Menjadi Terbesar dengan Menjadi Terkecil: Lukas 9:48
.jpg)
Pendahuluan
Dalam dunia yang mengagungkan kekuasaan, status, dan pencapaian, ajaran Yesus dalam Lukas 9:48 terdengar radikal. Yesus berkata:
“Setiap orang yang menerima anak kecil ini dalam nama-Ku, ia menerima Aku. Dan, siapa pun yang menerima-Ku, ia juga menerima Dia yang mengutus Aku. Sebab, yang paling hina di antara kamu, dialah yang terutama.” (Lukas 9:48, AYT)
Pernyataan ini bukan sekadar nasihat moral, melainkan kunci untuk memahami cara kerja Kerajaan Allah. Artikel ini akan mengupas eksposisi Lukas 9:48 secara mendalam, dengan mengaitkannya dengan pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan lainnya. Tujuannya adalah memberikan pemahaman teologis yang alkitabiah dan praktis tentang makna sejati keagungan dalam Kerajaan Allah.
1. Konteks Lukas 9: Sebuah Pertanyaan tentang Keagungan
Sebelum ayat 48, murid-murid Yesus bertengkar soal siapa yang terbesar di antara mereka (Lukas 9:46). Ini adalah perdebatan yang mencerminkan sifat manusia yang jatuh: mendambakan status dan pengakuan.
Menurut John Calvin, pertikaian ini menunjukkan betapa lambatnya murid-murid memahami misi Mesias. Dalam Commentaries on the Gospels, Calvin menulis, "They dreamed of a carnal kingdom and sought preeminence therein." Artinya, mereka mengira Kerajaan Allah itu seperti kerajaan dunia, dengan hirarki dan ambisi pribadi.
Yesus tidak hanya menegur mereka, tetapi membalik seluruh paradigma mereka dengan membawa seorang anak kecil ke tengah mereka sebagai simbol pembalikan nilai.
2. Eksposisi Ayat: Lukas 9:48
a. “Setiap orang yang menerima anak kecil ini dalam nama-Ku, ia menerima Aku”
Anak-anak dalam budaya Yahudi kuno tidak memiliki status sosial. Mereka dianggap lemah, tidak berdaya, dan tidak signifikan dalam masyarakat. Dengan menempatkan anak kecil sebagai simbol, Yesus mengajarkan bahwa menerima orang-orang yang dianggap tidak penting berarti menerima Kristus sendiri.
Dalam pemikiran Reformed, ini berkaitan erat dengan ajaran tentang grace to the humble (kasih karunia kepada yang rendah hati). Herman Bavinck menjelaskan bahwa kehadiran Kristus terwujud bukan dalam kebesaran manusiawi, tetapi dalam pelayanan kepada mereka yang kecil dan tidak berdaya.
b. “Siapa pun yang menerima-Ku, ia juga menerima Dia yang mengutus Aku”
Ayat ini menyatakan doktrin Kristologi dan Trinitarianisme yang dalam. Menerima Yesus berarti menerima Bapa. Bavinck menyebutnya sebagai unity in mission: bahwa karya Kristus tidak terpisah dari kehendak Bapa. Dalam Kerajaan Allah, hubungan antara anak-anak Allah dan Allah sendiri dinyatakan melalui penerimaan dan pelayanan terhadap sesama.
c. “Sebab, yang paling hina di antara kamu, dialah yang terutama”
Ini adalah inti dari ajaran Yesus dalam bagian ini. Kata "hina" (Yunani: μικρότερος - mikróteros) menunjukkan mereka yang secara sosial tidak penting, atau rendah hati dalam hati.
R.C. Sproul menulis bahwa dalam Kerajaan Allah, kebesaran tidak ditentukan oleh dominasi, tetapi oleh kerendahan hati dan pelayanan. “To be great is to serve. Christ’s kingdom is an upside-down kingdom.”
3. Dimensi Teologis: Kerajaan Allah yang Terbalik
a. Teologi Salib (Theologia Crucis)
Ajaran Yesus di sini sejalan dengan apa yang disebut oleh Martin Luther dan kemudian teolog Reformed sebagai Theologia Crucis, yaitu teologi salib. Kebesaran Allah ditunjukkan dalam kelemahan dan penderitaan Kristus di kayu salib.
Yesus tidak hanya mengajarkan kerendahan hati—Dia mewujudkannya dengan mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa hamba, dan mati di kayu salib (Filipi 2:6–8). Teologi Reformed sangat menekankan bahwa penderitaan bukanlah kegagalan, tetapi sarana kemuliaan.
b. Doktrin Total Depravity dan Anugerah
Kerendahan hati yang sejati tidak muncul secara alami dalam hati manusia berdosa. Doktrin Reformed tentang Total Depravity menyatakan bahwa kita cenderung mementingkan diri, mengejar keagungan duniawi, dan menolak pelayanan.
Hanya oleh karya Roh Kudus dan anugerah Allah, manusia bisa benar-benar mengadopsi hati yang melayani dan rendah hati. Menjadi "yang terkecil" adalah buah kelahiran baru, bukan usaha etika semata.
4. Aplikasi Praktis: Apa Artinya Menjadi Yang Terkecil?
a. Pelayanan kepada yang Tersembunyi
Dalam kehidupan bergereja, kita sering terpesona oleh pengkhotbah besar, pemimpin yang berkarisma, atau pencapaian yang mencolok. Namun Yesus menunjukkan bahwa pelayanan sejati adalah melayani orang yang tidak dikenal, yang terabaikan, dan yang tidak bisa membalas.
“Pelayanan sejati terlihat dalam tindakan yang tidak terlihat oleh orang lain,” tulis Sinclair Ferguson.
b. Tidak Mengejar Pengakuan
Menjadi terkecil berarti melepaskan keinginan untuk dikenal, dihargai, atau dibalas. Ini adalah bentuk kasih tanpa syarat yang mencerminkan kasih Kristus.
Yesus melayani bahkan saat tidak dihargai—ini menjadi teladan bagi kita yang sering kali mengharapkan balasan atau pengakuan.
c. Kepemimpinan yang Melayani (Servant Leadership)
Dalam perspektif Reformed, pemimpin dalam gereja bukanlah "bos rohani", tetapi hamba dari semua. John Stott, meskipun bukan Reformed dalam pengertian teknis, memberikan kesimpulan yang selaras: “Kepemimpinan Kristen adalah kerelaan untuk mencuci kaki orang lain.”
5. Refleksi dari Tokoh-Tokoh Reformed
John Calvin
Calvin dalam Institutes dan komentarnya terhadap Lukas, mengatakan:
“Christ teaches that greatness in His kingdom consists not in power, dignity, or wealth, but in humility and service.”
Ia menekankan bahwa hanya melalui anugerah dan kesadaran akan dosa kita, kita bisa merendahkan diri.
Herman Bavinck
Bavinck menulis tentang "kerendahan hati sebagai jalan ke dalam persekutuan dengan Kristus." Ia melihat ini sebagai implikasi dari inkarnasi dan penderitaan Yesus yang menunjukkan karakter Allah.
R.C. Sproul
Dalam The Holiness of God, Sproul menggambarkan bahwa mengenal kekudusan Allah akan menghancurkan kesombongan manusia. Kita sadar betapa kecilnya kita di hadapan Dia, dan hanya dengan rendah hati kita bisa melihat kemuliaan sejati.
6. Paradoks Kerajaan Allah
Yesus membalik semua nilai dunia:
-
Ingin menjadi yang pertama? Jadilah yang terakhir (Markus 9:35).
-
Ingin menjadi besar? Jadilah pelayan (Matius 23:11).
-
Ingin hidup? Mati bagi diri sendiri (Lukas 9:24).
Dalam teologi Reformed, paradoks ini bukan hanya metode mengajar Yesus, tetapi juga refleksi realitas spiritual yang dalam: bahwa kekuatan Allah sempurna dalam kelemahan (2 Korintus 12:9).
7. Menerima Anak: Tanda Penerimaan terhadap Kristus
Mengapa Yesus memilih anak sebagai contoh? Karena anak kecil tidak memiliki kuasa, otoritas, atau pengaruh. Dengan menerima mereka, kita belajar menerima mereka yang tidak bisa memberi kita keuntungan apapun. Ini adalah bentuk kasih murni.
Bahkan dalam liturgi Reformed, sakramen baptisan anak menyiratkan bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan karena status atau kontribusi. Anak kecil adalah simbol dari orang yang hanya bisa menerima, bukan memberi—seperti kita di hadapan Allah.
8. Kaitan dengan Doktrin Gereja
a. Ekklesiologi Pelayanan
Gereja yang Reformed tidak dipanggil untuk menjadi organisasi kekuasaan, tetapi komunitas yang saling melayani. Struktur kepemimpinan (penatua, diaken) bukanlah struktur otoriter, tetapi pelayanan.
b. Gereja Sebagai Tubuh Kristus
Setiap anggota penting, bahkan yang paling tidak terlihat. Dalam 1 Korintus 12, Paulus menyatakan bahwa anggota yang tampaknya lemah justru lebih diperlukan. Ini sejalan dengan Lukas 9:48.
9. Panggilan bagi Gereja Masa Kini
Dalam zaman media sosial, pencitraan, dan budaya pengaruh (influencer culture), ajaran ini menjadi tantangan besar. Kita lebih suka terlihat besar, daripada menjadi hamba. Gereja pun mudah tergoda mengejar "kehebatan" duniawi.
Namun Kristus memanggil kita kembali: menjadi terkecil, berarti menjadi terbesar di mata Allah.
10. Kesimpulan: Paradoks Keagungan
Lukas 9:48 mengajarkan bahwa dalam Kerajaan Allah:
-
Keagungan sejati adalah pelayanan.
-
Kekuatan sejati adalah kerendahan hati.
-
Kepemimpinan sejati adalah menjadi hamba.
-
Dan yang terkecil, justru adalah yang terbesar.
Murid-murid Yesus ingin tahu siapa yang terbesar—Yesus menjawab mereka dengan seorang anak kecil. Hari ini, kita juga ditantang: apakah kita masih mengejar pengakuan dan status, atau bersedia menjadi kecil demi Kristus?