ARTI KATA AKU ADALAH (EGO EIMI) DALAM INJIL YOHANES

Pada LXX, kata Ego Eimi ini muncul ketika Tuhan menjawab pertanyaan Musa tentang siapa nama Allah (Keluaran 3:14). Dan dengan memakai kata Aku adalah Aku. Kemudian dalam Injil Yohanes, istilah ini kembali dipakai oleh Yohanes. Mungkin saja hendak menegaskan bahwa Bapa (Yahwe) yang mempergunakan ungkapan Aku adalah Aku atau Ego Eimi dalam Perjanjian Lama ini dimunculkan oleh Yohanes dalam pengakuan Yesus dengan kalimat yang sama yaitu Ego Eimi. Artinya, Yesus sedang menunjukkan eksistensi-Nya sebagai Allah yang dikenal oleh orang Israel dalam Perjanjian Lama
ARTI KATA AKU ADALAH (EGO EIMI) DALAM INJIL YOHANES
gadget, bisnis, otomotif
Makna ungkapan Ego Eimi ini juga menunjukkan eksistensi Yesus yang adalah kekal, bukan hasil penciptaan atau ciptaan. Bandingkan dalam Yohanes 8:58, ungkapan Ego Eimi kembali digunakan oleh Yesus ketika membandingkan diri-Nya dengan Abraham. Sebelum Abraham jadi maka Aku telah Ada. Ungkapan Aku telah ada merupakan terjemahan dari ungkapan Ego Eimi.

Pada Injil Yohanes, Yesus menggunakan bentuk Ego Eimi sebanyak 7 kali. Yesus mengatakan bahwa Dia adalah “Roti” (Yohanes 6:35 “Ego eimi ho Artos”), “Terang Dunia” (Yohanes 8:12, “Ego eimi to Phos tou kosmou”), “Pintu” (Yohanes 10:7, “Ego eimi he Thura ton Probaton”),”Gembala” (Yohanes 10:11, “Ego eimi ho Poimen ho Kalos”) “Kebangkitan dan Hidup” (Yohanes 11:25 “Ego eimi he Anastasis kai he Zoen”), “Jalan, Kebenaran, Hidup” (Yohanes 14:6, “Ego eimi ho Hodos kai he Aletheia kai he Zoen”), “Anggur” (Yohanes 15:1, “Ego eimi he Ampelos he alethine”)

Donald Guthrie mengatakan perihal kemunculan ungkapan ego eimi pada tujuh kesempatan yang dikemukakan oleh Yesus untuk menunjuk kepada diri-Nya bahwa, “Melalui perkataan ‘Aku adalah’, Yesus membuat hal-hal yang masih abstrak dalam pendahuluan Injil menjadi nyata dalam pribadi. Hal ini menyangkut hidup, kebenaran dan juga terang. Yohanes memperlihatkan bahwa Yesus menyatakan diri sebagai perwujudan dari semua cita-cita tertinggi yang pernah dicari orang”. Ditambahkan oleh Guthrie, ”Ego eimi di sini harus dilihat sebagai penghubung dengan nama untuk YHWH yang dinyatakan dalam Keluaran 3 dan dengan penggunaan tanpa tambahan dari ’Aku’ (Ibr: ”Ani Hu“/Yun: ”Ego Eimi“) dalam Yesaya 46:4

Aku adalah Roti Hidup (Yohanes 6:35, 41,48,50-51). Ungkapan ini dikemukakan oleh Yesus dalam konteks ketika Dia memberi makan 5000 orang. Dari apa yang dikemukakan olehNya memberikan indikasi bahwa Yesus sebenarnya hendak menegaskan bahwa tanpa Dia tidak ada hidup yang sejati. Hal ini pun disetujui oleh David Iman Santoso. Bahkan Santoso menambahkan, “Oleh sebab itu, di samping Ia mengatakan “Akulah Roti Hidup”, Ia juga mengatakan bahwa roti hidup adalah roti yang turun dari surga dan memberi hidup kepada dunia (6:33)

Aku adalah Terang Dunia (Yohanes 8:12; 9:5). Ungkapan ini dikemukakan oleh Yesus dalam konteks ketika Dia menyembuhkan kebutaan seorang anak yang menderita kebutaan sejak lahir. Itulah sebabnya berdasarkan konteks ini, dapat dipahami bahwa melalui mukjizat ini dan kemudian dipertegas dengan ungkapan Aku adalah terang dunia, Yesus sebenarnya hendak menegaskan bahwa di luar Yesus manusia akan berada dalam kegelapan. Sehingga manusia tidak akan pernah dapat melihat dan mengenal yang namanya kebenaran

Aku adalah Pintu (Yohanes 10:7,9). Santoso mengatakan, “Pintu adalah eksklusif sifatnya, yang berarti kita bisa berada di sebelah dalam atau sebelah luar. Dalam ajarannya tentang Dia sebagai gembala yang baik, Dia mengatakan bahwa Dia adalah pintu, yaitu pintu keselamatan, di mana Ia mengatakan “Akulah pintu, barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat…” (10:9)”. Dari ungkapan bahwa tidak ada seorang pun dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku, memberikan sebuah ajaran bahwa Yesus satusatunya jalan untuk dapat memiliki persekutuan dengan Bapa. Dan persekutuan itu akan berdampak kepada keselamatan atau kehidupan yang kekal

Aku adalah Gembala yang Baik (Yohanes 10:11). Dalam konteks ini, Yesus sebenarnya sedang membedakan diri-Nya dari pencuri domba atau gembala yang palsu atau upahan. Seorang gembala upahan hanya melakukan tugasnya semata-mata profesi atau untuk sumber penghasilan, dan dia tidak akan pernah rela untuk berkorban apalagi mati untuk domba-domba yang digembalakannya. Berbeda halnya dengan Yesus, karena tujuan kedatangan-Nya ke dalam dunia memang untuk mati dan memberikan hidup-Nya bagi domba-domba-Nya, supaya mereka memiliki hidup. Menurut Santoso, “Ajaran Yesus sebagai gembala yang baik ini mempunyai relevansi yang besar dalam kehidupan bergereja

Aku adalah Kebangkitan dan Hidup (Yohanes 11:25). Ungkapan ini disampaikan oleh Yesus ketika Dia membangkitkan Lazarus dari kematian. Sehingga dapat memberikan sebuah pengajaran bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup, dan Dia berkuasa atas maut, yang mana selanjutnya terbukti dengan peristiwa kebangkitan-Nya. Selain itu hal inipun hendak menegaskan bahwa di luar Yesus tidak mungkin ada hidup. Karena Dia adalah hidup dan sumber kehidupan

Aku adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yohanes 14:6). Ketika Yesus mengatakan bahwa Dia adalah jalan, maka sebenarnya memiliki prinsip yang sama ketika Dia mengatakan bahwa Yesus adalah pintu. Sehingga dapat dipahami bahwa maksudnya adalah Yesus merupakan pintu atau jalan keselamatan. Di mana melaluinya, setiap manusia dapat mengenal kebenaran dan memperoleh hidup yang kekal.

Selanjutnya kebenaran dalam konteks ini merujuk kepada kebenaran Injil. Mengapa bisa? Karena Injil adalah Yesus itu sendiri. Itulah sebabnya, seseorang yang memberitakan Injil harus memberitakan Yesus, tentunya Yesus seperti yang disampaikan oleh Alkitab, yaitu: Yesus yang telah berinkarnasi, menderita, mati, dan bangkit. Santoso mengatakan, “Apabila Yesus mengatakan bahwa Ia adalah kebenaran, berarti bahwa Yesus is absolutely realible”

Kemudian hidup dalam konteks ini pastinya adalah kehidupan kekal, yang akan diterima dan dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepada Yesus. Mereka tidak akan binasa, melainkan akan memperoleh hidup yang kekal di dalam Kristus.

Aku adalah Pokok Anggur yang Benar (Yohanes 15:1, 5). Apabila membaca Alkitab (khususnya PL), maka dari sana dapat dipelajari tentang bangsa Israel yang disebut sebagai pokok anggur yang gagal dan tidak percaya (bdk. Mazmur 80:8-16; Yesaya 5:1-7; Yeremia 2:21; Yehezkiel  15; 19:10-14; Hosea 10:1). Berdasarkan inilah kemudian kita dapat memahami ungkapan Yesus, “Aku adalah pokok anggur yang benar”. Kata Yunani yang digunakan di sini menunjuk kepada kebenaran yang sesungguhnya, atau lawan dari palsu. Sehingga dapat dipahami bahwa Yesus adalah pokok anggur yang sebenarnya, yang sejati; di mana setiap orang Kristen dapat bertumbuh dan mengenal Bapa.

Itulah sebabnya, karena Yesus adalah pokok anggur yang benar, maka kita sebagai rantingnya wajib tinggal dan berbuah di dalamnya. Dan hanya dengan pokok anggur yang benar, kita dapat hidup dan berbuah lebat.

Baca Juga: Makna Akulah Dia (Yohanes 8:24)

Berdasarkan pembahasan di atas, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang diperoleh, yakni:

1. Melalui ungkapan ego eimi, Yesus sebenarnya hendak menunjukkan siapa Dia sebenarnya. Dalam hal ini Yesus hendak menegaskan bahwa Dia adalah Allah yang sehakikat dengan Bapa, seperti yang telah dikenal dalam PL.

2. Melalui ungkapan ini juga, Yesus hendak menegaskan misi-Nya berinkarnasi menjadi manusia. Itulah terlihat jelas dalam tujuh ungkapan “Aku adalah” dalam Injil Yohanes. Di mana ketujuhnya hendak menegaskan bahwa melalui Dia, setiap manusia akan memperoleh hidup kekal dan dapat memiliki persekutuan dengan Bapa

Kesimpulan Dengan demikian, setelah melalui studi teologis terhadap ungkapan “ego eimi” maka dilihat dengan jelas betapa ungkapan ini sangat teknis dan memiliki makna teologis khususnya Kristologis yang sangat kuat. Karena dengan tegas Yesus melalui ungkapan ini hendak menegaskan tentang keilahian-Nya.
Next Post Previous Post