DOKTRIN MANUSIA: Antropologi

Pdt. Budi Asali, M.Div.

I. ASAL USUL MANUSIA

I) Asal usul manusia menurut Kitab Suci.

1) Manusia diciptakan oleh Allah (Kejadian 1:26-27 Kejadian 2:7,18-22 Kejadian 3:19 Matius 19:4-5 / Markus 10:6-7 1Korintus 11:8-9 1Timotius 2:13).
DOKTRIN MANUSIA: Antropologi
Catatan: Kejadian 1:1-2:3 tidak bertentangan dengan Kejadian 2:4-25! Kejadian 1:1-2:3 menceritakan penciptaan secara chronologis (sesuai urutan waktu). Tetapi Kej 2:4-25 menceritakan penciptaan berhubungan dengan manusia, tanpa mempedulikan chronologi.

2) Semua manusia berasal dari Adam dan Hawa, dan karena Hawa juga berasal dari Adam, maka semua umat manusia berasal dari Adam.

Jadi, ada ‘Unity of the Race’ / kesatuan umat manusia (Kejadian 3:20 Kej 7:23 Kej 9:1,19 Kejadian 10:32 Kis 17:26). Doktrin tentang ‘Unity of the Race’ adalah sesuatu yang penting, karena menjadi dasar dari doktrin-doktrin penting seperti yang ada dalam:

· Roma 5:12,15,18 - “(12) Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. ... (15) Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. ... (18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup”.

· 1Korintus 15:21-22 - “(21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam (persekutuan dengan) Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam (persekutuan dengan) Kristus”.

II. PENCIPTAAN MANUSIA

I) Didahului oleh suatu perundingan ilahi.

Kejadian 1:26-27 - “(26) Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka”.

Arti kata ‘kita’ dalam Kej 1:26:

1) Arti yang salah: ‘kita’ = Allah + malaikat.

Arti ini jelas salah, karena ini akan berarti bahwa:

· manusia diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat.

· malaikat = co-creator / rekan pencipta dari Allah!

2) Arti yang benar: ‘kita’ = pribadi-pribadi dalam diri Allah Tritunggal.

Jadi jelas bahwa Kej 1:26 menunjukkan bahwa sebelum Allah menciptakan manusia, terjadi semacam perundingan dalam diri Allah! Ini tidak pernah terjadi sebelumnya pada waktu Allah menciptakan hal-hal yang lain. Ini menunjukkan bahwa sesuatu yang unik dan istimewa akan terjadi, yaitu penciptaan manusia!

II) Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

1) Gambar dan rupa (Image and likeness).

a) Ada yang membedakan dua istilah ini berdasarkan arti katanya.

Tetapi pembedaan ini jelas salah, karena dua kata ini digunakan secara bergantian / bisa dibolak-balik (interchangeable).

· Kej 1:26 - gambar dan rupa (image and likeness).

· Kej 1:27 - gambar (image).

· Kej 5:1 - rupa (likeness).

· Kejadian 9:6 - gambar (image).

· 1Kor 11:7 - gambar (image).

· Kol 3:10 - gambar (image).

· Yakobus 3:9 - rupa (likeness).

b) Ada yang membedakan dua istilah ini berdasarkan kata depan (preposition) yang berbeda dalam Kej 1:26.

KJV/RSV - ‘in our image, after our likeness’ (= dalam gambar Kita, menurut rupa Kita).

NASB: ‘in our image, according to our likeness’ (= dalam gambar Kita, menurut rupa Kita).

Catatan: kata depan yang pertama dalam bahasa Ibrani adalah BE, dan yang kedua adalah KE.

Tetapi pembedaan seperti itu juga tidak bisa diterima karena:

· Dalam bahasa Ibrani kedua kata depan itu artinya bisa sama.

Kata depan yang pertama (BE) artinya: in (= dalam), as (= seperti), within (= di dalam), among (= di antara), according to (= menurut), into (= ke dalam), with (= dengan).

Kata depan yang kedua (KE) artinya: like / as (= seperti), within (= di dalam), among (= di antara), according to (= menurut), into (= ke dalam), with (= dengan).

Karena itu NIV menterjemahkan secara sama: ‘in our image, in our likeness’ (= dalam gambar Kita, dalam rupa Kita).

· Dalam Kol 3:10 kata depan yang kedua dipasangkan dengan kata yang pertama. KJV: ‘renewed in knowledge after the image of him’ (= diperbaharui dalam pengetahuan menurut gambarNya).

· Dalam Kej 5:1 kata depan yang pertama dipasangkan dengan kata yang kedua: ‘in the likeness of God’ (= dalam rupa Allah).

· Dalam Kej 5:3 kata depan yang pertama dipasangkan dengan kata yang kedua, dan kata depan kedua, dipasangkan dengan kata yang pertama: ‘in his own likeness, after his image’ (= dalam rupaNya sendiri, menurut gambarNya).

Kesimpulan: Karena kata ‘image’ dan ‘likeness’ bisa dibolak-balik dan demikian juga kata depan ‘in’ dan ‘after’, maka tidak ada alasan untuk membedakan antara ‘in our image’ dan ‘after our likeness’. Ini hanya suatu kebiasaan orang Ibrani dalam menyatakan sesuatu, dimana mereka sering menyatakannya, lalu mengulang dengan kata-kata yang berbeda tetapi yang artinya sama.

2) Manusia adalah gambar dan rupa Allah.

Artinya semua manusia adalah copy dari Allah, dan karenanya manusia mirip dengan Allah. Tentu kemiripan ini tidak terjadi dalam segala hal, karena Allah mempunyai sifat-sifat yang tidak bisa diberikan kepada orang lain (incommunicable attributes), seperti:

· sifat self-existent (ada dengan sendirinya).

· sifat tetap / tak bisa berubah.

· sifat tak terbatas (maha ada).

3) Hal-hal yang tercakup dalam ‘gambar dan rupa Allah’ dalam diri manusia.

a) Original righteousness (= kebenaran yang semula) yang terdiri dari pengetahuan, kebenaran, dan kekudusan yang benar.

Dasar Kitab Suci:

· Kej 1:31 - “Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam”.

· Pkh 7:29 - “Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘upright’ (= kejujuran / kelurusan dalam moral).

· Ef 4:24 - “dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya”. Kitab Suci Indonesia kurang tepat terjemahannya.

NIV: ‘and to put on the new self, created to be like God in true righteousness and holiness’ (= dan mengenakan manusia baru, diciptakan seperti Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang benar).

Jadi, manusia diciptakan tidak sekedar dalam keadaan tidak berdosa (innocent) / netral secara moral. Manusia diciptakan dengan suatu kesucian yang positif (positive holiness). Tetapi ini tidak berarti bahwa manusia itu sempurna.

Louis Berkhof: “He was, something like a child, perfect in parts, not yet in degree” (= Ia seperti seorang anak, sempurna dalam bagian-bagiannya, belum / tidak dalam tingkatannya) - ‘Systematic Theology’, hal 209.

Luther / Lutheran menganggap original righteousness (= kebenaran yang semula) ini saja yang termasuk dalam gambar dan rupa Allah dalam diri manusia, dan karena itu mereka beranggapan bahwa gambar dan rupa Allah ini hilang total pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Tetapi 1Kor 11:7 dan Yak 3:9 jelas menunjukkan bahwa sesudah kejatuhan dalam dosa, manusia masih merupakan gambar dan rupa Allah.

1Kor 11:7 - “Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki”.

Yak 3:9 - “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah”.

Jadi, gambar dan rupa Allah itu rusak, tetapi tidak musnah / hilang total!

Ada yang membandingkan Kej 5:1 dengan Kej 5:3 dan lalu berkata:

· Kej 5:1 menunjukkan bahwa Adam dicipta menurut rupa Allah.

· Kej 5:3 menunjukkan bahwa Set adalah gambar dan rupa Adam (bukan lagi gambar dan rupa Allah!).

Tetapi penafsiran ini jelas bertentangan dengan 1Kor 11:7 Yak 3:9 di atas, yang dengan jelas menunjukkan bahwa sesudah jatuh dalam dosapun manusia tetap adalah gambar dan rupa Allah.

Jadi, Kej 5:3 harus diartikan sebagai berikut: Set adalah gambar dan rupa Adam. Karena Adam adalah gambar dan rupa Allah (Kej 5:1), maka Set juga adalah gambar dan rupa Allah.

Kalau setelah kejatuhan ke dalam dosa (yang menyebabkan manusia kehilangan original righteousness / kebenaran yang semula itu) manusia tetap adalah gambar dan rupa Allah, maka haruslah disimpulkan bahwa pasti ada hal-hal yang lain yang termasuk dalam gambar dan rupa Allah dalam diri manusia (selain original righteousness).

b) Manusia adalah makhluk berakal.

Allah adalah makhluk berakal. Manusia juga adalah makhluk berakal karena manusia adalah gambar dan rupa / copy dari Allah.

Binatang hanya mempunyai naluri, bukan akal [Ayub 39:16-20 (Inggris: Job 39:13-17) Maz 32:9 Maz 49:21 Maz 73:22 Yudas 10]. Karena itu binatang tidak bisa mengembangkan kemampuannya sendiri. Contoh:

· ikan / katak dalam berenang. Bandingkan dengan manusia yang bisa berenang dalam bermacam-macam gaya yang mereka ciptakan sendiri.

· harimau / singa dalam menangkap mangsa. Bandingkan dengan manusia dalam mencari nafkah.

· burung berkicau. Bandingkan dengan manusia dalam menyanyi yang bisa menggunakan suara 1, 2, 3, dan 4. Tidak ada burung-burung dimanapun yang bisa melakukan hal itu

· burung / binatang dalam membuat sarang. Bandingkan dengan manusia dalam membuat rumah yang begitu bervariasi.

· binatang makanannya terus sama. Bandingkan dengan manusia dalam menciptakan bermacam-macam makanan.

Jadi, akal adalah sesuatu yang sangat membedakan manusia dari binatang! Ada banyak orang Kharismatik yang mengatakan bahwa kita harus membuang akal, karena kalau tidak maka kita tidak akan terbuka terhadap pekerjaan Roh Kudus, persekutuan terindah dengan Tuhan tidak bisa terjadi, dan juga mujijat-mujijat tidak bisa terjadi. Ini salah dan tidak alkitabiah! Pembuangan akal seperti ini menjadikan kita seperti binatang! Kita memang tidak boleh bersandar pada akal (Amsal 3:5), tetapi itu tidak berarti bahwa kita harus membuang akal.

c) Manusia adalah makhluk bermoral (moral being).

Binatang bukanlah makhluk bermoral dan karena itu untuk binatang tidak ada dosa atau suci, baik atau jahat. Tetapi manusia adalah makhluk bermoral (seperti Allah, malaikat, setan), karena itu ada dosa / suci, baik / jahat.

Kalau saudara tidak memperdulikan dosa / suci, baik / jahat, dsb, maka saudara menjadi seperti binatang.

d) Manusia adalah makhluk rohani.

Allah adalah Roh (Yoh 4:24). Manusia adalah gambar dan rupa / copy dari Allah. Jadi, manusia adalah makhluk rohani.

Kej 2:7 juga menunjukkan pemberian nafas hidup kepada manusia yang menyebabkan ia menjadi makhluk rohani. Ini menyebabkan manusia bisa berhubungan / bersekutu dengan Allah, berdoa, mendengarkan Firman Tuhan, berbakti kepada Tuhan, dsb.

Binatang bukan makhluk rohani, sehingga tidak bisa berhubungan dengan Allah, berdoa, dsb.

Kalau saudara tidak berusaha untuk berhubungan / bersekutu dengan Allah, saudara menjadikan diri saudara sendiri seperti binatang.

e) Manusia itu immortal (tak bisa binasa / musnah).

1Tim 6:16 mengatakan Allah itu tidak takluk kepada maut (immortal). Dikatakan ‘satu-satunya’ karena immortality adalah essential quality (= sifat hakiki) dari Allah. Allah mempunyai sifat itu dalam dan dari diriNya sendiri.

Karena manusia adalah gambar dan rupa Allah, maka manusia juga immortal. Immortality pada manusia ini meliputi:

· jiwa / roh: tidak ada akhirnya.

· tubuh: pada mulanya (sebelum ada dosa) tidak membawa benih kematian. Maut / kematian baru ada setelah ada dosa (Kej 3:19 Ro 5:12 Ro 6:23).

f) Penguasaan atas alam dan binatang-binatang (Kej 1:26 Maz 8:6-9).

Ini terlihat dari:

· Penguasaan / penggunaan alam oleh manusia. Tetapi dosa menyebabkan manusia merusak alam.

· Penguasaan terhadap binatang seperti: kebun binatang, sirkus, binatang jadi makanan manusia.

· Penguasaan terhadap penyakit / bakteri (ilmu kedokteran).

Banyak orang Kharismatik yang menggunakan hal ini sebagai dasar untuk mengajarkan bahwa orang kristen harus sembuh dari penyakit. Mereka lupa bahwa gara-gara dosa masuk ke dalam dunia, semua menjadi kacau.

Ada ahli theologia Reformed yang tidak setuju kalau penguasaan atas alam / binatang ini termasuk dalam gambar dan rupa Allah. Tetapi Louis Berkhof mengatakan bahwa penguasaan terhadap alam / binatang termasuk dalam gambar dan rupa Allah dalam diri manusia, karena dalam Kej 1:26 kedua hal itu digabung dalam satu ayat.

Kej 1:26 - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”.

Bdk. Maz 8:6-9 - “(6) Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. (7) Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: (8) kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; (9) burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan”.

g) Manusia mempunyai tubuh.

Mat 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.

Kej 9:6 - “Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambarNya sendiri”.

Louis Berkhof menganggap (hal 204-205) bahwa tubuh manusia juga adalah gambar dan rupa Allah. Dasar Kitab Suci yang ia pakai adalah:

· Kitab Suci mengatakan bahwa manusia (berarti seluruh manusia, bukan jiwanya saja) adalah gambar dan rupa Allah.

· Mat 10:28 mengatakan bahwa pembunuhan adalah pembunuhan terhadap tubuh. Dan Kej 9:6 mengecam pembunuhan karena manusia adalah gambar dan rupa Allah. Jadi harus disimpulkan bahwa tubuh juga termasuk dalam gambar dan rupa Allah dalam diri manusia.

Tetapi, bagaimanapun persamaan antara Allah dan tubuh manusia, tentu persamaannya bukan dalam hal materi! Tubuh adalah alat dari jiwa untuk mengekspresikan diri dan karena itu tubuh juga termasuk gambar dan rupa Allah. Jadi awas, jangan sampai hal ini diextrimkan dengan menganggap bahwa Allah itu betul-betul mempunyai tubuh seperti manusia.

Hank Hanegraaff: “The sad truth is that the Faith teachers have crafted man in the image of God, and God in the image of man. ... Kenneth Copeland claims that God is ‘not some creatures that stands 28 feet tall, and He’s got hands, you know, as big as basketballs. That’s not the kind of creature He is. ... A being that stands somewhere around 6’-2’’, 6’-3’’, that weighs somewhere in the neighborhood of a couple of hundred pounds, ... (and) has a (hand) span of nine inches across.’ Where in the world does Copeland derive this monstrosity? The answer is that he tortures the words of the prophet Isaiah. When Isaiah, using a common figure of speech, says that God marked off the heavens with His span (40:12), Copeland takes out a ruler, measures the span of his hand, finds it to be 8¾ inches, and speculates that God’s hand must be about a quarter of an inch larger than his! ... Copeland is not the only Faith teacher who wrenches Isaiah 40:12 out of context. Jerry Savelle elaborates on his mentor’s teaching when he says: God is not 437 feet tall, weighing 4000 pounds, and got a fist big around as this room. He measured out heaven with a nine-inch span. ... The distance between my thumb and my finger is not quite nine inches. So, I know He’s bigger than me, thank God. Amen? But He’s not some great, big, old thing that couldn’t come through the door there and, you know, when He sat down, would fill every seat in the house. I don’t serve the Glob. I serve God, and I’ve been created in His image and in His likeness” [= Kebenaran yang menyedihkan adalah bahwa guru-guru Iman telah membuat manusia sebagai gambar Allah, dan Allah sebagai gambar manusia. ... Kenneth Copeland mengclaim bahwa Allah ‘bukanlah suatu makhluk yang tingginya 28 kaki, dan yang mempunyai tangan sebesar bola basket. Ia bukan jenis makhluk seperti itu. ... Suatu makhluk yang tingginya sekitar 6 kaki 2 inci - 6 kaki 3 inci, yang beratnya sekitar 200 pounds, ... dan yang mempunyai jengkal tangan 9 inci’. Dari mana gerangan Copeland mendapatkan hal yang mengerikan ini? Jawabannya adalah bahwa ia ‘menganiaya’ kata-kata dari nabi Yesaya. Pada waktu Yesaya, menggunakan gaya bahasa yang umum, mengatakan bahwa Allah menandai langit dengan jengkal tanganNya (40:12), Copeland mengambil penggaris, mengukur jengkal tangannya, dan mendapatkan 8 ¾ inci, dan lalu berspekulasi bahwa tangan Allah pasti lebih besar ¼ inci dari tangannya! ... Copeland bukanlah satu-satunya guru Iman yang merenggut Yes 40:12 keluar dari kontextnya. Jerry Savelle menguraikan ajaran penasehatnya pada waktu ia berkata: Allah itu bukan seseorang yang tingginya 437 kaki, beratnya 4000 pounds, dan mempunyai kepalan sebesar ruangan ini. Ia mengukur langit dengan jengkal sepanjang 9 inci. ... Jarak antara ibu jari saya dan jari saya tidak mencapai 9 inci. Jadi, saya tahu Ia lebih besar dari saya, syukur kepada Allah. Amin? Tetapi Ia bukannya sesuatu yang besar dan tua yang tidak bisa masuk melalui pintu di sana, dan pada waktu Ia duduk akan memenuhi setiap tempat duduk dalam rumah ini. Saya tidak melayani the Glob (Raksasa?). Saya melayani Allah, dan saya telah diciptakan dalam gambar dan rupaNya] - ‘Christianity in Crisis’, hal 121,122.

Yes 40:12 - “Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca?”.

Catatan: para ahli theologia Reformed tidak sependapat dalam hal-hal apa saja yang termasuk dalam gambar dan rupa Allah dalam diri manusia!

Pelajaran hari ini sebetulnya harus membuang semua rasa minder / rendah diri dalam diri kita. Apakah saudara sering merasa diri saudara jelek / rendah? Dalam hal bentuk tubuh / wajah? Dalam hal kemampuan / kepandaian? Kalau saudara merasa rendah diri, maka ingatlah:

· Sebelum Allah menciptakan manusia, Ia berunding lebih dulu.

· Manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah.

Semua ini menunjukkan bahwa kita adalah makhluk yang mulia!

Daripada merasa rendah diri, saudara seharusnya bersyukur dan memuji Allah karena saudara sudah dicipta sebagai makhluk yang begitu tinggi dan mulia!

III. TRIKOTOMI vs DIKOTOMI

I) Trikotomi.

A) Trikotomi Ajaran:

Manusia terdiri dari 3 bagian/elemen, yaitu tubuh, jiwa, dan roh.

· tubuh adalah bagian materi dari manusia.

· jiwa adalah elemen hakiki dari kehidupan binatang.

· roh adalah unsur yang rasionil dan tidak bisa binasa, yang menghubungkan manusia dengan Allah. Roh ini dianggap sebagai sesuatu yang membedakan manusia dengan binatang.

B) Asal usul Trikotomi:

Trikotomi berasal dari filsafat Yunani yang menganggap hubungan tubuh - roh analog dengan hubungan alam semesta / materi dengan Allah. Filsafat Yunani mengatakan bahwa Allah hanya bisa berhubungan dengan alam semesta / materi melalui zat yang ketiga / makhluk perantara. Analoginya, roh hanya dapat berhubungan dengan tubuh, juga melalui elemen ketiga / elemen pengantara, yaitu jiwa.

C) Dasar Kitab Suci dari Trikotomi:

1) Dalam Kitab Suci, kata Ibrani dan Yunani yang digunakan untuk 'jiwa' dan 'roh' berbeda.

· 'Jiwa' : Ibraninya adalah NEPHESH; Yunaninya adalah PSUKHE.

· 'Roh' : Ibraninya adalah RUAKH; Yunaninya adalah PNEUMA.

2) Allah terdiri dari 3 pribadi, yaitu Bapa, Anak, dan Roh; sedangkan manusia merupakan gambar dan rupa Allah, sehingga manusia terdiri dari 3 unsur, yaitu tubuh, jiwa, dan roh.

3) Manusia adalah Bait Allah (1Kor 3:16-17 1Kor 6:19), sedangkan Bait Allah terdiri dari 3 bagian, yaitu:

· Pelataran » tubuh.

· Ruang Suci » jiwa.

· Ruang Maha Suci » roh.

4) 1Tes 5:23 berbunyi: "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita" .

Ayat ini secara jelas menyebutkan unsur ketiga dalam diri manusia, yaitu tubuh, jiwa dan roh, dan ayat ini merupakan salah satu andalan yang paling umum / paling banyak digunakan oleh penganut faham Trikotomi.

5) Ibr 4:12 berbunyi: "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk sangat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh , sendi-sendi dan sumsum; ia mampu membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita" .

Para penganut Trikotomi menganggap kata-kata 'memisahkan jiwa dan roh' sebagai dasar untuk mengatakan bahwa jiwa dan roh merupakan 2 hal yang berbeda.

Menurut saya, dari semua dasar Kitab Suci dari pandangan Trikotomi, yang ini adalah yang paling sukar untuk diruntuhkan.

6) Kitab Suci mengkontraskan jiwa dengan roh. Ini terlihat dalam:

· 1Kor 2:14 - istilah 'manusia duniawi' dalam bahasa Yunaninya adalah PSUKHIKOS [perhatikan adanya kata PSUKHE (= jiwa)], dan ini menunjuk pada orang yang belum berevolusi.

· 1Kor 2:15 dan 1Kor 3:1 - istilah 'manusia rohani' dalam bahasa Yunaninya adalah PNEUMATIKOS [perhatikan adanya kata PNEUMA (= roh)], dan ini menunjuk kepada orang kristen yang rohani / dewasa dalam iman.

Penganut faham Trichotomy berpendapat bahwa pengkontrasan jiwa dan roh ini menunjukkan bahwa jiwa berbeda dengan roh.

II) Dikotomi.

Dikotomi Penganut berpendapat bahwa manusia terdiri hanya dari 2 unsur, yaitu 'tubuh' dan 'jiwa' atau 'roh' , dimana 'jiwa' dan 'roh' dianggap menunjuk pada satu unsur yang sama.

Dasar Kitab Suci dari Dikotomi.

1) Memang kata bahasa Ibrani dan Yunani yang digunakan untuk 'jiwa' dan 'roh' berbeda, tetapi digunakan secara pertukaran (= bisa dibolak-balik).

Contoh :

a) Baik 'jiwa' maupun 'roh' digunakan untuk binatang.

· Digunakan kata 'jiwa' (PSUKHE), misalnya dalam Wah 16:3 yang terjemahan hurufiahnya berbunyi: 'setiap jiwa kehidupan' (= setiap jiwa kehidupan).

· Digunakan kata 'roh' (RUAKH), ​​misalnya dalam:

§ Pengkhotbah 3:21 (KJV/RSV/NIV/NASB): ' roh binatang' (= roh binatang) .

Catatan : di sini Kitab Suci Indonesia secara salah menjemahkan 'nafas' . Sebetulnya kata yang diterjemahkan 'nafas' dalam Pengkhotbah 3:19 juga adalah RUAKH, tetapi di sini KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan 'breath' (= nafas), meskipun footnote NIV memberikan terjemahan alternatif, yaitu 'spirit' (= roh) .

§ Maz 104:29b-30a - “apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Ketika Engkau mengirim roh Mu mereka tercipta” .

Kalau saudara memperhatikan kontex dari teks ini, mulai dari Maz 104:20, jelas bahwa yang dimaksud dengan 'mereka' adalah binatang. Tapi toh digunakan istilah 'roh' untuk mereka!

Penggunaan kata RUAKH (= roh) untuk binatang ini pasti memusingkan para penganut Trikotomi yang beranggapan bahwa binatang hanya mempunyai 'jiwa' tetapi tidak mempunyai 'roh' !

b) Baik 'jiwa' maupun 'roh' digunakan untuk Allah.

· Digunakan kata 'roh' (PNEUMA), misalnya dalam Yoh 4:24 Yoh 14:27.

· Digunakan kata 'jiwa' (NEPHESH / PSUKHE), misalnya dalam:

* Im 26:11 - “Aku akan menempatkan Kemah SuciKu di tengah-tengahmu dan hati Ku tidak akan muak melihatmu” .

Kata 'hati' secara hurufiah adalah 'soul' (= jiwa), seperti dalam KJV/RSV/NASB, karena kata Ibrani yang digunakan adalah NEPHESH.

* Yer 9:9 - “Masakan Aku tidak menghukum mereka karena semuanya ini?, demikianlah firman TUHAN. Masakan Aku tidak membalas dendamKu kepada bangsa yang seperti ini?” .

Dalam bahasa Ibraninya ada kata NEPHESH; bandingkan dengan terjemahan KJV di bawah ini.

TB: 'Maukah aku mengunjungi mereka untuk hal-hal ini? firman TUHAN: tidakkah jiwaku akan dibalaskan kepada bangsa seperti ini?' (= Apakah Aku tidak akan mengunjungi mereka untuk hal-hal ini? firman TUHAN: tidakkah jiwaKu dibalaskan balas dendamnya kepada bangsa yang seperti ini?).

* Yer 32:41 - “Aku akan bergirang karena mereka berbuat baik kepada mereka dan Aku akan membuat mereka tumbuh di negeri ini dengan kesetiaan, dengan segenap hatiKu dan dengan segenap jiwaKu ” .

§ Ya 42:1 - 'yang mendatangi Aku berkenan' . Dalam bahasa Ibraninya ada kata NEPHESH. Karena itu Mat 12:18 mengutip Yes 42:1 ini dan menterjemahkan 'yang kepadaNya jiwa Ku berkenan' .

§ Amos 6:8 - 'demi diri Nya ' . Dalam bahasa Ibraninya ada kata NEPHESH.

§ Maz 11:5 (NIV): "TUHAN memeriksa orang benar, tetapi orang fasik dan orang yang menyukai kekerasan dibenci jiwanya " (= TUHAN menguji orang benar, tetapi orang jahat dan mereka yang mencintai kekerasan dibenci jiwa Nya).

§ Yes 1:14 - kata 'Aku' dalam ayat ini oleh NIV diterjemahkan secara hurufiah, yaitu ' jiwaku ' (= jiwa Ku).

§ Ibr 10:38 - kata 'Aku' , terjemahan hurufiahnya adalah ' jiwaku ' (= jiwa Ku).

c) Kalau Kitab Suci menceritakan tentang orang yang mati, maka:

· Kadang-kadang digunakan istilah 'menyerahkan roh ' (PNEUMA/RUAKH), ​​seperti dalam:

§ Luk 23:46 - kata ' nyawa Ku' seharusnya adalah ' roh Ku' .

§ Kis 7:59 - Stefanus menyerahkan rohnya kepada Tuhan Yesus.

§ Maz 146:4 (NIV): 'Ketika roh mereka pergi' (= Ketika roh mereka meninggalkan).

· Kadang-kadang digunakan istilah 'menyerahkan jiwa ' (NEPHESH), seperti dalam:

§ Kej 35:18 - kata 'nafas' terjemahan hurufiahnya adalah 'her soul ' (= jiwa nya).

§ 1Raja-raja 17:17 - kata 'nafas' seharusnya adalah 'jiwa' .

d) Pada waktu Kitab Suci menggambarkan orang yang setelah mati lalu hidup kembali (bangkit), maka:

· ada ayat yang mengatakan ' roh ' nya (PNEUMA) kembali (Luk 8:55).

· ada ayat yang mengatakan ' jiwa ' nya (NEPHESH) kembali (1Raja-raja 17:21-22).

e) Pada saat Kitab Suci menunjuk pada bagian yang bersifat non materi dari manusia yang sudah mati, maka:

· Kadang-kadang Kitab Suci menyebut dengan sebutan 'roh' (PNEUMA), seperti dalam Ibr 12:23 1Pet 3:19.

· Kadang-kadang Kitab Suci menyebut dengan sebutan 'jiwa' (PSUKHE), seperti dalam Wah 6:9 Wah 20:4.

f) Kalau Kitab Suci menggambarkan perasaan seseorang (sedih, marah), maka:

· Kadang-kadang itu ditujukan kepada 'jiwa' (PSUKHE), seperti dalam:

§ Yoh 12:27 - ' jiwa Ku' .

§ Mat 26:38 - kata 'hatiKu' seharusnya adalah ' jiwa Ku' .

§ 2Pet 2:8 - ' jiwa nya yang benar itu tersiksa' .

· kadang-kadang itu ditujukan kepada 'roh' (PNEUMA), seperti dalam:

§ Yoh 13:21 (NIV): 'Yesus gelisah dalam roh- Nya ' (= Yesus kesal dalam roh Nya).

§ Markus 8:12 (NASB): 'dan berkeluh kesah dalam-dalam di dalam roh- Nya ' (= dan mengeluh secara dalam di dalam roh Nya).

§ Kis 17:16 (NASB): ' rohnya terpancing dalam dirinya' (= roh nya dibuat jadi jengkel dalam dia).

Poin a - f di atas ini menunjukkan secara jelas bahwa kata 'jiwa' dan 'roh' digunakan secara pertukaran (= bisa dibolak-balik), dan karena itu jelas kedua kata itu menunjuk pada satu hal yang sama. Ini sama seperti kalau saudara menggunakan kata 'dinding' dan 'tembok'; meskipun itu 2 kata tetapi menunjuk pada satu hal yang sama.

2) Kitab Suci berulangkali menunjukkan bahwa manusia terdiri hanya dari 2 bagian , misalnya dalam:

· Kej 2:7 - pada penciptaan, hanya ada 2 bagian, yaitu 'tubuh yang tercipta dari debu tanah' , dan 'nafas hidup' yang Allah hembuskan.

· Pengkhotbah 7:7 - 'tubuh + roh' .

· Mat 6:25 yang Islam kuatir akan 'hidupmu' (ini seharusnya adalah 'jiwamu' ) dan 'tubuhmu' .

· Mat 10:28 - 'tubuh + jiwa' .

Perhatikan bahwa kalau melihat Trikotomi yang benar, maka ayat ini akan menjadi aneh sekali, karena ayat ini akan berkata: jangan takut kepada manusia yang bisa membunuh 1/3 dari kamu, takutlah akan Allah yang bisa membunuh 2/3 dari kamu. Tidak lebih cocok kalau melihat Dikotomi yang benar, sehingga ayat ini akan berkata: jangan takut kepada manusia yang bisa membunuh 1/2 dari kamu, takutlah kepada Allah yang bisa membunuh seluruh kamu.

· Mat 26:41 - 'tubuh / daging + roh' .

· Rm 8:10 - 'tubuh + roh' .

· 1Kor 5:5 - 'tubuh + roh' .

· 1Kor 7:34 - 'tubuh dan jiwa' . Ini seharusnya adalah 'tubuh dan roh' .

· 2Kor 7:1 - 'jasmani + rohani' .

· Yak 2:26 - 'tubuh + roh' .

Bahwa 2 unsur manusia itu kadang-kadang dinyatakan sebagai 'tubuh dan jiwa' , dan kadang-kadang sebagai 'tubuh dan roh' , lagi-lagi menunjukkan bahwa 'jiwa' dan 'roh' adalah 2 kata yang bersifat dapat dipertukarkan (= bisa dibolak- balik).

3) Ajaran Trichotomy mengatakan bahwa:

· jiwa adalah elemen hakiki dari kehidupan binatang.

· roh adalah unsur yang menghubungkan manusia dengan Allah.

Tetapi ini tidak cocok dengan:

¨ Maz 42:2-6 dimana 'rindu kepada Allah' ditujukan kepada 'jiwa' .

¨ Maz 103:1-2 dimana 'jiwa' disuruh memuji Tuhan, padahal 'memuji Tuhan' jelas merupakan suatu aktivitas rohani!

¨ Yes 26:9 dimana 'merindukan / mencari Tuhan' ditujukan kepada 'jiwa' .

¨ Mat 22:37 / Markus 12:30 / Luk 10:27 dimana kita diperintahkan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatan, dan segenap akal budi. Tidak ada kata-kata 'segenap rohmu' !

4) Tidak ada dasar untuk menganalogikan 3 pribadi dalam Tritunggal dengan 3 elemen dari manusia. Sekalipun manusia diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah, ada hal-hal dalam diri Allah yang bersifat incommunicable (= tidak bisa diberikan kepada orang /makhluk / benda lain). Misalnya sifat tak terbatas dalam diri Allah; ini tidak mempunyai analogi/persamaan dalam diri manusia meskipun manusia diciptakan berdasarkan peta dan teladan Allah.

Demikian juga saya berpendapat bahwa adanya 3 pribadi dan 1 hakekat dalam diri Allah, juga bersifat incommunicable (= tidak bisa diberikan), dan karenanya tidak mempunyai analogi/persamaan dalam diri manusia.

5) Penjelasan tentang 1Kor 3:16-17 dan 1Kor 6:19.

a) Ini adalah suatu pengalegorian / pelambangan yang tidak ada pada tempatnya.

Apa dasarnya untuk melambangkan Pelataran sebagai tubuh, Ruang Suci sebagai jiwa, dan Ruang Maha Suci sebagai roh?

b) Arah dari ayat-ayat itu adalah untuk menekankan perlunya hidup kudus. Karena kita adalah Bait Allah (Allah yang maha suci tinggal di dalam diri kita), maka kita harus berusaha hidup suci. Penggunaan ayat-ayat ini sebagai dasar dari Trikotomi merupakan penafsiran yang tidak mempedulikan konteksnya/arah ayat.

c) Yang disebut dengan 'Bait Allah' dalam ayat-ayat itu hanyalah orang kristen saja. Lalu bagaimana dengan orang yang non kristen?

d) Ada 2 kata bahasa Yunani yang bisa diterjemahkan sebagai 'Bait Allah' , yaitu:

· HIERON, yang menunjuk pada seluruh Bait Allah, termasuk Pelatarannya. Kata ini digunakan dalam Yoh 2:14,15 Mat 21:12,14,15.

· NAOS, yang menunjuk hanya pada tempat sucinya (= Ruang Suci dan Ruang Maha Suci). Kata ini digunakan dalam Yoh 2:19,20,21 Luk 1:9,21,22 Mat 23:35.

Kata Yunani yang dipakai dalam 1Kor 3:16-17 dan 1Kor 6:19 bukanlah HIERON, tetapi NAOS. Dan NAOS tidak terdiri dari 3 bagian tetapi hanya terdiri dari 2 bagian, karena NAOS tidak mencakup Pelataran. Kalau ayat-ayat ini mau dipaksakan sebagai dasar untuk menentukan manusia terdiri dari berapa bagian/elemen, maka ayat-ayat ini akan mendukung Dikotomi, bukan Trikotomi.

6) Penjelasan tentang 1Tes 5:23.

1Tes 5:23 - "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita".

Dalam ayat ini 'jiwa' dan 'roh' muncul dalam satu ayat. Tetapi ini tidak berarti bahwa 'jiwa' berbeda dengan 'roh' . Perlu diketahui bahwa Kitab Suci sering menumpuk beberapa istilah yang artinya sama atau 'overlap' (= bertumpukan), dengan tujuan untuk menekankan hal itu .

Misalnya:

· Mat 22:37 yang berbunyi: "Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hati mu dan dengan segenap jiwa mu dan segenap akal budi mu".

Apakah ayat ini bisa diartikan bahwa 'hati' berbeda dengan 'jiwa' , berbeda dengan 'akal budi' , karena keduanya keluar secara bersamaan dalam satu ayat? Tidak mungkin, karena:

¨ 'jiwa' sudah mencakup 'hati' maupun 'pikiran' .

¨ ada ayat-ayat yang mencampur-adukkan 'hati' dan 'pikiran' :

§ Mat 13:15 - 'mengerti dengan hati' .

§ Mat 9:4 - 'memikirkan … di dalam hati' .

§ Luk 2:19 - 'menyimpan...di dalam hatinya dan memikirkannya' .

§ Kis 8:22 (NIV): 'begitulah pikiran yang ada dalam hatimu' (= pikiran seperti itu dalam hatimu).

Jadi, maksud dari Mat 22:37 itu hanyalah untuk memberi penekanan saja. Maksudnya adalah: kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap dirimu.

· Ibr 2:4 (NASB): 'tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban dan berbagai mukjizat' (= tanda-tanda dan hal-hal yang ajaib dan oleh berbagai macam mujijat). bdk. 2Tes 2:9 Kis 2:22.

Calvin : “Dia menunjuk mukjizat, demi memperkuat kepentingannya, dengan tiga nama” (= Ia menunjuk mujijat dengan tiga nama demi memperkuat kepentingan mereka) - hal 54.

· Ibr 4:12. Tetapi ini akan saya bahas di bawah, jadi tidak saya bahas di sini.

Demikian juga dengan 1Tes 5:23 yang berbunyi: "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita".

Maksud dari kata-kata 'roh, jiwa dan tubuhmu' adalah tekanan ' seluruh dirimu' (bandingkan dengan bagian awal dari 1Tes 5:23 itu).

7) Penjelasan tentang Ibrani 4:12.

Ibr 4:12 - "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh , sendi-sendi dan sumsum; ia mampu membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita" .

Para penganut Trikotomi mengatakan bahwa sama seperti 'sendi' berbeda dengan 'sumsum' . demikian juga 'jiwa' berbeda dengan 'roh' , dan Firman Tuhan bisa memisahkan mereka.

Penjelasan dari pihak Dikotomi tentang Ibr 4:12 ini:

a) ' memisahkan jiwa dan roh' .

1. Kata Yunani yang diterjemahkan 'memisahkan' adalah MERISMOS (ini adalah kata benda).

Kata MERISMOS ini tidak pernah berarti 'divisi antara ' (= peringkat di antara ), tetapi berarti 'divisi di dalam ' (= peringkat di dalam ). Seandainya kata MERISMOS itu memang berarti 'divisi antara ' (= peringkat di antara ), maka itu memang akan menunjukkan bahwa 'jiwa' dan 'roh' adalah 2 hal yang berbeda. Tetapi karena arti sebenarnya dari kata MERISMOS itu adalah 'division Within ' (= diskon di dalam ), maka itu justru menunjukkan bahwa 'jiwa' dan 'roh' adalah satu hal yang sama.

Kata ini hanya digunakan 2 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Ibr 4:12 dan Ibr 2:4. Dalam Ibr 2:4 kata MERISMOS diterjemahkan 'dibagi-bagikannya' dan ini ditujukan kepada 'Roh Kudus' , dan 'Roh Kudus' jelas hanya satu, bukan 2 atau lebih (memang Wah 5:6 berbicara tentang '7 Roh Allah' , tetapi di sini bilangan 'tujuh' hanya merupakan simbol kesempurnaan Roh Kudus! Kalau ini referensi bahwa Roh Kudus betul-betul ada 7, maka ini akan bertentangan dengan 1Kor 12:4).

Catatan : Ibr 2:4 (KJV/RSV/NIV/NASB): 'karunia Roh Kudus' (= karunia-karunia Roh Kudus). Tetapi ini salah, karena sebetulnya kata 'hadiah' itu tidak ada.

2. Adapun kata kerjanya, yaitu MERIZO, muncul 14 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam:

· Mat 12:25 (2x) diterjemahkan 'terpecah-pecah' .

· Mat 12:26 diterjemahkan 'terbagi-bagi' .

· Markus 3:24 diterjemahkan 'terpecah-pecah' .

· Markus 3:25 diterjemahkan 'terpecah-pecah' .

· Markus 3:26 diterjemahkan 'terbagi-bagi' .

· Markus 6:41 diterjemahkan 'dibagi-bagikan'.

· Luk 12:13 diterjemahkan 'berbagi' .

· Rom 12:3 diterjemahkan 'dianugerahkan' .

· 1Kor 1:13 diterjemahkan 'terbagi-bagi' .

· 1Kor 7:17 diterjemahkan 'ditentukan' .

· 1Kor 7:34 diterjemahkan 'terbagi-bagi' .

· 2Kor 10:13 diterjemahkan 'dipatok' .

· Ibr 7:2 diterjemahkan 'memberikan' .

Kadang-kadang arti kata MERIZO ini adalah 'mendistribusikan' , 'memberi' (= membagikan, memberikan), seperti dalam Ro 12:3 1Kor 7:17 2Kor 10:13. Dalam contoh-contoh yang lain, kata ini mengandung arti perpecahan. Tetapi tidak pernah menunjuk pada pemisahan antara satu benda / hal dengan benda / hal yang lain. Sebaliknya, kata ini selalu menunjuk pada perpecahan di dalam satu benda / hal.

3. Kesimpulan: ' memisahkan jiwa dan roh' dalam Ibr 4:12 tidak mungkin berarti bahwa 'jiwa' dan 'roh' adalah 2 hal yang berbeda. Harus berarti bahwa 'jiwa' dan 'roh' adalah satu hal yang sama, atau bahwa 'jiwa' sama dengan 'roh' .

b) 'sendi-sendi dan sumsum' .

Ibr 4:12: 'memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum' .

Bukankah 'sendi-sendi' dan 'sumsum' adalah 2 hal yang berbeda?

Penjelasan:

o Perhatikan bahwa tidak dikatakan 'tulang dan sumsum' , tetapi 'sendi dan sumsum' (tulang bertepatan langsung dengan sumsum, tetapi sendi tidak).

John Murray mengambil kesimpulan sebagai berikut:

“Jadi jelas, pemikirannya bukanlah untuk memisahkan diri, tapi ini adalah bagian yang paling tidak dapat diakses dari kerangka fisik kita dan menggambarkan kekuatan menusuk dari Firman ketika dengan metafora, dikatakan lebih tajam dari dua. -edged sword" (= Jadi jelaslah bahwa pemikirannya bukanlah masuk di antara keduanya untuk memisahkan, tetapi bahwa hal-hal ini adalah bagian-bagian yang paling tidak bisa dimasuki dari kerangka fisik kita dan mengilustrasikan kekuatan menusuk dari Firman yang dengan suatu kiasan dikatakan lebih tajam dari pedang bermata dua) - 'Koleksi Tulisan John Murray' , vol II, hal 31.

o Terjemahan hurufiah dari bagian ini adalah: 'pembagian jiwa dan roh, baik sendi -sendi maupun sumsum' .

Pada saat berbicara tentang 'sendi dan sumsum' , ada kata 'keduanya' (= keduanya). Kata 'keduanya' ini tidak dipakai pada saat berbicara tentang 'jiwa dan roh' . Mengapa? Karena kata ini bertujuan untuk mempersatukan 'sendi' dan 'sumsum' sehingga yang dimaksud dengan 'sendi dan sumsum' adalah ' body /tubuh' (1 benda / hal). Pada saat berbicara tentang 'jiwa dan roh' , kata 'keduanya' ini tidak perlu (bahkan tidak boleh ada) karena 'jiwa' sama dengan 'roh' .

c) Penekanan / arti Ibr 4:12: Firman Tuhan menyelidiki kita secara menyeluruh / mendetail sehingga tidak ada bagian diri kita yang tidak terkena. Ini cocok dengan kontex, karena Ibr 4:13 berbunyi: "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab".

Pada waktu John Murray membahas 1Tes 5:23, ia berkata:

"Sesuai dengan penggunaan Kitab Suci untuk menggunakan akumulasi istilah-istilah untuk menyatakan kelengkapan (lih. Markus 12:30; Ibr. 4:12 )" [= Ini sesuai dengan penggunaan Kitab Suci yang memakai kumpulan istilah-istilah untuk menyatakan keseluruhan (bdk. Markus 12:30; Ibr 4:12 )] - 'Kumpulan Tulisan John Murray' , jilid II, hal 31.

Jadi, Ibr 4:12 dijadikan contoh oleh John Murray. Jelas bahwa ia berpendapat bahwa dalam Ibr 4:12pun penekanannya adalah pada 'kelengkapan' (= keseluruhan).

8) Penjelasan tentang kontras antara PSUKHIKOS (1Kor 2:14) dan PNEUMATIKOS (1Kor 2:15 1Kor 3:1).

Untuk ini perlunya mencari apa arti dari kata 'rohani / spiritual '?

Ro 1:11 berbicara tentang 'karunia rohani' ( karunia rohani ).

1Kor 12:1-12 juga demikian.

Ay 1 tentang 'karunia rohani' (= karunia-karunia rohani).

Ay 3,4,7,8,9,11 menunjuk kepada Roh Kudus.

Jadi, karunia-karunia rohani adalah karunia-karunia yang diperoleh dari Roh Kudus.

Contoh lain: 1Kor 2:13.

NIV: 'mengungkapkan kebenaran rohani dalam kata-kata rohani' (= menyatakan kebenaran-kebenaran rohani dalam kata-kata rohani).

Dari ayat ini jelas bahwa 'kebenaran' (=kebenaran-kebenaran) dan 'perkataan' (=kata-kata) itu disebut spiritual (=rohani) karena berasal dari Roh Kudus.

Jadi, kata ' spiritual /rohani' tidak menunjuk pada 'roh manusia' tetapi kepada 'Roh Kudus' .

Jelasnya, bahwa kontras antara PSUKHIKOS dan PNEUMATIKOS tidak berasal dari kontras antara PSUKHE (= jiwa) dan PNEUMA (= roh) dalam diri manusia, tetapi berasal dari kontras antara 'manusia itu sendiri' dan 'manusia yang paruh, dikuasai oleh Roh Kudus' .

Contoh pengkontrasan yang serupa: 1Kor 15:44.

'tubuh alamiah' = SOMA PSUKHIKON.

'tubuh rohaniah' = SOMA PNEUMATIKON.

Lagi-lagi kontras ini tidak berasal dari kontras antara PSUKHE (= jiwa) dan PNEUMA (= roh), tetapi ini adalah kontras antara 'tubuh kita di dunia' dan 'tubuh kebangkitan di surga' (baca kontexnya).

Kesimpulan.

Memang jika kita membaca Kitab Suci sekilas lalu, kita akan mendapatkan ajaran Trikotomi, namun jika kita menyelidikinya secara mendalam, maka terlihat dengan jelas bahwa Trikotomi tidak dapat dipertahankan.

Sekalipun ini adalah suatu pelajaran yang sangat teoritis, tetapi perlu diingat bahwa di atas Dikotomi dan Trikotomi dibangun ajaran-ajaran/doktrin-doktrin yang lain. Dengan kita yakin akan kebenaran Dikotomi dan kesalahan Trikotomi, maka kita akan terhindar dari ajaran-ajaran salah yang didasarkan pada Trikotomi.

IV. ASAL USUL JIWA MANUSIA

Yang dibicarakan di sini bukanlah asal usul dari jiwanya Adam sebagai manusia pertama, tetapi asal usul jiwa manusia secara umum. Pada saat seorang bayi ada dalam kandungan, tubuhnya jelas berasal dari orang tuanya, tetapi dari mana jiwanya? Ada tiga pandangan tentang hal ini:

I) Pre-Existentianism.

1) Jiwa manusia sudah ada sebelum ia mulai ada dalam kandungan.

2) Ada dosa yang dilakukan jiwa itu, yang lalu menyebabkan jiwa itu harus berada dalam sebuah tubuh dan tinggal di dunia (sebagai hukuman).

Keberatan terhadap ajaran ini:

a) Ajaran ini tidak mempunyai dasar Kitab Suci. Ajaran yang mengatakan bahwa jiwa dipersatukan dengan tubuh sebagai hukuman, adalah ajaran kafir.

b) Ajaran ini menganggap bahwa tubuh manusia adalah suatu tambahan / embel-embel yang tidak penting dalam diri manusia. Mereka percaya bahwa manusia adalah sesuatu yang lengkap sekalipun tanpa tubuh. Ini menghapuskan perbedaan antara manusia dan malaikat.

c) Ajaran ini menghapuskan ‘the unity of the race’ / kesatuan umat manusia.

d) Dalam kesadaran kita, kita tidak pernah mengingat apa-apa yang terjadi dalam kehidupan lalu kita (waktu jiwa itu belum mempunyai tubuh).

II) Traducianism.

Baik tubuh maupun jiwa seorang anak diturunkan oleh / dari orang tuanya.

Dasar dari pandangan ini:

1) Orang tua adalah orang tua dari seluruh anak, berarti termasuk jiwanya.

2) Penciptaan Hawa (Kej 2:21-23 1Kor 11:8) yang berbeda dengan penciptaan Adam. Pada penciptaan Adam, tubuh berasal dari tanah / bumi, sedangkan jiwanya berasal dari Tuhan (Kej 2:7). Tetapi pada waktu Allah menciptakan Hawa, tidak pernah dikatakan ada elemen dari Hawa yang berasal dari Tuhan. Jadi, harus disimpulkan bahwa baik tubuh maupun jiwa Hawa berasal dari Adam.

Bantahan:

Ada pepatah yang berbunyi: ‘Silence proves nothing!’ (= Diam tidak membuktikan apa-apa!). Bahwa Kitab Suci diam / tidak berkata apa-apa tentang jiwa Hawa, tidak membuktikan bahwa jiwa Hawa berasal dari Adam. Mungkin Allah memberi jiwa itu namun tidak diceritakan oleh Kitab Suci.

3) Sejak Sabat yang pertama (Kej 2:3), Allah tidak lagi mencipta secara langsung.

Pada hari pertama sampai hari keenam Allah menciptakan secara langsung. Tetapi pada hari ketujuh Allah berhenti mencipta, dan sejak saat itu Allah hanya mencipta secara tidak langsung, yaitu melalui hal-hal alamiah, second causes / penyebab kedua, dsb. Jadi penciptaan jiwa manusia juga dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui orang tuanya.

Bantahan:

a) Ini membatasi Allah. Sekalipun Allah pada umumnya bekerja melalui hal alamiah / second causes / penyebab kedua, tetapi Ia juga sering bekerja langsung, seperti:

· pada waktu terjadinya mujijat

· pada peristiwa kelahiran baru (ini penciptaan!)

b) Kej 2:3 menyebutkan ‘rested’ (= beristirahat). Jadi, tidak berarti bahwa Allah berhenti mencipta (secara langsung) untuk selama-lamanya.

4) Sifat seorang anak mirip orang tuanya. Jadi jelas bahwa jiwanya berasal dari orang tuanya.

Bantahan:

a) Kemiripan itu bisa terjadi karena anak itu meniru orang tuanya.

b) Tubuh anak itu jelas dari orang tuanya, dan tubuh mempengaruhi jiwa dari anak itu , sehingga akhirnya jiwanya juga mirip orang tuanya.

c) Pada waktu Allah memberikan jiwa, Ia menyesuaikannya dengan tubuh si anak.

5) Ibr 7:9-10 mengatakan bahwa Lewi ada di dalam tubuh Abraham.

Ibr 7:9-10 - “(9) Maka dapatlah dikatakan, bahwa dengan perantaraan Abraham dipungut juga persepuluhan dari Lewi, yang berhak menerima persepuluhan, (10) sebab ia masih berada dalam tubuh bapa leluhurnya, ketika Melkisedek menyongsong bapa leluhurnya itu”.

Bantahan:

a) Dalam Ibr 7:9 ada kata-kata ‘maka dapatlah dikatakan’. Ini menunjukkan bahwa hal ini tidaklah merupakan hal yang sebenarnya.

b) Tidak mungkin seluruh jiwa Lewi berada dalam tubuh Abraham, karena Sara, Ribka, dan Lea pasti juga punya andil terhadap jiwa Lewi tersebut.

6) Inkarnasi Kristus

Kecuali tubuh dan jiwa Kristus diturunkan dari Maria, maka Kristus tidak bisa disebut manusia sejati sama seperti kita.

Bantahan:

Kristus lahir sama seperti semua manusia yang lain kecuali dalam hal terjadinya kandungan itu oleh Roh Kudus. Kalau semua manusia jiwanya bukan berasal dari orang tuanya (sesuai dengan pandangan Creationism), maka Kristus adalah manusia sama seperti kita sekalipun jiwanya tidak berasal dari Maria (tetapi merupakan ciptaan langsung dari Allah).

7) Adanya dosa / kebejatan moral / rohani pada umat manusia.

Orang-orang yang menganut Traducianism berkata bahwa:

· Kita betul-betul berdosa (actually sinned) di dalam Adam karena pada saat itu kita memang ada di dalam dia.

· Zat yang melanggar Firman Tuhan di dalam diri Adam, itulah yang diturunkan / diberikan kepada kita, sehingga begitu lahir, moral sudah bejat.

Kalau kita beranggapan bahwa jiwa seseorang berasal dari Allah, maka ada 2 kemungkinan:

¨ Jiwa yang diciptakan Allah itu jiwa yang berdosa.

¨ Jiwa yang diciptakan itu suci, tetapi lalu setelah dipersatukan dengan tubuh, menjadi manusia yang berdosa.

Yang manapun yang benar, ini berarti bahwa Allah adalah pencipta kejahatan moral (God is the author of moral evil)

Bantahan:

a) Kalau memang pada saat Adam berdosa, kita sudah ada di dalam dia, sehingga kita betul-betul berdosa di dalam dia, maka mengapa dosa Adam yang lain tidak diturunkan? Dan mengapa dosa-dosa nenek moyang kita, tidak diturunkan kepada kita?

b) Kalau semua orang betul-betul berdosa di dalam Adam, maka Kristus juga demikian!

c) Allah bukanlah pencipta dari moral evil / kejahatan moral. Adanya dosa asal, dsb merupakan hukuman Allah atas dosa Adam.

III) Creationism.

Tubuh anak berasal dari orang tuanya, tetapi jiwanya merupakan ciptaan langsung dari Tuhan.

Dasar dari pandangan ini:

1) Ini sesuai dengan penciptaan pertama (terhadap Adam), dimana tubuh berasal dari tanah / bumi, sedangkan jiwa berasal dari Tuhan (Kej 2:7).

Bantahan:

Ini hanya berlaku untuk Adam.

2) Ada ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa jiwa / roh manusia diciptakan / diberi oleh Tuhan.

· Bil 16:22 - “Tetapi sujudlah mereka berdua dan berkata: ‘Ya Allah, Allah dari roh segala makhluk! Satu orang saja berdosa, masakan Engkau murka terhadap segenap perkumpulan ini?’”.

Jadi Allah disebut sebagai ‘Allah dari roh segala makhluk’.

· Ibr 12:9 - “Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?”.

Ayat ini menyebut Allah sebagai ‘Bapa segala roh’.

· Yes 42:5 - “Beginilah firman Allah, TUHAN, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya”.

Ayat ini mengatakan bahwa Allahlah yang memberikan nafas / nyawa kepada umat manusia.

* kata ‘nafas’ di sini menggunakan kata Ibrani yang sama dengan kata ‘nafas’ dalam Kej 2:7.

* kata ‘nyawa’ di sini dalam bahasa Ibraninya adalah RUAKH, yang biasanya diterjemahkan ‘roh’.

· Yes 57:16 - “Sebab bukan untuk selama-lamanya Aku hendak berbantah, dan bukan untuk seterusnya Aku hendak murka, supaya semangat mereka jangan lemah lesu di hadapanKu, padahal Akulah yang membuat nafas kehidupan”.

Ayat ini mengatakan bahwa Allahlah yang membuat ‘nafas kehidupan’.

* kata ‘nafas kehidupan’ di sini menggunakan kata Ibrani yang sama dengan kata ‘nafas’ dalam Kej 2:7.

* kata ‘nafas’ di sini ada dalam bentuk jamak, sehingga tidak mungkin menunjuk kepada Adam.

· Zakh 12:1 - “Ucapan ilahi. Firman TUHAN tentang Israel: Demikianlah firman TUHAN yang membentangkan langit dan yang meletakkan dasar bumi dan yang menciptakan roh dalam diri manusia”.

Ayat ini secara explicit mengatakan bahwa Allahlah yang menciptakan roh dalam diri manusia. Tetapi kata ‘manusia’ di sini menggunakan kata Ibrani ADAM, sehingga ini bisa menunjuk kepada Adam.

· Maz 104:28-30 - “(28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan. (29) Apabila Engkau menyembunyikan wajahMu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. (30) Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi”.

Ayat ini mengatakan bahwa binatangpun rohnya dari Tuhan.

Bantahan:

Ayat-ayat tersebut di atas artinya adalah: Allah mencipta roh manusia pertama / roh Adam, dan lalu selanjutnya Allah mencipta dengan perantaraan manusia pertama / Adam.

Mari kita memperhatikan beberapa ayat di bawah ini:

· Ayub 10:8-9 - “(8) TanganMulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku? (9) Ingatlah, bahwa Engkau yang membuat aku dari tanah liat, tetapi Engkau hendak menjadikan aku debu kembali?”.

· Ayub 34:14-15 - “(14) Jikalau Ia menarik kembali RohNya, dan mengembalikan nafasNya padaNya, (15) maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu”.

· Maz 103:13-14 - “(13) Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. (14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu”.

· Pkh 3:20 - “Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu”.

Dari ayat-ayat ini terlihat bahwa Kitab Suci juga mengatakan bahwa kita berasal dari debu, padahal yang betul-betul dari debu hanyalah Adam, sedangkan kita diturunkan oleh Adam.

Analoginya: Kalau Kitab Suci berkata bahwa roh / jiwa kita dicipta oleh Allah, maka itu berarti bahwa jiwa / roh Adam saja yang dicipta oleh Allah, sedangkan jiwa / roh kita diturunkan oleh Adam.

3) Jiwa bersifat indivisible (= tak bisa dipecah-pecah). Kalau kita percaya pada Traducianism, maka kita harus percaya bahwa sebagian jiwa ibu bergabung dengan sebagian jiwa ayah menjadi jiwa anak.

Bantahan:

Kita tidak mengerti tentang substance / zat dari jiwa. Kalau dikatakan bahwa jiwa berasal dari orang tua, tetapi dalam proses perkembang-biakan itu tidak terjadi perpecahan maupun penggabungan jiwa, maka tidak ada orang yang bisa membenarkan ataupun menyalahkan.

Kesimpulan:

Ajaran Pre-existentianism jelas salah. Tetapi ajaran Traducianism dan Creationism mempunyai dasar yang sama-sama kuat, sehingga sukar dibuktikan secara jelas yang mana yang benar.

· Agustinus tidak bisa menentukan yang mana yang benar.

· Martin Luther berpegang pada Traducianism.

· Calvin berpegang pada Creationism.

Ini terlihat misalnya dari tafsiran Calvin tentang Yoh 3:6 dimana ia berkata:

“the soul is not begotten by human generation” (= jiwa tidak diturunkan oleh kelahiran) - hal 112.

· Mayoritas (tidak semua) orang Reformed juga berpegang pada Creationism.

· Saya sendiri condong pada Creationism.

V. TUBUH DAN JIWA

I) Tubuh.

Kejadian 2:7 - “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”.

Dalam Kej 2:7 Tuhan membentuk tubuh dulu, baru memberi jiwa. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari ayat ini:

1) Tubuh bukanlah sekedar tambahan atau embel-embel yang tidak penting!

2) Tubuh bukanlah penjara dari jiwa.

Ajaran yang mengatakan bahwa tubuh adalah penjara dari jiwa dan manusia harus berusaha untuk membebaskan jiwa yang terpenjara itu adalah ajaran kafir yang tidak berasal dari Kitab Suci

3) Tubuh adalah sesuatu yang baik!

Tubuh bukanlah sumber dosa. Memang tubuh bisa diperalat oleh dosa, tetapi asal usul dosa sebetulnya justru terletak pada jiwa (Kej 3 - pada pikiran dari Hawa!).

Karena itu hati-hati dalam menafsirkan kata ‘daging’ dalam Kitab Suci, karena kata ‘daging’ itu sering digunakan bukan untuk menunjuk kepada ‘tubuh’ tetapi kepada ‘manusia lama’.

Contoh: Gal 5:16-21 - “(16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah”.

4) Tubuh tidak bertentangan dengan jiwa!

Memang ada ayat yang seolah-olah menunjukkan bahwa tubuh bertentangan dengan jiwa / roh, seperti Mat 26:41.

Mat 26:41 - “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’”.

Apa arti ayat ini? Artinya adalah:

· sekalipun dalam diri kita sudah ada kemauan untuk berbuat baik (yang datang dari Tuhan), tetapi kita tetap tidak mempunyai kekuatan untuk melakukan hal itu. Karena itu kita harus berdoa supaya Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk melaksanakan kemauan yang baik itu.

· dalam diri kita ada 2 kekuatan yang tarik menarik (bdk. Gal 5:17 Ro 7:18-20). Kita harus berdoa supaya tarikan ke arah yang baik­lah yang menang!

Jadi, Mat 26:41 tidak menunjukkan bahwa tubuh bertentangan dengan jiwa / roh, karena ‘daging’ dalam ayat ini juga menunjuk kepada manusia lama.

5) Secara alamiah, tubuh adalah immortal (tidak bisa binasa).

Bahwa tubuh itu harus kembali kepada debu (mati), itu bukan disebabkan karena tubuh berasal dari debu, tetapi karena adanya dosa (Kej 3:17-19).

6) Tubuh bukanlah sesuatu yang merendahkan manusia!

Ingat bahwa Tuhanlah yang membentuk tubuh itu!

II) Jiwa.

1) Jiwa adalah suatu indivisible essence / substance (= zat yang tidak bisa dibagi-bagi). Jadi:

a) Jiwa adalah suatu zat, bukan sekedar suatu khayalan atau sesuatu yang abstrak.

b) Berbeda dengan tubuh, jiwa tidak bisa dibagi-bagi.

2) Pada jiwa terdapat:

a) Pikiran.

b) Perasaan (hati).

c) Kemauan / kehendak (will). Tentang ‘kehendak bebas’ / ‘free will’ akan dibahas di bawah (point V) sebagai tambahan.

Ada yang menambahkan ‘hati nurani’ / ‘suara hati’, tetapi yang lain berpendapat bahwa ‘suara hati’ ini merupakan gabungan pikiran dan perasaan.

Catatan: awas, ini bukanlah komponen-komponen yang membentuk jiwa, yang lalu bisa dipisahkan satu sama lain! Ingat bahwa jiwa itu indivisible / tak bisa dibagi-bagi.

Penerapan:

Orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa (Mat 22:37), harus mengasihi Tuhan dengan segenap:

· Pikirannya. Ia harus mengerti mengapa ia harus mengasihi Tuhan, yaitu karena Tuhan sudah lebih dulu mengasihi dia dan mati bagi dia.

· Perasaannya. Hatipun harus betul-betul mengasihi Tuhan. Banyak orang-orang Kharismatik mengasihi Tuhan hanya dengan perasaan, tetapi tidak dengan pikiran, sedangkan banyak orang Reformed yang sebaliknya.

· Kemauan / kehendak. Ini yang menyebabkan ada tindakan kasih kepada / untuk Tuhan, misalnya: belajar Firman Tuhan, berdoa / bersekutu dengan Tuhan, mentaati Tuhan, melayani Tuhan, memberi persembahan kepada Tuhan, dsb.

III) Hubungan tubuh dan jiwa.

Hubungan tubuh dan jiwa ini merupakan sesuatu yang misterius dan tidak bisa dimengerti sepenuhnya.

1) Jiwa mempengaruhi tubuh.

· Kebanyakan gerakan tubuh tergantung kepada jiwa, seperti berjalan, berolah raga, dsb. Tetapi ada juga gerakan tubuh yang tidak tergantung kepada jiwa, seperti denyut jantung, pencernaan yang dilakukan oleh usus, keluarnya keringat.

· Kalau jiwa kacau (stress, depresi), maka tubuh bisa sakit.

· Orang yang malu, mukanya jadi merah.

· Orang yang merasa sukacita, matanya bisa ‘berbinar’.

2) Sebaliknya, tubuh juga mempengaruhi jiwa.

· Orang yang otaknya rusak, pikirannya / jiwanya terganggu.

· Orang yang sudah tua (otaknya tua), menjadi pikun.

· Tubuh sehat, jiwa ikut sehat (ini tak selalu!).

3) Dalam hidup ini jiwa beroperasi melalui tubuh sebagai instrumen, misalnya: berpikir melalui otak. Tetapi setelah mati, jiwa bisa beroperasi tanpa tubuh. Dalam Luk 16:19-31 orang kaya itu tetap bisa merasa, berbicara, melihat, berpikir, dsb.

IV) Kesatuan tubuh dan jiwa.

Sekalipun Kitab Suci mengajarkan bahwa manusia terdiri dari dua elemen yang berbeda, yaitu tubuh dan jiwa, tetapi Kitab Suci juga menekankan kesatuan yang ada antara tubuh dan jiwa / kesatuan dari seluruh manusia! Jadi, manusia dipandang sebagai suatu kesatuan!

Kej 2:7 - “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”.

KJV: ‘a living soul’ (= suatu jiwa yang hidup).

RSV/NIV/NASB: ‘a living being’ (= suatu makhluk yang hidup).

Jadi pada saat seseorang makan, kita tidak berkata: ‘tubuhnya makan’, tetapi ‘orang itu makan’. Pada saat kita melihat seseorang berpikir, kita tidak berkata ‘jiwanya berpikir’, tetapi ‘orang itu berpikir’.

Konsekwensinya, pada waktu berbuat dosa, maka yang berbuat dosa bukan hanya jiwa atau tubuh, tetapi seluruh orangnya. Yang ditebus oleh Kristus, juga bukan hanya jiwanya atau hanya tubuhnya, tetapi seluruh orangnya!

V) Free will / Kehendak bebas.

A) Arti free will / kehendak bebas.

1) Ini tidak berarti bahwa manusia adalah makhluk yang bebas mutlak.

Satu-satunya makhluk yang bebas mutlak adalah Allah sendiri dan Allah membuat semua makhluk lain tergantung pada Dia.

Ibr 1:3 - “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi”.

Kis 17:28a - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga”.

Dan karena itu manusia juga tergantung pada Allah, baik hidupnya, matinya, keberadaannya dan segala sesuatunya! Ada hamba Tuhan yang mengatakan bahwa kematian manusia tidak berada dalam tangan Tuhan, tetapi dalam tangan manusia sendiri. Ia memberi contoh: Ada orang yang sakit berat, yang hidupnya tergantung alat-alat, seperti alat pacu jantung, infus, oxigen, dsb. Sekarang, apakah orang itu tetap hidup atau mati, itu tergantung dari keluarga orang tersebut. Kalau keluarganya menghendaki semua peralatan itu dihentikan, maka orang itu mati. Kalau keluarganya menghendaki semua peralatan itu digunakan terus, maka orang itu tetap hidup. Jadi, mati hidupnya orang itu, ada dalam tangan manusia, bukan dalam tangan Tuhan. Alangkah bodohnya cara berpikir seperti ini! Ingat bahwa pikiran / keputusan dari keluarga tersebut ada dalam tangan Tuhan, dan bisa diarahkan oleh Tuhan kemanapun Ia kehendaki!

Amsal 16:1,9 - “(1) Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN. ... (9) Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya”.

Amsal 21:1 - “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkanNya ke mana Ia ingini”.

2) Ini tidak berarti bahwa manusia selalu bisa melakukan apa yang ia kehendaki.

Misalnya: manusia ingin hidup suci, tetapi tidak bisa hidup suci. Jadi free will harus dipisahkan dengan kemampuan untuk melakukan apa yang dikehendakinya.

3) Arti dari free will / kehendak bebas: semua yang manusia lakukan, ia lakukan karena itu adalah pilihannya sendiri / kehendaknya sendiri.

Ini juga berlaku pada saat manusia itu mengalami pemaksaan. Misalnya: pada waktu ditodong. Setelah mempertimbangkan segala sesuatu, maka ia memilih untuk menyerahkan uangnya. Ini adalah kehendaknya / keputusannya dalam sikon tersebut.

Jadi kata-kata ‘aku melakukan hal itu bertentangan dengan kehendakku’ adalah sesuatu yang mustahil!

Yang bisa terjadi adalah sesuatu dilakukan terhadap kita bertentangan dengan kehendak kita. Tetapi dalam persoalan ini, bukan kita yang melakukan hal itu. Kalau kita yang melakukan, maka itu pasti karena hal itu adalah keputusan / kehendak kita.

B) Free will / kehendak bebas dan Predestinasi.

Sekalipun Allah sudah menentukan segala sesuatu dan dengan providenceNya Ia melaksanakan segala sesuatu sesuai ketentuannya, tetapi ini tidak berarti manusia tidak mempunyai free will / kehendak bebas. Manusia tetap mempunyai free will / kehendak bebas, karena ia tetap melakukan segala sesuatu sesuai dengan yang ia kehendaki.

Contoh: Yes 10:5-7 - “(5) Celakalah Asyur, yang menjadi cambuk murkaKu dan yang menjadi tongkat amarahKu! (6) Aku akan menyuruhnya terhadap bangsa yang murtad, dan Aku akan memerintahkannya melawan umat sasaran murkaKu, untuk melakukan perampasan dan penjarahan, dan untuk menginjak-injak mereka seperti lumpur di jalan. (7) Tetapi dia sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya, melainkan niat hatinya ialah hendak memunahkan dan hendak melenyapkan tidak sedikit bangsa-bangsa”.

Ay 5b-6 menunjukkan bahwa Allah menentukan dan mengatur supaya Asyur menyerang Israel / Yehuda, dan hal itu memang terjadi. Tetapi ay 7 menunjukkan bahwa Asyur melakukan hal itu dengan kemauannya sendiri dan dengan tujuannya sendiri dan karena itu ia dihukum.

Adanya free will / kehendak bebas ini menyebabkan kita selalu bertanggung jawab atas apapun yang kita lakukan!

C) Free will / kehendak bebas dan kejatuhan ke dalam dosa:

Sebelum jatuh ke dalam dosa, manusia bisa memilih antara taat kepada Tuhan atau tidak. Tetapi setelah kejatuhan dalam dosa, manusia hanya bisa berbuat dosa saja. Tetapi ini tidak berarti bahwa manusia kehilangan free will / kehendak bebas. Mengapa?

1) Karena pada waktu manusia berbuat dosa, itu tetap dilakukan karena kehendaknya sendiri.

2) Andaikatapun kita mempunyai keinginan untuk berbuat baik, tetapi kita tidak mampu melaksanakan, itu tidak berarti kita tidak bebas. Tadi telah dijelaskan bahwa free will / kehendak bebas harus dipisahkan dari kemampuan untuk melakukan apa yang dikehendaki.

3) Sekalipun hanya bisa berbuat dosa, kita tetap bisa memilih antara dosa kecil dan dosa besar. Jadi tetap ada free will / kehendak bebas!

Catatan: perlu diketahui bahwa sebetulnya orang Reformed menentang istilah ‘free will’ / ‘kehendak bebas’ ini. Dari pada mengatakan bahwa manusia mempunyai kehendak bebas, mereka lebih senang mengatakan bahwa manusia adalah agen bebas / ‘free agent’.

VI. THE COVENANT OF WORKS

‘Covenant of works’ kadang-kadang disebut ‘covenant of nature’ (= perjanjian alam), ‘covenant of life’ (= perjanjian kehidupan), ‘Edenic covenant’ (= perjanjian yang berhubungan dengan Taman Eden).

‘Covenant’ = perjanjian.

‘Works’ = ketaatan / perbuatan baik.

Jadi, ‘covenant of works’ = perjanjian ketaatan / perbuatan baik.

Dalam suatu covenant / perjanjian ada elemen-elemen:

1) Ada 2 pihak yang mengadakan perjanjian.

2) Ada syarat dari perjanjian itu.

3) Ada ancaman / sanksi bila perjanjian itu dilanggar.

4) Ada janji pahala bila perjanjian ditepati.

I) Ada covenant / perjanjian antara Allah dan Adam.

Allah dan Adam sebagai 2 pihak dalam covenant:

A) Ada 2 hubungan antara Allah dan Adam:

1) Hubungan alamiah (natural relationship).

Karena Allah mencipta Adam, maka secara alamiah Adam / manusia ada dibawah Allah dan harus taat kepada Allah. Ini adalah kewajiban!

Jadi sebetulnya, kalau manusia tidak taat maka ia harus dihukum, tetapi kalau ia taat, maka ia tidak berhak menuntut pahala (bdk. Lukas 17:7-10).

2) Hubungan perjanjian (covenant relationship).

Dari semula Allah tidak hanya menyatakan diri sebagai pemberi hukum, tetapi juga sebagai bapa yang kasih yang menginginkan kebahagiaan anak-anakNya. Karena itu Ia memberikan covenant relationship.

B) Adam tidak bertindak untuk dirinya sendiri, tetapi ia bertindak sebagai kepala / wakil dari seluruh umat manusia.

Bukti / dasar dari pernyataan di atas:

1) Kata-kata Allah dalam Kej 1:22,28 berlaku bukan hanya untuk Adam tetapi juga untuk keturunannya (Dabney, hal 329).

2) Hukuman dosa Adam dalam Kej 3 bukan hanya menimpa Adam tetapi juga menimpa seluruh umat manusia / keturunan Adam.

3) Dalam penyelamatan, Kristus juga kepala / wakil. Analoginya, Adam juga adalah kepala / wakil (bdk. Ro 5:12-19 1Kor 15:21-22).

Tetapi kita tidak tahu apakah Adam tahu atau tidak bahwa pada saat itu ia bertindak sebagai kepala / wakil seluruh umat manusia.

C) Ada orang-orang yang menolak adanya covenant antara Allah dan Adam.

Alasannya:

1) Tak ada kata ‘covenant’ dalam Kej 1-3.

Jawab:

Memang kata ‘covenant’ tidak ada, tetapi idenya ada (bdk. kata ‘Tritunggal’ yang juga tidak ada dalam Kitab Suci, tetapi ide / ajarannya ada).

2) Tidak ada persetujuan dari pihak Adam terhadap perjanjian ini.

Jawab:

Demikian juga waktu Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh (Kej 9) dan dengan Abraham (Kej 17). Allah dan manusia tidak mengadakan perjanjian sebagai pihak-pihak yang sederajat! Allah berdaulat, dan karena itu Ia menentukan, dan manusia harus menerima!

Ayat Kitab Suci yang secara jelas menunjukkan adanya covenant antara Allah dengan Adam adalah Hos 6:7 - “Tetapi mereka itu telah melangkahi perjanjian di Adam”. Tetapi Kitab Suci Indonesia salah terjemahannya. Terjemahan sebenarnya dari Hos 6:7 adalah: ‘But they, like Adam, have transgressed the covenant’ (= Tetapi mereka, seperti Adam, telah melanggar perjanjian).

Ada penafsiran yang berbeda tentang ayat ini:

a) Ada yang mengartikan ‘di Adam / at Adam’ dimana Adam adalah nama suatu tempat.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

· Kata depan ‘KI’ dalam bahasa Ibrani tidak bisa diartikan ‘di / at’. Artinya adalah ‘like / as / seperti’.

· Dalam Kitab Suci tidak pernah diceritakan tentang seseorang yang berbuat dosa ditempat yang bernama Adam.

b) Ada yang menerjemahkan ‘like men’ / ‘seperti manusia-manusia’ (KJV).

Keberatannya:

· Dalam bahasa Ibrani digunakan bentuk tunggal sedangkan ‘men’ berbentuk jamak.

· Kalimat Hos 6:7 itu menjadi tidak ada artinya.

Jadi kedua penafsiran di atas ini salah, dan arti yang benar adalah ’like Adam’ / ‘seperti Adam’ dan ini membuktikan bahwa ada covenant antara Allah dengan Adam.

Ayat Kitab Suci yang lain yang bisa dipakai adalah Gal 4:24 - “Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah”. Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘ketentuan’ padahal seharusnya adalah ‘covenant’ / ‘perjanjian’.

II) Syarat perjanjian.

1) Syarat perjanjian: larangan makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Tindakan memakan buah itu bukanlah suatu tindakan yang jahat kalau dilihat dari tindakan itu sendiri. Itu menjadi dosa karena Tuhan melarang untuk memakannya.

Penerapan:

Sekalipun suatu tindakan tidak jahat dalam dirinya sendiri (tidak menyakiti / merugikan orang lain, dsb), tetapi kalau hal itu dilarang oleh Allah, maka itu tidak boleh kita lakukan.

2) Larangan makan buah itu bukanlah satu-satunya syarat covenant! Larangan ini mewakili semua hukum-hukum moral yang diketahui oleh Adam. Jadi, syarat covenant adalah ketaatan sempurna / total pada semua hukum Allah yang dinyatakan. Karena itulah covenant ini disebut covenant of works (perjanjian ketaatan).

3) Adam ada dalam masa percobaan yang hanya sementara (waktu yang terbatas). Dasarnya:

a) Kalau masa percobaan itu kekal, maka janji hidup kekal (lihat point no IV di bawah) menjadi tidak ada artinya karena tidak mungkin terlaksana.

b) Pada malaikat, masa percobaannya juga sementara. Setelah melewati masa itu, mereka tidak mungkin jatuh lagi.

c) Tuhan Yesuspun mengalami masa percobaan yang juga bersifat sementara.

Jadi, andaikata Adam bisa tidak jatuh pada masa percobaan itu, maka ia mendapat hidup kekal dan ia tidak mungkin jatuh lagi (juga keturunannya)!

III) Ancaman dari covenant.

Kalau syarat diatas dilanggar, ancamannya adalah ‘mati’ (Kej 2:17). Ada beberapa hal tentang ‘mati’ ini yang perlu diketahui:

1) ‘Mati’ dalam Kitab Suci tidak berarti ‘musnah’ (bdk. ajaran Saksi Yehuwa).

2) ‘Mati’ mencakup kematian jasmani (pisahnya tubuh dengan jiwa).

Tetapi jelas bahwa ‘mati’ tidak hanya mencakup kematian jasmani saja! Dalam Kitab Suci, kalau ‘kematian’ dinyatakan sebagai hukuman dosa, itu tidak pernah menunjuk hanya pada kematian jasmani saja (bdk. Ro 6:23 Ul 24:16 Yeh 18:20).

3) ‘Mati’ di sini juga mencakup kematian rohani, yaitu pisahnya manusia dengan sumber hidup yaitu Allah.

Pada saat syarat perjanjian dilanggar, maka ancaman ini menjadi kenyataan:Hubungan manusia dengan Allah putus (kematian rohani).Manusia berubah dari immortal (tak bisa mati) menjadi mortal (bisa mati). Jadi, benih kematian jasmani mulai bekerja dalam diri manusia.

IV) Janji / pahala dari covenant.

Kalau covenant ditaati, maka ada pahala yaitu hidup yang kekal.

Dasar dari pandangan ini:

1) Kalau ia makan buah terlarang itu, maka ia akan mati. Secara implicit ini menunjukkan bahwa kalau ia tidak makan, ia akan hidup. ‘Hidup’ ini tidak mungkin menunjuk pada hidup biasa karena itu sudah dimiliki oleh Adam. Jadi, itu pasti menunjuk pada hidup yang kekal.

2) Banyak ayat Kitab Suci yang menghubungkan ketaatan dengan hidup kekal (Im 18:5 Ul 30:16 Neh 9:29 Yeh 18:9 Yeh 20:11-13 Mat 19:17 Luk 10:28 Ro 2:6-7 Ro 7:10 Ro 10:5 Gal 3:12).

3) Tujuan pemberian hukum adalah untuk memberi hidup (Ro 7:10 Ro 10:5 Gal 3:12).

4) Setelah jatuh, Adam tidak boleh makan buah pohon kehidupan yang bisa memberi hidup kekal (Kej 3:22-24). Secara implicit ini menunjukkan bahwa kalau Adam tidak jatuh, ia boleh makan, dan ia akan mendapat hidup yang kekal.

Setelah Adam jatuh, apakah Covenant of Works dihapuskan?

A) Pandangan Arminian: Ya!

1) Janji dicabut dan covenant dibatalkan / dihapus. Dan dimana tidak ada covenant, disitu tidak ada lagi kewajiban.

2) Allah tidak mungkin menuntut ketaatan dari manusia yang tidak mungkin taat.

3) Allah memberikan new covenant yang berdasarkan iman kepada injil.

Keberatan terhadap pandangan Arminian ini:

a) Ketaatan pada Allah tidak hanya didasarkan pada covenant relationship, tapi juga pada natural relationship (lihat point I, A di atas).

b) Ketidak-mampuan untuk taat adalah akibat dari kesalahan manusia sendiri. Kalau karena manusia tidak mampu taat, lalu hukum dihapuskan, maka kesimpulannya, makin jahat seseorang, dan makin ia dikuasai / dibelenggu oleh dosa, makin ia tidak mempunyai kewajiban untuk taat. Ini jelas adalah sesuatu yang menggelikan!

B) Pandangan Reformed: ya dan tidak!

Ditinjau dari sudut tertentu covenant of works bisa dikatakan tidak batal, tetapi ditinjau dari sudut lain covenant of works bisa dikatakan batal.

1) Tidak Batal.

a) Manusia tetap harus taat kepada Allah karena natural relationship termasuk dalam covenant of works.

b) Ada kutukan / hukuman bagi mereka yang terus ada dalam dosa.

c) Janji hidup kekal bagi mereka yang taat sempurna, tetap ada (Im 18:5 Ro 10:5 Gal 3:12) sekalipun jelas bahwa tidak ada orang yang bisa taat secara sempurna.

2) Batal.

a) Untuk orang-orang yang ada dibawah kasih karunia, tidak lagi perlu taat secara sempurna supaya selamat. Ini bukan karena covenant of works dihapuskan, tetapi karena Yesus sudah mentaati covenant of works bagi kita.

b) Covenant of works sebagai jalan kepada hidup yang kekal sudah tidak mungkin lagi bagi manusia, karena tidak ada orang yang bisa taat secara sempurna.

Penerapan:

· Apakah saudara merasa yakin bisa masuk ke surga karena perbuatan baik / ketaatan saudara? Atau setidaknya saudara sedang berusaha untuk bisa masuk surga dengan cara taat / berbuat baik (pergi ke gereja, dibaptis, melayani Tuhan, memberi persembahan)? Kalau ya, saudara sedang salah jalan! Betapun baiknya saudara, saudara tidak mungkin taat secara sempurna!! Lagipula, sebagai keturunan Adam, saudara mempunyai dosa asal! Ingat bahwa covenant of works tidak lagi bisa dipakai sebagai jalan untuk mendapatkan hidup kekal! Sekarang ini, jalan menuju pada hidup yang kekal, hanyalah melalui iman kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, karena Dia sudah mentaati covenant of works bagi kita! Sudahkah saudara datang kepada Yesus? Maukah saudara datang kepadaNya?

· Dalam pelayanan, ingatlah bahwa ada banyak ‘orang kristen’ yang mengira bahwa mereka bisa mendapatkan keselamatan / hidup kekal berdasarkan ‘covenant of works’. Mereka berjuang untuk masuk surga dengan usaha / perbuatan baik mereka sendiri. Tugas kita adalah memberitakan Injil yang benar kepada mereka, supaya mereka mengandalkan penebusan Kristus di kayu salib, bukan perbuatan baik mereka sendiri yang seperti kain kotor (bdk. Yes 64:6).

VII. KEJATUHAN KE DALAM DOSA

Peristiwa kejatuhan manusia / Adam diceritakan dalam Kej 3.

1) Kejadian 3 adalah bagian yang bersifat hurufiah! Dasar pandangan ini:

a) Kitab Kejadian adalah kitab yang bersifat sejarah / hurufiah (tetapi itu tidak berarti bahwa kitab Kejadian hanya sekedar kitab sejarah dan bukan Firman Tuhan!).

b) Hal-hal yang terjadi secara historis dalam Kej 3 mendasari doktrin-doktrin lain dalam Kitab Suci. Bandingkan dengan Ro 5:12,18,19 1Kor 15:21,22.

Ro 5:12,18-19 - “(12) Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. ... (18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar”.

1Kor 15:21-22 - “(21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.

Adalah tidak masuk akal, kalau kejadian-kejadian dalam Kej 3 itu hanya merupakan dongeng / perumpamaan, tetapi bisa menjadi dasar dari doktrin-doktrin penting dalam kekristenan.

c) Ayat-ayat seperti Ro 5:12,18,19 2Kor 11:3 1Tim 2:14 menunjukkan bahwa Paulus mempercayai bahwa Kej 3 adalah bagian Kitab Suci yang bersifat hurufiah.

2Kor 11:3 - “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya”.

1Tim 2:14 - “Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa”.

2) Penggoda: ular yang dipakai / diperalat oleh setan.

Sekalipun Kej 3 hanya menyebutkan ‘ular’, dan sama sekali tidak menyebut ‘setan’, tetapi jelas ada setan yang memperalat ular itu. Dasar pandangan ini:

a) Sekalipun Kej 3:1 mengatakan bahwa ular adalah binatang yang paling cerdik, tetapi bagaimanapun ia adalah binatang dan Kitab Suci mengatakan bahwa binatang tidak berakal budi (Ayub 39:16,20 Maz 32:9 Maz 49:21 Maz 73:22 Yudas 10). Sedangkan penggoda dalam Kej 3 jelas menunjukkan bahwa ia mempunyai akal yang luar biasa hebatnya.

b) Kej 3:15 jelas merupakan nubuat tentang kekalahan setan dari Yesus. Ini digenapi ketika Yesus bangkit dari antara orang mati.

c) Dalam Wahyu 12:9 dan Wahyu 20:2 setan disebut naga / ular tua.

3) Adanya setan yang menggoda Adam dan Hawa dalam Kej 3, menunjukkan dengan jelas bahwa sebelum dosa pertama manusia, sudah ada dosa dalam alam semesta, yaitu yang ada dalam dunia malaikat.

a) Dasar Kitab Suci yang salah tentang kejatuhan setan:

1. Kej 1:1-2 - “(1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (2) Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air”.

‘Gap theory’ (= teori selang waktu) mengatakan bahwa dalam Kej 1:1 seluruh alam semesta sudah tercipta dengan sempurna, tetapi lalu menjadi kacau balau dalam Kej 1:2 gara-gara pemberontakan setan. Antara Kej 1:1 dan Kej 1:2 terdapat suatu ‘gap’ (= selang waktu) yang panjang sekali (ratusan juta tahun).

Dasar teori ini:

· Adanya fosil-fosil manusia yang umurnya ratusan juta tahun, sehingga tidak sesuai dengan waktu kehidupan Adam dan Hawa, yang kalau diperkirakan dari silsilah-silsilah dalam Kitab Suci, hanya 6-7 ribu tahun yang lalu.

· Allah tidak mungkin menciptakan sesuatu yang kacau seperti dalam Kej 1:2.

· Kejadian 1:2 yang berbunyi ‘Bumi belum berbentuk dan kosong’, bisa diterjemahkan ‘bumi menjadi tak berbentuk dan kosong’.

Keberatan terhadap ‘gap theory’ ini:

a. Kitab Suci tidak pernah menggunakan istilah ‘re-creation’ (= penciptaan kembali / ulang) pada waktu berbicara tentang 6 hari penciptaan. Istilah yang dipakai selalu ‘creation’ (= penciptaan).

b. Orang-orang yang menganut ‘gap theory’ itu percaya bahwa pada ‘penciptaan kembali / ulang’ itu Allah juga melakukannya step by step / langkah demi langkah. Juga pada waktu Allah menciptakan manusia, Ia mula-mula menciptakan tubuh lalu memberi roh, lalu menciptakan perempuan. Lalu mengapa mereka menganggap bahwa pada waktu penciptaan pertama Allah harus menciptakannya secara langsung?

c. Pada Kej 1:1 sudah ada manusia atau tidak?

· Kalau ada, berarti Adam bukan manusia pertama dan ini bertentangan dengan banyak bagian Kitab Suci, misalnya dengan 1Kor 15:45a yang berbunyi: “Seperti ada tertulis: ‘Manusia pertama, Adam menjadi makhluk hidup’”.

· Kalau tidak ada, maka teori ini toh juga tidak bisa menyesuaikan umur manusia dengan fosil yang umurnya ratusan juta tahun.

d. Kalaupun antara Kej 1:1 dan Kej 1:2 terjadi pemberontakan setan, apakah ‘pertempuran’ antara Allah dan setan itu perlu menghancurkan seluruh alam semesta ciptaan Allah? Perlu diingat bahwa sekalipun setan itu kuat (jika dibandingkan dengan kita), tetapi ia sama sekali bukan tandingan Allah, sehingga pertempurannya dengan Allah tidak akan seru dan tidak akan menghancurkan alam semesta.

e. Teori ini menggunakan prinsip penafsiran ‘reading between the lines’ (= membaca di antara baris-baris) / Eisegesis yang tidak mempunyai dukungan dari bagian lain Kitab Suci.

f. Ilmu Geologia sama sekali tidak mempunyai kepastian dalam menentukan umur bumi.

Perlu diketahui bahwa ada banyak metode yang bisa digunakan untuk menentukan umur bumi, dan ternyata metode-metode ini menghasilkan hasil yang sangat bervariasi. Misalnya metode pertama menghasilkan bilangan 100 juta tahun, maka metode kedua ternyata menghasilkan bilangan 20 ribu tahun, dsb. Disamping itu perlu diketahui bahwa para ahli ilmu pengetahuan itu kebanyakan adalah orang yang bukan kristen, bahkan anti kristen. Karena itu, kalau dengan metode tertentu mereka menemukan bahwa umur bumi adalah jutaan tahun, maka hasil itu dipublikasikan, sedangkan kalau dengan metode yang lain menghasilkan bilangan ribuan atau puluhan ribu tahun (sehingga cocok dengan Alkitab), maka hasil itu mereka sembunyikan.

g. Hal lain yang perlu diketahui adalah bahwa pada waktu Allah menciptakan segala sesuatu dalam Kej 1, maka semua itu diciptakan dalam keadaan sudah mempunyai umur tertentu (yang tidak kita ketahui). Misalnya:

· Pada waktu Adam diciptakan pada hari ke 6, ia tidak diciptakan sebagai seorang bayi yang baru lahir, tetapi sebagai manusia dewasa. Karena itu, andaikata pada hari ke 7 seorang ilmuwan memeriksa Adam, maka mungkin sekali ia mendapatkan bahwa Adam sudah berumur 30 tahun, atau 50 tahun, padahal Adam baru berumur 1 hari!

· Pada waktu pohon-pohonan diciptakan oleh Allah pada hari ke 3, mereka tidak diciptakan sebagai tunas yang baru tumbuh, tetapi sebagai pohon yang sudah besar. Karena itu, andaikata pada hari ke 4 seorang ilmuwan memeriksa sebuah pohon, maka mungkin sekali ia akan mendapatkan bahwa pohon itu sudah berumur 100 tahun, padahal sebetulnya baru berumur 1 hari.

· Demikian juga pada waktu Allah menciptakan bumi dengan lapisan batu-batuannya, Allah menciptakannya dalam keadaan sudah mempunyai umur tertentu. Dan kita tidak tahu berapa umur bumi itu pada waktu diciptakan. Bisa saja 1000 tahun, atau satu juta tahun, atau bahkan ratusan juta tahun!

Karena itu, andaikata para ilmuwan jaman sekarang bisa menemukan suatu metode penentu umur bumi yang betul-betul dapat dipercaya, dan dengan metode itu didapatkan bahwa umur bumi sudah 5 juta tahun, maka itu tidak menunjukkan bahwa Kitab Sucinya salah. Siapa tahu bahwa Allah memang menciptakan bumi ini dalam keadaan sudah berumur mendekati 5 juta tahun?

2. Kej 6:2 - “maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka”.

Ada yang menafsirkan bahwa ‘anak-anak Allah’ di sini adalah ‘malaikat-malaikat’. Tetapi bandingkan dengan Mat 22:30 yang mengatakan: “Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga”. Ayat ini jelas mengatakan bahwa malaikat-malaikat tidak mungkin melakukan hubungan sex. Apalagi Kej 6:2 bukan sekedar mengatakan ‘melakukan hubungan sex’ tetapi ‘mengambil istri’. Ini lebih-lebih tidak mungkin dilakukan oleh malaikat atau setan!

3. Yes 14:12 - “‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.

Istilah ‘bintang timur’ di sini diterjemahkan ‘Lucifer’ oleh KJV / NKJV / Living Bible!

Catatan:

· Kata / nama ‘Lucifer’ hanya muncul satu kali dalam Kitab Suci, yaitu dalam Yes 14:12 ini, dan itupun hanya dalam versi-versi Kitab Suci tertentu, seperti KJV, NKJV dan Living Bible. Selain ketiga versi ini, saya tidak tahu apakah ada versi lain lagi yang menterjemahkannya seperti itu.

· Kata / nama ‘Lucifer’, berarti ‘light-bearer’ (= pembawa terang), dan merupakan nama bahasa Latin untuk planet Venus, benda yang paling terang di langit selain matahari dan bulan, yang kelihatan sebagai suatu bintang, kadang-kadang pada malam dan kadang-kadang pada pagi (‘The New Bible Dictionary’).

Kata ‘bintang timur’ / ‘Lucifer’ dalam Yes 14:12 ini oleh banyak orang lalu ditujukan kepada Iblis, karena:

¨ kontext dari Yes 14:12, khususnya Yes 14:12-14 yang berbunyi: “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!”.

¨ dihubungkan dengan ayat-ayat seperti:

* Luk 10:18 - “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.”.

* Wah 9:1 - “Lalu malaikat yang kelima meniup sangkakalanya, dan aku melihat sebuah bintang yang jatuh dari langit ke atas bumi, dan kepadanya diberikan anak kunci lobang jurang maut”.

* Wah 12:9 - “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya”.

Ini adalah penafsiran yang salah, karena jelas bahwa dalam Yes 14 istilah ‘Bintang Timur’ / ‘Lucifer’ itu sebetulnya menunjuk kepada raja Babel (Yes 14:4,22-23).

Yes 14:4,22-23 - “(4) maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: ‘Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! ... (22) ‘Aku akan bangkit melawan mereka,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam, ‘Aku akan melenyapkan nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak cicitnya,’ demikianlah firman TUHAN. (23) ‘Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam”.

Tetapi ‘Unger’s Bible Dictionary’ berkata bahwa istilah ‘raja Babel’ merupakan simbol dari setan / Lucifer, dan demikian juga dengan istilah ‘raja Tirus’ dalam Yeh 28:12-15 - “(12) Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. (13) Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu. (14) Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah-tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. (15) Engkau tidak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu”.

Perhatikan juga Yeh 28:16-17 - “(16) Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. (17) Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya”.

Unger’s Bible Dictionary: “As a symbolical representation of the king of Babylon in his pride, splendor and fall, the passage goes beyond the Babylonian prince and invests Satan who, at the head of this present world-system, is the real though invisible power behind the successive world rulers of Tyre, Babylon, Persia, Greece and Rome. This far-reaching passage goes beyond human history and marks the beginning of sin in the universe and the fall of Satan and the pristine, sinless spheres before the creation of man. Similarly Ezekiel (28:12-14), under the figure of the king of Tyre, likewise traces the fall of Satan and the corruption of his power and glory. In the Ezekiel passage Satan’s glorious and splendid unfallen state is described. In Isa. 14:12-14 his fall is depicted” [= Sebagai wakil simbolis dari raja Babel dalam kesombongan, kemegahan dan kejatuhannya, text ini melampaui pangeran Babel dan menanamkan / menobatkan (?) Setan yang, sebagai kepala dari sistim duniawi sekarang ini, adalah kuasa yang sebenarnya sekalipun tak kelihatan dibalik pemerintah duniawi yang berturut-turut dari Tirus, Babel, Persia, Yunani dan Roma. Text yang jangkauannya jauh ini melampaui sejarah manusia dan menandai permulaan dosa dalam alam semesta dan kejatuhan setan dan dunia yang murni dan tak berdosa sebelum penciptaan manusia. Mirip dengan itu Yehezkiel (28:12-14), di bawah gambaran raja Tirus, juga menelusuri kejatuhan setan dan perubahan ke arah jahat dari kuasa dan kemuliaannya. Dalam text Yehezkiel, digambarkan keadaan setan yang mulia dan sangat bagus sebelum kejatuhannya. Dalam Yes 14:12-14 digambarkan kejatuhannya] - hal 670.

Saya tidak bisa menerima penafsiran ini karena kejatuhan raja Babel dalam Yes 14:12-14 dan raja Tirus dalam Yeh 28:12-14 itu merupakan peristiwa sejarah. Dan peristiwa sejarah tidak boleh dilambangkan / dialegorikan. Peristiwa sejarah memang bisa menjadi TYPE, tetapi kalau demikian maka peristiwa itu akan menunjuk ke masa depan, tidak pernah menunjuk ke masa lalu. Misalnya Adam yang adalah TYPE dari Kristus, dan domba Paskah yang juga adalah TYPE dari Kristus. Tetapi kejatuhan setan terjadi di masa lalu. Karena itu saya menganggap bahwa kedua text tersebut (Yes 14 dan Yeh 28) itu tidak berbicara tentang setan maupun kejatuhannya. Kalau saudara merasa bahwa penggambaran tentang raja Babel dan raja Tirus itu (perhatikan bagian-bagian yang saya garisbawahi dalam Yes 14:12-14 dan Yeh 28:12-17 itu) rasanya tidak menunjuk kepada seorang manusia, maka ingatlah bahwa bagian ini berbentuk suatu puisi, dan karenanya menggunakan bahasa puisi, yang tentunya tidak bisa diartikan secara hurufiah.

Untuk mendukung pandangan saya ini, saya memberikan 2 kutipan di bawah ini, yang merupakan komentar John Calvin dan Adam Clarke tentang Yes 14:12.

Calvin: “The exposition of this passage, which some have given, as if it referred to Satan, has arisen from ignorance; for the context plainly shows that these statements must be understood in reference to the king of the Babylonians. But when passages of Scripture are taken at random, and no attention is paid to the context, we need not wonder that mistake of this kind frequently arise. Yet it was an instance of very gross ignorance, to imagine that Lucifer was the king of devils, and that the Prophet gave him this name. But as these inventions have no probability whatever, let us pass by them as useless fables” (= Exposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang text ini, seakan-akan text ini menunjuk kepada setan / berkenaan dengan setan, muncul / timbul dari ketidaktahuan; karena kontext secara jelas menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel. Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan kontext tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidaktahuan yang sangat hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan ini tidak mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng / cerita bohong yang tidak ada gunanya) - hal 442.

Adam Clarke: “And although the context speaks explicitly concerning Nebuchadnezzar, yet this has been, I know not why, applied to the chief of the fallen angels, who is most incongruously denominated Lucifer, (the bringer of light!) an epithet as common to him as those of Satan and Devil. That the Holy Spirit by his prophets should call this arch-enemy of God and man the light-bringer, would be strange indeed. But the truth is, the text speaks nothing at all concerning Satan nor his fall, nor the occasion of that fall, which many divines have with great confidence deduced from this text. O how necessary it is to understand the literal meaning of Scripture, that preposterous comments may be prevented!” [= Dan sekalipun kontextnya berbicara secara explicit tentang Nebukadnezar, tetapi entah mengapa kontext ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer (pembawa terang!), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan Setan. Bahwa Roh Kudus oleh nabiNya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia sebagai ‘pembawa terang’, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi kebenarannya adalah, text ini tidak berbicara sama sekali tentang Setan maupun kejatuhannya, ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang besar telah disimpulkan dari text ini oleh banyak ahli theologia. O alangkah pentingnya untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar yang gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah!] - hal 82.

Sebagai tambahan, perlu diketahui bahwa istilah ‘bintang timur’ itu digunakan oleh Kitab Suci sebagai gelar bagi Yesus.

Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.

4. Yeh 28:1-2,6,12,14-17 - “(1) Maka datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah. ... (6) Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah ... (12) ‘Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. ... (14) Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. (15) Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. (16) Dengan dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. (17) Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya”.

Bagian-bagian yang saya garis bawahi seakan-akan menunjuk pada setan. Tetapi ay 2 jelas mengatakan bahwa bagian ini menunjuk pada ‘raja Tirus’, dan ay 2 itu juga mengatakan ‘engkau adalah manusia’. Istilah ‘raja Tirus’ tidak mungkin merupakan simbol / TYPE dari setan dengan alasan yang sama dengan point c) di atas.

b) Dasar Kitab Suci yang benar tentang kejatuhan setan:

1. 2Pet 2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman”.

Untuk menafsirkan ayat ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

· Kata ‘neraka’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani TARTARUS yang hanya dipergunakan satu kali ini saja dalam Kitab Suci. Karena itu sukar diketahui artinya secara pasti.

· Bagian ini tidak boleh ditafsirkan seakan-akan setan sudah masuk neraka, karena ini akan bertentangan dengan Mat 8:29 Mat 25:41 Wah 20:10 yang menunjukkan secara jelas bahwa saat ini setan belum waktunya masuk neraka. Hal itu baru akan terjadi pada kedatangan Yesus yang keduakalinya.

· Disamping itu, kalau ditafsirkan bahwa setan sudah masuk ke neraka, maka itu akan bertentangan dengan 2Pet 2:4 itu sendiri, yang pada bagian akhirnya berbunyi: ‘dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman’.

Jadi, mungkin bagian ini hanya menunjukkan kepastian bahwa setan akan masuk neraka.

2. 1Tim 3:6 - “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis”.

3. Yudas 6 - “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar”.

Jadi, mungkin sekali ia yang diciptakan sebagai malaikat, merasa sombong dan tidak puas dengan kedudukannya, lalu ingin menjadi lebih tinggi dan ingin menjadi Allah. Karena itu tidak heran ia meminta Yesus menyembahnya (Mat 4:9) dan ia menggoda Hawa dengan keinginan untuk menjadi seperti Allah (Kej 3:5).

4) Setan / ular pertama-tama menyerang Hawa, bukan Adam, karena:

a) Hawa bukan kepala dari perjanjian (head of covenant) sehingga dibandingkan dengan Adam, ia mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih rendah.

b) Hawa belum diciptakan pada saat Allah memberikan larangan makan buah (Kej 2:16-17). Jadi, Hawa tahu tentang larangan itu dari Adam, bukan langsung dari Allah.

c) Hawa adalah jalan yang terbaik untuk menjatuhkan Adam.

Penerapan:

Setan sering menyerang orang yang kurang penting dengan tujuan nantinya ia bisa menjatuhkan orang yang lebih penting! Misalnya: ia menyerang istri hamba Tuhan dengan tujuan bisa menjatuhkan hamba Tuhannya. Atau ia menyerang majelis / pengurus dengan tujuan nantinya ia bisa menjatuhkan hamba Tuhannya. Karena itu orang-orang yang kurang penting juga harus waspada terhadap serangan setan, dan dalam berdoa, kita juga harus berdoa untuk mereka.

5) Pohon pengetahuan baik dan jahat.

Kebanyakan orang mempercayai bahwa buah pohon itu betul-betul bisa memberikan pengetahuan tentang baik dan jahat.

a) Bukan karena buahnya mengandung sesuatu, tetapi karena Allah menentukan demikian.

b) Pengetahuan yang didapat adalah ‘experimental knowledge’ (= pengetahuan dari pengalaman).

6) Dosa Adam dan Hawa bukan sekedar terletak pada tindakan makan buah, tetapi juga pada hal-hal lain yang terjadi lebih dulu:

a) Ketidak-percayaan pada Tuhan / Firman Tuhan. Mereka lebih percaya pada kata-kata setan. Bandingkan Kej 2:16-17 dengan Kej 3:4-6.

Kej 2:16-17 - “(16) Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, (17) tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’”.

Kej 3:4-6 - “(4) Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Sekali-kali kamu tidak akan mati, (5) tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.’ (6) Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya”.

b) Kesombongan / ambisi / rasa tak puas dan keinginan menjadi seperti Allah. Bandingkan dengan sikap Yesus dalam Fil 2:5-7 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.

Penerapan:

Hati-hatilah terhadap:

· Ketidak-percayaan pada Tuhan / Firman Tuhan!

· Kesombongan, ambisi, rasa tidak puas, dsb.

Bdk. 1Tim 6:6-10 - “(6) Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup [KJV/RSV/NIV/NASB: ‘contentment’ (= rasa puas)], memberi keuntungan besar. (7) Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. (8) Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah [KJV/RSV/NIV/NASB: ‘content’ (= puas)]. (9) Tetapi mereka yang ingin kaya (= tidak puas) terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang (bertentangan dengan ‘puas’). Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka”.

7) Hal-hal yang sukar dipecahkan yang berhubungan dengan kejatuhan manusia ke dalam dosa:

a) Dosa terjadi karena sudah ditentukan oleh Allah. Lalu mengapa manusia bertanggung jawab terhadap dosanya?

Ro 9:19-21 - “(19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.

Ro 9:19 (NIV): “One of you will say to me: ‘Then why does God still blame us? For who resists his will?’” [= Satu dari kamu akan berkata kepadaku: ‘Lalu mengapa Allah tetap menyalahkan kita? Karena siapa (bisa) menentang kehendakNya?’].

b) Mengapa Allah menentukan terjadinya dosa? Pasti untuk kemuliaan Allah. Tetapi mengapa mesti melalui dosa? Lihat ayat-ayat ini:

· Ro 11:33-35 - “(33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya? (35) Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepadaNya, sehingga Ia harus menggantikannya?”.

· Ayub 11:7-9 - “(7) Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? (8) Tingginya seperti langit - apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati - apa yang dapat kauketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera”.

· Ayub 26:14 - “Sesungguhnya, semuanya itu hanya ujung-ujung jalanNya; betapa lembutnya bisikan yang kita dengar dari padaNya! Siapa dapat memahami guntur kuasaNya?’”.

· Ayub 37:23 - “Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami, besar kekuasaan dan keadilanNya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya”.

· Maz 97:2 - “Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhtaNya”.

c) Bagaimana mungkin manusia yang suci bisa jatuh dalam dosa? Lebih sukar lagi, bagaimana malaikat yang suci bisa jatuh dalam dosa?

Tidak ada jawaban yang memuaskan secara total terhadap ketiga pertanyaan ini!

VIII. DOSA

I) Dosa mencakup 2 hal:

A) Guilt (= kesalahan).

1) Guilty (= bersalah) adalah suatu keadaan dimana kita layak menerima hukuman karena pelanggaran hukum.

Ro 3:19 - “Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah”.

Ro 5:18 - “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup”.

Ef 2:3 - “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.

Jadi guilt berhubungan dengan keadilan Allah.

2) Kata ‘guilt’ menterjemahkan kata bahasa Latin REATUS. Dalam bahasa Latin, kata REATUS terletak diantara CULPA (= sin / dosa) dan POENA (= punishment / hukuman). Karena itu kata ‘guilt’ mencakup 2 hal ini:

a) Kwalitet yang melekat pada orang berdosa (orang itu adalah orang yang patut dicela, seorang kriminil, dsb).

1. Guilt dalam arti ini baru bisa ada kalau orang itu sendiri yang melakukan dosa.

2. Guilt dalam arti ini tidak bisa ditransfer dari orang yang satu kepada orang yang lain.

3. Guilt dalam arti ini, melekat pada orang itu secara permanen.

4. Guilt dalam arti ini tidak bisa dihilangkan oleh pengampunan, penebusan dan pembenaran Kristus.

b) Kewajiban untuk memuaskan keadilan / membayar hukuman dosa.

1. Ini sebetulnya bukan termasuk hakekat dosa, tetapi hubungan dosa dengan hukum.

2. Guilt dalam arti ke dua ini bisa ditransfer dari orang yang satu kepada orang yang lain

Ro 5:12,15a,18,19 - “(12) Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. ... (15) Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. ... (18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar”.

Yes 53:5,6,8b,10,11b,12b - “(5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. ... (8b) ... dan karena pemberontakan umatKu ia kena tulah. ... (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. ... (11b) hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. ... (12b) ... ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak”.

3. Guilt dalam arti kedua ini bisa dihilangkan dengan pemuasan terhadap keadilan, baik oleh orang itu sendiri, maupun oleh orang lain yang menggantikannya.

Im 5:14-6:7 - “(14) TUHAN berfirman kepada Musa: (15) ‘Apabila seseorang berubah setia dan tidak sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal kudus yang dipersembahkan kepada TUHAN, maka haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN sebagai tebusan salahnya seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, dinilai menurut syikal perak, yakni menurut syikal kudus, menjadi korban penebus salah. (16) Hal kudus yang menyebabkan orang itu berdosa, haruslah dibayar gantinya dengan menambah seperlima, lalu menyerahkannya kepada imam. Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu dengan domba jantan korban penebus salah itu, sehingga ia menerima pengampunan. (17) Jikalau seseorang berbuat dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya, maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri. (18) Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan. (19) Itulah korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN.’ (1) TUHAN berfirman kepada Musa: (2) ‘Apabila seseorang berbuat dosa dan berubah setia terhadap TUHAN, dan memungkiri terhadap sesamanya barang yang dipercayakan kepadanya, atau barang yang diserahkan kepadanya atau barang yang dirampasnya, atau apabila ia telah melakukan pemerasan atas sesamanya, (3) atau bila ia menemui barang hilang, dan memungkirinya, dan ia bersumpah dusta - dalam perkara apapun yang diperbuat seseorang, sehingga ia berdosa - (4) apabila dengan demikian ia berbuat dosa dan bersalah, maka haruslah ia memulangkan barang yang telah dirampasnya atau yang telah diperasnya atau yang telah dipercayakan kepadanya atau barang hilang yang ditemuinya itu, (5) atau segala sesuatu yang dimungkirinya dengan bersumpah dusta. Haruslah ia membayar gantinya sepenuhnya dengan menambah seperlima; haruslah ia menyerahkannya kepada pemiliknya pada hari ia mempersembahkan korban penebus salahnya. (6) Sebagai korban penebus salahnya haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, menjadi korban penebus salah, dengan menyerahkannya kepada imam. (7) Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu di hadapan TUHAN, sehingga ia menerima pengampunan atas perkara apapun yang diperbuatnya sehingga ia bersalah.’”.

Im 7:1-10 - “(1) ‘Inilah hukum tentang korban penebus salah. Korban itu ialah persembahan maha kudus. (2) Di tempat orang menyembelih korban bakaran, di situlah harus disembelih korban penebus salah, dan darahnya haruslah disiramkan pada mezbah itu sekelilingnya. (3) Segala lemak dari korban itu haruslah dipersembahkan, yakni ekornya yang berlemak dan lemak yang menutupi isi perut, (4) dan lagi kedua buah pinggang dan lemak yang melekat padanya, yang ada pada pinggang, dan umbai hati yang harus dipisahkan beserta buah pinggang itu. (5) Haruslah imam membakar semuanya itu di atas mezbah sebagai korban api-apian bagi TUHAN; itulah korban penebus salah. (6) Setiap laki-laki di antara para imam haruslah memakannya; haruslah itu dimakan di suatu tempat yang kudus; itulah bagian maha kudus. (7) Seperti halnya dengan korban penghapus dosa, demikian juga halnya dengan korban penebus salah; satu hukum berlaku atas keduanya: imam yang mengadakan pendamaian dengan korban itu, bagi dialah korban itu. (8) Imam yang mempersembahkan korban bakaran seseorang, bagi dia juga kulit korban bakaran yang dipersembahkannya itu. (9) Tiap-tiap korban sajian yang dibakar di dalam pembakaran roti, dan segala yang diolah di dalam wajan dan di atas panggangan adalah bagi imam yang mempersembahkannya. (10) Tiap-tiap korban sajian yang diolah dengan minyak atau yang kering adalah bagi semua anak-anak Harun, semuanya dapat bagian.’”.

Catatan: ‘korban penebus salah’ dalam bahasa Inggris diterjemahkan ‘guilt offering’.

Kesimpulan:

a. Original guilt (= kesalahan asal) hanya menyangkut guilt dalam arti kedua.

b. Guilt kita yang diletakkan pada Kristus, juga adalah guilt dalam arti kedua.

c. Pada saat dibenarkan dalam Kristus, guilt dalam arti ke 2 ini hilang, tetapi guilt dalam arti pertama tidak hilang. Jadi, kita tetap disebut sebagai orang bejad, berdosa, tercela dsb, tetapi kita tidak lagi wajib dihukum.

Illustrasi: Seorang pencuri, setelah dihukum (tuntutan pengadilan telah dipenuhi), sekalipun tidak bisa dihukum lagi (guilt dalam arti kedua hilang), tetapi tetap disebut maling / pencuri (guilt dalam arti pertama tetap ada).

B) Pollution (= Kecemaran).

1) Arti dari Pollution adalah: kebejadan dalam kecondongan maupun karakter, yang melekat pada setiap orang berdosa.

2) Setiap manusia dianggap guilty (= bersalah) di dalam Adam, dan sebagai akibatnya, dilahirkan dengan suatu kwalitet dasar yang bejad.

3) Ini berhubungan dengan kekudusan / kesucian Allah.

Manusia itu sepenuhnya tidak kudus, sehingga bertentangan dengan kekudusan Allah.

4) Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan Pollution:

Ayub 14:4 - “Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!”.

Yer 17:9 - “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?”.

Mat 7:16-20 - “(16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”.

Ro 8:5-8 - “(5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. (6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah”.

Ef 4:17-19 - “(17) Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia (18) dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. (19) Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran”.

II) Hubungan dosa Adam dan kita.

Ada beberapa pandangan:

1) Tak ada hubungan sama sekali antara dosa Adam dengan kita.

Semua manusia lahir dalam keadaan suci, dan menjadi berdosa karena meniru (Pelagianism, Socinians).

Bantahan:

a) Ajaran ini bertentangan dengan Roma 5:12-19.

b) Mengapa bayi, yang menurut mereka adalah suci / tanpa dosa, bisa mati?

2) Realistic theory (= teori yang realistis).

Semua manusia ada di dalam Adam, dan karena itu, pada saat Adam melakukan dosa pertama, semua manusia betul-betul ikut melakukan dosa itu bersama-sama dengan Adam. Jadi, dosa Adam betul-betul juga merupakan dosa kita [We actually and literally sinned in Adam (= kita betul-betul dan secara hurufiah berdosa dalam Adam)].

Dasar Kitab Suci: Ibr 7:9-10 - “(9) Maka dapatlah dikatakan, bahwa dengan perantaraan Abraham dipungut juga persepuluhan dari Lewi, yang berhak menerima persepuluhan, (10) sebab ia masih berada dalam tubuh bapa leluhurnya (yaitu Abraham), ketika Melkisedek menyongsong bapa leluhurnya itu”.

Kalau Lewi bisa memberikan persepuluhan kepada Melkizedek, maka jelas kita juga bisa berdosa dalam Adam.

Sanggahan:

a) Seseorang baru bisa dikatakan berdosa kalau kesadarannya dan kehendaknya terlibat. Tetapi pada saat Adam berbuat dosa, kesadaran dan kehendak kita belum ada.

b) Mengapa kita dianggap berbuat dosa di dalam Adam, hanya berkenaan dengan dosa pertama Adam saja? Bagaimana dengan:

· dosa-dosa Adam yang lain?

· dosa-dosa nenek moyang kita? Bukankah kita juga ada di dalam mereka?

c) Kristus juga betul-betul berbuat dosa di dalam Adam.

d) Perhatikan kata-kata ‘maka dapatlah dikatakan’ pada awal dari Ibr 7:9. Jelas bahwa artinya tidak sungguh-sungguh demikian.

3) Mediate Imputation.

Mediate = tak langsung.

To impute = memperhitungkan.

a) Teori ini didasarkan pada hukum perkembang-biakan (orang bejad pasti menurunkan orang bejad). Jadi kita menerima dari Adam suatu nature / kwalitet dasar yang bejad.

b) Tetapi hal itu bukanlah merupakan hukuman bagi kita karena dosa Adam.

c) Guilt dari dosa pertama Adam tidak diperhitungkan kepada kita.

Bantahan: Ini jelas bertentangan dengan Ro 5:12-19.

4) Immediate Imputation.

Immediate = langsung.

To impute = memperhitungkan.

Ada persatuan antara Adam dengan kita. Adam adalah kepala / wakil umat manusia, dan dosa Adam diperhitungkan sebagai dosa kita, sehingga kita ikut dihukum.

a) Pandangan Charles Hodge dan R. L. Dabney.

Charles Hodge berpendapat bahwa dosa Adam yang diperhitungkan kepada kita itu, bukanlah guilt dalam arti pertama, bukan juga pollution, tetapi hanya guilt dalam arti kedua.

Charles Hodge: “To impute sin, in scriptural and theological language, is to impute the guilt of sin. And by guilt is meant not criminality or moral ill-desert, or demerit, much less moral pollution, but the judicial obligation to satisfy justice” (= Memperhitungkan dosa, dalam bahasa kitab Suci dan Theologia, berarti memperhitungkan ‘kesalahan’ dari dosa. Dan yang dimaksud dengan ‘kesalahan’ bukanlah kejahatan atau ganjaran buruk secara moral, atau kwalitet yang layak mendapat hukuman, lebih-lebih bukan polusi moral, tetapi kewajiban yang berhubungan dengan pengadilan untuk memuaskan keadilan) - ‘Systematic Theology’, vol. II, hal 194.

R. L. Dabney juga mempunyai pandangan yang sama dengan Charles Hodge. Ini terlihat dari kata-katanya sebagai berikut:

“I would define, that it is not Adam’s sin which is imputed to us, but the guilt (obligation to punishment) of his first sin” [= Saya mendefinisikan bahwa bukannya dosa Adam yang diperhitungkan kepada kita, tetapi ‘kesalahan’ (kewajiban untuk menerima hukuman) dari dosa pertamanya] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 329.

Karena itu :

· Kita tidak dianggap sebagai pemakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat.

· Kita tidak perlu menyesal / bertobat dari dosa pertama Adam (sama seperti kita juga tidak bisa bangga karena kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada kita).

Dasar Kitab Suci:

¨ Hukuman dalam Kej 3:15-19 jelas tidak berlaku bagi Adam saja, tetapi juga bagi seluruh keturunannya.

¨ Ro 5:12-19 & 1Kor 15:21-22.

Ro 5:12-19 - “(12) Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. (13) Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. (14) Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. (15) Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. (16) Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. (17) Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. (18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar”.

1Kor 15:21-22 - “(21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.

Ada 3 hal yang mempunyai ‘nature of imputation’ (= sifat pemerhitungan????????) yang sama :

* Dosa Adam diperhitungkan kepada kita.

* Dosa kita diperhitungkan kepada Kristus.

* Kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita yang percaya.

Catatan: Dosa Adam yang diperhitungkan kepada kita hanya dosa Adam yang pertama saja karena sejak kejatuhan pertama itu, covenant of works tidak diberlakukan lagi.

b) Pandangan John Murray.

John Murray menganggap bahwa Hodge bisa mempunyai pandangan seperti itu karena Hodge ingin menghindari 2 pandangan yang memang salah, yaitu:

sampai sini

1. Realistic Theory yang mengatakan bahwa karena kita ada di dalam Adam, maka pada waktu Adam berbuat dosa, kita betul-betul juga melakukan dosa itu di dalam Adam (We actually sinned in Adam).

2. Pandangan yang mengatakan bahwa ada transfer guilt dalam arti pertama dari Adam kepada keturunannya. Jadi sekalipun pandangan ini tidak menganggap bahwa kita betul-betul melakukan dosa itu di dalam Adam, tetapi pandangan ini percaya bahwa kita patut disebut sebagai pemakan buah terlarang, karena guilt dalam arti pertama dari dosa Adam ditransfer kepada kita.

Karena ingin menghindari kedua pandangan tersebut, maka Hodge lalu menganggap bahwa dosa Adam yang diperhitungkan kepada kita hanyalah menyangkut guilt dalam arti ke 2 (kewajiban untuk menerima hukuman).

1 2 Hodge Pelagianism

Keterangan:

Hodge ingin menghindari pandangan 1 dan 2 diatas, tapi juga menghindari pandangan Pelagianism yang merupakan ekstrim yang lain dimana dikatakan bahwa dosa Adam tidak ada hubungannya dengan kita.

Sekalipun John Murray tidak setuju dengan pandangan I, pandangan 2 dan pandangan Pelagianism diatas, tetapi ia juga tidak setuju dengan pandangan Hodge.

Alasan Murray:

a. Persoalan exegesis atau penafsiran dari Ro 5:12-19.

· ‘all sinned’ (ay 12) tidak mungkin diartikan ‘semua orang berada dibawah kewajiban untuk menerima hukuman’. Karena apa? Karena ay 12 sudah bicara soal hukuman (maut), mengapa lalu menyebut ‘all sinned’?

· Juga ay 13 yang mengatakan bahwa ‘sudah ada dosa di dunia’ menunjukkan bahwa dosa Adam diperhitungkan kepada keturunannya (bukan hanya hukumannya saja).

· Juga ay 19 mengatakan bahwa gara-gara dosa Adam, maka ‘semua orang telah menjadi orang berdosa’.

Jadi, jelaslah bahwa bukan hanya hukuman dari dosa Adam saja yang diperhitungkan kepada kita, tetapi juga dosa Adam sendiri.

b. Analogi Adam - Kristus dalam Ro 5:12-19.

· ‘Dosa Adam diperhitungkan kepada kita’ analog dengan ‘kebenaran Kristus diperhitungkan kepada orang percaya’.

· Dalam pembenaran (justification), kita bukan hanya dibebaskan dari hukuman dosa, tetapi kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita sehingga kita dianggap sebagai orang benar.

Jadi analoginya, dalam perhitungan dosa Adam kepada kita, yang diperhitungkan bukan hanya kewajiban menerima hukuman saja, tetapi juga dosanya sendiri, sehingga kita dianggap sebagai manusia berdosa!

c. Tidak mungkin ada kewajiban menerima hukuman tanpa ada dosa.

Jadi, kalau dikatakan bahwa dosa Adam diperhitungkan kepada kita, tidak mungkin diartikan bahwa yang diperhitungkan hanyalah kewajiban menerima hukuman saja (guilt dalam arti kedua).

Dosa Adam harus diperhitungkan kepada kita dulu, baru kita menerima kewajiban untuk menerima hukuman.

Berdasarkan 3 hal tersebut diatas, John Murray menyimpulkan bahwa perhitungan (imputation) dari dosa Adam kepada kita, haruslah menyangkut dosa.

· Murray memang tidak setuju dengan pandangan 1 (realistic theory).

· Murray juga tak setuju dengan pandangan 2 (yang diperhitungkan kepada kita adalah guilt dalam arti pertama).

· Tetapi Murray menganggap Hodge menghindari ke 2 pandangan ini terlalu jauh.

Murray berkata “We must insist on the involvement of posterity in Adam’s sin in a way that will place this involvement in the category of sin and yet maintain that it was Adam’s trespass in a manner that it is not ours” (=

) - ‘The Imputation of Adam’s Sin’, hal 86.

1 2 Murray Hodge Pelagianism

Terlihat bahwa Murray ‘menyelinap’ diantara pandangan I dan 2 dan pandangan Hodge.

Murray juga mengutip dari Jerome Zanchius:

‘We therefore say that this disobedience, although it could not pass to us as act, nevertheless did pass to us as culpa (= sin) and reatus (= guilt arti 2) through imputation, inasmuch as that sin of Adam as our head God imputes to us, and that most justly, as the members’

‘the disobedience of Adam comes upon us as culpa (= sin) and reatus (= guilt arti ke 2)’

IX. TOTAL DEPRAVITY (KEBEJADAN TOTAL)

I) Arti Total Depravity.

A) Arti yang salah.

1) Manusia kehilangan pikirannya, atau perasaannya, atau kehendaknya, atau hati nuraninya.

Ini salah dan jelas bertentangan dengan fakta. Baik dalam Kitab Suci maupun dalam hidup sehari-hari, kita bisa melihat dengan jelas bahwa manusia berdosa tetap mempunyai pikiran, perasaan, kehendak, dan hati nuraninya, tetapi semuanya telah dikotori oleh dosa.

2) Manusia kehilangan kebebasannya dalam bertindak.

Ini juga salah. Manusia tetap bebas karena dalam setiap tindakannya, ia sendiri yang menentukan tindakannya. Tidak ada suatu apapun atau siapapun yang memaksanya untuk melakukan apapun. Pada saat manusia itu melakukan apapun, ia tetap melakukannya dengan kehendaknya sendiri.

Ungkapan ‘I did that against my will’ (= Aku melakukan itu bertentangan dengan kehendakku), sebetulnya merupakan suatu omong kosong. Apapun yang kita lakukan, kita lakukan dengan kehendak kita sendiri, bahkan pada saat kita dipaksa untuk melakukannya.

Misalnya: kita ditodong dan disuruh menyerahkan uang kita. Kita tetap mempunyai kebebasan memilih, yaitu menyerahkan uang kita, atau nyawa kita. Pada saat kita menyerahkan uang kita, kita yang memilih untuk melakukan hal itu.

3) Manusia sudah mencapai puncak kebejadan dalam arti ia sudah tidak mungkin bisa lebih bejad lagi (sudah notok bejadnya).

Ini disebut ‘Utter Depravity’ (kata ‘utter’ artinya adalah ‘sama sekali’, ‘sepenuhnya’ atau ‘mutlak’), bukan ‘Total Depravity’, dan ini jelas salah, karena:

a) Kitab Suci mengatakan bahwa manusia bisa menjadi makin jahat.

2Tim 2:16 - “Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan”.

2Tim 3:13 - “sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan”.

Ini membuktikan bahwa manusia belum notok bejadnya / belum mencapai ‘Utter Depravity’.

b) Kita tetap melihat adanya kemungkinan bahwa manusia yang paling bejadpun bisa lebih bejad lagi. Misalnya kalau kita melihat orang seperti Hitler, maka kita bisa melihat bahwa ia tidak memperkosa atau membunuh dan memakan ibunya sendiri.

Seseorang mengatakan: “The ‘total’ in ‘total depravity’ refers to the extent of the damage rather than the degree” (= Kata ‘total’ dalam ‘total depravity’ menunjuk pada luas kerusakan dan bukannya pada tingkat kerusakan).

Loraine Boettner: “His corruption is extensive but not necessarily intensive” (= Kebejadan / kejahatannya luas tetapi tidak harus mendalam) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 61.

Jadi, sekalipun manusia berdoa di luar Kristus itu selalu berbuat dosa dan tidak bisa berbuat baik, tetapi ia tidak selalu memilih tindakan yang terjahat yang ia bisa lakukan.

4) Manusia semua sama bejadnya.

Ini juga salah, karena sekalipun semua manusia itu ada dalam keadaan total depravity, tetapi tidak semua sama bejadnya. Ada orang yang lebih bejad / lebih jahat dari orang yang lain.

5) Semua manusia senang / selalu melakukan segala macam dosa.

Ini juga salah. Ada orang yang senang melakukan dosa tertentu, tetapi membenci dosa yang lain. Misalnya: ada orang yang senang berzinah tetapi tidak mau mencuri. Tetapi ada orang lain yang mata duitan tetapi tidak mata kranjang.

6) Manusia sama sekali tidak bisa membedakan yang baik dan yang jahat.

Ini juga salah, karena sekalipun pikiran / pengertian manusia juga dikotori / dirusak oleh dosa sehingga manusia sering tidak bisa membedakan yang baik dari yang jahat, tetapi pikiran / pengertian manusia itu tidaklah sebegitu rusak sehingga ia sama sekali / selalu tidak bisa membedakan yang baik dan yang jahat.

7) Manusia sama sekali tidak menghargai kebaikan.

Ini juga salah, karena sekalipun manusia itu bejad sehingga ia sering tidak menghargai kebaikan, tetapi ia tidaklah sebegitu rusak sehingga sama sekali / selalu tidak menghargai kebaikan.

8) Manusia sama sekali tidak bisa melakukan kebaikan sosial dan moral.

Ini juga salah, karena manusia tetap bisa melakukan kebaikan sosial dan moral di hadapan manusia, tetapi bagaimanapun ia tidak bisa melakukan sesuatupun yang betul-betul baik di hadapan Allah.

Charles Hodge: “Sin cleaves in all he does, and from the dominion of sin he cannot free himself” (= Dosa melekat dalam semua yang ia lakukan, dan dari penguasaan dosa ia tidak bisa membebaskan dirinya sendiri) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 264.

Loraine Boettner: “He may give a million dollars to build a hospital, but he cannot give even a cup of cold water to a disciple in the name of Jesus” [= Ia bisa memberi satu juta dollar untuk membangun sebuah rumah sakit, tetapi ia tidak bisa memberi secangkir air sejuk kepada seorang murid dalam nama Yesus (bdk. Mat 10:40-42)] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 68.

B) Arti yang benar.

Seluruh manusia sudah dikotori / dirusak / dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Kata ‘seluruh manusia’ bukannya menunjuk kepada semua manusia di dunia ini, tetapi menunjuk kepada ‘seluruh diri manusia’, baik tubuh, pikiran / pengertian, perasaan, hati / hati nurani, kemauan / kehendak. Jadi dalam diri seorang manusia tidak ada satu bagianpun yang tidak dirusak oleh dosa.

Yer 17:9 - “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?”.

NIV: ‘The heart is deceitful above all things and beyond cure. Who can understand it?’ (= Hati itu lebih licik / bersifat menipu dari pada segala sesuatu dan sudah tidak bisa diobati / disembuhkan. Siapa yang bisa mengertinya?).

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa hati manusia sudah sangat rusak.

Tit 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.

Ayat ini secara explicit menunjukkan bahwa bukan hanya akal dan suara hati manusia itu najis, tetapi bahwa dalam diri manusia suatupun tidak ada yang suci. Jelas bahwa seluruh manusia sudah dikotori oleh dosa.

Mat 15:19 - “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat”.

Sekarang mari kita soroti manusia yang rusak itu per bagian:

1. Pikiran / pengertian yang rusak.

Kalau dikatakan bahwa pikiran manusia itu sudah rusak / dirusak oleh dosa, itu tidak berarti bahwa manusia itu tidak bisa berpikir lagi. Dalam hal jasmani / duniawi, pikirannya masih berjalan dengan baik, dan karena itu tidak perlu heran kalau melihat ada orang dunia yang luar biasa pandainya. Tetapi dalam hal rohani, pikirannya sangat bodoh dan terus mengarah kepada dosa

Maz 10:4 - “Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: ‘Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!’, itulah seluruh pikirannya”. Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.

NIV: ‘In his pride the wicked does not seek him; in all his thoughts there is no room for God’ (= Dalam kecongkakannya orang jahat tidak mencari Dia; dalam seluruh pikirannya tidak ada tempat bagi Allah).

Contoh-contoh pikiran yang bodoh dan mengarah kepada dosa:

· anggapan bahwa surga / neraka itu tidak ada, atau sikap yang meremehkan keberadaan surga / neraka.

· anggapan bahwa Kitab Suci / Firman Tuhan itu tidak penting.

· anggapan bahwa manusia bisa menyelamatkan dirinya sendiri tanpa pengorbanan / penebusan Yesus Kristus.

· anggapan bahwa dosa itu adalah hal yang remeh.

· kepercayaan terhadap takhyul atau kepercayaan-kepercayaan lain yang salah.

2. Perasaan yang rusak.

Ini wujudnya bermacam-macam, seperti:

· tidak adanya sukacita dan damai.

Yes 48:22 - “‘Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!’ firman TUHAN”.

· perasaaan ragu-ragu / tidak yakin terhadap kebenaran, baik tentang Allah, Yesus, Kitab Suci, surga / neraka, dsb.

· perasaan iri hati, benci, tidak kasih, sombong, dsb.

· perasaan tidak enak, seperti sumpek dsb, justru pada waktu melakukan hal yang benar (misalnya memarahi / mendisiplin anak yang salah).

· perasaan enak justru setelah melakukan dosa. Misalnya merasa lega setelah membalas kejahatan seseorang.

3. Kehendak yang rusak.

Ef 2:3 - “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.

Ini ditunjukkan dengan selalu terarahnya kehendak manusia itu pada hal-hal yang jahat.

4. Hati nurani yang rusak.

Tit 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.

Ini menyebabkan hati nurani itu tidak lagi bisa dijadikan standard yang sempurna untuk menentukan baik atau jahat.

5. Tubuh yang digunakan untuk hal-hal yang berdosa.

Karena 4 hal di atas semuanya rusak, maka secara otomatis tubuh juga akan digunakan untuk hal-hal yang berdosa.

Ro 6:12-13,19 - “(12) Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. (13) Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. ... (19) Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan”.

Sekarang mari kita memperhatikan apa yang dikatakan Kitab Suci tentang manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa itu:

1) Manusia berdosa itu tidak bisa berbuat baik.

Ini dinyatakan secara jelas dalam ayat-ayat di bawah ini:

· Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, ...”.

· Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya”.

· Maz 58:4 - “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat”.

· Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor”.

Perhatikan bahwa Yesaya tidak berkata ‘segala kejahatan kami seperti kain kotor’ ataupun ‘sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’, tetapi ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’!

· Yer 4:22 - “Sungguh, bodohlah umatKu itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat, tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu”.

· Yer 13:23 - “Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik, hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?”.

· Mat 7:16-18 - “(16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik”.

Ayat ini menunjukkan bahwa pohon yang tidak baik tidak bisa menghasilkan buah yang baik. Gara-gara dosa Adam, maka semua manusia lahir sebagai orang berdosa (pohon yang tidak baik), dan karena itu jelas bahwa tidak ada orang yang bisa menghasilkan buah yang baik / perbuatan baik.

· Yoh 8:34b - “setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa”.

Istilah ‘hamba’ perlu ditekankan di sini. Dengan manusia dinyatakan sebagai ‘hamba dosa’, itu jelas menunjukkan bahwa ia selalu / terus menerus menuruti dosa, dan tidak bisa berbuat baik. Ini dinyatakan secara lebih jelas oleh Ro 6:16-17,20-21 - “(16) Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran? (17) Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. ... (20) Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. (21) Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian”.

Perhatikan khususnya Ro 6:20nya. Istilah ‘bebas dari kebenaran’ itu jelas menunjukkan bahwa manusia berdosa itu tidak bisa berbuat apapun yang benar!

· Yoh 15:4-5 - “(4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”.

Ini jelas menunjukkan bahwa sama seperti ranting anggur tidak bisa berbuah kalau tidak melekat pada pokok anggur, demikian juga manusia di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat apapun yang baik.

· Ro 8:7-8 - “(7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah”.

· Tit 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.

Catatan: memang dari ayat-ayat di atas ada yang bisa ditafsirkan hanya berlaku untuk orang-orang tertentu saja (misalnya Yer 4:22 di atas), tetapi pada umumnya, bahkan sebetulnya mungkin bisa dikatakan semuanya, adalah ayat-ayat yang berlaku umum (untuk semua manusia berdosa di luar Kristus).

Memang, seperti telah dikatakan di atas, manusia bisa melakukan kebaikan-kebaikan sosial / lahiriah, misalnya pada waktu melihat orang miskin / menderita lalu menolongnya, bahkan tanpa pamrih. Tetapi apakah itu bisa disebut sebagai perbuatan baik di hadapan Allah? Tidak! Mengapa? Karena dalam pandangan Tuhan, supaya suatu perbuatan bisa disebut baik, maka harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Perbuatan baik itu harus timbul dari iman.

· Ro 14:23b - “Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa”.

· Ibr 11:6a - “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah”.

Perlu ditekankan di sini bahwa dalam kontext Kitab Suci, ‘iman’ artinya adalah ‘iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat’. Jadi, ‘iman’ di sini tidak bisa diartikan ‘iman dalam agama lain’, ataupun ‘iman kepada Kristus sebagai dokter, penyembuh, pemberi berkat, dsb’.

b) Perbuatan baik itu harus dilakukan untuk kemuliaan Allah.

1Kor 10:31 - “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.

c) Perbuatan baik itu harus dilakukan karena cinta kepada Allah.

Yoh 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.

Loraine Boettner menggunakan 1Kor 13:1-3 untuk menunjukkan bahwa tanpa kasih, segala perbuatan baik kita sia-sia. Tetapi dalam hal ini saya tidak setuju dengan Loraine Boettner, karena yang dipersoalkan dalam 1Kor 13:1-3 adalah kasih terhadap sesama manusia, bukan kasih terhadap Allah. Jadi saya berpendapat bahwa Yoh 14:15 adalah dasar yang lebih tepat.

Semua ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang yang ada di luar Kristus! Bdk. Ro 3:10-12,18 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (18) rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.’”.

Text ini menunjukkan bahwa orang berdosa itu semuanya tidak berakal budi, tidak mencari Allah dan tidak mempunyai rasa takut kepada Allah.

Kalau syarat-syarat di atas ini (point a-c) tidak dipenuhi, maka bisalah dikatakan bahwa pada waktu orang itu melakukan ‘perbuatan baik’, ia melakukannya tanpa mempedulikan Allah! Bisakah ‘perbuatan baik’ seperti itu disebut baik?

Penerapan:

· Kalau saudara percaya bahwa seseorang bisa selamat / masuk surga karena berbuat baik, maka renungkan bagian ini, dan bertobatlah dari doktrin / kepercayaan sesat itu! Manusia tidak bisa berbuat baik, dan karena itu semua manusia membutuhkan Kristus sebagai Juruselamatnya untuk bisa selamat / masuk surga!

· Masihkah saudara percaya bahwa semua agama lain (yang mengandalkan perbuatan baik manusia) bisa memberikan keselamatan?

Seorang yang bernama Cynddylan Jones mengomentari Ef 2:8-9 de-ngan kata-kata sebagai berikut: “You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works” (= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).

Dr. D. James Kennedy mengutip kata-kata Martin Luther yang berbunyi sebagai berikut:

“The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God” (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.

2) Manusia berdosa itu tidak mencari Allah.

Ro 3:11 - “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah”.

Dalam Kitab Suci memang ada orang-orang yang mencari Allah, tetapi ini hanya bisa terjadi karena Allah sudah lebih dulu bekerja di dalam diri orang itu dan melahirbarukannya. Tanpa pekerjaan Allah, maka berlaku Ro 3:11 ini, yaitu tidak ada seorangpun yang mencari Allah!

Orang yang beragama, yang taat / sungguh-sungguh sekalipun, sebetulnya tidak mencari Allah. Mereka mungkin hanya berjuang untuk agamanya / golongannya, atau mencari keselamatan / surga, damai / sukacita, dan berkat-berkat lain, atau mereka mencari jalan untuk bebas dari murka / hukuman Allah, tetapi diri Allah sendiri tidaklah mereka cari!

3) Manusia tidak bisa memperkenan Allah.

Ibr 11:6 - “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia”.

Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.

Ibr 11:6 menyatakan bahwa tanpa iman manusia tidak bisa memperkenan Allah, dan Fil 1:29 menyatakan bahwa iman adalah karunia / pemberian Allah! Ini jelas menunjukkan bahwa dari dirinya sendiri (tanpa pekerjaan / karunia Allah) manusia tidak mungkin bisa memperkenan Allah.

4) Manusia berdosa itu tidak bisa mengerti / menghargai Injil / Firman Tuhan.

Sebagai dasar dari pernyataan ini perhatikanlah ayat-ayat sebagai berikut:

· 1Kor 1:18 - “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah”.

· 1Kor 1:23 - “tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.

· 1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.

· Kis 16:14 - “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus”.

Lidia memperhatikan Injil setelah Allah membuka hatinya. Andaikata tidak ada pekerjaan Allah ini, pasti iapun tidak akan mempedulikan Injil / Firman Tuhan yang diberitakan oleh Paulus.

Calvin: “Man’s disposition voluntarily so inclines to falsehood that he more quickly derives error from one word than truth from a wordy discourse” (= Manusia dengan sukarela begitu condong kepada kepalsuan sehingga ia lebih cepat mendapatkan kesalahan dari satu kata dari pada kebenaran dari suatu pelajaran yang panjang) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter II, no 7.

Calvin tentang 2Tim 3:13: “One worthless person will always be more effectual in destroying, than ten faithful teachers in building, though they labour with all their might. ... it is not because falsehood, in its own nature, is stronger than truth, or that the tricks of Satan exceed the energy of the Spirit of God; but because men, being naturally inclined to vanity and errors, embrace far more readily what agrees with their natural disposition, and also because, being blinded by a righteous vengeance of God, they are led, as captive slaves, at the will of Satan” (= Satu orang yang tidak berharga akan selalu lebih efektif dalam menghancurkan, dari pada sepuluh guru / pengajar yang setia dalam membangun, sekalipun mereka bekerja dengan seluruh kekuatan mereka. ... itu bukan karena kepalsuan secara hakiki lebih kuat dari kebenaran, atau bahwa tipu muslihat setan melebihi tenaga dari Roh Allah; tetapi karena manusia, yang secara alamiah condong pada kesia-siaan dan kesalahan, jauh lebih siap / mudah untuk memeluk apa yang sesuai dengan kecondongan alamiah mereka, dan juga karena dibutakan oleh pembalasan yang benar dari Allah, mereka dipimpin, sebagai budak tawanan, sesuai kehendak setan) - hal 246.

5) Manusia berdosa itu tidak bisa datang kepada Yesus / percaya kepada Yesus.

Sebagai dasar lihatlah pembahasan ayat-ayat di bawah ini:

a) Mat 16:16-17 - “(16) Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17) Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga”.

Jadi terlihat, bahwa pada waktu Petrus menyatakan imannya kepada Kristus sebagai Mesias / Kristus dan Anak Allah, maka Yesus berkata: “... bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu melainkan Bapamu yang di sorga”.

Kata ‘menyatakan’ dalam terjemahan dari KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘reveal’ (= menyingkapkan sesuatu yang tadinya tertutup / tersembunyi). Ini menunjukkan bahwa andaikata tidak ada pekerjaan Bapa yang menyingkapkan hal yang tertutup / tersembunyi itu, maka jelas bahwa hati / pikiran Petrus akan terus buta terhadap keMesiasan / keilahian Yesus.

b) Yohanes 6:37 - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.

Ini menunjukkan bahwa orang tidak datang kepada Kristus karena kehendak mereka sendiri, tetapi karena Bapa memberikan mereka kepada Kristus.

Calvin mengomentari bagian ini dengan berkata: “Faith is not a thing which depends on the will of men” (= Iman bukanlah sesuatu yang tergantung pada kehendak manusia).

c) Yoh 6:44,65.

Yoh 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku”.

Yoh 6:65b - “Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya”.

Kedua ayat ini menunjukkan secara explicit bahwa manusia yang ada dalam dosa itu tidak mampu datang kepada Yesus. Ia hanya bisa datang kepada Yesus karena pekerjaan Bapa.

Orang-orang Arminian keberatan terhadap penafsiran ini, dan mereka berkata bahwa kata-kata ‘tidak dapat’ dalam Yoh 6:44,65 itu harus diartikan ‘tidak mau’. Ini seperti kata-kata ‘tidak dapat’ dalam Kej 37:4b yang juga diartikan ‘tidak mau’.

Kej 37:4 - “Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah”.

NIV/Lit: ‘they hated him and could not speak a kind word to him’ (= mereka membencinya dan tidak dapat mengucapkan kata yang ramah kepadanya).

Jawaban terhadap pandangan ini:

· belum tentu bahwa kata-kata ‘tidak dapat’ dalam Kej 37:4 harus diartikan ‘tidak mau’. Bukan hanya NIV, tetapi juga KJV, NKJV, RSV, NASB, ASV, dan bahkan Living Bible, menterjemahkan ‘could not’ (= tidak dapat). Hanya Good News Bible yang menterjemahkan ‘would not’ (= tidak mau).

Terjemahan ‘tidak dapat’ ini bukan hanya sesuai dengan arti hurufiahnya, tetapi juga sangat masuk akal. Karena ayat itu membicarakan saudara-saudara Yusuf, yang karena kebencian mereka terhadap Yusuf, lalu tidak dapat berbicara secara ramah terhadap Yusuf. Kalau saudara sangat membenci seseorang, bukankah memang tidak mudah untuk bisa berbicara secara ramah kepada dia?

· kalaupun dalam Kej 37:4 kata-kata ‘tidak dapat’ diartikan ‘tidak mau’, itu tidak berarti bahwa dalam Yoh 6:44,65 ini juga harus diartikan seperti itu.

Doktrin Reformed tentang Total Depravity / Total Inability mengajarkan bahwa manusia yang masih ada di dalam dosa bukan hanya tidak mau, tetapi juga tidak dapat melakukan apapun yang baik. Jadi, manusia berdosa itu tidak mempunyai kemauan maupun kemampuan dalam hal berbuat baik. Ini terlihat dari Fil 2:13 yang berbunyi: “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”.

Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:

KJV: ‘For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure’ (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan kehendakNya yang baik).

RSV: ‘for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure’ (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).

NASB: ‘for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure’ (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).

NIV: ‘for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose’ (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).

Disamping itu, doktrin ini didukung oleh banyak ayat Kitab Suci yang secara explicit menggunakan kata-kata ‘tidak dapat’ / ‘tidak mungkin’, seperti Yer 13:23 Mat 7:17-18 Yoh 15:4-5 Ro 8:7-8 1Kor 2:14, yang sudah kita lihat di atas. Bacalah semua ayat-ayat ini lagi, dan saudara bisa melihat bahwa akan terasa sangat aneh kalau semua kata-kata ‘tidak dapat’ dalam ayat-ayat itu harus diartikan ‘tidak mau’. Dan khususnya dalam Ro 8:7-8, apakah kata-kata ‘tidak mungkin’ di sana juga harus diartikan ‘tidak mau’?

Doktrin ini juga didukung oleh ayat-ayat Kitab Suci yang lain yang sekalipun menyatakan hal itu secara implicit tetapi menyatakannya secara sangat kuat, seperti Kej 6:5 Kej 8:21 Yes 64:6 Yer 4:22 Yoh 8:34 Ro 3:12 Ro 6:20. Semua ayat-ayat ini sudah kita lihat di atas, dan karena itu tidak diulang di sini.

d) Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.

Ini menunjukkan secara jelas bahwa iman adalah karunia dari Allah. Kalau Allah tidak mengaruniakan iman kepada seseorang, maka orang itu tidak mungkin akan percaya kepada Yesus.

e) Kis 11:18b - “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup”.

Ini menunjukkan bahwa pertobatan merupakan karunia / pemberian Allah. Kalau melihat kontext Kis 10-11 (khususnya Kis 10:43), maka jelas yang dimaksud dengan ‘pertobatan’ di sini adalah ‘datangnya / berimannya seseorang kepada Yesus’.

f) 1Kor 12:3b - “tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan,’ selain oleh Roh Kudus”.

Ini secara explicit mengatakan bahwa tidak ada seorangpun bisa mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, kalau bukan karena Roh Kudus. Kalau cuma mengaku-ngaku di mulut, tentu bisa (bdk. Mat 7:21-23 Luk 6:46). Tetapi kalau mengaku Yesus sebagai Tuhan dengan hati yang betul-betul percaya, maka ini hanya bisa terjadi karena pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang itu

Bagian ini menyebabkan orang yang percaya pada doktrin Total Depravity akan dengan mudah percaya pada doktrin tentang Predestinasi. Perhatikan logikanya! Kita, sebagai orang berdosa, tidak bisa percaya / datang kepada Kristus. Tetapi kita toh percaya kepada Kristus. Mengapa? Karena Allah melahir-barukan kita dan lalu memberi kita iman. Mengapa Allah melahir-barukan kita dan memberi iman kepada kita, tetapi tidak kepada orang-orang lain? Karena Allah telah memilih kita untuk diselamatkan.

Bagian ini juga seharusnya menyebabkan kita sabar (bukan putus asa!) kalau kita memberitakan Injil dan ditolak, bahkan diejek / dibenci. Ingat bahwa tanpa pekerjaan Allah, orang yang kita injili itu memang tidak akan bisa percaya dan datang kepada Yesus!

6) Manusia berdosa itu mati dalam dosa / mati secara rohani.

Hal ini terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:

a) Yoh 10:10b - “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”.

Bahwa Yesus datang dengan tujuan supaya mereka / manusia berdosa mempunyai hidup, jelas menunjukkan bahwa manusia itu mati (secara rohani).

b) Ef 2:1-3 - “(1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.

Mati secara rohani / mati dalam dosa artinya adalah:

1. Ia aktif berbuat dosa.

Ini terlihat dari Ef 2:1-3 di atas, yang sekalipun dalam ay 1nya menunjukkan bahwa manusia itu mati dalam dosa, tetapi menunjukkan dalam ay 2-3nya bahwa itu adalah kehidupan yang berdosa.

Jadi, kalau di atas telah kita lihat bahwa manusia berdosa itu tidak bisa berbuat baik, maka sekarang kita lihat bahwa manusia berdosa itu aktif / terus menerus berbuat dosa.

Calvin: “For our nature is not only destitute and empty of good, but so fertile and fruitful of every evil that it cannot be idle” [= Karena kita bukan hanya miskin / melarat dan kosong dalam hal baik, tetapi begitu subur dan banyak berbuah dalam setiap kejahatan sehingga kita tidak bisa malas / menganggur (dalam hal berbuat jahat)] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter I, no 8.

2. Ia tidak peduli pada hal-hal rohani, baik dosanya maupun Allah, Firman Tuhan / Injil, dsb.

Sehubungan dengan hal ini, ada 2 illustrasi yang populer tetapi salah yang sering dipakai dalam penginjilan:

a. Kita digambarkan seperti orang yang sakit keras, dan Allah memberi kita obat. Karena itu kalau kita mau disembuhkan, kita mesti mau membuka mulut kita untuk meminum obat itu.

Illustrasi ini adalah illustrasi Arminian, dan illustrasi ini salah karena Kitab Suci tidak menggambarkan orang berdosa sebagai orang yang sakit tetapi sebagai orang yang mati.

Memang Yesus sendiri menggambarkan diriNya sebagai ‘tabib’, dan orang berdosa sebagai ‘orang sakit’ (Mat 9:12-13), tetapi bagian ini sama sekali tidak ditujukan untuk mengajar tentang Total Depravity. Ia mengatakan perumpamaan dalam Mat 9:12-13 hanya untuk membela diri terhadap serangan orang-orang Farisi yang melarangNya bergaul dengan orang jahat.

b. Kita hampir tenggelam, dan Allah melemparkan tali, dan kita harus mau memegang tali itu kalau kita mau selamat.

Ini juga salah, karena seharusnya kita adalah orang yang sudah tenggelam dan sudah mati! Untuk menyelamatkan kita, Allah menyelam, mengangkat kita lalu menghidupkan kita kembali!

7) Manusia sudah bejad sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan.

Ini terlihat dari:

· Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, se-kalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya”.

· Maz 51:7 - “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, da-lam dosa aku dikandung ibuku”.

· Maz 58:4 - “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat”.

· Pkh 9:3b - “Hati anak-anak manusiapun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati”.

Calvin: “... even infants themselves, while they carry their condemnation along with them from the mother’s womb, are guilty not of another’s fault but of their own. For even though the fruits of their iniquity have not yet come forth, they have the seed enclosed within them. Indeed, their whole nature is a seed of sin; hence it can be only hateful and abhorrent to God” (= ... bahkan bayi-bayi, sementara mereka membawa penghukuman mereka bersama-sama dengan diri mereka dari kandungan, bersalah bukan karena kesalahan orang lain tetapi dari diri mereka sendiri. Karena sekalipun buah dari kejahatan mereka belum muncul, mereka mempunyai benih terbungkus dalam diri mereka. Memang, seluruh diri mereka adalah benih dosa; dan karenanya mereka hanya bisa membenci dan jijik terhadap Allah) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter I, no 8.

II) Serangan terhadap Total Depravity dan jawabannya.

1) Adanya perintah Allah menunjukkan adanya kemampuan manusia untuk bisa melaksanakannya. Allah tidak mungkin memberi perintah kepada orang yang tidak mampu melakukannya, sama seperti saudara tidak mungkin menyuruh anak saudara yang berusia 3 tahun untuk mengangkat sekarung beras.

Jawab:

a) Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, memang manusia mempunyai kemampuan taat pada perintah Allah. Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, manusia dikuasai / diperhamba oleh dosa sehingga tidak lagi bisa taat kepada perintah Allah. Ini bukan salahnya Allah, tetapi salahnya manusia.

b) Pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa sehingga tidak mampu lagi melakukan perintah Allah, Allah tidak menurunkan tuntutanNya kepada manusia. Mengapa? Karena tuntutan Allah / hukum-hukum Allah menunjukkan kesucian Allah. Kalau itu diturunkan, maka itu juga akan menurunkan kesucian Allah. Misalnya saja kalau Allah mengijinkan / menghalalkan perzinahan, maka tentu saja kita akan bertanya-tanya: ‘Allah apa ini gerangan yang mengijinkan hal itu? Tentu Ia adalah Allah yang tidak terlalu nggenah!’.

c) John Murray menjawab serangan ini dengan berkata:

“If obligation presupposes ability, then we shall have to go the whole way and predicate total ability of man, that is, to adopt the Pelagian position” (= Jika kewajiban menunjukkan adanya kemampuan, maka kita akan harus meneruskan dan menyatakan kemampuan total pada manusia, yaitu, menerima pandangan Pelagianisme) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 86.

Untuk bisa mengerti kata-kata John Murray ini, kita perlu melihat perbandingan dari 3 ajaran seperti yang diajarkan oleh Charles Hodge di bawah ini.

Charles Hodge berkata ada 3 pandangan dalam persoalan ini (‘Systematic Theology’, vol II, hal 257):

1. Pandangan Pelagianisme, yang mengatakan bahwa manusia yang sudah jatuh ke dalam dosapun tetap mempunyai kemampuan untuk melakukan apapun yang Allah perintahkan kepadanya [total ability (= kemampuan total)].

2. Pandangan Semi-Pelagianisme (= Arminianisme), yang mengatakan bahwa sekalipun kejatuhan ke dalam dosa melemahkan kemampuan manusia, tetapi manusia tidak kehilangan seluruh kemampuannya untuk mentaati Tuhan [partial ability / partial inability (= kemampuan sebagian / ketidak-mampuan sebagian)].

3. Pandangan Augustinianisme / Calvinisme, yang mengatakan bahwa manusia, setelah kejatuhan ke dalam dosa, sama sekali tidak mampu untuk kembali kepada Tuhan atau melakukan apapun yang betul-betul baik di hadapan Allah [total inability / total depravity (= ketidak-mampuan total / kebejadan total)].

Calvinisme Arminianisme Pelagianisme

Ketidak-mampuan total Kemampuan sebagian Kemampuan total

Kalau adanya perintah Allah / kewajiban dari Allah dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa manusia pasti mampu mentaati perintah Allah itu, maka konsekwensinya kita bukan harus meninggalkan Augustinianisme / Calvinisme (ketidakmampuan total) dan berpindah kepada Semi-Pelagianisme / Arminianisme (kemampuan / ketidak-mampuan sebagian), tetapi kepada Pelagianisme (kemampuan total), yang jelas-jelas merupakan ajaran sesat!

2) Doktrin ini menyebabkan orang putus asa.

Jawab:

a) Harus diakui bahwa memang memungkinkan seseorang menanggapi doktrin ini dengan cara yang salah, sehingga menjadi putus asa. Tetapi adanya tanggapan yang salah terhadap suatu ajaran, tidak menunjukkan bahwa ajarannya salah!

John Murray: “But perversion does not refute the truth of the doctrine perverted” (= Tetapi penyimpangan tidak menyangkal / membuktikan salah kebenaran dari doktrin yang disimpangkan itu) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 87.

b) Sebetulnya doktrin ini tidak menyebabkan orang putus asa. Bahkan doktrin ini menjadi landasan yang sangat penting supaya orang mau menerima Injil kasih karunia dan beriman kepada Kristus.

John Murray: “The gospel is one of grace and therefore rests upon despair of human resources and potency” (= Injil adalah injil kasih karunia dan karena itu berdasarkan pada keputus-asaan terhadap sumber dan potensi manusia) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 88.

Sebaliknya doktrin yang menentang doktrin Total Depravity inilah yang akhirnya membuat orang putus asa.

John Murray: “Nothing is more soul-destructive than self-righteousness. And it is self-righteousness that is fostered by the doctrine that man is naturally able to do what is good and well-pleasing to God. To encourage any such conviction is to plunge men into self-deception and delusion and such is indeed the counsel of despair” (= Tidak ada yang lebih menghancurkan jiwa dari pada sikap membenarkan diri sendiri. Dan adalah sikap membenarkan diri sendiri ini yang dipungut oleh doktrin yang mengatakan bahwa manusia secara alamiah bisa melakukan apa yang baik dan berkenan kepada Allah. Menganjurkan keyakinan semacam itu adalah menjerumuskan manusia ke dalam penipuan diri sendiri dan khayalan dan hal itulah yang sebenarnya merupakan nasehat keputus-asaan) - John Murray, ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 87.

c) Orang yang sadar bahwa dirinya penuh dosa dan tidak bisa berbuat baik, sama sekali tidak perlu berputus asa. Mengapa? Karena Kitab Suci justru menyatakan mereka sebagai ‘orang berbahagia / diberkati’ dan ‘pemilik Kerajaan Sorga’ (Mat 5:3), dan karena itu jelas bahwa Kitab Suci menganggap orang seperti ini memiliki masa depan yang cerah.

Sekarang mari kita meninjau Mat 5:3 yang dalam Kitab Suci Indonesia berbunyi: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”.

Terjemahan ‘miskin di hadapan Allah’ dalam Kitab Suci Indonesia ini sebetulnya adalah terjemahan yang salah. Terjemahan yang benar adalah ‘miskin dalam roh’. Apa artinya? Artinya adalah bahwa orang itu sadar ia penuh dengan dosa.

Sesuatu yang menarik adalah: kata ‘miskin’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani PTOCHOS, yang artinya ‘miskin dalam arti sama sekali tidak punya apa-apa’. Kata PTOCHOS ini digunakan dalam Kitab Suci untuk menggambarkan Lazarus (Luk 16:20 - kata ‘pengemis’ sebetulnya adalah ‘orang miskin yang sama sekali tidak punya apa-apa’), dan juga untuk menggambarkan janda miskin setelah ia memberikan uangnya yang hanya 2 peser (Luk 21:3).

Dalam bahasa Yunani ada kata lain untuk ‘miskin’, yaitu PENES atau PENIKHROS, yang menunjukkan ‘miskin tetapi masih punya sedikit uang’. Dalam Kitab Suci kata PENIKHROS ini digunakan untuk menggambarkan janda miskin sebelum ia mempersembahkan uangnya yang hanya 2 peser itu (Luk 21:2).

Karena kata ‘miskin’ dalam Mat 5:3 itu diterjemahkan dari kata bahasa Yunani PTOCHOS, maka itu jelas menunjukkan bahwa Mat 5:3 menyatakan bahwa seseorang itu baru dianggap berbahagia dan merupakan pemilik Kerajaan Sorga kalau ia sadar bahwa dirinya penuh dengan dosa, hitam legam, bukan abu-abu atau putih berbintik-bintik, dsb.

Arminianisme memang percaya bahwa semua manusia berdosa, tetapi karena mereka berpendapat bahwa manusia masih bisa berbuat baik dan mereka tidak percaya pada doktrin Total Depravity, itu menunjukkan bahwa mereka cuma miskin dalam arti kata PENES atau PENICHROS, bukan dalam arti kata PTOCHOS. Ini menyebabkan mereka sebetulnya belum memenuhi syarat untuk dianggap sebagai orang yang berbahagia dan pemilik Kerajaan Sorga.

Sebaliknya orang-orang yang mempercayai Calvinisme, yang percaya pada doktrin Totral Depravity, percaya bahwa dalam diri manusia hanya ada dosa, dosa dan dosa! Ini menunjukkan kesadaran orang-orang ini bahwa mereka memang adalah PTOCHOS, bukan PENES atau PENICHROS. Dengan demikian Mat 5:3 menyatakan bahwa orang-orang yang mempercayai Calvinisme ini adalah orang yang berbahagia dan merupakan pemilik Kerajaan Sorga.

3) Tawaran Injil kepada setiap orang menunjukkan bahwa orang bisa percaya kepada Yesus.

Kata ‘whoever’ (= barangsiapa) dalam ayat-ayat seperti Yoh 3:16 (dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘setiap orang’) diang­gap sebagai dasar bahwa setiap orang bisa percaya kepada Yesus.

Jawab:

Ayat-ayat seperti Yoh 3:16 hanya menunjukkan bahwa Injil ditawarkan kepada semua orang, dan siapapun yang percaya mendapat hidup kekal. Tetapi ayat-ayat itu sama sekali tidak berbicara tentang kemampuan orang berdosa dalam menanggapi Injil! Sebalik­nya Yoh 6:44,65 secara explicit menyatakan tentang ketidakmampuan manusia untuk datang kepada Yesus.

Yoh 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku”.

Yoh 6:65b - “Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya”.

III) Serangan balik.

Sekalipun dalam pembelaan diri terhadap serangan yang ditujukan kepada doktrin Total Depravity di atas (point II di atas), secara otomatis sudah terdapat serangan terhadap Arminianisme, tetapi dalam bagian ini saya tetap ingin menambahkan lagi serangan terhadap Arminianisme, untuk memperjelas kesalahan Arminianisme dalam persoalan ini.

Pertama-tama kita perlu tahu bagaimana ajaran Arminian dalam persoalan ini. Ini mutlak perlu sebelum kita menyerang Arminianisme! Jangan meniru Guy Duty dan Pdt. dr. Yusuf B. S. yang menyerang Calvinisme tanpa mengerti apa itu Calvinisme.

Pdt. dr. Yusuf B. S. dalam bukunya ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’ (hal 11-13,15-20), berulangkali dan secara bertele-tele menyatakan bahwa Allah selalu menghendaki keselamatan manusia, setan selalu menghendaki kebinasaan manusia, dan karena itu keselamatan manusia tergantung pada manusia itu sendiri, apakah ia mau percaya kepada Yesus atau tidak.

Pdt. dr. Yusuf B. S. juga berbicara tentang adanya bantuan Allah. Ia berkata sebagai berikut: “Allah menolong mencelikkan mata rohani manusia, tetapi sesudah itu Allah memberi kesempatan dan menunggu pilihan manusia itu sendiri!” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 18.

A. H. Strong (ia bukan penganut Arminianisme) menyatakan pandangan Arminianisme sebagai berikut: “... God bestows upon each individual from the first dawn of consciousness a special influence of the Holy Spirit, which is sufficient to counteract the effect of the inherited depravity and to make obedience possible, provided the human will cooperate, which it still has power to do” (= ... Allah memberikan kepada setiap individu dari saat pertama adanya kesadaran, suatu pengaruh istimewa dari Roh Kudus, yang cukup untuk menetralkan akibat dari kebejadan yang diwarisi dan membuat ketaatan itu mungkin, asalkan kehendak manusia itu mau bekerja sama, dan manusia masih mempunyai kekuatan untuk melakukan hal ini) - A. H. Strong, ‘Systematic Theology’, hal 601.

Jadi, berbeda dengan Pelagianisme yang mengatakan bahwa manusia sama sekali tidak membutuhkan pekerjaan Roh Kudus, Arminianisme mengatakan bahwa sejak lahir, semua manusia sudah menerima pengaruh istimewa dari Roh Kudus. Tanpa pengaruh istimewa ini manusia tidak bisa percaya kepada Yesus. Tetapi adanya pengaruh istimewa dari Roh Kudus ini menyebabkan manusia bisa percaya kepada Yesus. Sekarang hanya tergantung apakah ia mau atau tidak mau melakukan hal itu.

Sekarang, setelah saya menunjukkan bagaimana ajaran Arminianisme dalam persoalan ini, saya akan menunjukkan caranya untuk menyerang / menunjukkan kesalahan dari Arminianisme.

1) Serangan menggunakan Ro 10:20.

Kalau memang keselamatan seseorang tergantung pada kehendak orang itu sendiri, apakah ia mau atau tidak mau untuk datang dan percaya kepada Yesus, lalu bagaimana caranya orang Arminian menjelaskan ayat di bawah ini?

Ro 10:20 - “Dan dengan berani Yesaya mengatakan: ‘Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku’”.

Perlu saudara ketahui bahwa ada beberapa ayat lain yang berhubungan dengan ‘manusia mencari Tuhan’, seperti:

Yes 55:6 - “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!”. Ini memerintahkan manusia supaya mencari Tuhan.

Yer 29:13-14a - “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN”. Ini menjanjikan bahwa orang yang mencari Tuhan pasti akan menemukan Tuhan.

Saya kira orang Arminian tidak akan menemukan kesulitan dengan Yes 55:6 dan Yer 29:13-14a ini, tetapi bagaimana mereka menafsirkan Ro 3:11b yang berbunyi: “tidak ada seorangpun yang mencari Allah”? Lebih-lebih, bagaimana mereka menafsirkan Ro 10:20 di atas, yang menunjukkan bahwa Allah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Dia? Orang Arminian, yang mengatakan bahwa semua manusia telah diberi kemampuan dari Roh Kudus, sehingga sekarang semua tergantung pada kemauan mereka, pasti akan kebingungan menafsirkan Ro 10:20 itu!

Calvinisme / Reformed menganggap ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa keselamatan seseorang tidak tergantung pada kehendak orang itu sendiri, tetapi tergantung kepada Allah.

Ro 3:11 - “Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah”.

Ini menunjukkan bahwa manusia berdosa itu sendiri, terlepas dari pekerjaan Allah / Roh Kudus dalam dirinya, tidak bisa dan tidak akan mau mencari Allah. Tetapi dalam diri orang yang adalah ‘orang pilihan’, sekalipun ia mula-mula tidak mencari Allah, Allah bekerja, melahir-barukannya, sehingga ia lalu mencari Allah dan menemukan Allah (melalui Yesus Kristus).

Catatan: perlu diingat bahwa dalam ajaran Calvinist / Reformed, kelahiran baru terjadi sebelum iman!

2) Serangan menggunakan ‘Tanya jawab Calvinisme - Arminianisme’ untuk menunjukkan kesombongan orang Arminian / Arminianisme.

Mari kita membayangkan suatu tanya jawab Calvinisme - Arminianisme (tanya jawab ini bisa saja betul-betul saudara praktekkan!).

Saya bertanya kepada orang Arminian: ‘Kalau semua orang sudah mendapatkan pekerjaan Roh Kudus yang membuat semua orang sebetulnya bisa percaya kepada Yesus, lalu mengapa kamu percaya kepada Yesus dan orang-orang yang lain tidak?’

Orang Arminian akan menjawab: ‘Karena saya mau percaya kepada Yesus sedangkan mereka tidak mau percaya’.

Terhadap jawaban ini, saya bertanya lagi: ‘Mengapa kamu mau percaya kepada Yesus sedangkan mereka tidak mau, padahal semua orang telah mendapatkan pekerjaan Roh Kudus?’

Mungkin orang Arminian akan menjawab: ‘Karena saya lebih memikirkan kekekalan / keselamatan dari pada mereka’.

Saya bertanya lagi: ‘Mengapa kamu lebih memikirkan kekekalan / keselamatan dari pada mereka, padahal semua orang telah mendapatkan pekerjaan Roh Kudus?’

Mungkin mereka akan menjawab: ‘Karena saya lebih condong pada hal-hal rohani dari pada mereka’.

Saya bertanya lagi: ‘Mengapa kamu bisa lebih condong kepada hal-hal rohani dari pada mereka, padahal semua orang telah mendapatkan pekerjaan Roh Kudus?’

Mungkin mereka akan menjawab: ‘Karena saya sadar bahwa hal-hal rohani itu lebih penting dari pada hal-hal duniawi’.

Saya bertanya lagi: ‘Mengapa kamu bisa sadar akan hal itu sedangkan orang-orang lain itu tidak, padahal semua orang telah mendapatkan pekerjaan Roh Kudus?’

Mungkin mereka akan menjawab: ‘Karena ada orang-orang yang mendoakan saya’.

Saya bertanya lagi: ‘Mengapa pada waktu kamu didoakan kamu bisa sadar dan percaya, sedangkan ada banyak orang lain yang juga didoakan tetapi tetap tidak sadar dan tidak bertobat / tidak percaya kepada Yesus sampai mati?’

Mungkin mereka akan menjawab: ‘Mungkin karena orang-orang itu mengeraskan hati’.

Saya bertanya lagi: ‘Mengapa orang-orang itu mengeraskan hati sedangkan kamu tidak, padahal semua orang telah mendapatkan pekerjaan Roh Kudus?’

Kalau pertanyaan-pertanyaan semacam ini terus dilontarkan, maka akhirnya mereka akan terpaksa menjawab: ‘Karena saya lebih baik dari pada mereka’.

Jadi, secara disadari ataupun tidak, pandangan Arminian ini menganggap diri mereka lebih baik dari orang yang tidak percaya kepada Kristus. Ini bukan hanya menunjukkan kesombongan, tetapi juga menunjukkan bahwa sedikit banyak jasa / kebaikan diri sendiri juga berperan dalam keselamatan seseorang!

3) Komentar-komentar dari para ahli Theologia yang menyerang orang Arminian / Arminianisme.

A. H. Strong: “Arminian converts say: ‘I gave my heart to the Lord’; Augustinian converts say: ‘The Holy Spirit convicted me of sin and renewed my heart’. Arminianism tends to self-sufficiency; Augustinianism promotes dependence upon God” (= Petobat Arminian berkata: ‘Aku memberikan hatiku kepada Tuhan’; petobat Augustinian berkata: ‘Roh Kudus menyadarkan aku akan dosaku dan memperbaharui hatiku. Arminianisme condong pada kecukupan / kesanggupan diri sendiri; Augustinianisme mempromosikan kebersandaran kepada Allah) - ‘Systematic Theology’, hal 605.

Catatan: A. H. Strong bukanlah seorang Augustinian / Calvinist yang sepenuhnya. Ia hanya menerima 4 dari 5 points Calvinisme. Satu-satunya yang ia tolak adalah point yang ke 3, yaitu Limited Atonement (= Penebusan Terbatas).

Loraine Boettner: “The chief fault of Arminianism is its insufficient recognition of the part that God takes in redemption. It loves to admire the dignity and strength of man; Calvinism loses itself in adoration of the grace and omnipotence of God. Calvinism casts man first into the depths of humiliation and despair in order to lift him on wings of grace to supernatural strength. The one flatters natural pride; the other is a gospel for penitent sinners. As that which exalts man in his own sight and tickles his fancies is more welcome to the natural heart than that which abases him, Arminianism is likely to prove itself more popular. Yet Calvinism is nearer to the facts, however harsh and forbidding those facts may seem. ‘It is not always the most agreeable medicine which is the most healing. The experience of the apostle John is one of frequent occurrence, that the little book which is sweet as honey in the mouth is bitter in the belly. Christ crucified was a stumbling-block to one class of people and foolishness to another, and yet He was, and is, the power of God and the wisdom of God unto salvation to all who believe’” (= Kesalahan utama dari Arminianisme adalah pengakuan / pengenalannya yang kurang tentang bagian Allah dalam penebusan. Arminianisme senang mengagumi martabat dan kekuatan manusia; Calvinisme kehilangan dirinya sendiri dalam pemujaan terhadap kasih karunia dan kemahakuasaan Allah. Calvinisme mula-mula membuang manusia ke dalam perendahan dan keputusasaan yang dalam untuk bisa mengangkatnya dengan sayap kasih karunia kepada kekuatan supranatural. Yang satu memuji kesombongan alamiah; yang lain adalah injil untuk orang-orang berdosa yang menyesal. Sebagaimana sesuatu yang meninggikan manusia dalam pandangannya sendiri dan yang menyenangkannya lebih diterima / disambut oleh hati alamiah dari pada sesuatu yang merendahkan dia, Arminianisme mungkin sekali membuktikan dirinya sendiri lebih populer. Tetapi Calvinisme lebih dekat kepada fakta, betapapun kerasnya dan menakutkannya fakta itu terlihat. ‘Tidak selalu obat yang paling menyenangkan adalah yang paling menyembuhkan. Pengalaman rasul Yohanes adalah kejadian yang sering terjadi, bahwa buku kecil yang manis seperti madu di mulut, pahit di perut. Kristus yang tersalib adalah batu sandungan bagi segolongan manusia dan kebodohan bagi golongan yang lain, tetapi Ia adalah, baik dulu maupun sekarang, kuasa Allah dan hikmat Allah kepada keselamatan bagi semua yang percaya’) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 44.

Catatan: Loraine Boettner menggunakan kata-kata ‘buku kecil yang manis seperti madu di mulut, tetapi pahit di perut’ dari Wah 10:9-10.

Alan P. F. Sell mengutip kata-kata Jerome Zanchius (1516-1590) sebagai berikut: “Conversion and salvation must, in the very nature of things, be wrought and effected either by ourselves alone, or by ourselves and God together, or solely by God himself. The Pelagians were for the first. The Arminians are for the second. True believers are for the last, because the last hypothesis, and that only, is built on the strongest evidence of Scripture, reason and experience: it most effectually hides pride from man, and sets the crown of undivided praise upon the head, or rather casts it at the feet, of that glorious Triune God, who worketh all in all” (= Pertobatan dan keselamatan dibuat dan dilaksanakan atau oleh diri kita sendiri, atau oleh kita dan Allah bersama-sama, atau semata-mata oleh Allah sendiri. Orang-orang Pelagian memilih yang pertama, orang-orang Arminian yang kedua. Orang-orang percaya yang sejati memilih yang terakhir, karena anggapan yang terakhir, dan hanya itu, dibangun di atas bukti terkuat dari Kitab Suci, logika dan pengalaman: itu secara paling efektif menyembunyikan kesombongan dari manusia, dan meletakkan mahkota pujian sepenuhnya / seluruhnya pada kepala, atau lebih tepat meletakkannya pada kaki, dari Allah Tritunggal yang mulia, yang mengerjakan semua dalam semua) - ‘The Great Debate, Calvinism, Arminianism and Salvation’, hal 97.

Alan P. F. Sell juga mengutip kata-kata John R. de Witt sebagai berikut: “Arminianism essentially represents an attack upon the majesty of God; and puts in place of it, the exaltation of man” (= Arminianisme secara hakiki menggambarkan / mewakili suatu penyerangan terhadap kuasa yang berdaulat dari Allah; dan meletakkan sebagai gantinya, peninggian manusia) - ‘The Great Debate, Calvinism, Arminianism and Salvation’, hal 97.

Calvin: “Nothing, however slight, can be credited to man without depriving God of his honor, and without man himself falling into ruin through brazen confidence” (= Tidak ada sesuatupun, bagaimanapun kecilnya, bisa dipuji / dihargai dari manusia tanpa mencabut / menghilangkan kehormatan dari Allah, dan tanpa menghancurkan manusia itu sendiri melalui kepercayaan kepada diri sendiri yang tidak tahu malu) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter II, no 1.

John Owen:

“As a desire of self-sufficiency was the first cause of this infirmity ... nothing doth he more contend for than an independency of any supreme power, which might either help, hinder, or control him in his actions. ... Never did any man ... more eagerly endeavour the erecting of this Babel than the Arminians, the modern blinded patrons of human self-sufficiency” (= Karena suatu keinginan untuk pencukupan diri sendiri adalah penyebab pertama dari kelemahan ini ... tidak ada yang lebih ia perjuangkan dari pada suatu ketidak-tergantungan pada kuasa tertinggi manapun, yang bisa menolong, menghalangi atau mengontrolnya dalam tindakan-tindakannya. ... Tidak pernah ada orang ... yang lebih sungguh-sungguh berusaha mendirikan Babel ini dari pada orang-orang Arminian, pelindung modern yang buta dari pencukupan diri sendiri dari manusia) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 11.

“... of making themselves differ from others who will not make so good use of the endowments of their natures; that so the first and chiefest part in the work of their salvation may be ascribed unto themselves; - a proud Luciferian endeavour!” (= ... membuat diri mereka sendiri berbeda dengan yang lain yang tidak mau menggunakan dengan baik anugerah kepada diri mereka; sehingga dengan demikian bagian yang pertama dan terutama dalam pekerjaan keselamatan bisa dianggap berasal dari diri mereka sendiri; - suatu usaha Lucifer yang sombong!) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 13.

“And so at length, with much toil and labour, they have placed an altar for their idol in the holy temple, on the right hand of the altar of God, and on it offer sacrifice to their own net and drag; at least, ‘nec Deo, nec libero arbitrio, sed dividatur’ - not all to God, nor all to free-will, but let the sacrifice of praise, for all good things, be divided between them” [= Dan demikian akhirnya, dengan banyak kerja keras, mereka telah meletakkan sebuah altar untuk berhala mereka dalam Bait Suci, di sebelah kanan dari altar Allah, dan di atasnya mereka mempersembahkan korban bagi usaha mereka sendiri; setidaknya ‘nec Deo, nec libero arbitrio, sed dividatur’ (kata-kata ini ada dalam bahasa Latin) - bukan semua bagi Allah, juga bukan semua bagi kehendak bebas, tetapi biarlah korban pujian, untuk semua hal yang baik, dibagi di antara mereka) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 14.

4) Kesimpulan.

Kesimpulan tentang kesalahan dari Arminianisme dalam hal ini adalah:

a) Kesombongan / kebersandaran pada diri sendiri.

Sedikit banyak mereka beranggapan bahwa diri mereka sendiri mempunyai jasa dalam keselamatan mereka, yaitu mereka mau percaya.

b) Konsekwensinya, dalam penyelamatan diri mereka, Allah bukan satu-satunya pihak yang berjasa. Karena itu bukan Allah semata-mata yang harus dihargai / dipuji dalam persoalan keselamatan mereka, tetapi juga diri mereka sendiri.

Bandingkan pandangan Arminianisme yang sombong dan kurang menghargai anugerah Allah itu dengan:

· Ef 2:8-9 - “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

· Ro 11:5-6 - “Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”.

· kata-kata Archbishop William Temple yang dikutip oleh John Stott sebagai berikut: “All is of God. The only thing of my very own which I contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed” (= Semua dari Allah. Satu-satunya hal dari diriku sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari mana aku perlu ditebus) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 44-45.

Inilah pandangan Calvinisme / Reformed, yang betul-betul menghancur-leburkan kesombongan manusia, dan mengarahkan seluruh penghargaan tentang penyelamatan kita hanya kepada Allah!

X. ACTUAL SINS

1) Adanya perhitungan dosa Adam kepada kita menyebabkan kita semua lahir dengan dosa asal. Ini menyebabkan semua orang ada dalam keadaan Total Depravity (lihat pelajaran IX).

Ini menyebabkan semua orang punya kecondongan pada dosa sehingga terjadilah dosa-dosa dalam hidup kita (actual sins).

2) Dosa adalah pelanggaran hukum (Ro 4:15 Ro 5:13 1Yoh 3:4).

Hukum itu bisa berupa:

a) Firman Tuhan.

b) Hukum dalam hati nurani (untuk orang-orang yang tidak mempunyai Firman Tuhan). Bdk. Ro 2:14-15 - “(14) Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. (15) Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela”.

3) Actual sins bisa terjadi:

· Dalam pikiran, kehendak, kata-kata dan tindakan.

· Secara aktif (kita melakukan apa yang dilarang oleh Tuhan maupun secara pasif (kita tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan).

4) Klasifikasi dosa.

Dalam gereja Roma Katolik ada klasifikasi dosa, dimana dosa digolong-golongkan sebagai:

a) Venial sin (dosa ringan). Ini bahkan tak perlu diakui!

b) Mortal sin (dosa besar / mematikan).

· Ini menjatuhkan orang percaya dari kasih karunia Allah.

· Bisa diakui dengan sakramen pengakuan / pengampunan dosa.

Kita tidak menerima ajaran Roma Katolik tsb diatas karena:

1. Kitab Suci tidak pernah mengajarkan adanya dosa yang begitu kecil sehingga tidak perlu diakui sekalipun! Ingat, semua dosa upahnya maut (Ro 6:23).

2. Kitab Suci juga tidak pernah mengajarkan adanya dosa yang bisa menjatuhkan orang percaya dari kasih karunia Allah (menghilangkan keselamatannya).

Sekalipun demikian, kita tetap percaya bahwa Kitab Suci memang mengajarkan adanya klasifikasi dosa, dalam arti, tak semua dosa sama beratnya. Dosa mempunyai tingkatan-tingkatanan (berat-ringannya).

Memang ada orang yang menggunakan Yak 2:10-11 sebagai dasar untuk mengatakan bahwa semua dosa sama besarnya.

Yakobus 2:10-11 - “(10) Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. (11) Sebab Ia yang mengatakan: ‘Jangan berzinah’, Ia mengatakan juga: ‘Jangan membunuh’. Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga”.

Tetapi ayat itu mungkin hanya ingin mengajarkan kesatuan dari hukum, bukan mengajarkan bahwa semua dosa sama besar! Kalau ayat itu ditafsirkan bahwa semua dosa sama besar, maka itu akan bertentangan dengan banyak bagian Kitab Suci dibawah ini:

a) Dalam Kel 21:12,14 dikatakan bahwa orang yang membunuh (dengan sengaja) dihukum mati, tetapi dalam Kel 22:1 dikatakan bahwa orang yang mencuri hanya didenda.

Perbedaan hukuman ini jelas menunjukkan bahwa ‘membunuh’ adalah dosa yang lebih besar dibandingkan dengan ‘mencuri’. Ini memang logis karena dalam mencuri kita mengambil barang / miliknya, tetapi dalam membunuh, kita mengambil nyawanya!

Juga kalau kita perhatikan dalam 1Kor, terlihat bahwa Paulus mempunyai sikap berbeda terhadap dosa yang berbeda. Dosa perpecahan / perselisihan hanya ditegur (1Kor 3:3-4), tetapi dosa perzinahan / incest, dihukum dengan pengucilan (1Kor 5:1-13).

Dari semua ini haruslah disimpulkan bahwa dosa ada berat-ringannya.

b) Mat 10:15 dan Luk 12:47,48 jelas menunjukkan bahwa besarnya dosa tergantung dari ‘terang’ yang ada pada orang itu. Makin banyak ‘terang’ yang ia punyai, makin berat dosanya!

Mat 10:15 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.’”.

Luk 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.

Penerapan: apakah saudara masih sering melakukan dosa, padahal saudara tahu / mengerti bahwa hal itu dilarang oleh Tuhan? Ingat bahwa pengertian saudara itu memperberat dosa itu!

Awas! Jangan karena alasan ini saudara lalu tidak mau belajar Kitab Suci karena tidak mau belajar Kitab Suci jelas merupakan dosa!

c) Bil 15:22-29 menunjukkan dosa yang tidak sengaja; ini bisa dihapuskan dengan persembahan korban.

Sekarang bandingkan dengan Bil 15:30-31 yang menunjukkan dosa sengaja; orangnya dihukum mati!

Jadi jelas bahwa ‘kesengajaan’ adalah faktor yang memperberat dosa. Dosa yang hebat, kalau tak sengaja, sekalipun tetap merupakan dosa, tetapi tidaklah dianggap sehebat dosa sengaja!

Penerapan: masihkah saudara sengaja berbuat dosa?

d) Ayat-ayat Kitab Suci dibawah ini jelas menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan dalam dosa:

· Yoh 19:11 - “Yesus menjawab: ‘Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.’”.

· Ibr 10:28-29 - “(28) Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. (29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.

· Ibr 12:25 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga?”.

e) Adanya pembedaan antara:

· Dosa yang bisa diampuni dan yang tidak bisa diampuni (Mat 12:31-32 Mark 3:28-30 Luk 12:10).

Mat 12:31-32 - “(31) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak”.

· Dosa yang membawa maut dan yang tidak membawa maut (1Yoh 5:16-17) jelas menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan dalam hal dosa.

1Yoh 5:16-17 - “(16) Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. (17) Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut”.

Catatan:

1. Dosa yang tak bisa diampuni atau dosa yang membawa maut ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh orang kristen yang sejati, karena bagi orang kristen sejati, semua dosanya pasti diampuni! Jadi bagian ini tidak mendukung ajaran Roma Katolik di atas tentang mortal sin.

2. Dosa yang tidak membawa maut tidak mendukung ajaran Roma Katolik diatas tentang venial sin! Dosa yang tidak membawa maut tidak boleh diartikan sebagai dosa remeh yang tidak ada akibat / hukumannya! Itu akan bertentangan dengan Ro 6:23. Jadi, arti yang benar adalah: dosa itu masih bisa diampuni kalau orangnya bertobat (tak pasti membawa maut).

5) Hukuman dosa.

a) Hukuman dosa berdasarkan sifatnya:

1. Akibat alamiah dari dosa (bdk. Ams 6:9-11 Ams 23:21).

Contoh:

· Orang yang berzinah, lalu keluarganya hancur.

· Orang yang melakukan poligami, lalu mengalami masalah keluarga.

· Orang yang menikah dengan orang kafir, lalu tak cocok.

· Orang yang mencuri, lalu masuk penjara.

Ada hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. Akibat alamiah ini belum merupakan seluruh hukuman!

b. Ini tidak hilang pada saat orangnya bertobat / diampuni Allah! Memang bisa saja Allah menghilangkan / menguranginya, tetapi bisa juga Allah membiarkannya, sebagai peringatan akan dosa-dosa pada masa lalu.

2. Hukuman sebagai tindakan langsung dari Allah (ini tak alamiah!)

Hukum mempunyai sanksi (bdk. Kel 21-22). Kalau hukum dilanggar, maka Allah memberikan sanksinya (bdk. Im 26:14-39 bacalah bagian ini, dan saudara akan lihat bahwa itu merupakan sesuatu yang tidak alamiah!).

b) Wujud hukuman:

1. Kematian rohani / putus hubungan dengan Allah (Kej 3 Yesaya 59:1,2).

2. Penyerahan kepada dosa-dosa lain (Roma 1:21-32 Maz 81:12-13).

3. Penderitaan dalam hidup ini:

· Dalam hati: gelisah, takut, kuatir, tak damai, dsb.

· Secara jasmani.

4. Kematian jasmani (bdk. Kej 3:19 Kis 5:1-11).

5. Kematian kekal / kedua, yaitu neraka (Wah 21:8).

c) Tujuan hukuman:

1. Pandangan yang salah: Hukuman bertujuan untuk:

a. Memperbaiki orang yang berdosa itu.

Ini salah karena :

· Ini mengacaukan ‘hukuman’ dan ‘hajaran’.

Hajaran memang diberikan karena kasih, sehingga tujuannya adalah untuk kebaikan dari orang yang dihajar (Ibrani 12:5-11). Tetapi hukuman diberikan karena keadilan Allah. Hukuman diberikan oleh Allah karena Ia memandang ke belakang (pada dosa orang), bukan memandang ke depan (untuk memperbaiki orang itu).

· Hukuman datang dari keadilan Allah, bukan dari kasih / belas kasihan Allah. Dan karena itu tak mungkin bertujuan untuk memperbaiki orang itu!

· Kalau hukuman diberikan untuk memperbaiki, maka tidak akan ada hukuman mati ataupun neraka karena dua hal ini tidak mungkin untuk memperbaiki seseorang!

· Kalau hukuman diberikan dengan tujuan untuk memperbaiki, maka:

* Orang yang tak mungkin diperbaiki, tak perlu dihukum.

Tetapi kenyataannya, orang-orang itu toh dihukum. Contoh: Firaun, orang-orang dalam Wahyu 16:10-11.

* Setan juga tak perlu dihukum, karena ia toh tak bisa diperbaiki. Tetapi, kenyataaannya, Kitab Suci jelas mengatakan setan akan dihukum (Wah 20:10).

Harus diakui bahwa kadang-kadang hukuman bisa menyebabkan seseorang menjadi lebih baik. Tetapi ini sebetulnya bukanlah hasil / tujuan dari hukuman itu. ini terjadi karena adanya pekerjaan tambahan dari Allah, dan pekerjaan tambahan ini lahir dari kasih karunia / belas kasihan Allah.

Tetapi kita harus membedakan antara hukuman itu sendiri dan pekerjaan tambahan Allah tersebut!

b. Menahan masyarakat dari dosa.

Ini juga salah, karena:

· Itu tak adil.

Jelas merupakan sesuatu yang tak adil kalau seseorang dihukum demi kebaikan orang lain / masyarakat.

Disamping itu, hal ini menyebabkan adanya kecenderungan untuk menghukum terlalu berat (dengan tujuan: semua orang jadi takut untuk melakukan dosa yang sama).

· Dalam menghukum, Allah memandang ke belakang (pada dosa orang itu), bukan memandang ke depan (untuk kebaikan orang lain).

· Hukuman datang karena keadilan Allah, bukan dari kasih Allah, sehingga tak mungkin tujuannya untuk kebaikan orang lain.

· Andaikata hukuman memang diberikan untuk memperbaiki orang lain, dan andaikata di alam semesta hanya ada satu makhluk, dan mahluk itu lalu jatuh dalam dosa, maka ia tak perlu dihukum, karena toh tak ada orang lain yang akan diperbaiki. Ini tentu menjadi sesuatu yang menggelikan!

· Kalau hukuman bertujuan untuk memperbaiki orang lain, maka pada akhir jaman tak perlu ada neraka / hukuman kekal, karena toh setelah kedatangan Kristus yang kedua tak mungkin lagi ada perbaikan apa-apa. Tetapi kenyataannya Kitab Suci jelas menunjukkan adanya neraka / hukuman kekal!

Memang dalam faktanya, hukuman yang diberikan pada seseorang bisa menyebabkan orang lain jadi takut untuk melakukan dosa yang sama. Tapi bagaimanapun ini bukan tujuan / hasil dari hukuman itu sendiri, tapi merupakan pekerjaan tambahan dari Allah yang dihubungkan dengan pemberian hukuman itu!

2. Pandangan yang benar:

Tujuan hukuman: membela / menegakkan kebenaran / keadilan ilahi.

Ro 2:5 - “Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan”.

XI. The covenant of grace

Pihak-pihak dalam covenant.

Louis Berkhof mengatakan (hal 265) bahwa ada beberapa teori tentang pihak-pihak dalam covenant of grace ini:

1. Allah Tritunggal dan manusia.

Ini masih terbagi lagi, dimana ada yang menganggap bahwa pihak kedua adalah:

· manusia.

· orang berdosa.

· orang pilihan.

· manusia di dalam Kristus.

2. Allah Bapa, yang mewakili Allah Tritunggal, dan Kristus, yang mewakili orang pilihan.

3. Ada 2 covenant, yaitu the covenant of Redemption antara Bapa dan Anak, dan berdasarkan ini ada the covenant of grace antara Allah Tritunggal dan orang pilihan atau orang berdosa yang adalah orang pilihan.

Louis Berkhof mengatakan bahwa pandangan kedua mempunyai keuntungan tertentu dari sudut Systematic Theology. Pandangan ini bisa menggunakan Ro 5:12-21 dan 1Kor 15:21-22,47-49 sebagai dasar, dan menekankan hubungan yang tidak terpisahkan antara covenant of redemption dan covenant of grace.

Louis Berkhof juga mengatakan bahwa pandangan ketiga lebih gamblang, dan karena itu lebih berguna dalam diskusi tentang doktrin tentang covenant, dan pandangan ini diikuti oleh mayoritas dari ahli-ahli theologia Reformed, seperti Hodge, Shedd, Vos, dan Bavinck.

Louis Berkhof menambahkan bahwa tidak ada perbedaan hakiki di antara pandangan kedua dan ketiga.

Lihat sebagai referensi:

· Charles Hodge, ‘Systematic Theology’, vol II, hal 358.

· Dabney, ‘Lectures on Systematic Theology’, hal 432.

Louis Berkhof sendiri menganggap bahwa pandangan ketiga harus lebih dipilih, tetapi ia mengingatkan kata-kata Shedd sebagai berikut: “Though this distinction (between the covenant of redemption and the covenant of grace) is favored by Scripture statements, it does not follow that there are two separate and independent covenants antithetic to the covenant of works. The covenant of grace and redemption are two modes or phases of the one evangelical covenant of mercy” (= ) - ‘Systematic Theology’, hal 265.

Catatan: ini dikutip oleh Louis Berkhof dari ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 360.

Istilah / nama ‘counsel of peace’ diambil dari Zakh 6:13 - “Dialah yang akan mendirikan bait TUHAN, dan dialah yang akan mendapat keagungan dan akan duduk memerintah di atas takhtanya. Di sebelah kanannya akan ada seorang imam dan permufakatan tentang damai akan ada di antara mereka berdua”.

KJV: ‘Even he shall build the temple of the LORD; and he shall bear the glory, and shall sit and rule upon his throne; and he shall be a priest upon his throne: and the counsel of peace shall be between them both’ (= ).

Ada yang menganggap bahwa ini merupakan dasar dari adanya covenant antara Bapa dan Anak, tetapi Louis Berkhof (hal 266) mengatakan bahwa ini jelas salah, karena ayat ini menunjuk pada persatuan antara jabatan raja dan imam dalam diri Mesias.

Dasar Kitab Suci:

1. Kitab Suci jelas menunjuk pada fakta bahwa rencana penebusan tercakup dalam ketetapan kekal / rencana Allah (Ef 1:4-dst; Ef 3:11; 2Tes 2:13; 2Tim 1:9; Yak 2:5; 1Pet 1:2, dsb). Ayat-ayat ini belum dicheck!

Juga dalam penebusan ada semacam pembagian kerja, dimana Bapa adalah originator, Anak adalah executor, dan Rk adalah apllier (Louis Berkhof, hal 266). Dan ini hanya bisa terjadi karena adalah persetujuan di antara pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal itu.

2. Ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa rencana Allah dalam persoalan keselamatan itu merupakan suatu covenant. Kristus berbicara tentang janji-janji yang dibuat kepadaNya sebelum kedatanganNya ke dalam dunia ini, dan berulang kali berbicara tentang tugas yang Ia terima dari BapaNya (Yoh 5:30,43 Yoh 6:38-40 Yoh 17:4-12). Ayat-ayat ini belum dicheck!

Dan dalam Ro 5:12-21 dan 1Kor 15:22 Kristus ditunjukkan secara jelas sebagai kepala yang mewakili, yaitu kepala dari covenant.

3. Dimana ada elemen-elemen yang hakimi dari covenant, yaitu pihak-pihak yang mengadakan covenant, janji atau janji-janji, dan syarat, maka di situ ada covenant.

Dalam Maz 2:7-9 disebutkan pihak-pihak yang melakukan covenant, dan ditunjukkan suatu janji. Bahwa text ini memang menunjuk kepada Mesias terlihat dari Kis 13:33 Ibr 1:5 Ibr 5:5.

Lalu dalam Maz 40:7-9, sang Mesias menyatakan kesediaanNya untuk melakukan kehendak Bapa dalam menjadi korban untuk dosa. Bahwa text ini memang merupakan text yang berkenaan dengan Mesias terlihat dari Ibr 10:5-7.

Kristus berulang kali membicarakan tentang tugas yang Ia terima dari Bapa, Yoh 6:38-39 Yoh 10:18 Yoh 17:4.

Pernyataan Kristus dalam Luk 22:29 - “Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti BapaKu menentukannya bagiKu”.

Louis Berkhof: “The verb used here is DIATITHEMI, the word from which DIATHEKE is derived, which means to appoints by will, testament or covenant” (= ) - ‘Systematic Theology’, hal 266.

Selanjutnya, dalam Yoh 17:5 Kristus mengclaim suatu pahala / upah, dan dalam Yoh 17:6,9,24 (bdk. Fil 2:9-11) Ia menunjuk pada ‘umatNya dan kemuliaanNya yang akan datang’ sebagai upah / pahala yang diberikan kepadaNya oleh Bapa.

4. Ada 2 text Perjanjian Lama yang menghubungkan gagasan tentang covenant secara langsung dengan Mesias, yaitu Maz 89:4, yang didasarkan pada 2Sam 7:12-14. Bahwa itu merupakan text yang berkenaan dengan Mesias terlihat dari Ibr 1:5 dan Yes 42:6, dimana pribadi yang ditunjuk adalah Hamba Allah. Ini menunjukkan bahwa hamba itu bukanlah semata-mata Israel.

Juga ada ayat-ayat dimana sang Mesias berbicara tentang Allah sebagai AllahNya, yaitu Maz 22:2-3 dan Maz 40:9, dan dengan demikian menggunakan bahasa covenant.

-AMIN-
Next Post Previous Post