EKSPOSISI ROMA 5:10-11 (HASIL DIPERDAMAIKAN DENGAN ALLAH)

Terjemahan literal Roma 5:10-11 -Sebab Jikalau kita bermusuhan Direkonsiliasi oleh Allah melalui kematian putra-Nya sendiri lebih lagi kita yang telah direkonsiliasi Kita pasti akan diselamatkan Dalam hidup-Nya (Kristus) Bukan hanya itu saja kita bermegah Dalam Allah Melalui Tuhan kita Yesus Kristu Yang oleh Dia kita menerima sekarang rekonsiliasi itu

Roma 5:10 TB Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya Roma 5:11 Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu (Roma 5:10-11)
EKSPOSISI ROMA 5:10-11 (HASIL DIPERDAMAIKAN DENGAN ALLAH)
gadget, otomotif, bisnis
Teks Roma 5:1-11, ayat ini merupakan satu konsep inti pembicaraan Paulus mengenai“pembenaran oleh iman‟. Paulus memulai dengan kata ”karena itu” dengan maksud menyatakan hasil-hasil dari pembenaran kerena iman tersebut.

Pembahasan

Salah satu dari hasil pembenaran karena iman adalah akan diselamatkan oleh hidup-Nya ketika masih bermusuhan dengan Allah, kita direkonsiliasi / diperdamaikan oleh kematian Anak-Nya (Roma 5:10-11) , “sebab jikalau kita memusuhi,” perkataan rasul Paulus ini tidak hanya ditunjukkan kepada orang-orang percaya di Roma, melainkan juga pada dirinya sendiri. Sebab, Paulus memakai kata“kita”.

Teks selanjutnya masih seteru / memusuhi, kalimat ini merupakan kata-kata penjelasan Paulus kepada setiap orang percaya bahwa manusia memusuhi Allah, disebabkan karena dosa yang telah manusia lakukan. Kata “jikalau” pada permulaan ayat itu tidak mengisyaratkan ada keraguan atau ketidak pastian mengenai karya Allah. Kata itu dapat saja diterjemahkan dengan “karena” yang menjelaskan akibat dari permusuhan manusia dengan Allah.

Kata (jika) menjelaskan akibat dari kata (musuh); Van Den End menafsirkan kata sebagai „seteru‟ yang diartikan sebagai acuan pada sikap manusia terhadap Allah. (bandingkan dengan Roma 8:7; 11:28).

Dunn, menafsirkan kata sebagai „musuh‟ yang dapat berupa aktif (benci, yang ditunjukkan kepada Allah), bandingkan Roma 11:28, yang mana berdiri secara aktif (membenci, bermusuhan kepada Allah). Yang dimaksud aktif di sini, merupakan pemberontakan manusia kepada Allah yang disengaja. Dalam hal ini Rasul Paulus teringat dengan orang yang didakwa di dalam Roma 1:18 “sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.”

Nada yang sama juga Paulus katakan di dalam Roma 3:20 “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.” Akibat dari permusuhan manusia dengan Allah, manusia tidak bisa bersekutu dengan Allah, sehingga manusia perlu direkonsiliasi. Permusuhan manusia dengan Allah membuat manusia tidak bisa menikmati persekutuan dengan Allah yang kudus, seperti yang dialami Adam dan Hawa di taman Eden (Kej. 2). Bagaimana cara memulihkan hubungan manusia dengan Allah? Manusia perlu direkonsiliasi dengan Allah

Istilah "diperdamaikan‟ (bahasa Inggris: reconciliation) merupakan suatu kata sederhana yang menunjukkan penyelesaian sesudah suatu pertengkaran, atau pemulihan hubungan antara dua pihak. Rekonsiliasi mengasumsikan adanya kerusakan relasi antara Allah dengan manusia. Tercakup di dalamnya saling membenci dan keterpisahan. Keterpisahan ini memiliki dua segi, keterpisahan manusia dari Allah dan keterpisahan Allah dari manusia.

Tentu saja penyebab keterpisahan ini adalah dosa manusia, tetapi keterpisahan ini bukan hanya terdiri dari kebencian manusia yang tidak suci kepada Allah, tetapi juga keterpisahan suci Allah terhadap manusia. Rekonsiliasi menegakkan pendamaian sebagai ganti permusuhan, dan mencapai kesatuan serta keharmonisan sebagai ganti alienasi (keterpisahan). Manusia sengaja memberontak melawan Allah, menekan kebenaran-Nya dan menentang kehendak-Nya (Kolose 1:21; Roma 1:18; 3:20). Maka saat Paulus berkata “kita adalah seteru Allah” (Roma 5:10). Ada dua pihak yang bermusuhan dalam benaknya; perhatikan ayat rujukan yang langsung mengikuti “Murka” Allah (Roma 5:9).

Kata diperdamaikan merupakan kata kerja pasif, yang artinya pemulihan hubungan yang sudah rusak antara Allah dan manusia yang dikerjakan oleh Allah. Kata ini tidak ada hubungannya dengan kata damai. Seperti yang dikatakan Van Den End, bahwa kata diperdamaikan tidak ada kaitan langsung dengan kata „damai‟ (eirene) karena dalam ayat 1, atau dengan „jalan pendamaian‟. Namun, ada hubungan tak langsung, karena diperdamaikan berarti „memulihkan hubungan antara dua pihak‟ (Inggris: to reconcile).

Berbeda dengan apa yang dikatakan Guthrie, bahwa kata Yunani diperdamaikan yang berarti perubahan atau „pertukaran‟, jika dikenakan pada orang artinya perubahan dari permusuhan menjadi persahabatan, pendamaian. Hal ini berisikan perubahan pada pihak Allah dan manusia.

Kata diperdamaiakan (kita direkonsiliasi dengan Allah), kata ini merupakan kata yang jarang dipakai oleh Rasul Paulus di dalam surat-surat lainnya, yang hanya ditemukan di dalam Roma 5:11: 15; 2 Korintus 5:18-19, Kolose 1:20,22; Efesus 2:16. Tetapi sebenarnya gagasan ini sudah dikemukakan dalam pasal 5:1. Ia menjelaskan bahwa kata ini dipakai untuk menceritakan bagaimana manusia, sebagai orang yang dibenarkan, mempunyai hubungan pribadi dengan Allah.

Paulus menekankan inisiatif Allah dalam rekonsiliasi sebagai pihak yang dilukai sekaligus pihak yang lebih kuat, Ia adalah sang pendamai. “Semuanya ini dari Allah, yang mendamaikan kita dengan diriNya melalui Kristus” (2 Korintus 5:18). Tindakan rekonsiliasi manusia adalah inisiatif Allah; bandingkan Roma 3:25a. “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman” bukan manusia, sebab waktu manusia didamaikan „manusia masih seteru atau musuh Allah‟. Namun, dalam relonsiliasi itu manusia tidak bersifat pasif semata-mata. Adanya rekonsiliasi merupakan akibat dari permusuhan manusia dengan Allah, rekonsiliasi dikerjakan oleh Allah melalui kematian putra-Nya (Yesus Kristus).

Kata„melalui ( (melalui kematian putra-Nya sendiri).‟, rasul Paulus memakai kata penghubung; dia di sini menunjukkan cara mencapai maksud, „melalui‟ Allah telah menentukan Dia jalan sebagai rekonsiliasi. Paulus menggunakan kata ganti tunggal yang menunjuk kepada seorang laki-laki yang mengalami kematian yaitu ( „putra-Nya sendiri‟). Kata ini menunjuk kepada pribadi Allah yang ketiga (Yesus Anak Allah). Kematian anak-Nya merupakan cara Allah untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah.

Dunn, mengatakan “The distinctive Christian emphasis here is in the three word “of his Son” with its clear implication that this was not simply God’s initiative, but God’s own action through his son (cf 2 Cor 5:19)”. Artinya melalui Anak-Nya memberikan implikasi yang jelas bahwa ini (rekonsiliasi) bukan hanya inisatif Allah, tetapi Allah bertindak yang di wujudkan melalui kematian putra-Nya (bandingkan 2 Korintus 5:19). Kematian Kristus di atas kayu salib merupakan cara Allah merekonsiliasi manusia dengan diri-Nya sendiri.

Lebih lagi kita yang telah diperdamaikan (kepada rekonsiliasi) yang artinya bahwa pengorbanan Kristus di atas kayu salib bukan hanya direkonsiliasi dengan Allah, melainkan manusia akan pasti diselamatkan melalui hidup-Nya sendiri..

Seperti dalam Roma 4:25 “Yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran manusia.” Dunn mengatakan bahwa, kematian Yesus memecahkan masalah murka Allah dan permusuhan antara Allah dan manusia oleh kematian; tetapi tujuan penuh Tuhan bagi manusia adalah ada kehidupan setelah kematian. Hidup Yesus Kristus adalah dasar “keselamatan” yang dibicarakan dalam ayat ini.

Kematian Tuhan Yesus Kristus adalah dasar keselamatan manusia dari neraka, tetapi hal itu bukan keselamatan yang dibicarakan dalam ayat ini. „Hidup-Nya‟ disini sejajar dengan „dibangkitkan‟ dalam Roma 4:24, keselamatan manusia berdasarkan kematian dan kebangkitan (hidup) Kristus. Ini merupakan unsur baru dalam ayat 10 dibandingkan dengan ayat 9. Karena ayat ini diawali kata „sebab‟ oleh darah Kristus kita diselamatkan dari murka Allah, dari hukuman terakhir, sebab Dia telah bangkit pula

Direkonsiliasi Frasa ini menjelaskan bahwa di dalam kematian Kristus, bukan saja hanya memperoleh keselamatan, tetapi lebih dari pada itu orang percaya bermegah didalam Allah. Kata (bermegah) merupakan kata kerja yang menjelaskan ekspresi, atau luapan emosi oleh karena sebab akibat yaitu karena telah diperdamaikan.

Kata “diperdamaikan/direkonsiliasi, berarti kita dikembalikan ke dalam persekutuan dengan Allah”. Istilah “diperdamaikan” dipakai dalam ayat 10, dan di dalam Roma 1:18-32, Paulus menjelaskan bagaimana manusia menyatakan perang terhadap Allah karena itu manusia pantas dihukum selama-lamanya. Bermegah dalam Allah bukan dalam kebijaksaan, kekuatan, atau kekayaan sendiri (bandingkan Yeremia 9:23-24). 

Perkataan Paulus ini seolaholah semua orang percaya bermegah dalam Allah; tetapi sebenarnya tidak demikian. Banyak orang percaya bermegah, misalnya dalam kekayaannya, dan bukan dalam Allahnya, sehingga mereka tidak mengalami kelepasan atau keselamatan dari murka Allah terhadap dosa mereka. Tetapi orang percaya bermegah di dalam Tuhan.

Kata (bermegah) kata ini diperjelas lagi dengan frasa (di dalam Tuhan). Ini menjelaskan bahwa bermegah di dalam Tuhan oleh karena orang percaya telah direkonsiliasi oleh Allah Tuhan kita Yesus Kristus. Van Den End mengatakan bahwa, orang percaya dapat bermegah berkat karya Yesus Kristus yang dengan mengorbankan diri-Nya (Filipi 2:6-8) telah memungkinkan pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah.

Baca Juga: Diperdamaikan Dengan Allah (Roma 5:1,6-10) 

Diperdamaikan/direkonsiliasi frasa ini menjelaskan bahwa sekarang orang percaya telah menerima rekonsiliasi itu, melalui iman dan kepercayaan kepada Kristus. Allah sudah melakukan semuanya yang diperlukan supaya orang dapat direkonsiliasi kepada-Nya, sehingga satu-satunya hal yang dapat mencegah pemulihan adalah dosa itu

KESIMPULAN

Dasar pemikiran Paulus tentang rekonsiliasi dalam Roma 5:10-11 didasari oleh kondisi manusia ketika bermusuhan dengan Allah. Kondisi inilah yang membuat manusia tidak bisa bersekutu dengan Allah, seperti yang dulu sebelum manusia jatuh dalam dosa. Dalam bagian ini Paulus memberi pengertian kepada jemaat yang ada di Roma, bahwa orang percaya direkonsiliasi dengan Allah ketika manusia bermusuhan dengan Allah.

Sehingga Penulis menemukan tiga alasan bagaimana proses rekonsiliasi / diperdamaikan itu terjadi.

Pertama, orang percaya direkonsiliasi oleh Allah, rekonsiliasi yang dilakukan Allah dikerjakan melalui kematian Putra-Nya sendiri. Dosa yang membuat manusia bermusuhan dengan Allah sehingga, melalui kematian Putra-Nya dosa itu dihapuskan dan akibatnya manusia berdamai dengan Allah.

Kedua, Selain itu akibat dari rekonsiliasi yang dilakukan Allah melalui kematian Anak-Nya, orang percaya pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya. Orang yang belum menerima rekonsiliasi yang telah dikerjakan Allah dua ribu tahun yang lalu akan menjadi musuh Allah dan tidak diselamatkan akibatnya mengalami kematian kekal.

Ketiga, orang percaya bermegah di dalam Allah melalui Tuhan Yesus Kristus yang oleh Dia orang percaya menerima rekonsiliasi itu. Kemegahan orang percaya sebagai orang yang telah menerima rekonsiliasi yang telah dikerjakan Allah adalah bisa bersekutu dengan Dia, melalui pujian dan penyembahan yang ditunjukkan kepada Allah, bukan bermegah dalam harta kekayaan.
Next Post Previous Post