1 SAMUEL 16:1-13 (SAMUEL MENGURAPI DAUD)
Pdt. Budi Asali, M.Div.
I) Perintah Tuhan kepada Samuel (1 Samuel 16: 1-3).
1) Kesedihan yang berlarut-larut dari Samuel (1 Samuel 16: 1).
a) Kesedihan Samuel mungkin sekali bukan hanya untuk Saul, tetapi juga memikirkan bangsa Israel, yang mungkin akan menjadi kacau, karena pemimpinnya ditolak oleh Tuhan.
b) Kesedihan Samuel menunjukkan kesalehan Samuel.
Kesedihan Samuel sebetulnya menunjukkan bahwa Samuel adalah orang yang saleh, karena ia sedih melihat kejatuhan Saul / kekacauan bangsanya. Kalau saudara melihat kejatuhan seorang kristen / pemimpin kristen atau kekacauan suatu gereja, dan saudara tidak menjadi sedih, apalagi jika saudara bahkan menjadi senang (karena kehilangan ‘saingan’!), itu menunjukkan bahwa saudara tidak mempunyai kasih, dan juga tidak mempunyai beban untuk Kerajaan Allah.
c) Tetapi bagaimanapun juga, dari 1 Samuel 16: 1 ini kita melihat bahwa Tuhan tidak menghendaki kesedihan Samuel itu dibiarkan terus berlarut-larut.
Pulpit Commentary: “The grief of Samuel was prolonged almost to a sinful extent ... God now warns Samuel to mourn no longer. Saul’s rejection has become final, and God’s prophet must sacrifice his personal feelings, and prepare to carry out the purpose indicated in ch 13:14; 15:28” (= Kesedihan Samuel diperpanjang hampir sampai pada tingkat yang bersifat dosa ... Sekarang Allah memperingati Samuel untuk tidak berkabung lebih lama lagi. Penolakan Saul telah menjadi suatu keputusan terakhir yang tak bisa berubah, dan nabi Allah harus mengorbankan perasaan pribadinya, dan bersiap untuk melaksanakan rencana / tujuan yang ditunjukkan dalam pasal 13:14; 15:28) - hal 294.
Keil & Delitzsch: “The words ... show that the prophet had not yet been able to reconcile himself to the hidden ways of the Lord” (= Kata-kata ini ... menunjukkan bahwa sang nabi belum bisa mendamaikan dirinya sendiri dengan jalan yang tersembunyi dari Tuhan) - hal 167.
2) Tuhan memerintahkan Samuel untuk mengurapi salah satu anak Isai menjadi raja Israel (ay 1b).
Tetapi Samuel takut bahwa kalau ia melakukan hal itu Saul akan membunuh dia (1 Samuel 16: 2a). Dan Tuhan lalu memberikan jalan keluar dalam ay 2b-3: “Bawalah seekor lembu muda dan katakan: Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Kemudian undanglah Isai ke upacara pengorbanan itu, lalu Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kauperbuat. Urapilah bagiKu orang yang akan Kusebut kepadamu”.
Dari bagian ini terlihat bahwa sekalipun Samuel datang ke Betlehem untuk mengurapi seorang anak Isai menjadi raja, tetapi untuk menghindari kemarahan Saul, maka Tuhan menyuruhnya mengatakan bahwa ia datang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan.
a) Apakah di sini Tuhan memerintahkan suatu dusta?
Sama sekali tidak, karena sekalipun Samuel memang datang dengan tujuan utama untuk mengurapi salah satu anak Isai menjadi raja, tetapi ia juga datang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Jadi di sini ia bukannya diperintahkan untuk mengatakan sesuatu yang tidak benar, tetapi ia hanya diperintahkan untuk mengatakan sebagian dari kebenaran, dan menyembunyikan / tidak mengatakan sebagian lainnya.
Perhatikan beberapa komentar di bawah ini tentang persoalan ini.
Pulpit Commentary: “The question has been asked, Was there in this any duplicity? In answer we may ask another question: Is it always necessary, or even right, to tell in all cases the whole truth?” (= Suatu pertanyaan telah ditanyakan: apakah dalam peristiwa ini ada sikap bermuka dua? Dalam menjawab pertanyaan ini kami bisa menanyakan pertanyaan lain: apakah selalu perlu, atau bahkan benar, untuk menceritakan seluruh kebenaran dalam semua kasus?) - hal 295.
Kalau dalam kasus ini Samuel mengatakan ‘the whole truth’ (= seluruh kebenaran) kepada Saul, itu bukan hanya akan membahayakan dirinya sendiri, tetapi juga Isai dan keluarganya, khususnya Daud sendiri.
Contoh: seorang suami yang, tanpa ditanya istrinya, tahu-tahu ‘dengan jujur’ mengatakan kepada istrinya bahwa ia tertarik / jatuh cinta kepada wanita lain. Ini merupakan kejujuran yang tidak bijaksana, dan bahkan bodoh! Ingat bahwa Kitab Suci mengajar kita untuk bukan hanya tulus / innocent (= tak berdosa) seperti merpati, tetapi juga cerdik seperti ular (Matius 10:16).
Barnes’ Notes: “It was not the purpose of God that Samuel should stir up a civil war, by setting up David as Saul’s rival. Secrecy, therefore, was a necessary part of the transaction. But secrecy and concealment are not the same as duplicity and falsehood. Concealment of a good purpose, for a good purpose, is clearly justifiable” (= Bukanlah rencana / tujuan Allah bahwa Samuel menggerakkan perang saudara, dengan mengangkat / meletakkan Daud sebagai saingan Saul. Karena itu, kerahasiaan merupakan bagian penting dari transaksi ini. Tetapi kerahasiaan dan penyembunyian tidaklah sama dengan sikap / perbuatan bermuka dua dan kebohongan / dusta. Penyembunyian suatu rencana yang baik, untuk suatu tujuan yang baik, jelas bisa dibenarkan) - hal 40.
John Murray, dalam bukunya yang berjudul ‘Principles of Conduct’, hal 139-140, membahas bagian ini, dan ia mengatakan beberapa hal:
· “Without question here is the divine authorization for concealment by means of a statement other than that which would have disclosed the main purpose of Samuel’s visit to Jesse” (= Tak diragukan lagi di sini ada pemberian otoritas / hak ilahi untuk penyembunyian, dengan memberikan pernyataan yang lain dari pernyataan yang akan membuka / membongkar tujuan utama kunjungan Samuel kepada Isai).
· “He did not speak what was contrary to fact. There was no untruth in what the Lord autorized” (= Ia tidak mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan fakta. Tidak ada ketidakbenaran dalam apa yang Tuhan otoritaskan).
· “This incident makes clear that it is proper under certain circumstances to conceal or withhold part of the truth” (= Kejadian ini membuat jelas bahwa adalah benar dalam keadaan tertentu untuk menyembunyikan atau menahan sebagian dari kebenaran).
· “there is no untruth involved. It is necessary to guard jealously the distinction between partial truth and untruth” (= Di sana tidak ada ketidakbenaran yang dilibatkan. Adalah penting untuk menjaga dengan sangat hati-hati perbedaan antara sebagian kebenaran dan ketidakbenaran).
Adam Clarke: “he did not tell the principal design of his coming; had he done so, it would have produced evil and no good: and though no man, in any circumstances, should ever tell a lie, yet in all circumstances, he is not obliged to tell the whole truth, though in every circumstance he must tell nothing but the truth, and in every case so tell the truth that the hearer shall not believe a lie by it” (= ia tidak memberitahu rencana utama kedatangannya; andaikata ia memberitahukan hal itu, itu akan menghasilkan bencana dan bukan kebaikan: dan sekalipun tidak seorangpun, dalam keadaan apapun, boleh mengatakan suatu dusta, tetapi ia tidak wajib mengatakan seluruh kebenaran dalam semua keadaan, sekalipun dalam setiap keadaan ia harus menceritakan tidak lain dari kebenaran, dan dalam setiap kasus menceritakan kebenaran sedemikian rupa sehingga pendengarnya tidak akan mempercayai suatu dusta oleh penceritaan itu) - hal 258.
b) Penceritaan sebagian dari kebenaran, tidak selalu bisa dibenarkan.
Penceritaan sebagian kebenaran bahkan bisa menjadi suatu fitnah, misalnya: kalau ada orang memukul saya, dan saya lalu membalas. Saudara lalu menceritakan peristiwa itu dengan mengatakan: ‘Pak Budi memukul orang’, tetapi saudara tidak menceritakan bahwa orang itu memukul lebih dahulu. Maka ini jelas merupakan fitnah yang menjelekkan saya, karena sekalipun ‘balas memukul’ adalah salah, tetapi tidak sesalah ‘memukul tanpa dipukul lebih dulu’.
Karena itu hati-hati dalam penceritaan sebagian dari kebenaran. Ini hanya boleh dilakukan:
1. Pada waktu menghadapi orang jahat yang tidak layak mendapat ‘seluruh kebenaran’. Samuel menghadapi Saul yang jahat, dan karenanya ia boleh mengatakan sebagian kebenaran. Tetapi ini tidak boleh dilakukan pada waktu menghadapi orang yang tidak jahat, yang sebetulnya berhak mendapatkan seluruh kebenaran.
Contoh:
· Seorang anak dilarang pergi ke suatu tempat tertentu oleh orang tuanya, tetapi ia tetap pergi ke tempat itu, dan lalu waktu mau pulang ia mampir dahulu ke rumah temannya (yang ini tidak dilarang oleh orang tuanya). Pada waktu pulang dan ditanya: ‘Dari mana kamu?’, ia menjawab: ‘Dari rumah teman’.
Saya berpendapat bahwa sekalipun secara strict / ketat kata-kata ini bukan suatu dusta / ketidakbenaran, tetapi tetap merupakan dosa. Mengapa? Karena orang tuanya bukanlah orang jahat yang tidak berhak mendapatkan seluruh kebenaran.
· Ada seorang suami yang ‘ada main’ dengan perempuan lain. Dalam pekerjaan ia harus lembur, tetapi selesai lembur ia pergi dengan WILnya itu. Waktu pulang istrinya bertanya: ‘Mengapa terlambat?’, dan ia menjawab: ‘Lembur’. Ini lagi-lagi jelas dosa, karena sekalipun ia tidak mengucapkan ketidakbenaran, tetapi istrinya bukanlah orang jahat yang tidak berhak mendapatkan seluruh kebenaran!
2. Pada saat penceritaan sebagian kebenaran itu tidak bersifat menipu pendengarnya, sehingga ia berubah pandangan dari ‘pandangan yang benar’ menjadi ‘pandangan yang salah’ (Catatan: ‘benar’ dan ‘salah’ di sini adalah benar dan salah dalam hubungannya dengan fakta).
Contoh: dalam Kejadian 12:11-13, Abram (Abraham), yang kuatir kalau-kalau orang Mesir akan membunuhnya untuk mengambil istrinya, meminta Sara, istrinya, untuk mengaku sebagai saudaranya. Perhatikan juga Kejadian 20:12 dimana dijelaskan bahwa Sara memang setengah saudara dengan Abram. Jadi, apa yang dikatakan oleh Abram / Sara kepada orang Mesir, sebetulnya bukan dusta / ketidak-benaran, tetapi ‘half truth’ (= setengah kebenaran), karena bagaimanapun Sara sudah menjadi istri Abram, dan hal ini tidak diceritakan.
Tetapi, ada perbedaan yang sangat tipis (tetapi sangat menentukan dosa atau tidak) antara perbuatan Abram dalam Kej 12 itu dengan perbuatan Samuel dalam 1Sam 16 ini. Dalam 1Samuel 16:1-5, Saul sama sekali tidak tahu apa-apa tentang pengurapan Daud. Jadi, pada waktu Samuel menceritakan sebagian kebenaran, ia hanya ‘menyembunyikan sebagian kebenaran’. Tetapi dalam Kej 12, orang Mesir pasti menduga bahwa Sara adalah istri Abram. Sehingga kata-kata Abram bukan hanya menyembunyikan kebenaran, tetapi juga bertujuan menipu / menyesatkan orang-orang Mesir itu, sehingga mereka pindah dari ‘pikiran yang benar’ (bahwa Sara adalah istri Abram) menuju ‘pikiran yang salah’ (bahwa Sara bukan istri Abram)!
Ini menyebabkan kebanyakan penafsir beranggapan bahwa tindakan Abram / Sara di sini adalah dosa!
c) Apakah Saul tidak akan curiga bahwa tahu-tahu Samuel datang ke Betlehem untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan?
Pulpit Commentary: “It is plain that such sacrifices were not unusual, or Saul would have demanded a reason for Samuel’s conduct. As the ark remained so long in obscurity at Kirjath-jearim, and the solemn services of the tabernacle were not restored until Saul at some period of his reign removed it to Nob, possibly Samuel may have instituted this practice of occasionally holding sacrifices, now at one place and now at another, to keep alive a sense of religion in the hearts of the people; and probably on such occasions he taught them the great truths of the law, thus combining in his person the offices of prophet and priest” (= Adalah jelas bahwa korban seperti itu merupakan hal biasa, atau Saul akan menuntut alasan bagi tindakan Samuel itu. Karena tabut perjanjian tetap ada begitu lama dalam ketidak-dikenalan di Kiryat-yearim, dan pelayanan / ibadah yang khidmat / sakral dari kemah suci belum dipulihkan sampai Saul pada masa tertentu dari pemerintahannya memindahkannya ke Nob, mungkin Samuel telah mengadakan praktek untuk kadang-kadang melakukan pengorbanan seperti ini, sekarang di tempat ini dan lain kali di tempat lain, untuk tetap menghidupkan perasaan agama dalam hati bangsa itu; dan mungkin pada peristiwa seperti itu ia mengajar mereka kebenaran-kebanaran besar / penting dari hukum Taurat, dan dengan demikian mengombinasikan dalam dirinya fungsi / jabatan dari nabi dan imam) - hal 295.
II) Pengurapan Daud menjadi raja (1 Samuel 16: 4-13).
1) Samuel mentaati perintah Tuhan, dan ia pergi ke Betlehem (1 Samuel 16: 4-5).
a) Para tua-tua kota itu menjadi takut (1 Samuel 16: 4).
Mereka gemetar / takut karena menyangka bahwa kedatangan Samuel adalah untuk membawa hukuman disebabkan karena dosa yang telah mereka lakukan (seperti Yunus datang ke Niniwe).
b) Tetapi Samuel mengatakan bahwa ia datang ‘dalam damai’ (ay 4b-5a - sebetulnya bukan ‘membawa selamat’ seperti dalam terjemahan Indonesia; kata Ibraninya adalah SHALOM).
c) Samuel berkata bahwa ia datang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan, dan menguduskan Isai dan anak-anaknya dan mengundang mereka datang ke upacara pengorbanan itu (ay 5).
Ini merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan. Setiap kali kita menghadap Tuhan, kita perlu disucikan! Pengudusan pada saat itu mencakup hal-hal lahiriah seperti mencuci pakaian (bdk. Keluaran 19:10). Kita tentu tidak perlu lagi melakukan penyucian lahiriah, tetapi kita perlu melakukan penyucian batin / hati.
2) Tujuh anak pertama dari Isai tidak dipilih oleh Tuhan (1 Samuel 16: 6-10).
a) Samuel salah sangka (1 Samuel 16: 6-7).
· 1 Samuel 16: 6 yang menunjukkan bahwa Samuel mengira bahwa Eliab, anak sulung Isai, adalah pilihan Tuhan, menunjukkan bahwa seorang nabi tidak inerrant (= tidak bisa salah) dalam pemikiran / kata-kata / tindakan (bdk. 2Samuel 7:1-17 yang menunjukkan nabi Natan mula-mula memberikan nasehat yang salah kepada Daud). Bandingkan ini dengan doktrin ‘Infallibility of the Pope’ (= ketidak-bersalahan Paus) dalam Gereja Roma Katolik.
Nabi / rasul / penulis Kitab Suci hanya inerrant pada waktu mereka dipakai Tuhan untuk menuliskan Kitab Suci.
· 1 Samuel 16: 7: “Janganlah pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati”.
* Samuel mula-mula mengira Eliab yang berperawakan tinggi sebagai pilihan Tuhan, mungkin karena ia mengingat Saul yang tinggi besar (1Samuel 10:23).
* Pada waktu kita manusia memilih sesuatu / seseorang biasanya kita memilih sesuatu / seseorang yang kelihatan bagus dari luar. Misalnya memilih pacar, buku, gereja, dsb. Tetapi pada waktu Tuhan memilih Ia melihat dalamnya. Kita harus meniru hal ini!
* Ini seakan-akan menunjukkan bahwa Tuhan memilih tergantung orang. Tetapi jangan lupa bahwa yang menjadikan orangnya mempunyai hati yang benar adalah Tuhan sendiri. Dan karena itu ini tetap tidak menunjukkan bahwa Tuhan memilih tergantung manusia!
Pulpit Commentary: “David’s superiority to his brothers was intrinsic, and the result not of luck, but of grace” (= Kesuperioran Daud terhadap saudara-saudaranya bersifat hakiki, dan merupakan hasil / akibat dari kasih karunia, bukan dari kemujuran) - hal 313.
b) Demikian seterusnya anak ke 2 sampai anak ke 7 juga tidak dipilih oleh Tuhan (1 Samuel 16: 8-10).
3) Penolakan Tuhan atas 7 anak Isai menyebabkan Samuel menanyakan adanya anak yang lain lagi (ay 11a), dan Isai menjawab bahwa masih ada satu lagi, yaitu yang bungsu, yang sedang menggembalakan kambing domba (ay 11b).
a) Dari sini terlihat jelas bahwa Daud adalah anak ke 8.
Tetapi ini kelihatannya bertentangan dengan 1Taw 2:13-15, yang menyatakan bahwa Isai mempunyai 7 anak dan Daud adalah anak yang ke 7. Bagaimana mengharmoniskan kedua bagian ini?
Matthew Poole: “It is true, there are but seven of them named 1Chron. 2:13-15, but that may be because one of them was either born of a concubine, or an obscure person; or one that died immediately after this time” (= Memang benar bahwa hanya tujuh dari mereka yang disebutkan dalam 1Taw 2:13-15, tetapi itu mungkin disebabkan karena satu dari mereka atau dilahirkan oleh seorang gundik / selir, atau merupakan orang yang tidak terlalu dikenal; atau orang itu mati segera setelah saat ini) - hal 553.
Dalam tafsirannya tentang 1Taw 2:15:
· Barnes’ Notes: “Probably one of the sons shown to Samuel at Bethlehem did not grow up” (= Mungkin satu dari anak-anak yang ditunjukkan kepada Samuel di Betlehem tidak bertumbuh menjadi dewasa / tidak hidup sampai dewasa) - hal 319.
· Pulpit Commentary: “The explanation of the absence of the name here may be that he died early and without issue, and would accordingly be the less wanted in a genealogical register” (= Penjelasan tentang absennya nama itu di sini mungkin adalah bahwa ia mati pada waktu muda dan tidak mempunyai keturunan, dan karena itu tidak dibutuhkan dalam suatu daftar silsilah) - hal 19.
b) Rupanya pada saat itu Daud mungkin masih sangat muda, sehingga dianggap tidak perlu ikut acara itu.
Pulpit Commentary: “David must have been very young, and many years have elapsed between his anointing and his summons to Saul’s presence and combat with Goliath” (= Daud pasti masih sangat muda, dan bertahun-tahun telah lewat antara pengurapannya dan pemanggilan terhadapnya ke hadapan Saul dan perkelahiannya dengan Goliat) - hal 296.
c) Daud sedang menggembalakan kambing domba.
· persiapan pelayanan.
Bahwa Daud menggembalakan kambing domba, memberinya banyak waktu luang sehingga digunakan untuk main kecapi. Ini nanti berguna bagi dia dalam melayani Saul (1Samuel 16:17,18,23). Pengalamannya dalam menggembalakan kambing domba, melibatkannya dalam perkelahian melawan binatang buas, dan ini nanti berguna bagi dia pada waktu melawan Goliat (1Samuel 17:34-37). Juga penggembalaan yang ia lakukan terhadap kambing domba, berguna pada waktu ia menjadi raja / menggembalakan Israel (Mazmur 78:70-72 bdk. Matius 4:18-19 - dari penjala ikan menjadi penjala manusia).
Jadi Tuhan membentuk Daud dalam hidupnya sejak muda / kecil, supaya nanti bisa Ia pakai dalam pelayanan yang Ia kehendaki.
Pulpit Commentary: “David kept the flock intrusted to him, and, as a king, he shepherded the flock of Israel. ... As a shepherd David formed habits of vigilance. He had to think for the flock, lead the sheep to pasture, see that they were regularly watered, watch that none strayed or were lost, and look well after the ewes and the tender lambs. All this served to make him in public life wary, prudent, thoughtful for others, a chieftain who deserved the confidence of his followers. ... Near the end of his reign he committed an error which brought disaster on Israel; and it is touching to see how the true shepherd’s heart was grieved that the flock should suffer through his fault. He cried to the Lord, ‘Lo, I have sinned, and have done wickedly; but these sheep, what have they done?’” (= Daud menjaga kawanan ternak yang dipercayakan kepadanya, dan sebagai seorang raja ia menggembalakan Israel. ... Sebagai gembala Daud membentuk kebiasaan untuk bersikap waspada. Ia harus memikirkan kawanan ternaknya, membimbing domba-dombanya ke padang rumput, mengusahakan supaya mereka mendapatkan air secara teratur, menjaga supaya tidak seekorpun yang tersesat / menyimpang atau hilang, dan memelihara / mengurus domba betina dan domba yang lemah. Semua ini bermanfaat untuk membuatnya waspada, bijaksana, memikirkan orang lain, dalam kehidupan bermasyarakat, seorang pemimpin bangsa yang layak mendapatkan kepercayaan dari para pengikutnya. ... Hampir pada akhir pemerintahannya ia melakukan kesalahan yang membawa bencana bagi Israel; dan merupakan sesuatu yang menyentuh perasaan untuk melihat bagaimana hati dari gembala yang sejati ini menjadi sedih bahwa domba-dombanya harus menderita karena kesalahannya. Ia menjerit kepada Tuhan, ‘Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka?’) - hal 313.
Catatan: bagian terakhir itu dikutip dari 2Samuel 24:17 - “Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya tanganMu menimpa aku dan keluargaku”.
Bdk. juga dengan ayat paralelnya yaitu 1Taw 21:17 - ”Bukankah aku ini yang menyuruh menghitung rakyat dan aku sendirilah yang telah berdosa dan yang melakukan kejahatan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Ya TUHAN, Allahku, biarlah kiranya tanganMu menimpa aku dan kaum keluargaku, tetapi janganlah tulah menimpa umatMu”.
· persiapan sebagai penulis Kitab Suci / Mazmur.
penulisan Kitab Suci jelas membutuhkan orang yang cukup rohani, dan untuk memenuhi persyaratan ini Tuhan antara lain menggunakan ibu Daud sendiri, yang oleh Daud disebut sebagai ‘hamba perempuan’ dari Tuhan (Mazmur 86:16 116:16). Ibunya jelas berperan dalam mendidik Daud menjadi orang yang rohani.
Penulisan kitab Mazmur, jelas membutuhkan orang yang mempunyai jiwa seni, khususnya dalam persoalan musik dan syair. Dan Tuhan membentuk Daud sebagai orang yang mencintai musik dan syair, dan ini nanti dipakai dalam menyusun Mazmur.
BACA JUGA: PENGERTIAN ANUGERAH ALLAH
Juga pengalaman Daud dalam penggembalaan terhadap kambing domba berguna pada waktu ia dipakai Tuhan menulis banyak bagian dari Mazmur, khususnya Maz 23. Sebagai gembala, ia banyak melihat langit. Langit pada malam hari muncul dalam Mazmur 8:4 dan langit pada pagi / siang hari muncul dalam Mazmur 19:2-7. Binatang-binatang di padang muncul misalnya dalam Mazmur 22:13,14,17,22 Mazmur 42:2 Mazmur 104:20-22.
Juga pengalaman Daud selanjutnya banyak yang masuk ke dalam Mazmur-Mazmur yang ia tuliskan, seperti penderitaannya yang hebat (Mazmur 22), maupun dosa, kebandelannya yang ditunjukkan dengan tidak mau mengakui dosa, dan juga penyesalan dosanya (Mazmur 32:1-5 Mazmur 51).
BACA JUGA: 6 MAKNA PENDERITAAN KRISTUS (ROMA 5:6-11)
Satu hal yang perlu diketahui adalah: pada waktu Tuhan mau memakai seseorang menjadi penulis Kitab Suci, Ia membentuk orang itu sehingga sekalipun nanti karakter / kepribadian, pemikiran dan pengalamannya masuk ke dalam Kitab Suci, tetapi semua itu tetap persis cocok dengan kehendak Tuhan.
E. J. Young mengutip kata-kata B. B. Warfield sebagai berikut:
“As light that passes through the coloured glass of a cathedral window, we are told, is light from heaven, but is stained by the tints of the glass through which it passes; so any word of God which is passed through the mind and soul of a man must come out discoloured by the personality through which it is given, and just to that degree ceases to be the pure word of God. But what if this personality has itself been formed by God into precisely the personality it is, for the express purpose of communicating to the word given through it just the colouring which it gives it? What if the colours of the stained-glass window have been designed by the architect for express purpose of giving to the light that floods the cathedral precisely the tone and quality it receives from them? What if the word of God that comes to His people is framed by God into the word of God it is, precisely by means of the qualities of the men formed by Him for the purpose, through which it is given?” (= Sebagaimana sinar yang melalui kaca berwarna dari jendela suatu katedral, adalah sinar dari surga, tetapi dikotori oleh warna-warna dari kaca yang dilaluinya; begitu juga dikatakan bahwa firman Allah yang melalui pikiran dan jiwa manusia pasti keluar dengan dikotori oleh kepribadian melalui mana firman itu diberikan, dan sampai pada tingkat itu berhenti menjadi firman yang murni dari Allah. Tetapi bagaimana jika kepribadian ini telah dibentuk oleh Allah menjadi kepribadian yang persis cocok sehingga mewarnai firman yang melaluinya sesuai tujuan Allah? Bagaimana jika warna dari jendela dengan kaca berwarna telah direncanakan oleh sang arsitek, dengan tujuan memberikan sinar yang memasuki katedral itu sifat dan kwalitet yang diterimanya dari warna-warna itu, persis seperti yang dikehendakinya? Bagaimana jika firman Allah yang datang kepada umatNya dibentuk oleh Allah menjadi firman Allah, dengan memakai kwalitet dari orang-orang yang dibentuk olehNya untuk tujuan itu, melalui siapa firman itu diberikan?) - ‘Thy Word Is Truth’, hal 64.
4) Tuhan menyuruh Samuel mengurapi Daud (1 Samuel 16: 12-13).
a) Pemilihan Daud untuk menggantikan Saul ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak pernah kekurangan orang untuk dipakai melayani Dia.
Pulpit Commentary: “The Lord is never without resource. If Saul fail, the God of Israel has another and a better man in training for the post which Saul discredited” (= Tuhan tidak pernah tidak mempunyai sumber. Jika Saul gagal, Allah Israel mempunyai seorang yang lain dan yang lebih baik yang sedang dilatih untuk jabatan untuk mana Saul telah tidak dipercayai) - hal 312.
Tuhan mau memakai setiap saudara, tetapi kalau saudara tidak mau menyediakan diri untuk melayaniNya, maka Ia tidak pernah kekurangan sumber. Ia akan memakai orang lain, dan ini menyebabkan saudara kehilangan berkat yang seharusnya akan saudara terima jika saudara mau melayaniNya.
b) Pemilihan Tuhan atas Daud, dan bukan atas kakak-kakaknya, menunjukkan:
· Kedaulatan Allah dalam memilih, dimana Ia memilih yang muda / termuda, bukan yang tua / sulung (bdk. pemilihan Yakub atas Esau dalam Kejadian 25:23 Maleakhi 1:2b-3a Roma 9:10-13, dan juga pemilihan Efraim atas Manasye dalam Kejadian 48:13-20).
· Tuhan sering memilih orang yang tidak diperhitungkan oleh manusia.
Daud adalah anak bungsu, ia masih sangat muda, sehingga keluarganya bahkan tidak mengijinkan ia ikut dalam pertemuan dengan Samuel. Jelas ia cukup diremehkan, dan peremehan terhadapnya ini terlihat lagi dalam 1Samuel 17:28. Tetapi Tuhan justru memilih dia. Bdk. 1Korintus 1:25-31.
Bdk. juga dengan Mazmur 118:22 / 1Petrus 2:7b - “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru”.
Juga bdk. dengan Yes 53:2b-3 - “Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan”.
c) 1 Samuel 16: 13: mungkin seluruh keluarga, termasuk Daud tidak mengerti dan tidak diberitahu apa arti pengurapan ini.
d) Ay 13b: Roh TUHAN berkuasa atas Daud, untuk memperlengkapi Daud bagi tugas pelayanannya. Bdk. Kel 31:1-3 Bil 11:16-17 Bilangan 24:2 Bilangan 27:18 Ulangan 34:9 Hak 3:10 Hak 6:34 Hak 11:29 Hak 14:6,19 15:14.
Memang, kalau Tuhan memilih saudara untuk suatu pelayanan tertentu, Ia pasti memperlengkapi saudara dalam pelayanan itu. Karena itu jangan takut untuk menanggapi panggilan Tuhan.
-AMIN-