EFESUS 5:18-21 (ARTI, PENTINGNYA DAN CIRI ORANG YANG DIPENUHI ROH KUDUS)

Jacob Timisela.

EFESUS 5:18-21 (ARTI, PENTINGNYA DAN CIRI ORANG YANG DIPENUHI ROH KUDUS)
Pengertian Dipenuhi Roh Kudus

Ide biblika tentang pemenuhan dari kata „pleroo‟ adalah sebagai berikut. 

Pertama, istilah tersebut berarti membuat penuh, mengisi penuh; misalnya akan suatu benda (jala yang dipenuhi ikan, layar perahu yang dipenuhi angin, suara atau bau yang memenuhi ruangan). 

Kedua, juga dipakai untuk menyatakan pemenuhan akan sesuatu objek impersonal secara nyata tetapi merupakan suatu benda yang tidak dapat diraba atau tidak terlihat (misalnya; memenuhi Yerusalem dengan pengajaran, penuh dosa, memenuhi hati). 

Ketiga, kata ini juga digunakan untuk menyatakan Kristus yang melampaui segala alam kosmis. Misalnya dengan hikmat pada waktu Ia menjadi manusia (Lukas 2:40). Bahkan istilah tersebut juga dipakai untuk seseorang, misalnya, (a) untuk anggota jemaat sebagai yang dipenuhi Dia (Efesus 1:23); (b) untuk orang-orang percaya yang dipenuhi dengan Roh Kudus (Efesus 5:18).

Frasa „dipenuhi Roh‟ dalam Efesus 5:18 tidak memiliki pengertian secara literal, sehingga harus ditafsirkan berdasarkan pertimbangan konteks Efesus 5: 14-17, di mana rasul Paulus melarang orang percaya mabuk oleh anggur karena dapat menimbulkan hawa nafsu. Sama seperti seseorang ketika mengalami mabuk karena anggur, maka orang tersebut akan kehilangan kesadaran dan tidak dapat mengendalikan atau mengontrol dirinya karena pengaruh alkohol dari anggur tersebut. 

Demikianlah sebaliknya jika orang tersebut dipenuhi dengan Roh, maka Roh Kuduslah yang akan mempengaruhi dan mengendalikan hidupnya. Karena itu di sini rasul Paulus menekankan bahwa orang-orang percaya haruslah terus menerus dipenuhi dengan Roh Kudus. Mereka tidak boleh dikendalikan oleh anggur ataupun dengan sesuatu yang lain, tetapi mereka harus dikendalikan dengan Roh Kudus. Maka istilah „dipenuh dengan Roh‟ yang digunakan Paulus dalam Efesus 5:18 dapat diartikan „mengontrol atau mengendalikan.‟

Pentingnya Dipenuhi Roh Kudus

Rasul Paulus memerintahkan orang percaya di Efesus supaya dipenuhi dengan Roh dikarenakan dua hal yang sangat penting. Pertama, Paulus sedang mengingatkan bahaya kemabukan yang merupakan suatu gaya hidup yang merusak dan tidak berkenan dari kebanyakan orang dari kebudayaan di sekeliling mereka (Efesus 4:17; bnd. Roma 13:13; 1Tesalonika 5:7). 

Kemabukan digambarkan sebagai suatu kehidupan yang sia-sia dan tidak berguna, simbol dari puncak kebodohan dan hilangnya arahan atau tujuan hidup. Alasan nasihat rasul Paulus adalah: karena anggur menimbulkan hawa nafsu (en hoi asotia). Orang yang mabuk oleh anggur adalah mereka yang setelah minum anggur, kemudian dikuasai oleh alkohol yang masuk ke dalam darah, sehingga tidak mampu berpikir seperti biasanya.

Alkohol sangat mampu untuk memengaruhi dan mengendalikan setiap orang yang meminum minuman beralkohol seperti anggur. Alkohol bukan hanya dapat memengaruhi secara negatif kesehatan fisik manusia, tetapi juga dapat mempengaruhi dan mengendal-ikan alam sadar seseorang sehingga mereka tidak terkendali. Orang yang mabuk karena minuman anggur seluruh tubuhnya berada di bawah kendali dan pengaruh minuman keras, sehingga berakibat buruk bagi hidupnya. 

Ini adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak dapat mengawasi dirinya sendiri, karena ia kehilangan pengawasan diri. Pengaruh alkohol yang berlebihan akan membawa orang kepada sifat yang liar yang tak terkendali dan tak masuk akal, mengubah orang mabuk menjadi seperti hewan. Dalam kemabukan terdapat hawa nafsu; pesta pora, percabulan, kerusuhan, semua yang mengarah pada kehancura, dan pada hakikatnya menggiring manusia ke dalam sensualitas kasar dan perbuatan yang mengerikan serta menjijikkan.

Kedua, di sini Paulus mengalihkan pandangannya kepada seluruh jalan hidup yang ia ajarkan dan mengundang para pembacanya untuk melihat dengan cermat bagaimana mereka harus hidup. Mereka harus dipenuhi dengan Roh Kudus karena hal itu merupakan perintah bagi semua percaya. Pengertian tentang dipenuhi Roh Kudus terdapat dalam Efesus 5:18, “hendaklah kamu penuh dengan Roh”, yang dalam teks Yunani menggunakan kata plerousthe sebagai kata kerja perintah, pasif, waktu kini. Maka kalimat itu dapat diterjemahkan „hendaklah kamu setiap saat terus menerus dipenuhi dengan Roh Kudus. 

Dengan demikian, hal dipenuhi dengan Roh Kudus merupakan suatu perintah sehingga menjadi suatu keharusan bagi orang percaya setiap saat. Juga merupakan perintah yang penting bagi kedewasaan kehidupan rohani orang percaya dan pelayanan yang lebih efektif. Hal ini sekaligus untuk menghindari orang percaya dari ancaman bahaya kemabukan, kesesatan hawa nafsu dan pesta pora.

PEMBAHASAN

Unsur- unsur tentang dipenuhi Roh Kudus (Efesus 5:18)

Istilah dipenuhi Roh Kudus dalam Efesus 5:18, menggunakan istilah yunani plerousthe yang merupakan kata kerja imperatif, present, pasif, orang kedua jamak, yang mengandung empat unsur penting untuk memahami konsep pemenuhan itu sendiri. 

Pertama, dipenuhi Roh Kudus adalah perintah (imperfek) dan bukan saran. Tuhan tidak berfirman, “jika engkau mau, akan baik bagimu jika engkau dipenuhi dengan Roh.” Tuhan hanya memberikan perintah agar orang percaya dipenuhi dengan Roh Kudus, sebab ini berhubungan dengan pengaruh-Nya dalam pengalaman hidup orang percaya setiap hari.

Kedua, pemenuhan Roh Kudus berlaku untuk semua orang percaya tanpa terkecuali. Frasa “janganlah kamu mabuk oleh anggur…tetapi hendaklah kamu dipenuhi Roh” merupakan dua kata kerja perintah yang ditujukan kepada orang kedua jamak (kamu sekalian). Dengan kata lain, kedua perintah pada kata kerja ini diperuntukan bagi seluruh umat kristiani. Dalam hal ini, tidak seorang pun dari orang Kristen yang diperbolehkan untuk mabuk, sebaliknya semua orang kristen harus dipenuhi oleh Roh Kudus.

Maka dipenuhi Roh Kudus bukanlah hak khusus yang hanya disediakan bagi beberapa orang yang dianggap perlu, tetapi diperuntukan kepada semua orang Kristen, meskipun dalam kenyataannya tidak semua orang Kristen dipenuhi dengan Roh. Sebuah perilaku yang tidak dibenarkan jika ada orang Kristen yang merasa dipenuhi oleh Roh Kudus, kemudian menganggap dirinya lebih istimewa dan lebih rohani daripada orang-orang Kristen lainnya.

Ketiga, Roh Kudus sendirilah yang melakukan pemenuhan dalam diri seorang. Karena perintah tersebut berbentuk pasif (dipenuhi), maka orang percaya tidak bisa memenuhi dirinya sendiri dengan Roh Kudus. Orang percaya sesungguhnya merupakan objek atau tujuan dari tindakan dipenuhi dengan Roh tersebut, atau sebagai sosok yang dipenuhi dengan Roh. 

Dalam hal ini, karena kata „Roh atau Pneumati‟ adalah jenis kata benda persona bentuk ketiga (kasus datif), maka dalam hubungan sintaksis pada kalimat „hendaklah kamu penuh dengan Roh‟, gagasan yang diperankan oleh kata „pneumati‟ tersebut adalah sebagai pelaku dari tindakan dipenuhi itu sendiri, dan tidak berfungsi sebagai sarana atau instrumen yang digunakan untuk seseorang dapat dipenuhi. Aspek pasif pada kata kerja „dipenuhi dengan Roh‟ bukanlah menunjukkan sesuatu yang dilakukan orang kristen, tetapi merupakan sesuatu yang mereka izinkan untuk dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam diri mereka. 

Segala usaha lahiriah dengan berbagai bentuk usaha latihan yang dilakukan; misalnya dengan cara melatih lidah dan mengeluarkan suara untuk berbahasa roh atau berbahasa lidah, kemudian orang tersebut dinilai dan disebut sebagai orang yang telah dipenuhi oleh Roh seperti yang sering dipraktikkan oleh segelintir orang dalam ibadah tertentu merupakan tindakan yang keliru dan tidak alkitabiah.

Keempat, kepenuhan Roh Kudus itu harusnya merupakan pengalaman hidup orang percaya yang seharusnya berlangsung terus menerus. Kata kerja „dipenuhi‟ (plerousthe) dalam Efesus 5:18 adalah kata kerja yang mengandung unsur waktu kini (present), yang berarti suatu pengalaman dipenuhi dengan Roh seharusnya terjadi dan berlangsung terus menerus setiap waktu. 

Jadi bukan suatu peristiwa pengalaman yang hanya terjadi satu kali saja. Sehingga pengertian yang benar dari Efesus 5:18, seharusnya berbunyi: „hendaklah kamu sekalian terus menerus dipenuhi dengan Roh.‟ Aspek kesinambungan untuk tetap dipenuhi mencakup saat demi saat, hari lepas hari, orang percaya harus hidup dalam pengendalian Roh Kudus. Selain itu bahwa, waktu present tense dari perintah „dipenuhi dengan Roh Kudus‟ tersebut menunjukkan bahwa seseorang tidak dapat bergantung pada pemenuhan masa lalu atau hidup dengan pengharapan pada pemenuhan masa datang saja. 

Karena dipenuhi dengan Roh Kudus hari ini dalam diri seseorang secara otomatis tidak menjamin orang tersebut akan dipenuhi hari besok. Hal ini karena dipenuhi Roh itu bergantung kepada sejauh mana seseorang itu memiliki ketundukan dan penyerahan diri secara total kepada kehendak dan kedaulatan Roh Kudus itu sendiri, dengan tetap konsisten memelihara hidup kudus.

Dengan demikian, maka dipenuhi dengan Roh Kudus itu merupakan tindakan yang berasal dari pribadi Roh Kudus dan dilakukan oleh pribadi Roh Kudus serta harus dialami oleh semua orang percaya dari saat ke saat sebagai suatu gaya hidup. Inilah yang menjadi unsur- unsur mutlak dari kondisi dipenuhi dengan Roh Kudus.

Ciri Orang Yang Dipenuhi Roh Kudus (Efesus 5:19-21).

Pernyataan „hendaklah kamu penuhi dengan Roh‟ (pleerousthe) pada Efesus 5:18c merupakan kata kerja utama dalam bentuk perintah yang menghasilkan lima tindakan kerja lanjutan yang dinyatakan dalam bentuk partisif pada ayat 19-21. Kemudian dapat disederhanakan menjadi empat unsur penting.

1. Memiliki percakapan yang saling membangun di antara sesama (Efesus 5:19a).

Pada Efesus 5:19, Rasul Paulus mengajak pembacanya untuk “saling menyapa seorang dengan yang lain di antara mereka dengan; mazmur-mazmur, himne-himne, nyanyian-nyanyian rohani” (Ef.5:19). Kata lalountes adalah bentuk partisif, kini, aktif, dari kata laleo yang berarti berbicara atau berkata-kata. Dalam hal ini, kata berbicara atau berkata-kata (lalountes) itu merupakan sebuah tindakan yang lahir sebagai akibat atau tindakan lanjutan dari kata kerja utama pada Efesus 5:18,„hendaklah kamu dipenuhi dengan Roh‟ (plerousthe). 

Kata „laleo‟ menunjuk kepada pengucapan luar dalam bentuk perkataan. Misalnya, seorang ibu menyanjung-nyanjung saudaranya laki-laki. Juga tidak dibatasi pada percakapan normal tetapi meliputi berbagai jenis ucapan dan dapat diterapkan sepenuhnya kepada tulisan-tulisan dari mazmur-mazmur, himne-himne dan nyanyian-nyanyian, yang saling dilakukan satu sama lain (heautois) dan bukan hanya untuk diri sendiri. 

Dari kelima bentuk partisif yang menggambarkan kehidupan karena dipenuhi Roh Kudus, ketiganya berkenan dengan bernyanyi (5:19) sebagai ungkapan sukacita murni yang Allah berikan dalam hidup seseorang. Maka isi percakapan seorang dengan yang lain dalam jemaat atau orang-orang percaya yang telah dipenuhi dengan Roh Kudus ditandai atau diwarnai dengan: berkata-kata dengan Mazmur (psalmois), berkata-kata dengan kidung puji-pujian (humnois), berkata-kata dengan nyanyian rohani (oodais pneumatikais).

2. Bernyanyi dan Bersoraklah bagi Tuhan (Efesus 5:19b).

Bentuk partisif kedua dan ketiga yang mengikuti bentuk imperatif pada ayat 18 memiliki nuansa makna vertikal yaitu menerangkan orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus berhubungan secara langsung kepada Tuhan. Pujian yang dipersembahkan dalam ibadah yang dinyatakan oleh ayat 19a adalah pujian yang ditujukan seorang terhadap yang lain, namun ayat 19b adalah pujian yang ditujukan secara langsung kepada Tuhan.

Kata ‘adontes’ adalah bentuk partisif kini, aktif dari kata „ado‟ yang berarti bernyanyi. Penggunaannya dalam LXX berarti bernyanyi merayakan sesuatu atau seseorang dalam nyanyian dan dapat dipakai secara bergantian dengan istilah-istilah humnos dan psallo, serta selalu memiliki satu tempat yang utama dalam kehidupan gereja dan ibadah gereja. Bernyanyi merupakan suatu bentuk ekspresi kegembiraan dari orang-orang kristen. 

Ketika mereka dipenuhi oleh Roh Kudus, mereka selalu melakukan hal-hal yang bersifat rohani; misalnya bernyanyi dan bersorak bagi Allah. Kesukaan rohani yang dimiliki oleh orang percaya adalah sangat dipengaruhi oleh suasana sukacita rohani yang dialami atau dirasakan di dalam hati.

Demikian pula kata „bersoraklah‟ (psallontes) adalah bentuk partisif, kini, aktif dari kata „psallo’ yang berarti bernyanyi. Kata psallo secara tepat adalah memainkan alat harfah. Kata kerja „psallo’ berarti membuat musik yang berasal dari mazmur-mazmur atau memainkan sebuah instrument yang berdawai atau senar (memetik dengan jari; secara khusus harfah atau alat musik lainnya), atau menyanyikan pujian dengan nada pujian yang dapat didengar atau bisa diekspresikan secara independen. 

Orang-orang kristen bernyanyi bagi Allah sebagai suatu cara untuk mempersembahkan pujian bagi Dia. Dalam kesejajaran dengan Kolose 3:16, bernyanyi ditujukan bagi Allah, tetapi dalam Efesus 5:19 kepada Tuhan yang secara jelas menunjuk atau berfokus kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Sedangkan frasa „bagi Tuhan‟ (to Kurio) artinya dalam memuji Tuhan harus disadari bahwa hal itu ditujukan semata-mata hanya kepada Tuhan dan bagi Tuhan.

Bernyanyi sebagaimana yang dimaksudkan di sini adalah satu tindakan yang langsung dan meriah dalam ibadah; dan harus dipertimbangkan secara nyata sama seperti dengan berdoa. Dengan demikian, orang yang hatinya penuh dengan Roh Kudus akan mengungkapkan dari dalam hatinya berbagai macam vocal maupun alat musik, baik dalam bernyanyi maupun bersorak (dengan membuat musik atau melodi). Demikian juga ungkapan „di dalam hatimu‟ (te kardia humon), menunjukan sikap dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan yaitu Kristus.

3. Ketiga: Selalu bersyukur kepada Allah (Efesus 5:20).

Kata „ucaplah syukur‟ pada Efesus 5: 20 merupakan „suatu klimaks‟dan tindakan yang bertumpu pada ayat 18, yaitu hendaklah kamu penuh dengan Roh. Kata „mengucap syukur‟ (Yun. Eucharistountes) adalah bentuk partisif, kini, aktif dari kata „eucharisteo‟. Dalam hal ini mengucap syukur seharusnya menjadi suatu karakter dan gaya hidup yang harus dilakukan oleh orang kristen secara terus menerus setiap saat, dan ditujukan kepada pribadi yang mulia yaitu Allah. 

Dalam dunia Yunani, arti mengucap syukur adalah sikap menaruh hormat yang tinggi dan umumnya digunakan untuk berterima kasih kepada para penguasa atau pemerintah dan secara religius digunakan sebagai ucapan syukur kepada Allah karena kebahagiaan-kebahagiaan yang diterima. Dalam hal ini kata „to euchariston‟ juga dapat dipandang sebagai suatu sikap dasar etis yang seharusnya diberikan kepada Allah. 

Kemudian frasa „senantiasa‟ (phantote) berarti dalam segala perkara (bnd. Filipi 4:6), dan bukan hanya karena ada berkat-berkat saja, tetapi karena adanya setiap anugerah dari Allah. Selanjutnya frasa „di dalam nama‟ (en onomati) adalah unsur di mana eucharistountes harus terjadi. Sang Rasul berkata bahwa segala perkara yang dilakukan orang kristen, mereka harus melakukannya „di dalam nama Kristus‟ (Kolose 3:17). 

Kata „nama‟(ὀνόματ) adalah menunjuk pada arti keberadaan seseorang dan apa yang telah dikerjakannya. Karena itu orang kristen harus menaikkan ucapan syukur atas dasar siapakah sesungguhnya Yesus itu dan apa yang sesungguhnya telah Ia kerjakan.

Demikian juga frasa „kepada Allah dan Bapa‟ (to Theo kai Patri), yaitu Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus adalah merupakan gelar perjanjian dari Allah dan menyediakan satu-satunya dasar yang mana Dia dapat dihampiri sebagai Bapa orang percaya. Ini tidaklah berarti kepada Allah itu adalah berbeda dengan Bapa; atau pertama-tama kepada Allah dan kemudian kepada Bapa, seolah Bapa berbeda dengan Allah. 

Sedangkan ungkapan “dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus” berarti melalui pengantaraan-Nya atau percaya kepada-Nya. Artinya orang percaya selalu mendekati Allah Bapa melalui pengantara Tuhan Yesus. Ketika orang percaya memohon kekuatan dan anugerah untuk menopang dalam berbagai pencobaan, mereka haruslah bergantung pada Dia, dan ketika mereka mengucap syukur, harus juga melalui Dia. 

Oleh karena melalui kemurahan-kemurahan-Nya dan campur tangan-Nya mereka menerima semua kebahagiaan. Dengan demikian frasa „kepada Allah dan Bapa kita‟ (to Theo kai Patri) memberikan pengertian bahwa urutan „Allah dan Bapa‟ adalah urutan yang normal dari kata-kata dalam perjanjian baru.

Catatan: Ada tiga bagian penting dalam hal ini. Apa yang harus kita ucapkan syukur, dalam konteks jauh dikatakan kita bisa mengucap syukur untuk: 

(a) Anugerah Tuhan yang sudah kita terima. 

Dalam Lukas dikatakan Yesus pun mengucap syukur atas keselamatan yang diberikan kepada orang-orang kecil yang namanya tercatat di surga (Lukas 10:21). Ini menunjukan kepada kita Yesus pun bisa bergembira di dalam Roh Kudus karena terjadinya keselamatan. Jadi kenapa akhir KKR kita berdoa mengucap syukur? Karena Tuhan sudah bekerja untuk menyelamatkan orang-orang kembali kepada Tuhan. Jadi ucapan syukur kita yang tertinggi adalah jikalau kehidupan kita dipakai Tuhan untuk menyelamatkan orang untuk kembali kepada Tuhan. Kita mengucap syukur untuk gereja ini, jikalau gereja ini boleh dipakai Tuhan untuk memberitakan injil. Ucapan syukur kita bukan karena gedung besar dan fasilitas besar.

Kita juga mengucap syukur untuk 

(b) Iman yang Tuhan berikan kepada kita melalui firman-Nya (Roma 1:8, Roma 1:21). 

Orang yang mengucap syukur akan pertumbuhan iman, orang itu diselamatkan. Orang yang mengucap syukur karena buah iman dinyatakan, orang itu diselamatkan. Orang yang di gereja, mengaku mengenal Tuhan, tetapi tidak pernah mengucap syukur, itu menandakan iman mereka tidak ada keselamatan. Kita harus bersyukur kalau Tuhan mengingatkan kita membaca firman. Kita bersyukur bahwa melalui tv, radio maupun buku, iman kita digerakkan makin lama makin dekat dengan Tuhan. 

Saya berbicara dengan beberapa pendeta, saya diizinkan Tuhan memimpin dua kali seminar. Dalam kesempatan itu saya sampaikan, kebanggaan hamba Tuhan itu dipakai Tuhan untuk mempertumbuhkan iman jemaat bukan menghancurkan imannya. Kenapa saya sampaikan demikian, karena saya mendapat data banyak pendeta disana yang hidupnya tidak menjadi teladan. Mereka harus kita doakan. Kita harus mengucap syukur kalau iman kita boleh bertumbuh dan kita dapat makanan Firman.

(c) Kita mengucap syukur untuk apapun yang sudah Tuhan berikan (Filipi 4:6). 

Dalam Filipi dikatakan kamu kalau sudah meminta, sudah dapat atau tidak dapat tetap mengucap syukur. Orang Kristen mengucap syukur untuk keberadaan kita. Kita tidak boleh mengeluh sebagai orang Indonesia. Sebaliknya setelah kita bekerja dengan keras, berjuang dengan keras dan kita dipimpin sampai saat ini, kita bisa mengatakan Eben Haezer (sampai disini Tuhan memimpin kita).

4. Keempat: Saling merendahkan diri seorang terhadap yang lain (Efesus 5:21).

Konsep merendahkan diri menurut rasul Paulus adalah sangat penting, dan hal ini terbukti dari penggunaan kata ini lebih dari 20 kali dalam surat-suratnya. Penundukan diri menggambarkan adanya kematian akan kehendak dan cinta pada diri sendiri, pengorbanan diri sendiri, adanya kerendahan hati, yang mana hal-hal tersebut dituntut dari semua orang kristen. 

Dalam Efesus 2- 4, Paulus menunjukan cara Allah untuk membawa orang-orang percaya Yahudi dan non Yahudi bersama-sama ke dalam satu hubungan yang baru di dalam Kristus seperti yang ditunjukkan dalam kehidupan jemaat mula-mula. Kemudian dalam Efesus 4:1-6, dia menekankan pentingnya kesatuan. 

Kini Paulus menunjukan cara Allah supaya orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus dapat hidup bersama-sama secara praktis di tengah-tengah beragam manusia. Karena itu Paulus memerintahkan supaya saling tunduk di antara mereka sebagai suatu kewajiban kristen (ay.21). Dalam hal ini Paulus juga menampilkan adanya tanggung jawab hubungan antara suami dan isteri, orang tua dan anak, tuan-tuan dan hamba-hamba.

Perintah supaya saling merendahkan diri atau tunduk yang dinyatakan dalam Efesus 5:21, memastikan bahwa semua orang percaya saling menyapa satu sama lain dan tidak ada perbedaan kedudukan atau tingkatan di antara jemaat. Kata „hupotassomenoi’ (Ef.5:21) adalah bentuk partisif, present, pasif dari kata hupotasso yang berarti menaklukan atau menundukan diri. 


Dengan kata lain secara literal hupotasso berarti meletakan dirinya sendiri (untuk berada) di bawah atau berserah. Ide utama kata ini yaitu menyerahkan haknya sendiri atau kehendak sendiri dengan merendahkan diri satu sama lain. 

Dalam hal ini berarti „takut akan Kristus‟ yang di hadapan-Nya semua orang akan berdiri untuk dihakimi, haruslah mendorong mereka untuk saling merendahkan diri. Juga seharusnya memberikan motivasi untuk penghormatan kepada Kristus, yang berkenan dengan kehendak-Nya dan bagi kemuliaan-Nya. Dengan demikian, kata phobo memiliki pengertian rasa takut yang mendasari sikap untuk menyembah kepada Allah.

KESIMPULAN

Hidup dipenuhi dengan Roh Kudus merupakan pengalaman rohani yang sering dialami oleh setiap orang percaya dalam hubungan dengan Tuhan, dan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan orang percaya. Hal dipenuhi dengan Roh Kudus berdasarkan Efesus 5:18-21 merupakan suatu perintah, yang harus dialami oleh semua orang percaya, meskipun pada kenyataannya tidak semua orang percaya itu dipenuhi dengan Roh Kudus. 

Pentingnya setiap orang percaya dipenuhi dengan Roh Kudus diperlukan karena adanya ancaman bahaya kehidupan yang tidak terkendali dari pengaruh hawa nafsu dunia dengan berbagai aspeknya. Tetapi juga kehidupan yang dipenuhi dengan Roh Kudus diperlukan bagi pertumbuhan kehidupan rohani dan aktivitas kehidupan rohani orang percaya menuju kedewasaan. 

Ketika seseorang yang dipenuhi dengan Roh Kudus tidak selalu secara otomatis mengakibatkan orang tersebut harus bisa berbahasa roh atau dengan kata lain berbahasa lidah. Akibat lain yang akan terjadi bagi seorang percaya yang dipenuhi dengan Roh Kudus adalah menghasilkan sifat-sifat atau karakter yang dinyatakan dalam tindakan-tindakan yang positif dan produktif. Baik dalam hubungan dengan sesama orang percaya maupun dalam hubungan dengan Allah secara langsung.

Next Post Previous Post