4 Sikap Hidup Hamba Tuhan (2 Timotius 2:1-13)

Pengantar:

Dalam perjalanan rohani, kekuatan dan keteguhan hati merupakan modal utama bagi setiap hamba Tuhan. Surat 2 Timotius 2:1-13 dari Paulus menawarkan landasan yang kuat bagi para pelayan Tuhan dalam menghadapi tantangan dan penderitaan. Dengan memperhatikan nasihat-nasihat yang Paulus sampaikan, kita dapat memahami bahwa kasih karunia Allah menjadi sumber kekuatan sejati bagi mereka yang melayani dalam pelayanan rohani. Dalam surat ini, Paulus memberikan panduan yang mendalam tentang pentingnya kekuatan dalam kasih karunia, kepercayaan yang kokoh, perhatian terhadap Firman Tuhan, dan teladan Yesus dalam menanggung penderitaan. Mari kita telusuri bersama bagaimana prinsip-prinsip ini dapat menguatkan kita dalam melayani dan memuliakan nama-Nya.

1. Kuat Dalam Kasih Karunia

Paulus membuka pasal 2 ini dengan frase “sebab itu” (οὖν). οὖν merupakan konjungsi yang menegaskan bahwa bagian selanjutnya merupakan kelanjutan dari bagian yang sebelumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ayat 1 ini masih berhubungan dengan ayat-ayat sebelumnya yang merupakan bagian dari pasal 1. Nasehat pertama untuk Timotius pada bagian ini adalah “jadilah kuat.” 
4 Sikap Hidup Hamba Tuhan (2 Timotius 2:1-13)
Frase “jadilah kuat” berasal dari satu kata Yunani, ἐνδσναμοῦ (endynamou), yang berasal dari kata dasar δύναμις (dynamis) yang berarti “kemampuan; kuasa.” Jadi endynamou berarti “memberi kuasa; menjadikan kuat; atau menguatkan.” Bentuk kata ini adalah kata kerja Present imperative passive yang berarti kata kerja ini dikenakan kepada subjek dan merupakan sebuah perintah yang harus terus dilakukan oleh subjek yang dimaksud. Artinya, Paulus menginginkan agar Timotius dikuatkan terus menerus

Pada pasal 1 Paulus telah mengingatkan kepada Timotius bahwa ia telah beroleh karunia dari Allah yang harus terus ia kobarkan (1:6). Bagi Paulus, Allah memberikan bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (1:7). Kata “kekuatan” pada pasal 1 ayat 7 ini adalah δσνάμεως (dynameōs) yang berasal dari kata dasar δύναμις (dynamis). Seperti yang telah disebutkan di atas, dynamis berarti kemampuan; kuasa. 

Namun kemampuan dan kuasa yang terkandung dalam kata dynamis ini bukanlah kemampuan dan kuasa yang berasal dari diri manusia. Tetapi hal ini merupakan kemampuan dan kuasa Allah (ilahi) yang bekerja dalam keberadaan manusia yang lemah dan rusak ini. Akar kata yang sama juga muncul dalam Kisah Para Rasul 1:8, “kamu akan menerima kuasa jika Roh Kudus turun ke atasmu dan kamu akan menjadi saksiku di Yerusalem…sampai ke ujung dunia.” Demikianlah dahsyatnya kuasa Allah yang bekerja di dalam pribadi manusia yang menerima Roh-Nya

Paulus juga melihat Yesus telah menyelamatkan dan memanggil Paulus dan Timotius (1:9). Paulus menegaskan bahwa karya Yesus ini bukan berdasarkan perbuatan dirinya dan Timotius, tetapi oleh karena maksud dan kasih karunia Allah semata. Kasih Karunia Allah ini telah nyata di dalam diri Yesus Kristus yang telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang kekal (1:10). 

Kata “kuasa” dalam 2 Timotius 2:10 ini bukanlah dynamis, tetapi θάναηον (thanaton) yang bermakna “kematian.” Ini berarti bahwa kuasa (dynamis) Allah melalui Yesus Kristus adalah lebih besar dari kuasa apapun di dunia ini, bahkan kematian sekalipun. Dan kuasa (dynamis) sebesar inilah yang telah Allah berikan kepada Paulus dan Timotius. Itulah sebabnya Paulus dengan yakin mengatakan bahwa ia rela menderita dalam pemberitaan Injil oleh karena ia tahu kepada siapa ia percaya dan Paulus yakin bahwa Allah berkuasa memelihara apa yang telah Ia percayakan kepadanya hingga hari Tuhan (1:12).

Melalui surat ini Paulus hendak menyadarkan Timotius bahwa sekalipun ia memiliki kelemahan-kelemahan, tetapi ia telah menerima kuasa dari Allah untuk memberitakan Injil. Karena kasih karunia-Nya juga Ia telah menyelamatkan dan memanggil Timotius. Oleh karena itu, Timotius harus terus menerus menguatkan dirinya untuk dapat terus memberitakan Injil

2. Dapat Dipercayai


2 Timotius 2:2 ini erat kaitannya dengan pasal 1:13-14. Di ayat 13 Paulus memerintahkan Timotius untuk memegang ajarannya oleh karena itu adalah contoh ajaran yang sehat. Jadi nasehat kedua bagi Timotius adalah “percayakanlah.” Kata Yunani yang dipakai adalah παράθοσ (parathou). Bentuknya adalah kata kerja aorist imperative middle, dan berasal dari kata dasar παραηίθημι (paratithémi). Aorist imperative dipakai untuk menyatakan perintah untuk melakukan sesuatu pada waktu perintah tersebut diberikan. 

Sementara voice middle lebih mendekati arti aktif daripada pasif. Oleh sebab itu Timotius harus melakukannya secara aktif, yaitu terus menerus. Yang menarik adalah bahwa kata paratithémi telah muncul dalam 2 Timotius 1:14, dalam bentuk παραθήκην (parathēkēn) namun diterjemahkan “harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya.

Dalam pengertian umum, kata paratithémi bermakna “to set beside or before, to present (menyajikan/memberikan).” Namun pengertian teknisnya adalah “to deposit, to entrust in the legal sense of leaving an object in another’s keeping, with strict penalties for embezzlement.” Artinya adalah mempercayakan suatu objek secara legal kepada penjagaan seseorang, dan ada hukuman jika terjadi pencurian atau penggelapan terhadap objek tersebut. Makna ini sejalan dengan anak kalimat berikutnya dalam ayat 2 ini, “percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.”

Dengan sungguh-sungguh Paulus telah mempercayakan Injil kepada Timotius. Sama halnya dia ditugaskan untuk menyampaikan Injil kepada mereka, yang juga wajib menyampaikannya kepada orang lain. Perhatikan syarat yang dituntut bagi pelayan demikian – „dapat dipercayai‟ dan „kecakapan mengajar.‟

Jadi perintah untuk mempercayakan ajaran Paulus yang telah Timotius dengar ini, bukanlah perintah biasa. Namun Paulus sangat mengharapkan untuk Timotius meneruskan ajarannya dan mempercayakannya kepada orang yang dapat dipercaya dan memiliki kemampuan untuk mengajar orang lainnya. “This has come to be called „the ministry of multiplication,‟ and it is God‟s method for propagating the good news of Jesus Christ

3. Memperhatikan Firman Tuhan

Kata “perhatikan” berasal dari kata Yunani νόει (noei). νόει adalah sebuah kata kerja berbentuk present imperatif aktif. Maknanya adalah perintah untuk melakukan sesuatu secara terus menerus atau berulang kali. Kata dasar νόει adalah νοέω (noeó) yang bermakna “to direct one’s mind to,” atau mengarahkan pikiran seseorang kepada sesuatu hal. Namun kata ini juga mengandung pengertian to grasp (memahami), to recognize (mengenali), to understand (mengerti), to imagine (membayangkan). Jadi Paulus memberikan perintah agar Timotius terus menerus mengarahkan pikirannya kepada apa yang telah Paulus katakan sebelumnya sampai ia benar-benar memahami hal-hal tersebut

Paulus memberikan jaminan bahwa Tuhan akan memberi pengertian dalam segala sesuatu kepada Timotius. Sebagai seorang hamba dari Tuhan Allah, maka adalah penting untuk seorang hamba Tuhan untuk senantiasa memperhatikan firman-Nya. Firman Tuhan haruslah senantiasa menjadi penuntun jalan kehidupan seorang hamba Tuhan. Daniel Ronda menuliskan Firman Allah akan memberi tuntutan sekaligus kekuatan bagi seorang pemimpin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

4. Mengikuti Teladan Yesus Dalam Menanggung Penderitaan

Kata “ingatlah” berasal dari kata μνημόνεσε (mnēmoneue) yang kata kerjanya berbentuk present imperatif aktif. Maknanya adalah to remember (untuk mengingat) dan to mention (menyebutkan atau menyaksikan).  Michel mengatakan bahwa hal “mengingat” yang dimaksudkan, bukan sekedar tindakan mental, namun harus mengobarkan memori yang ada. Hal ini merupakan perintah Paulus agar Timotius terus menerus mengingat Yesus Kristus, keturunan Daud, yang telah bangkit dari antara orang mati sebagai sumber pemberitaan Injilnya.

Untuk menguatkan Timotius dalam penderitaan, Paulus mengarahkan pikirannya kepada Yesus Kristus yang sudah bangkit. Inkarnasi dan kebangkitan Yesus Kristus, yang dengan sungguh-sungguh diyakini dan dipertimbangkan dengan benar, akan mendukung seorang Kristen yang sedang menanggung segala penderitaan dalam kehidupan sekarang. Jadi, mengikuti teladan Yesus dalam menanggung penderitaan adalah terus menerus mengingat Yesus Kristus yang sudah bangkit sebagai dasar kekuatan seorang hamba Tuhan dalam pelayanan pemberitaan Injil.

Sabar Dalam Menanggung Penderitaan 

Nasehat ketiga bagi Timotius adalah “ikutlah menderita.” Kata Yunani yang dipakai adalah ζσνκακοπάθηζον (synkakopathēson) yang berasal dari kata dasar ζσγκακοπαθέω (sugkakopatheó). Kemudian kata sugkakopatheó berasal dari preposisi ζύν dan kata κακοπαθέω (kakopatheó). Preposisi ζύν itu sendiri bermakna “being or acting together carries the sense of supporting or helping one another.” Maksudnya adalah turut menanggung sesuatu secara bersama untuk saling mendukung atau menolong. 

Sementara kakopatheó bermakna “to suffer misfortune, to be in a sorry situation” dan kadang juga dimaknai “to endure evil.” “In 2 Timotius 2:9 Christian suffering is the point …. In 2:3 Timothy is not just sympathize with the apostle in his suffering but to take his share of suffering.” Jadi Paulus meminta Timotius bukan semata-mata untuk bersimpati atas penderitaan Paulus, tetapi untuk mau juga menanggung penderitaan karena Injil secara terus-menerus, sama seperti yang dilakukan oleh Paulus. 

Ferdinand Butar-butar menuliskan kata menderita yang digunakan Paulus memberikan signal kepada para gembala, bahwa hidup sebagai pelayan Tuhan harus bersedia tidak masyur, dicemooh dan dilecehkan orang lain. Bagi butar-butar, menderita dalam pelayanan merupakan kondisi yang harus diterima oleh pelayan Tuhan.

Dalam beberapa versi, ayat ini berbunyi “Join with me in suffering, like a good soldier of Christ Jesus” (NIV). Dalam versi yang lain, “Endure suffering along with me….” (NLT) Sementara dalam terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari, “Engkau harus turut menderita sebagai prajurit Kristus Yesus yang setia” (BIS) Sebenarnya ajakan Paulus untuk Timotius turut menderita demi Injil, sudah disebutkan di pasal 1:8, “…melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.” Jadi kata synkakopathēson ini hanya muncul 2 kali di dalam Perjanjian Baru, yaitu di surat 2 Timotius ini. Bauernfeind mengatakan bahwa yang menjadi tema dalam 2 Timotius 2:3 ini adalah konsentrasi kepada penyangkalan diri.

Dalam pasal 1 ayat ke-8 Paulus ini menegaskan sekali lagi bahwa Injil yang ia beritakan adalah kebenaran akan, “Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud.” Namun ia sabar menanggung segala penderitaan itu supaya orang-orang pilihan Allah juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal (2 Timotius 2:10). Ajakan Paulus untuk Timotius ikut menderita dianalogikan seperti sikap prajurit, olahragawan dan petani (2 Timotius 2:4-6).

Mengenai prajurit, Paulus mengatakan, “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.” Tidak dapat disangkal bahwa gambaran Paulus mengenai prajurit yang fokus, disiplin dan tunduk pada komandannya ini terinspirasi dari prajurit Roma. 

Dalam versi lain, frase “prajurit yang sedang berjuang” diterjemahkan soldier in active service (NAS); man that warreth (KJV); serving as a soldier (NIV); prajurit yang sedang tugas (BIS). Frase ini berasal dari kata kerja ζηραηεσόμενος (strateuomenos). Maknanya adalah “the individual on military service,” yaitu seseorang yang sedang menjalani wajib militer.

Paulus mengatakan bahwa seorang prajurit yang sedang berjuang ini tentunya tidak akan “memusingkan diri dengan soal-soal penghidupan.” Dalam terjemahan lain frase ini ditulis, entangled in civilian affairs (NIV); entangled in civilian pursuits (ESV); entangles himself in the affairs of everyday life (NAS); mengusutkan hatinya dengan perkaranya sendiri (TL); tidak akan menyibukkan dirinya dengan urusan-urusannya sendiri (BIS). Frase “memusingkan diri” berasal dari kata kerja ἐμπλέκεηαι (empleketai). Kata ini bermakna untuk menenun, untuk menjalin, untuk terlibat dengan. 

Sementara itu, frase “soal-soal penghidupan” berasal dari 2 kata, yaitu βίοσ (biou) dan πραγμαηείαις (pragmateiais). Keduanya adalah kata benda. biou bermakna “manner of life,” atau cara hidup. Sementara pragmateiais bermakna “zealous concern about something, business, work, affairs, duties.” Maksudnya adalah kepedulian yang bersemangat tentang sesuatu, bisnis, pekerjaan, urusan, tugas. Jadi kalimat “memusingkan diri dengan soalsoal penghidupan” berarti melibatkan diri dengan urusan atau pekerjaan hidup sehari-hari

Kesimpulannya, seorang prajurit yang sedang dalam peperangan, atau yang sedang melakukan tugasnya, perlu fokus, tidak memusingkan diri dengan hal-hal sehari-hari yang tidak ada hubungannya dengan tugas yang sedang dijalankannya. Tujuan akhirnya adalah untuk menyenangkan komandannya. Paulus memakai analogi prajurit untuk menjelaskan kesiapsediaan terhadap perintah komandan dan patuh dalam menjalankan tugas yang diberikan. 

Pada bagian ini Paulus berusaha mengarahkan fokus Timotius kepada tugas pemberitaan Injil yang untuknya ia telah dipanggil, dan supaya Timotius menjalankannya dengan sungguh-sungguh demi menyenangkan Allah yang telah memanggil dan mengutusnya. “The great care of a soldier should be to please his general; so the great care of a Christian should be to please Christ.”

Analogi kedua bagi ajakan Paulus untuk ikut menderita adalah seperti olahragawan, “seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga” (2:5). Gambaran mengenai seorang olahragawan atau atlit yang sedang berjuang juga bukanlah hal yang baru dalam tulisan Paulus. Gambaran yang sama dituliskannya juga dalam surat 1 Korintus 9:24-27. Metafora ini jelas mengacu pada pertandingan Olimpiade.

Kata “olahragawan” juga diterjemahkan, anyone who competes as an athlete (NIV); an athlete (ESV). Kata Yunani yang dipakai adalah ἀθλῇ (athlē), yang berasal dari Kata dasar ἀθλέω (athleó). 56 Dalam ayat ini saja, kata ini muncul 2 kali dalam ayat yang sama. Kali kedua adalah pada kata “bertanding.” Secara literal athleó bermakna “to engage in competition or conflict.” Dalam 2 Timotius 2:5, kata ini mengandung pengertian pengerahan tenaga, pengorbanan, dan disiplin.

Sementara itu, frase “menurut peraturan-peraturan olahraga” diterjemahkan according to the rules (NIV; ESV; NAS); he strive lawfully (KJV). Kata “peraturan-peraturan” berasal dari kata νομίμως (nomimōs) yang merupakan kata keterangan. Maknanya adalah sesuai aturan atau perintah

Jadi, setiap pertandingan tentunya memiliki batasan dan peraturannya, oleh sebab itu peserta yang gagal mendisiplinkan diri untuk mematuhi aturan-aturan tersebut, pasti didiskualifikasi. Oleh sebab itu Paulus ingin Timotius berlari untuk memenangkan mahkota (band. 2 Timotius 4: 7- 8) dan tidak didiskualifikasi. Aplikasi hal ini bagi seorang Kristen adalah supaya ia memiliki kualitas disiplin yang kuat, kontrol diri, daya tahan, dan ketangguhan tertentu. 

Jadi ketika Paulus mengatakan, “seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga,” maka maksudnya adalah bahwa seorang atlet harus mengerahkan tenaganya, menunjukkan pengorbanan, dan disiplin untuk bertanding sesuai aturan supaya ia pantas menjadi juara

Analogi terakhir adalah “seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya” (2 Timotius 2:6). Dalam versi lain, ayat ini berbunyi, The hardworking farmer should be the first to receive a share of the crops (NIV); The husbandman that laboureth must be first partaker of the fruits (KJV); Adapun orang dusun yang berlelah itu, patutlah ia mula-mula mendapat buah-buahan itu (TL); Petani yang sudah bekerja keras, dialah yang pertama-tama berhak mendapat hasil tanaman (BIS). 

Kata “bekerja keras” berasal dari kata kerja κοπιῶνηα (kopiōnta). Kata dasarnya adalah κοπιάω (kopiaó) yang bermakna melelahkan diri sendiri, contohnya dari pekerjaan manual yang dilakukannya. Di bagian lain surat Timotius, yaitu di 1 Timotius 1:4 rasul Paulus memakai kata yang sama ketika ia mengatakan, “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup….”

Sementara itu, frase “menikmati hasil” berasal dari kata kerja μεηαλαμβάνειν (metalambanein). Kata dasarnya adalah λαμβάνω (lambanó) yang bermakna to take to oneself (mengambil untuk diri sendiri), to receive (menerima), to collect (mengumpulkan), to seize (menyita/ memiliki). Secara khusus dalam 2 Timotius 2:6, kata ini juga dapat berarti “to take part,” atau mengambil bagian. 

Jadi, Paulus hendak menyampaikan kepada Timotius bahwa hal ia turut menanggung penderitaan, ia harus bersikap seperti prajurit yang fokus dalam perjuangannya dengan cara mengesampingkan urusan hidup sehari-hari. Ia juga harus bersikap seperti seorang atlet yang mengerahkan tenaganya, menunjukkan pengorbanan, dan disiplin untuk bertanding sesuai aturan supaya ia pantas menjadi juara. 

Sikap terakhir yang Paulus harapkan adalah bahwa Timotius akan berjerih payah seperti petani yang mengolah kebunnya oleh karena ia akan menikmati upah dari kerja kerasnya tersebut. Ketiga ilustrasi ini memiliki kesamaan, yaitu menekankan bahwa kesuksesan akan tercapai melalui disiplin, kerja keras dan pikiran yang tertuju kepada satu fokus

Di 2 Timotius 2: 9-10, Paulus menggunakan dirinya sebagai teladan untuk Timotius bertahan dalam penderitaan. Frase “sabar menanggung” berasal dari satu kata kerja Yunani, yaitu ὑπομένω (hypomenō). Secara umum kata ini memiliki pengertian “to stay behind (untuk tetap tinggal), to stay alive (untuk tetap hidup), to expect (untuk berharap), to stand firm (untuk berdiri teguh), to endure (untuk bertahan), to bear (untuk menanggung), to suffer (untuk menderita).” 

Kata benda dari hypomenō adalah ὑπομονή (hypomoné) yang dalam Alkitab bahasa Indonesia sering diterjemahkan “ketekunan atau ketabahan.” Sikap hupomoné tidak dimotivasi dari luar atau dari opini orang, tidak juga dari pengharapan akan mendapat penghargaan, tetapi sikap ketekunan dimotivasi dari dalam, yaitu oleh cinta akan penghormatan.

Paulus membuat sketsa ciri-ciri utama hypomoné sebagai sikap Kristen. Sikap ini tidak berasal dari keberanian atau ketidakpekaan, tetapi dari iman dan harapan (Roma 8:25). Ini menunjukkan ketekunan dalam masa kekejaman dan ketidakadilan saat ini (Roma 12: 2; 1 Korintus 3: 7). Secara aktif ini menghasilkan perbuatan baik (Roma 2: 7), secara pasif ia bertahan di bawah penderitaan (2 Tesalonika 1: 4; lih. 1 Petrus 2:20). 

Orang Kristen tahu bahwa mereka dipanggil untuk menderita (Kisah Para Rasul 14:22), dan mereka menunjukkan iman mereka dengan bertahan dengan cara yang sama (lih. 2 Timotius 2: 10). Penderitaan menghasilkan karakter ketahanan, dan daya tahan (Roma 5: 3-4). Daya tahan ini diberikan oleh Allah (Roma 15: 5) dan terkait erat dengan iman dan kasih (1 Timotius 6:11; 2 Timotius 3:10). Ia memiliki janji bahwa mereka yang mati bersama Kristus, jika mereka bertahan, juga akan memerintah bersama dia (2 Timotius  2: 11-12).

Jadi sekali lagi Paulus menegaskan bahwa alasan penderitaannya dan pemenjaraannya adalah karena pemberitaan Injil Yesus Kristus. Namun Paulus sabar menanggung semua ini asalkan lebih banyak orang mendengar dan menerima Injil itu sehingga mereka beroleh selamat. Mereka inilah yang disebut sebagai orang-orang pilihan Allah. Hal ini merupakan teladan Paulus dan yang ia kehendaki untuk Timotius juga miliki di dalam ia melakukan pelayanan pemberitaan Injil.

Keyakinan Paulus untuk sabar menanggung segala penderitaannya juga karena ia meyakini bahwa ada penghargaan atas kesetiaannya tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada ayat-ayat selanjutnya (2 Timotius 2:11-13),

Benarlah perkataan ini: "Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."

Bagian ini kemungkinan diambil dari himne yang populer pada masa itu atau serangkaian kata-kata mutiara, yang dimaksudkan untuk mengilhami kesetiaan sampai mati dan harapan untuk berbagi dalam kemuliaan kekal Kristus. Bagian ini dimulai dengan kalimat, “benarlah perkataan ini….” Kalimat ini merupakan sebuah ciri khas Paulus yang tercantum beberapa kali dalam surat-surat Pastoral. Contohnya dalam 1 Timotius 1:15; 3:1; 4:9; dan Titus 3:8.

Perkataan Paulus di 2 Timotius 2:11-13 ini mengandung dua penafsiran. Pertama adalah bersifat positif yang berisi penghargaan. Bagi yang mati dengan Kristus, penghargaan yang ia dapat adalah akan hidup dengan Dia (ayat 11) . Bagi mereka yang bertekun (hypomenomen) akan ikut memerintah dengan Dia (ayat 12). Dalam surat Roma Paulus pernah mengatakan hal yang senada

Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Roma 8:17)

Penafsiran kedua adalah bernada negatif yaitu barangsiapa yang menyangkal Kristus, maka Kristus juga akan menyangkalnya. Peringatan ini bukanlah hal yang baru karena Yesus telah terlebih dahulu mengatakannya kepada para murid-Nya, yaitu dalam Injil Lukas 12:9 dan Matius 10:33.

Namun kemudian bagian ini ditutup dengan perkataan bernuansa positif dan menghibur, “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya” (2 Timotius 2:13). Bagian terakhir ini sekali lagi menegaskan akan kasih karunia Allah yang jauh melebihi ketidaksetiaan manusia. Dan kasih karunia Allah inilah yang pertama kali ditegaskan oleh rasul Paulus sejak ayat pertama pada pasal 2 ini, “Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.”

Dari uraian di atas, yang dimaksud dengan sabar dalam menanggung penderitaan adalah rela berkorban menanggung penderitaan karena Injil secara terus-menerus seperti prajurit, olahragawan dan petani yang berfokus, disiplin, tunduk pada komandan, mengerahkan tenaga, menunjukkan pengorbanan, dan bekerja keras oleh karena ia akan mendapat penghargaan dari Allah yang dilayaninya.

Implikasi Bagi Hamba Tuhan Pada Masa Kini


Sebagai pribadi yang menerima pelayanannya karena kemurahan Allah, maka seorang hamba Tuhan harus memiliki sikap-sikap hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Dalam 2 Timotius 2:1-13 rasul Paulus memberikan nasihat mengenai sikap hidup yang harus di miliki oleh seorang hamba Tuhan. Nasihat-nasihat Paulus ini sangat relevan bagi para hamba Tuhan masa kini. Tantangan jaman, ajaran-ajaran sesat, godaan dunia, dan keinginan-keinginan daging sering kali menjadi alasan yang membuat seorang hamba Tuhan jatuh sehingga hidupnya tidak menjadi berkat bagi banyak orang. 

Hal ini jelas menodai pemberitaan Injil yang selama ini ia lakukan. Beberapa sikap yang harus dimiliki hamba Tuhan adalah disiplin, kerja keras dan fokus seperti yang ditunjukkan Paulus melalui gambaran seorang prajurit, olahragawan, dan petani. Sikap lain yang perlu dikembangkan dalam pelayanan adalah terus menerus menguatkan diri dalam segala kondisi serta sabar menanggung penderitaan. 

Sikap ini bukan muncul karena kondisi dari luar melainkan dimotivasi dari dalam diri, yaitu oleh cinta kepada Allah dan hormat akan panggilan-Nya. Dasar mengembangkan sikap-sikap tersebut adalah karena Yesus telah menyelamatkan dan memanggil, karena Roh Allah diberikan bagi hamba-Nya dan karena firman Tuhan diberikan untuk menuntun para hamba-hamba-Nya

Tujuan akhir daripada mengembangkan sikap-sikap hamba Tuhan yang benar adalah supaya lebih banyak orang mendengar dan menerima Injil Kristus dan beroleh selamat. Satu hal yang perlu dipegang oleh setiap hamba Tuhan dalam situasi apa pun yaitu jika ia setia maka ada penghargaan atas kesetiaannya tersebut. Seperti yang tertulis pada  2 Timotius 2:11-13, "Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."

Tanya-Jawab : 4 Sikap Hidup Hamba Tuhan (2 Timotius 2:1-13)

1. Apa itu 4 Sikap Hidup Hamba Tuhan (2 Timotius 2:1-13)?

4 Sikap Hidup Hamba Tuhan adalah sikap-sikap yang harus dimiliki oleh setiap pengikut Kristus dalam menjalani hidupnya, yaitu: tekun, tahan uji, bekerja keras, dan setia.

2. Bagaimana cara mengembangkan sikap tekun dalam hidup?

Sikap tekun adalah salah satu sikap penting dalam hidup yang dapat membantu kita mencapai tujuan dan meraih kesuksesan. Berikut beberapa cara yang dapat membantu kita mengembangkan sikap tekun dalam hidup:

Tetapkan tujuan yang jelas dan spesifik. Dengan menetapkan tujuan yang jelas dan spesifik, kita akan lebih mudah memfokuskan perhatian dan usaha kita untuk mencapainya.

Buat rencana aksi yang terstruktur dan terukur. Rencana aksi yang terstruktur dan terukur akan membantu kita memahami langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan kita, sehingga kita dapat lebih mudah memantau kemajuan kita dan menyesuaikan rencana jika diperlukan.

Jangan mudah menyerah. Kita harus belajar untuk tidak mudah menyerah ketika menghadapi rintangan atau kegagalan dalam mencapai tujuan kita. Sebaliknya, kita harus belajar dari kegagalan tersebut dan terus berusaha untuk mencapai tujuan kita.

Tingkatkan motivasi diri sendiri. Motivasi diri sendiri dapat membantu kita tetap fokus dan bersemangat dalam mencapai tujuan kita. Kita dapat meningkatkan motivasi diri dengan membaca buku inspiratif, mendengarkan ceramah motivasi, atau berbicara dengan orang-orang yang dapat memberikan dukungan positif.

Dengan mengembangkan sikap tekun dalam hidup, kita akan menjadi lebih produktif dan berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan kita.

3. Mengapa penting untuk memiliki sikap tahan uji dalam hidup?

Sikap tahan uji sangat penting dalam hidup karena dapat membantu kita menghadapi tantangan dan rintangan yang mungkin terjadi dalam hidup. Dalam 2 Timotius 2:3-4, disebutkan bahwa "Sebab kamu harus tahan uji seperti seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Orang yang berseru-neru untuk melayani sebagai prajurit tidak terlibat dengan urusan duniawi, supaya ia dapat menyenangkan panglimanya yang telah memilih dia." Dalam ayat ini, Paulus mengajarkan bahwa kita sebagai pengikut Kristus harus memiliki sikap tahan uji seperti seorang prajurit yang siap menghadapi berbagai rintangan dan tantangan dalam hidup, tanpa terlibat dengan urusan duniawi yang dapat menghalangi kita dalam melayani Tuhan. Oleh karena itu, memiliki sikap tahan uji dapat membantu kita tetap teguh dan setia dalam iman, serta mampu mengatasi berbagai cobaan yang mungkin terjadi dalam hidup.

4. Apa yang dimaksud dengan bekerja keras menurut perspektif Kristiani?

Menurut perspektif Kristiani, bekerja keras adalah sebuah tanggung jawab yang harus dilakukan oleh setiap orang sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Dalam 2 Tesalonika 3:10, disebutkan bahwa "siapa yang tidak mau bekerja, janganlah ia juga makan". Artinya, bekerja keras adalah suatu kewajiban bagi setiap orang agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga membantu sesama.

Namun, bekerja keras dalam perspektif Kristiani tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan materi saja. Lebih dari itu, bekerja keras juga merupakan bentuk pengabdian kita kepada Tuhan dan kesempatan bagi kita untuk memberikan yang terbaik dalam segala hal yang kita lakukan. Dalam Kolose 3:23-24, disebutkan bahwa "Apapun yang kamu kerjakan, kerjakanlah dengan segenap hatimu, seolah-olah kamu mengerjakannya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia".

Dengan demikian, bekerja keras menurut perspektif Kristiani adalah suatu kewajiban dan kesempatan untuk memberikan yang terbaik dalam segala hal yang kita lakukan sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan dan juga membantu sesama.

5. Bagaimana kita dapat menunjukkan sikap setia kepada Tuhan dan sesama?

Dalam 2 Timotius 2:1-13, terdapat empat sikap hidup yang harus dimiliki oleh seorang hamba Tuhan, yaitu kuat, sabar, tekun, dan setia. Untuk menunjukkan sikap setia kepada Tuhan dan sesama, kita dapat melakukan beberapa hal, antara lain:

Memperkuat iman dan hubungan dengan Tuhan melalui doa, membaca Alkitab, dan bersekutu dengan sesama percaya.

Menunjukkan kasih dan perhatian kepada sesama dengan memberikan dukungan, mendoakan, dan membantu mereka dalam kebutuhan.

Menjaga komitmen dan janji yang telah dibuat kepada Tuhan dan sesama.

Menjadi teladan bagi orang lain dengan hidup yang konsisten dan terus berusaha untuk bertumbuh dalam iman dan karakter.

Mengampuni orang yang telah melakukan kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki hubungan yang rusak.

Dengan menunjukkan sikap setia kepada Tuhan dan sesama, kita dapat menjadi berkat bagi orang lain dan memuliakan nama Tuhan.

KESIMPULAN

2 Timotius 2: 1-13 menunjukkan beberapa sikap hidup yang harus dimiliki oleh hamba Tuhan yang di antaranya kuat dalam kasih karunia, dapat dipercaya, memperhatikan Firman Tuhan, mengikuti teladan Yesus dalam menanggung penderitaan dan sabar dalam menanggung penderitaan. Sikap hidup ini dituliskan Paulus supaya Timotius menjaga kemurnian panggilannya dan tidak terpengaruh ajaran sesat yang ada pada waktu itu. Dengan demikian, penting bagi hamba Tuhan pada masa kini untuk memelihara sikap hidup dalam menjalankan panggilannya dengan setia. Tidak hanya itu, setiap hamba Tuhan perlu mengevaluasi sikap hidup yang dimiliki selama ini, apakah masih benar atau sebaliknya. Iva Trifena Mayrina Wokas
Next Post Previous Post