka ini adalah manifestasi dari baptisan Roh Kudus. 

Di dalam bahasa Yunani dari ayat ini ada frasa hetero gene glosson. Bagian ini berbicara tentang bahasa-bahasa yang berbeda dan bukan berbicara tentang bahasa Roh. Jadi jika kita pandai dalam banyak bahasa seperti Inggris, Mandarin, dan lainnya, maka kita sebenarnya memiliki karunia ini. Ini berbicara tentang ahli bahasa. Jadi 1 Korintus 12 ini tidak berbicara tentang bahasa Roh. Bagian akhir buah Roh berbicara tentang penguasaan diri. Roh Kudus bekerja dan memberikan keteraturan, jadi di dalam ibadah jemaat tidak bisa berbuat sembarangan. 

Dalam Kisah Para Rasul 2:4-11 dikatakan bahwa para Rasul berbicara dalam bahasa-bahasa lain yang bisa dimengerti oleh para pendengarnya sehingga mereka bertobat. Hal yang terpenting untuk diekspresikan setelah kita menerima baptisan Roh Kudus adalah hidup kita harus diubahkan menjadi seperti Kristus. 

Semua aspek dalam diri kita seperti rasio, kebenaran, kesucian, dan karakter kita pasti mengalami perubahan. Ketika suatu pengajaran menekankan hal yang tidak penting menjadi penting, maka bisa terjadi kesalahan. Kita harus mementingkan apa yang Alkitab katakan sebagai penting. Ketika kita mendapatkan baptisan Roh Kudus, yang terpenting adalah perubahan cara berpikir tentang segala hal. Kita menjadi orang yang mencintai kebenaran, keadilan, kesucian, dan karakter yang baik. Jadi orang yang mengaku sudah dibaptis Roh Kudus namun hidupnya belum berubah sebenarnya hanya berbicara kosong. 

Seperti pohon yang sehat memunculkan buah yang sehat, dan pohon akan memunculkan buah yang sejenis dengan pohonnya, demikian pula orang percaya dimana Roh Kudus tinggal di dalam hatinya, harus memunculkan buah Roh Kudus (bandingkan Matius 7:15-23). Ada orang-orang yang mengaku sudah melayani Tuhan bahkan sampai membuat mukjizat. Namun ternyata mukjizat bisa dipalsukan. Setan bisa memalsukan banyak hal. Setiap pengalaman yang terlihat spektakuler bisa datang dari Setan.

Roh Kudus memberikan karunia Roh Kudus secara unik dan berbeda, kepada masing-masing umat percaya menurut kehendak Roh (1 Korintus 12:1-11). Untuk apa karunia Roh Kudus diberikan? Ini bagian yang sangat penting untuk kita ketahui. Karunia itu bukanlah untuk dipamerkan. Karunia ini diberikan pertama untuk kepentingan pelayanan demi keutuhan tubuh Kristus (1 Korintus 12:12-31; Efesus 4:11-16). 

Jadi ketika kita memaksakan karunia itu pada diri kita dan mengaku bahwa kita memilikinya sampai kita berkonflik dengan seluruh jemaat, sebenarnya itu merupakan karunia yang bukan dari Roh Kudus. Roh Kudus bekerja membawa damai dan bukan membawa ketakutan kepada orang lain. Roh Kudus membawa persatuan untuk penginjilan. Itulah pekerjaan mulia yang dikerjakan Roh Kudus. Penyalahgunaan karunia Roh Kudus berakibat orang menyombongkan diri dan memisahkan diri, sehingga menimbulkan masalah dalam jemaat dan tidak bisa menjadi kesaksian yang baik (1 Korintus 14:23)

Ada orang-orang yang lebih mementingkan bahasa Roh dan Paulus menjawab mereka demikian: Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? (1 Korintus 14:23). 

Kita tidak boleh menjadi batu sandungan di dalam komunitas. Menjadi batu sandungan itu tidak hanya ketika kita berkata-kata kasar atau bersikap arogan. Ayat ini menyatakan bahwa jika seluruh jemaat memaksakan untuk berbahasa Roh maka orang luar akan berpikir bahwa jemaat itu gila. Di sini mereka menjadi batu sandungan.

Roh Kudus memberikan karunia untuk saling melengkapi sebagai anggota tubuh Kristus untuk pertumbuhan iman, dan bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan Allah atau Kerajaan Allah (1 Korintus 14:26-40). Yang terpenting bukanlah tentang bahasa Roh dan Paulus telah menyatakan bahwa jika ada yang ingin berbahasa Roh maka haruslah 2 sampai 3 orang saja secara bergantian dan itupun harus ada penafsir (1 Korintus 14:27). Jika syarat itu tidak dipenuhi maka mereka harus berdiam diri (ayat 28). 

Di sini mereka harus memiliki pengendalian diri, aspek terakhir dari buah Roh. Ketiga, Roh Kudus memberikan karunia untuk memimpin umat Allah untuk terus bertumbuh imannya, karena disinilah peranan Roh Kudus yang mengarahkan setiap orang percaya memandang terus kepada Kristus, sebagai pusat imannya (Yohanes 16:14-15, bandingkan 16:8-11)

Jadi mereka yang mengaku dipimpin Roh Kudus harus selalu memandang Yesus. Paulus menulis aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul (1 Korintus 9:26). Paulus berlari sampai garis akhir dan mencapai kemenangan iman (2 Timotius 4:7). Ia mau melayani Tuhan dengan sepenuh hati sebab semuanya dianggap sampah karena Kristus (Filipi 3:7-8). 

Di dalam teologi Reformed hal ini dikenal sebagai proses penyucian (progressive sanctification), dimana setiap anak Tuhan semakin hari semakin menjadi kudus, karena Roh Kudus yang bekerja di dalam hatinya dan menumbuhkan imannya dengan spirit hidup serupa dengan Tuhan Kristus. Dengan kata lain menyukai apa yang Tuhan Yesus sukai dan membenci apa yang dibenci oleh Tuhan Yesus yaitu dosa

Banyak dari orang-orang yang terjebak dalam teologi sukses itu sebenarnya adalah orang-orang yang tulis mengikut Tuhan. Mereka merasakan sakit hati karena ditipu sudah kehilangan uang sangat banyak. Ibadah yang hanya bersifat emosional itu tidak sesuai dengan Alkitab karena Paulus sudah menulis bahwa ia mau beribadah dengan akal budinya (1 Korintus 14:15).

bersambung-
Next Post Previous Post