DOKTRIN KESELAMATAN


Daftar Isi: Pendahuluan, I. Tulip, II. Urutan Keselamatan, III. Arti Dari Kematian Kristus, 
IV. Jaminan Keselamatan Kekal

PENDAHULUAN

Kata soteriologi berasal dari bahasa Yunani soteria berarti keselamatan. Kata soteria berasal dari kata soter yang artinya juruselamat.
DOKTRIN KESELAMATAN
Alkitab sering menggunakan istilah keselamatan untuk pengertian yang khusus, yaitu menunjuk pada penebusan umat manusia dari akibat dosa dan perdamaian dengan Allah. Di dalam pengertian ini, keselamatan berarti diselamatkan dari malapetaka yang paling fatal, yaitu penghukuman Allah. Keselamatan yang terutama atau yang paling penting telah digenapi oleh Kristus, “yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang” (1Tesalonika 1:10).

Kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia adalah menyelamatkan umat manusia dari murka Allah; murka yang akan membawa manusia kepada pertanggungjawaban seluruh perbuatannya di hadapan Allah. Namun semua itu telah ditanggung-Nya di atas kayu salib menggantikan umat manusia yang berdosa

I. Secara ringkas keselamatan meliputi 5 Hal yang disebut Lima Pokok Calvinis / Reformed yang disingkat TULIP, yaitu:

1) Kerusakan total : Total depravity

oleh karena dosa turunan dan dosa-dosa manusia sendiri semua manusia kecuali Yesus Kristus adalah mengalami kerusakan total dan jahat secara total, walaupun mereka, oleh karena anugerah Allah yang bersifat umum, ditahan sehingga mereka tidak melakukan kejahatan tanpa batas. Mereka tidak mampu sama sekali untuk menyelamatkan diri sendiri.

2) Pemilihan tak bersyarat : Unconditional election

sebelum dunia dijadikan, Allah memilih banyak orang berdosa untuk diselamatkan secara total, hanya oleh karena anugerah dan kasih-Nya yang berdaulat. Mereka dipilih bukan atas dasar iman atau perbuatan baik yang akan mereka lakukan. Pemilihan ini tidak bersyarat, tetapi hanya berdasarkan kasih Allah, bukan berdasarkan orang-orang pilihan itu sendiri.

3) Penebusan terbatas : Limitid atonement

kematian Kristus hanya terbatas menyelamatkan orang-orang pilihan, walaupun kematianNya cukup untuk dosa semua orang, dan walaupun Allah menuntut pertobatan dan kepercayaan dalam Kristus dari semua orang, sehingga Injil harus diberitakan kepada semua orang.

4) Anugerah yang tak dapat ditolak : Irresistible grace

itu berarti bahwa orang yang tidak dipilih tidak dapat menolak anugerah ini, karena anugerah yang menyelamatkan itu tidak diberikan kepada mereka (Lih. Kisah Para Rasul 7:51: Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu). Tetapi kaum pilihan tidak dapat menolak anugerah ini terus menerus. Pada waktu yang ditentukan Allah, orang-orang pilihan akan ditarik kepada Allah, dengan meninggalkan permusuhan mereka dan membuat mereka bersedia untuk memeluk Kristus.

5) Ketekunan orang-orang Kudus : Perseverance of the saints

Kaum pilihan mendapat kepastian yang kekal dalam Kristus, karena Dia memegang dan memberi kekuatan kepada mereka untuk bertekun di dalam Dia sampai pada kesudahan. Tetapi orang-orang Kristen yang menjadi murtad ( 1 Timotius 4:1) keluar dari jemaat, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk kepada kita ( 1Yohanes 2:19)

II. Ordo salutis (Urutan Keselamatan)

Menurut Anthony A.Hoekema , Soteriologi hanya mencakup studi mengenai penerapan berkat-berkat keselamatan di dalam diri umat Allah, dan pemulihan diri mereka sehingga diperkenan oleh Allah dan berada dalam hidup persekutuan dengan Allah di dalam Kristus.

Istilah lain yang dipakai untuk bidang dogmatika ini adalah dalam bahasa latin Ordo salutis yang artinya : urutan keselamatan Ada dua aspek dalam istilah ini :

1. Keselamatan yang Kristus kerjakan bagi kita (Kristus pro nobis bagi kita)

2. Kristus membuat kita mengambil bagian dalam keselamatan itu oleh Roh Kudus (Kristus in nobis, di dalam kita)

Hoekma menekankan bahwa berbagai fase dari urutan keselamatan itu tidak boleh dipikirkan sebagai serangkaian langkah-langkah yang bertahap, dimana langkah yang satu menggantikan langkah sebelumnya, sebaliknya harus dipikirkan berbagai aspek yang terjadi secara simultan dari suatu proses keselamatan, yang mana setelah dimulai aspekaspek tersebut berjalan secara berdampingan

Anthony A.Hoekema membahas hal urutan keselamatan menjadi 9 pokok dalam bab 4 (Diselamatakan oleh Anugerah hal. 81-98), yaitu:

1. Panggilan

Pada umumnya panggilan dibedakan dua macam : panggilan Injil, dan panggilan efektif. Panggilan injil berarti bahwa semua orang yang mendengar Injil sungguh-sungguh dipanggil untuk percaya kepada Kristus. Sedangkan panggilan efektif berarti bahwa panggilan Injil itu hanya menjadi efektif atau hanya berhasil dalam kehidupan orang-orang pilihan. Contohnya melalui: 1. Pembacaan Alkitab, Pujian, Penginjilan pribadi/massal, Obrolan sehari-hari tentang Kristus dll.

2. Kelahiran Kembali

Defenisi kelahiran kembali dalam arti yang lebih sempit itu dapat dirumuskan sebagai berikut: karya Roh Kudus yang mula-mula membawa orang-orang ke dalam kesatuan yang hidup dengan Kristus, mengubah hati mereka yang dulunya mati secara rohani, dan sekarang berkemampuan dan berkehendak untuk bertobat dari dosa, mempercayai Injil dan melayani Tuhan. 

Defenisi ini menegaskan kita harus bertitik tolak dari situasi kerusakan total manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, dan ketidakmampuannya untuk hidup bergaul dengan Tuhan. Kebebasan sejati yang telah hilang dipulihkan kembali, sehingga manusia yang mati dalam dosa, menjadi hidup hidup secara rohani lagi dan dimampukan lagi untuk mengasihi dan melayani Allah.

3. Pertobatan

Dalam PL dua kata yang dipakai untuk pertobatan:

 Nicham : Menyesal. Kata ini sering dipakai untuk suatu perubahan dalam rencana-rencana Allah (Kejadian 6:6-7; Keluaran 32:12,14; Hab. 2:18 (berbelas kasihan), tetapi kadang-kadang juga dipakai untuk mendeskripsikan penyesalan atas dosa di dalam diri manusia; Ayub. 42:6; Yeremia 31:19.

 Shubh : berbalik, Pergi kearah yang berlawanan. Pertobatan berarti perubahan dalam arah dari jalan yang salah ke jalan yang benar ( I Raja-raja 8:35; Ayub. 36:10; Mazmur 51:15; Mal. 3:7)
Dalam penjelasan nas ini jelas bahwa dalam pertobatan ini hati kita terlibat, bnd. Yoel 2:12-13: “berbalik kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.

Dalam PB pertobatan terutama dijelaskan dengan memakai dua kata:

 Metanoia (pertobatan) 22 kali dan Metanoeo (bertobat) 34 kali. Ini menunjuk kepada suatu perubahan pikiran hati. Hoekma menekankan bahwa Metanoia mencakup suatu perubahan dari suatu pribadi secara utuh seperti perubahan pikiran, perasaan, kehendak dan di kelakuan (lih. Matius 3:2; 4:17; Lukas 24:46-47; Kis. 17:30.

 Epistrepho (dari kata epistrophe hanya dipakai satu kali, Kis. 15:3). Strepho artinya berputar kembali atau berbalik arah (lih. Kisah Para Rasul 15:19; 26:18; 1 Tesalonika 1:9; 1 Petrus 2:25.

Di samping kedua kata ini masih ada kata lain kadang-kadang digunakan yaitu metamelomai yang berarti mengubah keputusan (Matius 21:30,32) atau menyesal yang tidak membawa kepada kehidupan (Matius 27:3).

Dalam tulisan Calvin dia menjelaskan tentang pertobatan yang berkelanjutan (lih. Matius 16:24, Roma 12:2). Fakta ini mempunyai 3 implikasi8 :

a. Ada perbedaan pertobatan awal dan pertobatan yang berlanjut disepanjang hidup kita.

b. Pertobatan sehari-hari ini (berlanjut) secara mendasar sama dengan aspek pengudusan progresif yang berlajut terus dalam kehidupan ini.

c. Pertobatan sehari-hari tidak pernah sempurna dikerjakan oleh kita. Katekismus Heidelberg menjelaskan “bahkan orang yang paling suci pun selama hidup di dunia ini, baru berada pada taraf permulaan ketaatan. Kita terus menerus membutuhkan pengampunan untuk dosa-dosa kita, dan untuk ketidak-sempurnaan pertobatan kita. Di sini menjadi nyata bahwa kita tidak diselamatkan oleh perbuatan kita, tetapi karena kasih karunia Allah yang melimpah (Efesus 2:7-9).

4. Iman

Dalam PL ada tiga kata yang paling umum dipakai untuk iman adalah9

a. He’emin : menyebabkan untuk mendukung, menyebabkan menjadi teguh, mempercayakan diri kepada seseorang (Kej. 15:6)

b. Batach : yakin, bersandar, mempercayai (Mazmur 25:2; 13:6a; 84:13; Amsal 16:20; Yesaya 26: 3-4)

c. Chasah : mencari perlindungan (Mazmur 2:12; 25:20; 31:2; 57:2; 91:4).

Menurut Paulus zaman PB dapat di cirikhaskan sebagai zaman dimana iman itu telah datang (Galatia 3:25). Maksud Paulus bahwa objek dari iman kita adalah Yesus Kristus, telah menyatakan diri-Nya.

Kata pistis secara umum dipakai dalam arti iman yang dengannya kita mempercayai (lih. Kisah para rasul 11:24; Roma 3:28; Efesus 2:8). Namun kata pistis kadang-kadang dapat berarti iman yang diyakini yaitu isi dari apa yang dipercayai (lih. Yud. 3; Galatia 1:23; 1 Timotius 4:1).

Kata pisteuein memiliki arti :
1) berpikir bahwa sesuatu adalah benar (Matius 24:23)
2) menerima pesan Allah (Kis. 24:14)
3) menerima Yesus sebagai Mesias (Yohanes 3:16).

Jadi, iman bukan saja berarti mempercayai kebenaran yang disampaikan oleh para rasul atau orang lain, melainkan juga suatu kepercayaan pribadi kepada Kristus sebagai juruselamat.

5. Pembenaran

Istilah Ibrani untuk kata membenarkan adalah hitsdig dari kata tsadag artinya menjadikan benar atau berbalik kepada kebenaran (Dan. 12:3). Kata ini juga dipakai dalam pengertian forensik atau legal, yaitu menyatakan atau mendeklarasikan secara Yudisial bahwa seseorang adalah sesuai dengan hukum misalnya: Ulangan 25:1 “Apabila ada perselisihan.....maka hakim membenarkan pihak yang benar dan menyatakan salah pihak yang bersalah

Dalam PL terdapat juga istilah keadilan Allah. inilah keadilan yang menghukum, misalnya : Mazmur 7:12; 11:5-7; Dan. 9:14. keadilan Allah juga dipakai dalam doa sebagai dasar memohon pertolongan dan keselamatan (Mazmur 31:2; 71:2; 143:1,11). Keadilan Allah berarti Tuhan selalu melakukan apa yang dikatakan-Nya, dan setia terhadap Firman-Nya ( 1 Samuel 15:29; Mazmur 89:35). Jadi apa yang dikatakan Allah baik hukuman maupun janji-Nya selalu Dia lakukan

Istilah Yunani kata membenarkan adalah dikaioo artinya menyatakan atau mendeklarasikan seseorang sebagai yang benar ( Lukas 18:14; Kisah Para Rasul 13:39). Dalam tulisan-tulisan Paulus kata ini berarti menyatakan orang-orang berdosa benar ( Roma 4:5). Selain kata dikaioo, dalam PB kita menemukan kata dikaiosune yang artinya kebenaran (Roma 3:21-22), atau keadilan (Roma 3:25-26). 

Kata ini menunjuk kepada aktivitas Allah untuk membenarkan orang-orang berdosa (Roma 3:21-22), dan juga menunjuk kepada keadilan Allah artinya Allah selalu bertindak sesuai dengan sifat-Nya sebagai Allah yang adil. Allah tetap adil ketika Dia membenarkan orang-orang berdosa, dan Dia menempati janji-Nya mengenai keselamatan. jadi, anugerah-Nya tidak menggantikan keadilan, melainkan anugerah itu direalisasikan melalui keadilan Allah.

Dengan demikian kata dikaiosune dapat menunjuk kepada :

 Kebenaran yang dikerjakan Kristus, yang diperhitungkan kepada orang-orang berdosa yang percaya kepada-Nya.

 Keadilan Allah, selalu melakukan apa yang Dia katakan atau janjikan.

 Kebenaran yang dilakukan oleh Kristus, menaati kehendak Allah secara sempurna, dan juga harus dilakukan oleh setiap orang percaya.

Hoekema menyimpulkan pembahasan ini dengan mengatakan bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena perbuatan (Roma 3:28). Nas-nas lain yang mendukung kesimpulan ini : Galatia 2:16 dan Filipi 2:8b-9. maka kebenaran Allah yang kita peroleh melalui iman merupakan harta yang tidak ternilai sehingga segala hal yang dibandingkan dengannya dilihat sebagai kerugian.

6. Pengadopsian Kita Menjadi Anak-Anak Allah.

Dasar Alkitab bagi doktrin adopsi ini : Efesus 1:5-6; Yohanes 1:12; Roma 8:14-17; 9:8; Galatia 3:26; 1 Yohanes 3:1-2

Manfaat-manfaat pengapdosian kita menjadi anak-anak Allah adalah
1. Kita memiliki hak untuk datang menghadap takhta anugerah dengan keberanian (Ibrani 4:16; 1 Yohanes 5:14)
2. kita menikmati berkat perlindungan dan pemeliharaan Allah (Matius 6:25-34; 1 Petrus 5:7)
3. kesulitan-kesulitan yang masih kita lalui bukan lagi merupkan hukuman atas dosa-dosa kita, melainkan disiplin dari Bapa (Ibrani 12:5-11)
4. kita dimeteraikan oleh Roh Kudus dan dengan demikian kita dijaga oleh kuasa Allah ( 2 Korintus 1:22; Efesus 1:13; 4:30)

7. Pengudusan

Alkitab menunjukkan dua aspek pengudusan yang dihubungkan dengan waktu pengudusan, yaitu : Pengudusan kedudukan atau disebut juga pengudusan posisi (positional sanctification) dan Pengudusan pengalaman, yang disebut juga pengudusan progresif (progressive sanctification).

(a) Pengudusan posisi (positional sanctification), yang disebut juga pengudusan judikal yang terjadi secara seketika (defenitif) pada saat kelahiran kembali oleh Roh Kudus (1 Korintus 1:2; 6:11; Ibrani 2:11). 

Henry C. Thiessen mengatakan, “Pengudusan ini berhubungan dengan kedudukan. Alkitab mengajarkan bahwa ketika seseorang percaya kepada Kristus, pada saat itu pula ia sudah dikuduskan.” Pengudusan ini merupakan pekerjaan objektif Allah, bukan merupakan pengalaman subjektif orang percaya. 

Mengenai pengudusan podisi ini Charles F. Beker mengatakan, “Dengan ini dimaksudkan kedudukan yang dipisahkan bagi Allah. Pengudusan dalam hal kedudukan merupakan pekerjaan objektif Allah, bukan pengalaman subjektif orang percaya.” Dalam hal ini kekudusan Kristus diperhitungkan kepada seseorang pada saat ia percaya. Ia disebut kudus karena telah dipisahkan dengan cara ditempatkan di dalam Kristus. Kedudukannya tersebut adalah kedudukan yang sempurna di hadapan Allah. Kristus telah menjadi pengudusan baginya (1 Korintus 1:30; Ibrani 10:10). 

Alkitab mengatakan, Kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus” (Ibrani 10:10). TullianTchividjian mengatakan, “Allah memperhitungkan kepada saya pemuasan, kebenaran dan kekudusan sempurna Kristus, seakan-akan saya tidak pernah melakukan dosa apa pun, dan diri saya telah mencapai semua ketaatan yang telah Kristus berikan kepada saya.”

(b) Pengudusan pengalaman, yang disebut juga pengudusan progresif (progressive sanctification), dan merupakan suatu proses yang terjadi terus menerus. 

Henry C. Thiessen mengatakan, “Sebagai suatu proses, pengudusan berlangsung sepanjang hidup.” Pengudusan progresif ini berhubungan dengan tingkah laku karena itu disebut juga aspek subjektif dari pengudusan. 

Jadi pengudusan dapat dilihat sebagai seketika dan juga sebagai proses. Itulah sebabnya orang percaya, setelah dikuduskan (seketika) harus hidup dalam kehidupan yang kudus setiap hari. Karena itulah semua surat Perjanjian Baru memiliki nasihat bagi orang percaya untuk bertumbuh di dalam Kristus dan memiliki kehidupan yang diucikan dan dikhususkan (Roma 6:19,22; 1 Tesalonika 4:7; 5:23; 1 Timotius 2:15; Ibrani 10:14; 12:14; 2 Petrus 3:18). 

Namun, pengudusan akhir dan lengkap (perfected sanctification), yang merupakan pengudusan penyempurnaan bagi orang percaya akan terjadi pada saat Yesus Kristus datang kembali. Pada saat itu segala ketidaksempurnaan kita dan kehadiran dosa dihapuskan dari hidup orang percaya (1 Tesalonika 3:13; 5:23,24; Ibrani 6:1,2).

8. Ketekuanan Orang Kudus

Sekali diselamatkan, selamanya diselamatkan. Ini merupakan penjelasan yang paling sederhana dan singkat mengenai ketekunan orang kudus. Ketekunan orang kudus adalah pekerjaan Roh Kudus di dalam diri orang percaya, yang oleh anugerah Allah bekerja di dalam hati orang percaya sejak awal dan terus menerus bekerja sampai proses keselamatan selesai dengan sempurna. Dengan demikian, seseorang yang telah mendapatkan anugerah keselamatan tidak akan pernah kehilangan keselamatannya (Yohanes 10:28). Sebab Roh Kuduslah yang bekerja sejak awalnya, dan terus menerus bekerja memelihara hatinya hingga keselamatannya sempurna.

9. Pemuliaan

Pemuliaan adalah fase terakhir dari penerapan penebusan. Fase ini menyempurnakan seluruh proses yang dimulai dengan panggilan efektif dan merupakan akhir dari seluruh proses penebusan. Pemuliaan merupakan puncak dan kesempurnaan penebusan dari keseluruhan pribadi, yaitu ketika integritas tubuh dan roh umat Allah telah diubahkan seturut gambar dari Penebus yang telah bangkit, yang telah ditinggikan dan dipermuliakan. Hal itu terjadi ketika setiap tubuh kehinaan mereka diubah seperti tubuh kemuliaan Kristus.

Catatan; Dari G. I. Williamson dalam bukunya Pengakuan Iman Westminster membagikan 8 urutan keselamatan, yakni :

1. Pertama, dari Surga, Allah Bapa telah memilih beberapa orang untuk diselamatkan.

Di dalam theologia Reformed, ini dikenal dengan pernyataan Unconditional Election (Pemilihan yang Tidak Bersyarat). Berarti, Allah memilih beberapa manusia mutlak berdasarkan kerelaaan kedaulatan-Nya. Ketika Allah memilih Yakub dan tidak memilih Esau, Ia mengajarkan satu prinsip melalui Paulus, “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.” (Roma 9:15)

Ini berarti bukan urusan kita untuk meragukan keadilan Allah, karena itu sudah keputusan kehendak-Nya yang berdaulat. Kita sebagai manusia tidak pernah boleh complain terhadap Allah (berkaitan dengan siapa yang dipilih dan ditolak-Nya) karena sebenarnya sebelum dipilih, semua manusia adalah makhluk berdosa. Kita yang dipilih-Nya seharusnya bersyukur dan menaati panggilan-Nya, bukan complain.

Selain itu, kita hanya patuh dan taat akan apa yang Allah telah nyatakan di dalam Alkitab. Apakah ketaatan ini membabibuta ? TIDAK. Ketaatan ini disertai iman, karena kita beriman bahwa Allah yang memiliki pengetahuan sempurna akan hal ini (sedangkan kita belum). Ketika kita sebagai manusia ingin mencari tahu tentang misteri ini, kita sebenarnya sedang melanggar wilayah kesempurnaan pengetahuan Allah dan tentunya, kalaupun (tidak pernah terjadi) Allah menyingkapkan misteri ini kepada kita, kita tak mungkin akan pernah menampung penyingkapan Allah ini dengan rasio kita yang terbatas.

Mengenai misteri ini, Allah berfirman, “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.” (Ulangan 29:29)

2. Kedua, setelah Allah memilih manusia, Ia mengaruniakan Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus Kristus (Allah Putra) untuk menebus dosa-dosa manusia pilihan-Nya tersebut dan menyelamatkan mereka dari perbudakan dosa tanpa melihat jasa baik mereka karena kasih-Nya (Yohanes 3:16).

Di dalam 5 pokok Calvinisme, poin ini disebut Limited Atonement/Penebusan Terbatas. Penebusan Terbatas tidak berarti kualitas penebusannya yang terbatas, tetapi wilayah cakupan penebusannya yang terbatas, yaitu hanya bagi umat pilihan-Nya. Manusia yang telah ditetapkan-Nya untuk binasa (kaum reprobat/tertolak) tidak akan pernah mungkin menerima penebusan Kristus. Ini berarti keselamatan, di dalam kerangka pikir theologia Reformed berdasarkan Alkitab, terjadi hanya melalui anugerah Allah (sola gratia).

3. Ketiga, Allah Roh Kudus mengaktifkan penebusan Kristus ini ke dalam hati umat pilihan-Nya dengan melahirbarukan mereka.

Artinya, Roh Kudus memberikan hati yang baru kepada umat pilihan-Nya. Mengapa hati yang baru ? Karena hati manusia yang lama sudah dipolusi oleh dosa, sehingga Roh Kudus harus mengganti total dengan memberikan hati baru kepada mereka. Yehezkiel 36:26 berkata, “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.

” King James Version (KJV) menerjemahkan, “A new heart also will I give you, and a new spirit will I put within you: and I will take away the stony heart out of your flesh, and I will give you an heart of flesh.” Uniknya, Roh Kudus yang memberikan hati yang baru sekaligus membuang atau mematikan (kata take away dalam KJV berasal dari bahasa Ibrani yang bisa berarti mematikan/turn off) hati yang lama yang mengeras. Berarti, Roh Kudus menundukkan hati manusia yang keras untuk bisa menerima-Nya.

4. Keempat, setelah melahirbarukan umat pilihan, Roh Kudus memberikan iman dan pertobatan kepada mereka.

Dengan kata lain, theologia Reformed mengajarkan dilahirbarukan oleh Roh Kudus merupakan proses yang mendahului iman (bukan iman yang mendahului lahir baru). Orang baru bisa beriman karena ia telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Lalu, orang yang beriman baru bisa beriman karena adanya anugerah Allah. Iman adalah anugerah Allah, bukan kehebatan manusia.

Jadi, sangatlah salah jika “theologia” non-Reformed mengajarkan bahwa iman adalah joint venture antara Allah dengan manusia (ajaran Philip Melanchton) atau iman adalah tindakan manusia mempercayai Allah. Kalau benar, iman adalah tindakan manusia, bagaimana manusia bisa memilih iman yang benar, kalau di dalam hidupnya, kadang-kadang manusia bisa saja (bahkan sering) salah memilih.

Pdt. Dr. Stephen Tong mengibaratkan bahwa manusia seringkali salah memilih kepiting, lalu bagaimana mungkin manusia yang sama bisa benar dalam memilih iman. Itu suatu keanehan. Lalu, mengapa iman adalah anugerah Allah ? Iman adalah anugerah Allah berarti anak-anak Tuhan dapat beriman ketika mereka dianugerahkan iman oleh Allah (Band. Filipi 1:29), sehingga ketika mereka dapat beriman di dalam Kristus, mereka semakin dapat memuliakan Allah karena tanpa-Nya, mereka tak mungkin bisa beriman.

Ketika iman bukan anugerah Allah, maka manusia bisa membanggakan diri seolah-olah dia mampu memilih iman yang benar dan kemuliaan Allah dicuri karenanya. Selain iman, Roh Kudus pula lah yang mencerahkan hati dan pikiran mereka untuk bertobat dan kembali kepada Kristus baik melalui sarana KKR, penginjilan, mendengarkan kaset khotbah, dll.

Di dalam “theologia” Injili selalu ditekankan bahwa bertobat dahulu baru dilahirbarukan, sedangkan theologia Reformed mengajarkan bahwa setelah dilahirbarukan, manusia pilihan-Nya bisa mengerti dosa-dosa mereka, lalu bertobat dan kembali kepada Kristus. Theologia Reformed selalu menempatkan kedaulatan Allah bahkan di dalam proses keselamatan ini karena memang keselamatan adalah 100% anugerah Allah (bukan sebagian).

Di dalam proses mencerahkan hati dan pikiran ini, anugerah Roh Kudus ini murni tidak bisa ditolak oleh manusia (di dalam 5 pokok Calvinisme, poin ini disebut Irresistible Grace/Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak) dan bukan juga berarti Roh Kudus memaksa, tetapi Roh Kudus melembutkan hati dan pikiran manusia pilihan-Nya yang keras dan memberontak sehingga dengan rendah hati dan taat mutlak mereka bertobat dan kembali kepada Kristus.

5. Kelima, Allah membenarkan kaum pilihan yang telah bertobat dan beriman dengan cara mengimputasikan kebenaran Kristus kepada mereka sehingga mereka dinyatakan benar (righteous) atau tidak salah.

Paulus mengajarkan hal ini di dalam pengontrasannya dengan dosa Adam pertama di dalam Roma 5:18, “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.” Ayat ini berarti sama seperti dosa Adam pertama mengakibatkan semua manusia memiliki dosa asal, maka Kebenaran yang dikerjakan Kristus sebagai Adam kedua juga mengakibatkan semua manusia di dalam Kristus (umat pilihan-Nya) beroleh pembenaran.

Dengan kata lain, kita dibenarkan atau dinyatakan benar oleh Allah bukan karena tindakan baik kita tetapi karena Kristus telah mengerjakan kebenaran bagi kita (solus Christus). Ini pasti merupakan suatu tindakan anugerah Allah karena tak mungkin manusia berdosa dibenarkan kalau bukan pekerjaan Allah sendiri.

6. Keenam, Allah mengadopsi umat pilihan menjadi anak-anak-Nya di dalam Kristus.

Berarti, setelah dibenarkan, mereka yang termasuk umat pilihan mendapatkan hak istimewa (privilege) menjadi anak-anak-Nya. Tetapi tidak berarti karena kita adalah anak-anak-Nya, kita bisa manja dengan Allah. Menjadi anak-anak Allah berarti secara status kita telah diadopsi dan juga secara kondisi kita harus terus-menerus memiliki keinginan untuk serupa dengan Allah. Sama seperti hubungan kita dengan orangtua, maka kita sebagai anak harus belajar untuk hidup dewasa/mandiri karena kita pun sebentar lagi akan menjadi orangtua bagi anak-anak kita. Menjadi anak berbicara dua hal, yaitu hak istimewa dan kedewasaan.

7. Ketujuh, setelah umat pilihan-Nya diadopsi, Allah tetap bekerja menjaga keselamatan tersebut supaya tidak hilang (di dalam 5 pokok Calvinisme, poin ini disebut Perseverance of the Saints/Ketekunan Orang-orang Kudus) dengan cara memimpin mereka di dalam pengudusan terus-menerus (progressive sanctification) oleh Roh Kudus.

Keselamatan manusia pilihan-Nya di dalam Kristus tak mungkin bisa hilang, karena ada Allah yang menjaganya (Yohanes 6:39, “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.” dan Yohanes 10:27-29, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.”).

Kedua ayat ini saja sudah mengajarkan bahwa Allah memelihara keselamatan anak-anak-Nya sehingga tak mungkin bisa hilang. Di dalam Yohanes 3:16, Tuhan Yesus berkata bahwa orang yang percaya di dalam nama-Nya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Kalau keselamatan umat pilihan-Nya bisa hilang, maka Yohanes 3:16 akan mengajarkan bahwa orang yang percaya di dalam nama-Nya akan beroleh hidup yang sebagian kekal.

Puji Tuhan, Allah menyelamatkan kita dalam rangkaian proses yang sedemikian indah sehingga proses ini seharusnya membuat kita sadar dan bersyukur atas anugerah-Nya lalu dengan rendah hati menaati semua perintah dan kehendak-Nya di dalam proses pengudusan terus-menerus yang dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam hati kita.

Ingatlah, anak-anak Tuhan yang telah ditebus Kristus masih bisa berbuat dosa, tetapi kuasa dosa itu tidak bisa menguasai mereka karena ada Roh Kudus yang memimpin, menuntun, menolong, mengajar, menghibur dan memelihara kehidupan kita sehingga kita tak mungkin bisa jatuh atau murtad atau kehilangan keselamatan kita. Dengan kata lain, Roh Kudus memampukan kita untuk mampu berbuat baik (padahal sebelumnya, manusia yang berdosa tidak mampu berbuat baik, sebaliknya mereka hanya mampu berbuat jahat) sesuai dengan kehendak-Nya dan untuk kemuliaan-Nya.

8. Terakhir (kedelapan), Allah yang telah menguduskan umat pilihan, Dia juga lah yang akan membawa mereka kepada kemuliaan (glorification).

Kemuliaan merupakan akhir dari segala-galanya. Bagi mereka yang telah ditetapkan untuk binasa, maka neraka lah tempat akhir mereka, sedangkan bagi mereka yang telah ditetapkan-Nya untuk diselamatkan, maka kemuliaan, mahkota dan Surga lah tempat akhir mereka. Dan lagi, di dalam kemuliaan, kita benar-benar mendapatkan keselamatan kekal dan sempurna serta kita menjadi suci 100% (kondisi non-posse peccare atau tidak bisa berdosa). Mengapa ? Karena kita telah dikaruniai-Nya tubuh dan jiwa yang baru di dalam langit dan bumi yang baru kelak, sehingga kita tak mungkin bisa berdosa lagi. Pengharapan ini merupakan suatu pengharapan yang sangat besar dan berharga bagi kita.
(Williamson, 2006, pp. 135-136)

III. Arti Dari Kematian Kristus

1. Pengorbanan (Sakrifasi).

Rasul Paulus memandang kematian Kristus sebagai kematian korban. Di dalam beberapa ayat referensi Paulus jelas menghubungkan kematian Kristus dengan ritual Perjanjian Lama dan konsep pengorbanan. George Eldon Ladd menjelaskan, “Kata ‘hilastérion’ atau yang diterjemahkan dengan ‘jalan pendamaian’ yang digunakan Paulus dalam Roma 3:25 menunjuk langsung kepada korban dosa yang dipersembahkan oleh imam besar pada hari Pendamaian.

Paulus menggambarkan kematian Kristus sebagai korban yang harum bagi Allah (Efesus 5:2).” Selanjutnya, perkataan rasul Paulus “peri hamartias” atau yang diterjemahkan dengan “karena dosa” menunjuk pada kematian Kristus yang berkorban, atau “sebagai korban dosa”. Sekali lagi, Paulus membicarakan tentang Kristus sebagai domba Paskah yang tersembelih (1 Korintus 5:7).

Kematian Kristus dipandang bukan sebagai kematian biasa saja, melainkan penyerahan hidup dan pengorbanan hidup. Penulis Kitab Ibrani menyatakan bahwa sebagai ganti korban bakaran, maka tubuh Kristus dipersembahkan sebagai korban (Ibrani 10:5-18). PengorbananNya terlihat dari kerelaanNya dalam menanggung hinaan dan penderitaan sampai Ia mati di kayu salib. Penulis Kitab Ibrani mengatakan bahwa Kristus, “mengalami maut bagi semua manusia” (Ibrani 2:9).

2. Pengantaraan (Mediasi).

Kata Yunani “pengantara” dalam Perjanjian Baru adalah “mesites”, yang berarti “pergi diantara, yakni secara sederhana, perwakilan, atau (dengan implikasi) seorang pendamai, seorang pensyafaat”. Seorang perantara adalah “seorang yang berada di tengah” atau “seorang yang menengahi antara pihak-pihak yang berbeda, untuk tujuan mendamaikan mereka”. Keunikan dari pengorbanan Kristus dan yang sangat penting adalah bahwa Kristus adalah korban dan sekaligus Imam Besar yang mempersembahkan korban itu. Dua pihak dalam sistem keimaman tergabung menjadi satu.

Herbert Wolf menjelaskan pelayanan imam besar dalam Perjanjian Lama sebagai berikut, “Fokus utama dalam Kitab Keluaran dan Imamat terletak pada pelayanan imam besar, yang adalah pengantara di antara Allah dan bangsa Israel”. Lebih lanjut Herbert Wolf menjelaskan, “Hari yang paling penting dalam satu tahun ialah Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur) yang jatuh pada tanggal 10 dari bulan ketujuh (September-Oktober). Pada hari itu, imam besar memasuki Tempat Mahakudus lalu memercikkan darah dihadapan Tabut Perjanjian”.

Karya Kristus dalam Ibrani 9:6-15 disamakan dengan Hari Raya Pendamaian di Perjanjian Lama. Kristus digambarkan sebagai Imam Besar yang memasuki tempat yang kudus untuk mempersembahkan korban. Namun korban yang dibawa oleh Kristus bukan domba jantan atau lembu jantan melainkan diriNya sendiri.

Herbert Wolf menjelaskan demikian, “Kebanyakan ayat Perjanjian Baru yang membandingkan antara Hari Raya Pendamaian dengan kematian Kristus menekankan tersediaNya jalan masuk ke Tempat Mahakudus. Pada waktu Kristus mati, tabir di Bait Suci terbelah dua (Matius 27:51), dan Kristus sebagai Imam Besar kita ‘masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus ... dengan membawa darahNya sendiri’ (Ibrani 9:12)”.

Dengan demikian sebagai Imam Besar, Kristus melakukan pendamaian sebagai pengantara. Rasul Paulus menjelaskan pekerjaan pengantaraan Kristus dalam pendamaian itu demikian, “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya” (2 Korintus 5:18a). Kristus ditunjuk sebagai Imam Besar yang telah menjadi korban pendamaian bagi dosa (Ibrani 2:17; 9:15;12:24).

3. Pencurahan Darah.

Aspek korban dari kematian Kristus terlihat dari beberapa ayat referensi yang berbicara tentang darahNya. Allah telah membuat Kristus menjadi jalan pendamaian melalui darahNya (Roma 3:25); kita dibenarkan oleh darahNya (Roma 5:9); Kita memiliki penebusan melalui darahNya (Efesus 1:7); Kita telah didekatkan kepada Allah oleh darah Kristus (Efesus 2:13); kita memiliki damai melalui darah yang dicurahkan di salib (Kolose 1:20).

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Penulis Kitab Ibrani yang menyatakan bahwa “tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibrani 9:22; Bandingkan Matius 26:26-29; Yohanes 19:34-35; 1 Yohanes 1:7). Kevin J. Conner dan Ken Malmin mengatakan, “Darah Yesus yang berharga dan yang tidak mungkin bercacat adalah darah Perjanjian Baru (Wahyu 12:11; Ibrani 9). Semua darah korban perjanjian sebelumnya menunjuk pada darahNya. Darah Yesus menggenapi dan mengakhiri semua darah binatang korban. Darah Yesus adalah darah Perjanjian Kekal (Ibrani 13:20).”

4. Peredaan Murka (Propisiasi).

Propisiasi berarti seorang berdosa yang melawan Allah dijauhkan dari murka karena Allah telah dipuaskan oleh suatu pembayaran. Paul Enns menjelaskan propisiasi sebagai berikut, “propisiasi berarti bahwa kematian Kristus secara penuh memuaskan semua tuntutan kebenaran Allah terhadap orang berdosa. Karena Allah adalah kudus dan benar, maka Ia tidak dapat mengabaikan dosa; melalui karya Yesus Kristus, Allah telah dipuaskan dan standar kebenaranNya telah dipenuhi”.

J. Knox Chamblin menjelaskan, “propisiasi adalah tindakan yang tertuju pada Allah, yaitu dengan meredakan murka atau mengalihkan murka Allah dengan korban tebusan”. Kata Ibrani yang dipakai untuk menjelaskan propisiasi adalah “khapar” yang berarti “menutupi”, merupakan kata yang menyangkut upacara menutupi dosa dalam Perjanjian Lama (Imamat 4:35; 10:17).

Sedangkan kata kerja Yunani “hilaskomai” artinya “untuk mempropisiasikan”, muncul dua kali di Perjanjian Baru (Lukas 18:13; Ibrani 2:7); Kata bendanya muncul tiga kali dalam Perjanjian Baru, yaitu “hilasmos” (1 Yohanes 2:2; 4:10) dan “hilasterion” di Roma 3:25).

Kenyataan akan adanya murka Allah menimbulkan keharusan untuk meredakan murka itu. Adanya murka Allah atas manusia ini dinyatakan dengan jelas di dalam Alkitab. Menurut Charles C. Ryrie, “Lebih dari dua puluh kata yang berlainan dan yang digunakan sebanyak kira-kira 580 kali menyatakan murka Allah dalam Perjanjian Lama (2 Raja-raja 13:3; 23:26; Ayub 21:20; Yeremia 21:12; Yeheskiel 8:18; 16:38; 23:25; 24:13). Disetiap tempat selalu dinyatakan bahwa dosa merupakan penyebab murka Allah”.

Masih menurut Ryrie, bahwa murka dalam Perjanjian Baru merupakan konsep dasar untuk menyatakan perlunya pendamaian. Perjanjian baru memakai kata yang terpenting, yaitu “orge” menyataan murka yang lebih tetap (Yohanes 3:36; Roma 1:18; Efesus 2:23; 1 Tesalonika 2:16; Wahyu 6:16); dan “thumos” menyatakan murka yang lebih bernafsu (Wahyu 14:10,19; 15:1,7; 16:1; 19:15). Kedua kata itu dengan jelas menyatakan permusuhan ilahi terhadap dosa secara pribadi. Untuk meredakan murka ini bukan merupakan soal balas dendam melainkan soal keadilan, dan hal itu menuntut pengorbanan Anak Allah.

Dengan demikian jelaslah bahwa propisiasi berhubungan dengan peredaan murka Allah. Karena Allah itu kudus, murkaNya ditujukan pada dan harus dialihkan supaya manusia dapat luput dari kehancuran kekal. Dan Allah menyediakan jalan keluar bagi dosa dengan mengutus Kristus sebagai pemenuhan tuntutan atas dosa-dosa manusia. AkibatNya, kematian Kristus memuaskan tuntutan Allah dan meredakan murka Allah. Kini, daripada meminta manusia melakukan sesuatu untuk mendapatkan perkenanNya, Allah justru meminta manusia untuk didamaikan denganNya melalui karya yang telah dituntaskan Kristus (2 Korintus 5:20).

Rasul Yohanes menjelaskan bahwa peredaan murka ini bukan hanya bagi dosa orang-orang percaya, atau pilihan saja, tetapi juga bagi seluruh dunia ketika ia berkata, “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yohanes 2:2). Kata “pendamaian” dalam ayat ini adalah terjemahan dari kata Yunani “hilasmos”, yang dalam King James Version diterjemahkan dengan “propitiation”.

5. Penghapusan Kesalahan (Ekspiasi).

Sementara propisiasi berhubungan dengan meredakan murka Allah, maka ekspiasi berhubungan dengan penghapusan kesalahan (dosa-dosa) manusia. Charles C. Ryrie menjelaskan, “Ekspiasi adalah penghapusan murka, dosa atau rasa bersalah seseorang. Ekspiasi berhubungan dengan perbaikan terhadap suatu kesalahan”. J. Knox Chamblin menjelaskan, “Ekspiasi adalah tindakan yang tertuju pada dosa, yaitu dengan menghapus dan menetralisir dosa”.

Jadi, sebagaimana yang dikatakan Rick Cornish, “Ekspiasi merupakan pembayaran untuk dosa akibat kesalahan, yang membuat si pendosa dibebaskan dari berutang dosa”. Yohanes Pembaptis seperti yang dicatat oleh rasul Yohanes menyebut Yesus dengan gelar “Anak Domba Allah” (Yohanes 1:29,36). Pada sebutan pertama, gelar ini diperjelas dengan keterangan tambahan “yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Kata “menghapus” dalam ayat itu adalah terjemahan dari kata kerja Yunani “airôn” yang berarti “menanggung atau menyingkirkan”.

Donald Guthrie menjelaskan, “kata kerja Yunani ho airôn, yang berarti ‘mengangkut’, juga ‘menghapus’. Pengertian yang paling logis yakni: perkataan itu menunjuk pada soal menebus dosa”. Beberapa komentar tentang Yohanes 1:29 seperti berikut ini. 

Everret F. Harrison mengatakan, “Pelayanan Yohanes sendiri didasarkan pada kenyataan tentang dosa; pelayanan Kristus berkaitan dengan penghapusan dosa”. Donald C. Stamps menjelaskan, “Melalui kematianNya, Yesus memungkinkan penghapusan kesalahan dan kuasa dosa dan membuka jalan kepada Allah bagi seluruh dunia”.

6. Korban Pengganti (Substitusi).

Kematian Kristus disebut sebagai korban pengganti. Kata Inggris “vicarious” berarti “dilaksanakan dengan cara mengadakan subsitusi (menggantikan)”. Doktrin penggantian ini penting sebab berhubungan dengan pemuasan yang sempurna atas tuntutan kebenaran dari Allah yang kudus melalui pembayaran yang sempurna dari Kristus untuk dosa. Atas dasar inilah Allah dapat mendeklarasikan orang berdosa yang percaya sebagai orang yang benar dan menerima mereka dalam persekutuan tanpa ada kompromi dari pihakNya. Semua dosa orang percaya ditanggung oleh Kristus, yang sepenuhnya menebus mereka dan membayar untuk mereka melalui kematianNya.

Ada dua preposisi (kata depan) Yunani yang menekankan sifat korban pengganti dari kematian Kristus, yaitu : (1) preposisi “anti” yang mempunyai arti “persamaan, penukaran, atau pengganti”. Kata “anti” tidak pernah mempunyai arti yang lebih luas dari “demi” atau “atas nama”; (2) preposisi “huper” yang mempunyai arti “untuk kepentingan” dan juga kadangkala diberarti “pengganti”. Contoh penggunaan preposisi “anti” terdapat dalam Matius 20:28; Markus 10:45, sedang contoh penggunaan preposisi “huper” (Galatia 3:13; 1 Timotius 2:6; 2 Korintus 5:1; 1 Petrus 3:18). Ada lagi ayat Alkitab, selain yang disebutkan sebelumnya di atas, yang menekankan korban penggantian Kristus bagi manusia (Yesaya 53:5; 1 Petrus 2:24; 2 Korintus 5:21).

Dengan demikian yang dimaksud dengan korban penggantian (substitusi) adalah bahwa Kristus mati bagi orang berdosa dan atau kematianNya menggantikan orang berdosa menanggung hukuman yang seharusnya ditanggung oleh orang berdosa yang percaya kepadaNya. Kesalahan orang berdosa yang percaya diperhitungkan kepadaNya secara demikian sehingga Ia mewakili mereka menanggung hukuman mereka.

Namun, ada orang yang mengganggap bahwa jika Kristus mati sebagai pengganti, tentu semua orang secara otomatis akan selamat. Ini merupakan pemikiran yang keliru. Mengapa? Karena kematian Kristus sebagai korban pengganti memiliki dua aspek, yaitu : (1) Kristus mati bagi orang berdosa (preposisi Yunani “huper”); dan (2) Kristus mati menggantikan orang berdosa yang percaya (preposisi Yunani “anti”). Aspek yang pertama menghubungan kematian Kristus dengan manfaatnya yang bersifat universal bagi orang-orang berdosa, sedangkan aspek yang kedua menghubungkan kematian Kristus sebagi pengganti orang berdosa yang percaya kepadaNya.

Jadi, Seperti kata Sir Robert Anderson, “bahwa Kristus mati bagi manfaat dari orang berdosa (huper) dan bukan sebagai ganti orang berdosa (anti) karena huper terutama selalu digunakan dalam pemberitaan Injil kepada mereka yang bukan orang-orang yang diselamatkan. Hanya setelah orang berdosa menerima dengan iman kematian Kristus bagi dirinya, barulah ia menerima aspek penggantian (anti) dari kematian Kristus itu”.

7. Penebusan (Redempsi).

Kata penebusan bukanlah ajaran yang hanya khas Perjanjian Baru. Faktanya, pada KJV kata “redeem” (tebus) dengan berbagai variasinya muncul sebanyak 139 dalam Perjanjian Lama, dan hanya 22 kali dalam Perjanjian Baru. Kata penebusan berasal dari kata Yunani “agorazo” yang berarti “membeli dari pasar”. Seringkali kata ini berhubungan dengan penjualan budak dipasar. Kata “agorazo” ini digunakan untuk menggambarkan orang percaya yang dibeli dari pasar budak dosa dan dibebaskan dari ikatan dosa. Harga pembayaran untuk kebebasan orang percaya dan pembebasan dari dosa adalah kematian Kristus (1 Korintus 6:20; 7:23; Wahyu 5:9; 14:3,4).

Rasul Paulus menggunakan istilah penebusan untuk menggambarkan transaksi Kristus untuk membebaskan kita dari dosa dan hukumannya, sehingga kita menerima pengampunan dari Allah. Paulus mengatakan, “Sebab di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa” (Efesus 1:7; Kolose 1:14). Kita “dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam darah Kristus Yesus” (Roma 3:24).

Tiga kata Yunani lainnya untuk menjelaskan tentang penebusan adalah :

(1) exagorazo, yang berarti “membayar harga, menebus, membeli dari pasar, mengambil alih dari kuasa pihak lain”. Kata ini digunakan dua kali behubungan dengan Kristus menebus atau melepaskan orang percaya dari kutuk dan kuasa hukum Taurat (Galatia 3:13; 4:5);

(2) lutro, yang berarti “membebaskan melalui pembayaran tebusan”. Kata kerjanya muncul tiga kali dalam Lukas 24:21; Titus 2:14; 1 Petrus 1:18-19. Sedangkan kata benda “lutron” digunakan dua kali dalam Matius 20:28; Markus 10:45 (tebusan), dan kata benda “lutrosis” digunakan tiga kali dalam Lukas 1:16; 2:38; Ibrani 9:12 (kelepasan);

(3) apolutrosis, yang berarti “kelepasan yang terjadi karena pembayaran tebusan”. Digunakan sembilan kali berkenanan dengan penebusan dari dosa (Lukas 21:28; Roma 3:24; 1 Korintus 1:30; Efesus 1:7, 14; 3:30; Kolose 1:14; Ibrani 9:15). Jadi, Alkitab menunjukkan keadaan manusia yang pada dasarnya telah berada di bawah kuasa dosa, dan dari keadaan tersebut ia tidak berdaya membebaskan dirinya. Untuk membebaskan manusia, suatu tebusan dibayar. Kristus membayar tebusan yang diperlukan itu dengan kematianNya sendiri.

8. Pengampunan (Amnesti).

Paul Enns menjelaskan bahwa, “Pengampunan merupakan tindakan legal dari Allah dimana Ia mengangkat tuduhan-tuduhan yang diberikan kepada orang berdosa karena pemuasan atau penebusan yang tepat untuk dosa-dosa itu telah dilakukan”. Dasar obyektif yang menjamin pengampunan kepada semua orang percaya adalah pencurahan darah Kristus melalui kematianNya di kayu salib yang mendamaikan, karena “tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22).

Jadi kematian Kristus mengakibatkan pengampunan bagi orang berdosa. Allah tidak dapat mengampuni dosa tanpa pembayaran yang seharusnya. Kematian Kristus menyediakan alat yang sah secara hukum, sehingga Allah dapat mengampuni dosa.

Pengampunan untuk selamanya menyelesaikan masalah dosa dalam hidup orang percaya, yaitu semua dosa yang telah lalu, sekarang dan dimasa yang akan datang (Kolose 2:13). Rick Cornish menjelaskan bahwa status hukum kita dihadapan Allah tetap tidak berubah, bahwa sekarang tidak ada penghukuman bagi kita yang ada di dalam Kristus (Roma 8:1). Kristus membayar dosa-dosa kita tanpa membedakan masa lalu,sekarang, dan dosa-dosa pada masa yang akan datang (1 Korintus 15:3). Tidak ada petunjuk di dalam Alkitab bahwa kematian Kristus hanya menebus dosa-dosa sebelum keselamatan kita, tetapi tidak efekti untuk dosa-dosa yang berikutnya. Ketika berdosa, kita masih dibenarkan di dalam Kristus – Diadopsi sebagai anak-anak Allah.

Ada beberapa kata Yunani yang digunakan untuk menjelaskan pengampunan, yaitu:

(1) charizomai, yang berarti “mengampuni berdasarkan anugerah”. Dalam Kolose 2:13 mendeklarasikan bahwa Allah telah “mengampuni (kharisamenos) segala pelanggaran kita”;

(2) aphiem, yang berarti “melepaskan atau membebaskan” atau “menyuruh pergi”. Kata ini paling umum digunakan untuk pengampunan. Bentuk kata benda ini digunakan dalam Efesus 1:7 dimana kata itu menekankan dosa orang percaya yang telah diampuni atau disuruh pergi kerena kekayaan dari anugerah Allah yang dinyatakan dalam kematian Kristus. Pengampunan adalah sisi negatif dari keselamatan, sedangkan sisi positifnya adalah pembenaran (jastifikasi).

9. Pembenaran (Jastifikasi). 

Hasil lebih lanjut dari kematian Kristus adalah pembenaran bagi orang berdosa yang percaya.

Pengampunan dan pembenaran, sekalipun merupakan dua ide yang terpisah, di dalam keselamatan yang dikemukakan Alkitab merupakan aspek positif dan aspek negatif dalam satu tindakan Allah membersihkan pendosa dari dosa-dosanya. Pembenaran merupakan tindakan hukum Allah sebagai hakim yang mendeklarasikan orang berdosa yang percaya sebagai orang yang dibenarkan. Rasul Paulus dalam Roma 5:1 mengatakan, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”.

Kata “dibenarkan” berasal dari kata Yunani “dikaiothentes“. Kata dasar “dikaioo” memiliki baik aspek negatif maupun aspek positif.

(1) Secara negatif hal itu berarti mengangkat dosa orang percaya;

(2) Secara positif hal itu berarti menganugerahkan kebenaran Kristus atas orang percaya (Roma 3:24,28; 5:9; Galatia2:16).

Atau seperti kata Charles F. Beker, bahwa pembenaran :

(1) dilihat dari aspek negatif berarti penghapusan terhadap hukuman atas dosa. Pembenaran bukan menyatakan seseorang tidak bersalah; pembenaran menyatakan bahwa tuntutan hukum telah dipenuhi sehingga si pendosa yang percaya pada Kristus kini bebas dari hukuman (Roma 8:1); dan

(2) dilihat dari aspek positif pembenaran berarti pemulihan ke dalam keadaan berkenan kepada Allah. Pembenaran berarti tindakan Allah yang menyatakan orang percaya benar dalam kapasitasNya sebagai Allah yang berkuasa, bukan berdasarkan keadaan bagaimanapun dari orang percaya, atau oleh apapun yang telah dicapai oleh orang percaya itu, tetapi semata-mata oleh iman pada diri dan karya Kristus.

Pembenaran adalah tindakan yudisial yang menempatkan orang percaya pada posisi dimana Ia diperlakukan seakan-akan ia memang secara pribadi benar. Pembenaran bukan mengakibatkan dihasilkannya kebenaran manusia, tetapi kebenaran Allah bagi semua orang yang percaya (Roma 3:22).

Jadi, pembenaran adalah anugerah yang diberikan Allah kepada orang berdosa yang percaya (Roma 3:24). Dasar dari pembenaran adalah kematian Kristus (Roma 5:9), terpisah dari pekerjaan manusia dalam bentuk apapun (Roma 4:5). Pembenaran ini diterima pada saat seseorang memiliki iman kepada Kristus (Roma 5:1,17-18). Perlu ditegaskan bahwa bukan iman yang menyebabkan seseorang dibenarkan, melainkan Kristus. Tetapi iman adalah alat yang melaluinya kita menerima kebenaran Kristus (Roma 5:1).

Sebagiaman dikatakan Anthony A. Hoekema, “Dasar bagi pembenaran kita adalah kebenaran Kristus yang sempurna, yang dimaksudkan adalah seluruh karya yang Kristus lakukan bagi kita di dalam menderita hukuman yang harus dijatuhkan atas dosa kita, dan secara sempurna menaati hukum Taurat bagi kita.

Kebenaran yang sempurna ini, yang diimputasikan atau diperhitungkan kepada kita ketika kita melalui iman menjadi satu dengan Kristus, adalah dasar yang menandai secara total bagi pembenaran kita”. Jadi melalui pembenaran, Allah mempertahankan integritasNya dan standarNya, dan bersamaan dengan itu Ia dapat masuk dalam persekutuan dengan orang berdosa yang percaya, karena kebenaran Yesus Kristus telah diperhitungkan kepada mereka”.

Charles F. Beker mengatakan, “Karena itu kami menyimpulkan dengan yang ditunjukkan Paulus bahwa pembenaran dihadapan Allah adalah tindakan Ilahi yang di dalamnya Allah menyatakan bahwa seseorang sepenuhnya bebas dan dipulihkan berkenan kepadaNya oleh iman saja, tanpa pekerjaan atau usaha apapun dari manusia, atas dasar iman kepada kematian Kristus, dan bahwa keseluruhan pelaksanan tersebut seutuhnya disebabkan oleh anugerah Allah... Di dalam Kristus kita dijadikan orang benar Allah (2 Korintus 5:21)”

IV. Jaminan Keselamatan Kekal

Kita akan membahas tentang jaminan keselamatan kekal dalam perspektif Allah Tritunggal. Bagian Alkitab yang akan kita lihat adalah Yohanes 10:28-30, Roma 8:28-30, Efesus 2:6-8, Yohanes 5:24, 2 Korintus 1:21-22.

Ada 3 jaminan keselamatan kekal orang percaya dari Allah Tritunggal

1) Jaminan keselamatan dari Allah Bapa

i) Jaminan dari rencana dan program kekal-Nya (Roma 8:28-30; Efesus 1:3-11, 2:7). 

Allah Tritunggal memprogram seluruh kehidupan kita dan dunia di dalam nilai kesempurnaan. Allah menciptakan kita baik adanya dan memberikan kita kebebasan. Namun manusia jatuh dalam kebebasan. Apakah ini berarti Allah telah gagal?

Tuhan sebenarnya sudah tahu dan Tuhan sudah menyiapkan solusi agar manusia bisa diselamatkan oleh Tuhan Yesus Kristus dan kembali ke dalam program Tuhan sehingga tujuan Tuhan itu tercapai. Setan mau mengagalkan semua rencana Allah, namun rencana Allah tidak mungkin bisa digagalkan.

ii) Jaminan dari kuasa-Nya (Yohanes 10:29; Roma 4:21, 8:31-39, 14:4; 1 Korintus 1:8-9; Efesus 3:20; Filipi 1:6; 2 Timotius 1:12, 4:18; Ibrani 7:25; 1 Petrus 1:5; Yudas 24). 

Apapun yang diberikan Allah Bapa kepada Kristus tidak bisa direbut oleh siapapun juga. Di dalam Kristus kita menjadi ciptaan baru dan mendapatkan keselamatan. Keselamatan itu ditopang oleh Allah. Keamanan dari manusia, sehebat apapun, bisa gagal, namun Allah yang sempurna tidak bisa gagal. Maka dari itu keselamatan kita bersifat kekal.

iii) Jaminan dari kasih-Nya (Roma 5:7-11, 8:31-33). 

Kita diselamatkan dalam nilai anugerah Tuhan. Kasih Tuhan tidak pernah berubah. Kasih-Nya adalah kasih yang aktif. Kasih itu melengkapi, mengingatkan, dan mengarahkan kita melewati setiap tantangan dan kesulitan sehingga kita tidak terjatuh dalam dosa. Kita bisa terjatuh secara praktis, namun secara esensi iman kita tidak mungkin jatuh. Ketika kita kembali kepada Dia, kasih-Nya itu tidak pernah berubah. Kasih-Nya tidak pernah habis untuk diberikan kepada kita.

iv) Jaminan dari kesetiaan-Nya memurnikan kita yang adalah milik-Nya (Ibrani 12:1-11). 

Allah Bapa akan membentuk kita menjadi anak-anak yang kuat dan berkualitas, bukan gampangan atau murahan. Ia akan mendisiplin kita dan tidak akan segan memukul kita jika kita melenceng. Kita bisa kembali menikmati kebebasan kita namun Allah Bapa akan membawa kita kembali ke jalan-Nya.

Ia bisa menghajar hati nurani kita, damai sejahtera kita, dan ketenangan kita jika kita tidak bertobat. Ini semua agar kita menghasilkan buah kebenaran, buah sukacita, dan buah damai sejahtera. Allah Bapa akan senantiasa memerhatikan kita dan membawa kita ke jalur yang benar.

v) Jaminan dari janji-Nya untuk memelihara kita. 

Perjanjian ini tidak dapat dirusak apalagi ditiadakan oleh kegagalan manusia. Dengan demikian Allah menjanjikan hidup yang kekal (Yohanes 3:15-16, 1 Timotius 1:16, bandingkan dengan Yeremia 31:35-40). Tuhan selalu memberikan pembaruan sehingga kita selalu menjadi baru di dalam Tuhan. Firman Tuhan mengarahkan kita untuk selalu menikmati Dia yang selalu memberikan solusi bagi kita.

Jaminan Allah itu manis, pasti, dan kekal. Dengan jaminan tersebut kegagalan umat-Nya melakukan tugasnya tidaklah menjadi masalah bagi Allah. Ia berkuasa menggenapkan tujuan rencana-Nya bagi kita (2 Timotius 1:12, Yudas 24, Yohanes 10:28-29, Filipi 1:6). Tak ada kuasa atau makhluk yang bisa menghalangi atau menyebabkan-Nya gagal (Yesaya 46:10).

Setelah menjadi anak Tuhan, Tuhan mau kita memakai kebebasan kita dengan tanggung jawab. Kejatuhan kita tidak akan membuat iman kita menjadi hilang. Allah bisa memanggil kita kembali kepada-Nya. Tidak ada kuasa yang bisa menghalangi kita untuk kembali kepada Allah.

2) Jaminan keselamatan dari Allah Anak (Yesus Kristus)

i) Jaminan dari janji-janji-Nya (Yohanes 5:24, 6:37, 27-28). 

Allah Anak juga memberikan janji. Ia memberikan janji kesatuan dalam Kristus. Janji-Nya itu akan memenuhi kita dan tidak akan berubah. Kita sebagai manusia bisa berubah. Jika perubahan itu membawa kita semakin dekat dengan dunia, maka Tuhan akan menarik kita kembali. Tuhan akan memberikan batasan sehingga kita tidak pergi terlalu jauh. Ketika kita berada dalam jalur yang memuliakan-Nya, maka Ia akan memberikan kebebasan kepada kita. Jadi pada akhirnya hidup kita dibawa untuk memuliakan Tuhan.

ii) Jaminan dari doa-Nya (Yohanes 17:9-12, 15, 20). 

Ada doa-doa yang Tuhan Yesus naikkan kepada Allah Bapa supaya kita senantiasa berada di dalam Dia. Doa-Nya adalah agar iman kita mencapai kedewasaan di dalam Dia. Allah Anak adalah Pendoa syafaat kita. Ia adalah raja, imam, dan nabi.

iii) Jaminan dari kematian-Nya (Yesaya 53:5, 11; Matius 26:28; Yohanes 19:30). 

Kematian Kristus adalah kematian yang mengubah kita. Kematian-Nya memberikan kita kuasa untuk lepas dari dosa. Kematian-Nya merupakan program Allah untuk menebus kita.

iv) Jaminan dari kebangkitan-Nya (Roma 6:3-10, Kolose 2:12-15). Kebangkitan Kristus memberikan suatu kepastian bahwa pengharapan dan iman kita itu pasti di dalam Dia. Kebangkitan-Nya membuktikan kemenangan-Nya atas kematian dan kuasa Iblis.

v) Jaminan dari pekerjaan-Nya pada masa kini. 

Ia terus bekerja bagi kita. Ia melakukan pekerjaan sebagai Pembela bagi kita (1 Yohanes 2:1). Ketika Setan menuduh kita sehingga kita terus merasakan ketakutan dan tidak memiliki damai sejahtera, maka kita tidak akan bisa hidup dalam kesucian dan sukacita Tuhan. Namun Tuhan akan membela kita. Yesus dalam keadilan-Nya akan terus bekerja dalam kehidupan kita supaya kita tidak terjatuh.

Ia juga melakukan pekerjaan sebagai Juru-syafaat bagi kita (Ibrani 7:25). Ini agar kita bisa terus menjadi anak-anak-Nya yang benar dan suci. Ia memerhatikan setiap momen dalam hidup kita. Ketika kita taat, maka Allah akan senang. Ketika kita berdosa, maka Allah akan bersedih. Roma 5:10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Ayat ini menyatakan jaminan.

Damai dalam keselamatan itu pasti akan diberikan kepada kita dan damai itu tetap selama-lamanya. Jika keselamatan itu bisa hilang, maka kita tidak mungkin memiliki damai itu senantiasa. Kita diberikan damai dengan Allah dan sesama serta kita dijadikan pembawa damai. Damai itu tidak akan bisa dikalahkan oleh kenikmatan dan kepuasan dunia.

3) Jaminan keselamatan dari Allah Roh Kudus

i) Ia melahirbarukan orang percaya (Yohanes 3:3-7, Titus 3:5, Yakobus 1:18, 1 Petrus 1:23). 

Itu berarti orang Kristen memiliki tabiat yang baru untuk rindu melakukan perkara-perkara Allah. Kita diberikan satu pola pikir, afeksi, dan tingkah laku yang baru. Orang yang mengaku Kristen namun tidak mengalami pembaruan ini bisa dikatakan belum sungguh-sungguh mengalami kelahiran baru yang sejati.

ii) Ia membaptiskan orang percaya ke dalam tubuh Kristus (Roma 6:3-4, 1 Korintus 12:13, Galatia 3:27, Efesus 4:4-5, Kolose 2:12). 

Semua anggota dalam tubuh Kristus memiliki relasi, ikatan, dan kebersamaan untuk berjalan dalam kehendak Tuhan.

Kita akan mendapatkan sukacita sebagai bagian dari tubuh Kristus. Setiap anggota akan digairahkan untuk melakukan kehendak Allah dalam nilai kerajaan-Nya. Ia tidak akan membiarkan kita terlepas dari ikatan tubuh Kristus. Sebagai orang percaya kita hidup sebagai satu-kesatuan dengan tubuh Kristus. Kalau kita menolak untuk terhisap dalam tubuh Kristus, maka kita sedang mendukakan hati Roh Kudus.

Allah Roh Kudus akan menyucikan bakat kita sehingga itu dipakai untuk pekerjaan Tuhan. Tubuh Kristus itu memiliki Kepala yaitu Kristus sendiri yang memimpin kita. Orang percaya bisa mengalami kemunduran karena kesulitan atau situasi, namun ia tidak akan terlepas dari tubuh Kristus. Jika kita mengalami kemunduran rohani, maka kita harus kembali kepada Tuhan supaya kita memperoleh kemenangan iman. Masa pandemi ini tidak boleh kita biarkan menjadi penghalang untuk melayani Tuhan.

iii) Ia tinggal di dalam orang percaya (Yohanes 7:37-39, 14:16; Roma 8:9; 1 Korintus 2:12, 3:16, 6:19; 1 Yohanes 3:24). 

Allah Roh Kudus tinggal di dalam kita dan tidak akan pernah meninggalkan kita. Ia tidak akan membiarkan kita tidur dalam dosa. 

iv) Ia memeteraikan orang percaya (2 Korintus 1:22, 5:5; Efesus 1:13-14, 4:30). 

Meterai itu menyatakan bahwa keselamatan itu sah dan legal serta tidak bisa digugat dan diubah. Kita menjadi milik-Nya dengan kepastian yang teguh.

Demikianlah kita melihat bahwa jaminan keselamatan adalah pekerjaan Allah Tritunggal sendiri. Namun demikian orang percaya tetap mempunyai tanggung jawab untuk bertekun dalam iman keselamatannya (1 Petrus 1:5).
DOKTRIN KESELAMATAN
Tetapi ketekunan ini bukanlah prestasi kita melainkan pemberian Allah juga (Filipi 2:12-13). Tanggung jawab rohani kita menyatakan bahwa kita sungguh-sungguh adalah anak-anak Tuhan yang sejati. Keselamatan seseorang bisa dinilai atau diuji dari aspek tanggung jawab rohani, disiplin rohani, dan target rohani. Allah Roh Kudus akan mendorong kita untuk memiliki ini semua. Ketika kita bisa melakukan ini semua, itupun adalah anugerah Tuhan.

KESIMPULAN

Jaminan keselamatan kekal orang percaya hanya berdasarkan kasih Allah. Keselamatan bukanlah karena usaha atau perbuatan kita. Janji Allah Bapa itu pasti dan tidak mungkin bisa gagal. Yesus telah menggenapkan keselamatan dan kita sudah dibayar lunas oleh Dia. Kita dimeteraikan oleh Allah Roh Kudus sehingga kita menjadi milik Tuhan. Allah Tritunggal mengerjakan seluruh keselamatan itu dengan sempurna dan kekal. https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post