IBRANI 10:19-25 (MANFAAT PENGORBANAN YESUS DAN KEWAJIBAN KITA)

Pdt.Budi Asali, M.Div. 
Ibrani 10:19-25 - “(Ibrani 10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, (21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. (22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (24) Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. (25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. 
IBRANI 10:19-25 (MANFAAT PENGORBANAN YESUS DAN KEWAJIBAN KITA)
Gadget, health, education, otomotif
I) Manfaat dan akibat pengorbanan YESUS. 

1) Ada jalan yang terbuka kepada Bapa. 

Ibrani 10: 20: “karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri”. 

Adam Clarke: “as the veil of the temple was rent from the top to the bottom at the crucifixion of Christ, to show that the way to the holiest was then laid open; so we must approach the throne through the mediation of Christ, and through his sacrificial death” (= sebagaimana tabir Bait Suci terbelah dari atas sampai ke bawah pada saat penyaliban Kristus, untuk menunjukkan bahwa jalan kepada yang maha kudus sudah terbuka; demikianlah kita harus mendekati takhta melalui perantaraan Kristus, dan melalui pengorbanan kematianNya) - hal 756. 

Calvin mengatakan bahwa tabir itu menutupi jalan masuk ke Ruang Maha Suci tetapi sekaligus merupakan jalan masuk ke Ruang Maha Suci. Ay 20 ini mengatakan bahwa tabir itu adalah diri (Lit: ‘daging’) Kristus, dan ini menunjukkan bahwa tak ada orang yang bisa menemukan Allah kecuali ia menjadikan Kristus sebagai pintu dan jalan. 

Bandingkan dengan Yohanes 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. 

2) Kita boleh menghadap Allah dengan penuh keberanian. 

Ibrani 10: 19: “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus”. 

Bandingkan dengan Ibrani 4:16 - “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”. 

Pulpit Commentary: “It is by the sacrifice of Christ that we have the right of access to the presence of God” (= Oleh karena pengorbanan Kristuslah kita mempunyai hak untuk datang ke hadapan hadirat Allah) - hal 280. 

a) Kata-kata ‘penuh keberanian’ ini dikontraskan dengan rasa takut dan gentar dari orang-orang jaman Perjanjian Lama terhadap Allah. 

Keluaran 19:16 - “Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan”. 

Keluaran 20:18-21 - “(18) Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. (19) Mereka berkata kepada Musa: ‘Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati.’ (20) Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: ‘Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa.’ (21) Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada”. 

Pulpit Commentary: “No believer under the Old Testament dared or could, though under a dispensation of preparatory grace, approach God so freely and openly, so fearlessly and joyfully, so closely and intimately, as we now, who come to the Father by the blood of Jesus, his Son” (= Tidak ada orang percaya dalam jaman Perjanjian Lama, sekalipun ada dalam jaman persiapan kasih karunia, berani dan boleh mendekati Allah dengan begitu bebas dan terbuka, dengan begitu tanpa rasa takut dan sukacita, dengan begitu dekat dan intim, seperti kita sekarang, yang datang kepada Bapa oleh darah Yesus, AnakNya) - hal 280. 

b) Dalam jaman Perjanjian Lama, bangsa Israel dilarang masuk ke tempat kudus (Ruang Suci / Ruang Maha Suci). 

Calvin: “This privilege was never granted to the fathers under the Law, for the people were forbidden to enter the visible sanctuary” (= Hak ini tidak pernah diberikan kepada bapa-bapa / nenek moyang di bawah hukum Taurat, karena bangsa itu dilarang memasuki tempat kudus yang kelihatan). 

Yang boleh masuk ke tempat kudus (Ruang Suci) hanyalah imam, sedangkan yang boleh masuk ke Ruang Maha Suci hanyalah imam besar, dan itupun hanya setahun sekali. 

Bandingkan dengan: 

· Keluaran 29:30 - “Tujuh hari lamanya haruslah pakaian itu dikenakan oleh imam penggantinya dari antara anak-anaknya, yang akan masuk ke dalam Kemah Pertemuan untuk menyelenggarakan kebaktian di tempat kudus”. 

· Im 6:10,12 - “(10) Imam haruslah mengenakan pakaian lenannya, dan mengenakan celana lenan untuk menutup auratnya. Lalu ia harus mengangkat abu yang ada di atas mezbah sesudah korban bakaran habis dimakan api, dan haruslah ia membuangnya di samping mezbah. ... (12) Api yang di atas mezbah itu harus dijaga supaya terus menyala, jangan dibiarkan padam. Tiap-tiap pagi imam harus menaruh kayu di atas mezbah, mengatur korban bakaran di atasnya dan membakar segala lemak korban keselamatan di sana”. 

· Keluaran 35:19 - “pakaian jabatan untuk menyelenggarakan kebaktian di tempat kudus, dan pakaian kudus bagi imam Harun, dan pakaian anak-anaknya untuk memegang jabatan imam.’”. 

· Bilangan 1:51 - “Apabila berangkat, Kemah Suci harus dibongkar oleh orang Lewi, dan apabila berkemah, Kemah Suci harus dipasang oleh mereka; sedang orang awam yang mendekat harus dihukum mati”. 

· Bilangan 3:10 - “Tetapi Harun dan anak-anaknya haruslah kautugaskan untuk memegang jabatannya sebagai imam, sedang orang awam yang mendekat harus dihukum mati.’”. 

· Bilangan 3:38 - “Yang berkemah di depan Kemah Suci di sebelah timur, di depan Kemah Pertemuan, ialah Musa, dan Harun serta anak-anaknya, yang mengerjakan tugas pemeliharaan tempat kudus bagi orang Israel; tetapi orang awam yang mendekat, haruslah dihukum mati”. 

Calvin: “But now the case is very different, for not only symbolically, but in reality an entrance into heaven is made open to us through the favor of Christ, for he has made us a royal priesthood” (= Tetapi sekarang kasusnya sangat berbeda, bukan hanya secara simbolis, tetapi dalam kenyataan suatu jalan masuk ke surga dibuka bagi kita melalui kebaikan Kristus, karena Ia telah membuat kita suatu imamat yang rajani). 

c) Kata-kata ‘penuh keberanian’ ini dikontraskan dengan masuknya imam besar ke dalam Ruang Maha Suci dalam Perjanjian Lama, yang disertai rasa takut dan gentar. 

Adam Clarke: “This is an allusion to the case of the high priest going into the holy of holies. He went with fear and trembling, because, if he had neglected the smallest item prescribed by the law, he could expect nothing but death. Genuine believers can come even to the throne of God with confidence, as they carry into the Divine presence the infinitely meritorious blood of the great atonement; and, being justified through that blood, they have a right to all the blessings of the eternal kingdom” (= Ini berhubungan secara tidak langsung dengan kasus imam besar yang masuk ke dalam Ruang Maha Suci. Ia pergi dengan takut dan gemetar, karena jika ia telah mengabaikan hal terkecil yang ditentukan oleh hukum Taurat, ia tidak bisa mengharapkan apapun selain kematian. Orang-orang percaya yang sejati bisa datang bahkan kepada takhta Allah dengan keyakinan, karena mereka membawa ke hadapan Allah darah yang mempunyai manfaat / jasa yang tak terhingga dari penebusan yang agung; dan karena dibenarkan melalui darah itu, mereka mempunyai hak terhadap semua berkat dari kerajaan yang kekal) - hal 755. 

d) Menghadap Allah dengan ‘penuh keberanian’, bukan berarti dengan sikap sembrono / tidak hormat. 

Pulpit Commentary: “This boldness is not rashness, or irreverence, or unreverence. It is rather a holy freedom of access to God because of our assurance that we shall be graciously received by him. See this in the exercise of prayer. We may freely express our wants and wishes to our heavenly Father; for, being our Father, he will not resent our filial confidence, but will welcome us the more because of it” (= Keberanian ini bukanlah sikap gegabah, atau tidak hormat. Tetapi ini adalah kebebasan yang kudus untuk mendekat kepada Allah karena keyakinan kita bahwa kita akan diterimaNya dengan murah hati / penuh kasih karunia. Perhatikan hal ini pada waktu berdoa. Kita bisa dengan bebas menyatakan kebutuhan dan keinginan kita kepada Bapa surgawi kita; karena sebagai Bapa kita, Ia tidak akan marah terhadap keyakinan kita sebagai anak, tetapi akan menerima kita dengan baik karenanya) - hal 280. 

3) Ini juga menunjukkan bahwa upacara-upacara / type-type dalam Perjanjian Lama tentang masuknya seseorang ke hadirat Allah telah digenapi dalam Kristus, dan karena itu semua itu dihapuskan. 

Calvin: “the sum of what he had said is, that all the ceremonies by which an access under the Law was open to the sanctuary, have their real fulfilment in Christ, so that to him who has Christ, the use of them is superfluous and useless. ... there is here to be understood a contrast, - the truth or reality as seen in Christ, and the abolition of the ancient types” (= kesimpulan dari apa yang ia katakan adalah bahwa semua upacara dengan mana jalan masuk terbuka ke Ruang Maha Suci di bawah hukum Taurat, telah mendapatkan penggenapan yang nyata dalam Kristus, sehingga bagi dia yang mempunyai Kristus, penggunaan dari upacara-upacara itu adalah berlebihan dan tidak berguna. ... di sini ada suatu kontras, kebenaran atau kenyataan seperti yang terlihat dalam Kristus, dan penghapusan dari type-type kuno / Perjanjian Lama) - hal 234. 

4) Yesus adalah Imam Besar / kepala Rumah Allah / Gereja. 

Ibrani 10: 21: “dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah”. 

a) Imam-imam Perjanjian Lama disingkirkan, dan sekarang Kristuslah yang adalah Imam Besar. 

Karena itu, semua gereja yang masih mempunyai imam, seperti Roma Katolik dan Gereja Orthodox Syria, dan juga semua Gereja Orthodox yang lain, adalah salah! 

b) Kristus adalah kepala Gereja. 

Calvin: “God has set him over his whole house for this end, - that every one who seeks a place in the Church, may submit to Christ and choose him, and no other, as his leader and ruler” (= Allah telah menempatkanNya atas seluruh RumahNya untuk tujuan ini, - supaya setiap orang yang mencari tempat di Gereja, bisa tunduk kepada Kristus dan memilihNya, dan bukan orang lain, sebagai pemimpin dan pemerintahnya) - hal 235-236. 

Bertentangan dengan Gereja Roma Katolik, yang mempunyai Paus sebagai pemimpin tertinggi, dan Gereja Anglikan yang mempunyai raja / ratu Inggris sebagai pemimpin tertinggi, kita hanya mengakui Yesus sebagai Kepala Gereja! Semua pemimpin gereja yang bersikap sebagai diktator tunggal yang bersikap otoriter, pada hakekatnya sama saja dengan melakukan kudeta terhadap Kristus! 

II) Kewajiban / tanggung jawab kita. 

1) Menghadap Allah. 

Ay 22: “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni”. 

William Barclay: “Let us approach the presence of God. That is to say, let us never forget the duty of worship. It is given to every man to live in two worlds, this world of space and time, and the world of eternal things. Our danger is that to become so involved in this world that we forget the other. As the day begins, as the day ends and ever and again in the midst of its activities, we should turn aside, if only for a moment, and enter God’s presence. Every man carries with him his own secret shrine, but so many forget to enter it” (= Marilah kita mendekat ke hadirat Allah. Artinya, janganlah kita pernah melupakan kewajiban untuk berbakti. Setiap orang hidup dalam 2 dunia, dunia ini yang berhubungan dengan ruang dan waktu, dan dunia dari hal-hal kekal. Bahayanya adalah bahwa kita begitu terlibat dalam dunia ini sehingga melupakan dunia yang lain. Pada saat suatu hari dimulai, dan pada saat suatu hari berakhir, dan juga di tengah-tengah aktivitas dari suatu hari, kita harus menyendiri, sekalipun hanya untuk suatu saat, dan masuk ke hadirat Allah. Setiap orang membawa dengannya kuil rahasianya sendiri, tetapi begitu banyak yang lupa untuk memasukinya) - hal 120. 

Jadi kelihatannya Barclay menerapkan ay 22 pada 2 hal yaitu: 

1. Kebaktian hari Minggu. 

2. Berdoa senantiasa. 

Ibrani 10: 22 ini memberikan beberapa syarat, yaitu: 

a) Hati yang tulus ikhlas. Ini dikontraskan dengan hati yang munafik dan menipu. 

b) Keyakinan iman yang teguh. Ini dikontraskan dengan iman yang ragu-ragu. 

c) Hati yang telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat. Ini menunjukkan orangnya yakin bahwa dosanya sudah diampuni / beres karena penebusan Kristus. Pembersihan hati ini juga harus dilakukan terus menerus dengan pengakuan dosa. 

d) Tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. Ini menunjuk pada pembersihan tingkah laku lahiriah kita. 

2) Berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita. 

Ibrani 10: 23: “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia”. 

Ada beberapa hal yang perlu disoroti: 

a) Di sini ada kata ‘pengakuan’, karena iman yang tidak diakui di depan manusia bukanlah iman yang benar. 

b) Di sini digunakan kata ‘pengharapan’ dan bukannya ‘iman’, tetapi perlu dingat bahwa ‘pengharapan’ muncul dari ‘iman’. Pada bagian akhir dari ayat ini dibicarakan kesetiaan Allah terhadap janjiNya, karena memang iman yang benar harus mempunyai dasar janji Allah. 

c) Penekanan utama ay 23 ini adalah pentingnya untuk berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan. Dengan kata lain kita harus bertekun dalam iman dan setia kepada Kristus. 

3) Saling memperhatikan dan saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik. 

Ibrani 10: 24: “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik”. 

a) Saling memperhatikan bukan berarti usil / selalu ikut campur dalam urusan orang lain, apalagi lalu membicarakannya / menggosipkannya! 

b) Kalau kita saling memperhatikan, dan lalu melihat adanya kesalahan / kekurangan, bolehkah mengkritik? 

Tentu saja boleh, selama kritiknya benar dan dilakukan secara benar. 

1. Kritiknya haruslah kritik yang membangun. Kritik memang bisa membangun, tetapi kalau selalu hanya mengkritik tanpa pernah mendorong, itu justru menjatuhkan. 

2. Lebih jelek lagi kalau yang mengkritik, hanya bisa mengkritik, tetapi dirinya sendiri tidak melakukan apa-apa. Dan biasanya orang yang nganggur paling pintar mengkritik. Kalau ia sendiri terjun dalam pelayanan, ia tahu beratnya dan sukarnya melayani, sehingga tidak akan sembarangan mengkritik. Sama seperti orang yang tidak pernah menjadi petinju lalu nonton tinju, gampang sekali memaki goblok, dan sebagainya, karena tidak mengerti beratnya jadi petinju. 

Dan perhatikan kata ‘saling’ dalam ay 24 ini. Seseorang tidak bisa saling mendorong dalam kasih dan perbuatan baik kalau ia sendiri tidak mengasihi / melakukan perbuatan baik. 

4) Tidak membiasakan diri untuk menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, tetapi sebaliknya saling menasihati dan makin rajin melakukannya. 

Ibrani 10: 25: “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”. 

a) Kebiasaan membolos. 

Kebalikan dari ‘kasih’ dalam ay 24 tadi adalah ‘kesuaman’, dan kesuaman ini yang menyebabkan orang menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. 

Perlu disoroti kata ‘dibiasakan’, karena memang ada orang membiasakan diri dengan kebiasaan buruk ini, yaitu menjauhkan diri dari pertemuan ibadah atau membolos dari acara gereja, baik itu kebaktian, Pemahaman Alkitab, dan sebagainya. 

Semua ini lebih menyedihkan kalau yang mempunyai kebiasaan itu ternyata adalah majelis, yang sebetulnya merupakan ‘penilik jemaat’ (1Timotius 3:1-7). Bagaimana bisa menjadi ‘penilik’ kalau ia sendiri tidak hadir dalam pertemuan ibadah? 

Alasannya bermacam-macam seperti ada pernikahan, keluar kota, bekerja dan sebagainya. Barclay memberikan beberapa pembahasan tentang orang yang meninggalkan pertemuan ibadah: 

1. Barclay berbicara tentang ‘a secret disciple’ (= seorang murid secara diam-diam / rahasia), dan ia mengatakan bahwa ini merupakan suatu kemustahilan, karena “either ‘the discipleship kills the secrecy or the secrecy kills the discipleship.’” (= atau ke-murid-an itu membunuh ke-rahasia-annya, atau ke-rahasia-an itu membunuh ke-murid-annya) - hal 121-122. 

2. Pergi ke gereja menunjukkan kesetiaan. 

Barclay: “to go to church is to demonstrate where our loyalty lies. Even if the sermon be poor and the worship tawdry, the church service still gives us the chance to show to men what side we are on” (= pergi ke gereja menunjukkan dimana kesetiaan kita terletak. Bahkan jika khotbah itu jelek dan kebaktiannya mentereng tetapi tidak berharga, kebaktian gereja tetap memberikan kita kesempatan untuk menunjukkan di sisi mana kita berada) - hal 122. 

Catatan: hati-hati dengan kutipan terakhir ini. Ini mungkin bisa berlaku kalau yang ada hanyalah gereja jelek, tak ada piklihan lain. Tetapi kalau ada pilihan, saya beranggapan tidak bisa orang Kristen setia pada suatu gereja yang jelek! Ia harus mencari gereja lain yang lebih bagus, khususnya dalam pemberitaan Firman Tuhan! 

3. Orang-orang tertentu tidak mau bersekutu dengan orang-orang yang bukan kelasnya. 

Terhadap orang-orang seperti ini ia berkata bahwa Kristus bukan mati hanya untuk golongan tertentu (kelas atas / kaya), tetapi untuk semua golongan. 

4. Kesombongan rohani / intelektual. 

Barclay: “He may believe that he does not need the Church or that he is intellectually beyond the standard of preaching there. Social snobbery is bad, but spiritual and intellectual snobbery is worse. The wisest man is a fool in the sight of God; and the strongest man is weak in the moment of temptation. There is no man who can live the Christian life and neglect the fellowship of the Church. If any man feels that he can do so let him remember that he comes to Church not only to get but to give. If he thinks that the Church has faults, it is his duty to come in and help to mend them” (= Mungkin ia percaya bahwa ia tidak membutuhkan Gereja atau bahwa secara intelektual ia melampaui standard khotbah di sana. Kesombongan sosial sudah merupakan sesuatu yang buruk, tetapi kesombongan rohani dan intelektual merupakan sesuatu yang lebih buruk lagi. Orang yang paling bijaksana adalah seorang bodoh di hadapan Allah; dan orang yang terkuat adalah lemah pada saat pencobaan. Tidak ada orang yang bisa hidup sebagai orang Kristen dan mengabaikan persekutuan Gereja. Jika ada siapapun yang merasa ia bisa berbuat seperti itu, hendaklah orang itu mengingat bahwa ia datang ke Gereja bukan hanya untuk mendapatkan, tetapi untuk memberi. Jika ia beranggapan bahwa Gereja mempunyai kesalahan, maka merupakan kewajibannya untuk datang dan membantu untuk memperbaikinya) - hal 122. 

b) Saling menasihati dan semakin giat dalam berbakti. 

Menghadapi situasi seperti ini kita harus saling menasehati, supaya semua menjadi semakin giat dalam pertemuan ibadah. 

Penerapan: Pernahkah saudara menasehati orang kristen yang suka membolos? 

Kata ‘menasehati’ seharusnya adalah ‘encourage’ (= mendorong) atau ‘exhort’ (= mendesak). 

Barclay: “We must encourage one another. One of the highest of human duty is that of encouragement. ... It is easy to laugh at men’s ideals, to pour cold water on their enthusiasm, to discourage them. The world is full of discouragers; we have a Christian duty to encourage one another. Many a time a word of praise or thanks or appreciation or cheer has kept a man on his feet. Blessed is the man who speaks such a word” (= Kita harus saling mendorong. Salah satu kewajiban manusia yang tertinggi adalah memberi dorongan. ... Adalah mudah untuk mentertawakan cita-cita seseorang, memadamkan semangatnya, membuatnya kecil hati. Dunia ini penuh dengan orang-orang yang suka mengecilkan hati orang; kita mempunyai kewajiban Kristen untuk saling mendorong. Seringkali suatu kata pujian atau terima kasih atau penghargaan atau hiburan, menjaga seseorang untuk tetap tegak. Berbahagialah orang yang mengucapkan kata seperti itu) - hal 122-123. 

c) Menjelang hari Tuhan yang mendekat. 

Kata-kata ‘menjelang hari Tuhan yang mendekat’, yang menunjuk pada kedatangan Yesus yang keduakalinya, merupakan suatu dorongan untuk makin hidup kudus dan makin rajin dalam berusaha untuk mengumpulkan Gereja Tuhan. Ingat bahwa kedatangan Yesus yang keduakalinya memang bertujuan untuk mengumpulkan orang-orang pilihan (Matius 24:31). Bandingkan juga dengan Matius 24:45-51. 

Bahwa bagi mereka 2000 tahun yang lalu sudah dikatakan bahwa kedatangan Tuhan itu mendekat, bukanlah sesuatu yang aneh, sekalipun sampai sekarang Yesus belum datang untuk keduakalinya, karena bagi Tuhan 1000 tahun sama dengan satu hari, dan satu hari sama dengan 1000 tahun (2 Petrus 3:8).

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post