YESUS, LEWI DAN ORANG FARISI (LUKAS 5:27-32)

PDT. BUDI ASALI. M. DIV.
YESUS, LEWI DAN ORANG FARISI (LUKAS 5:27-32)YESUS, LEWI DAN ORANG FARISI (LUKAS 5:27-32). Lukas 5:27-32 - “(27) Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: ‘Ikutlah Aku!’ (28) Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. (29) Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. (30) Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: ‘Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?’ (31) Lalu jawab Yesus kepada mereka, kataNya: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; (32) Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.’”.

I) Yesus memanggil Lewi.

1) Orang yang bernama ‘Lewi’ dalam Lukas 5: 27 ini sama dengan ‘Matius’ dalam Matius 9:9. Ia nanti menjadi rasul dan ialah yang menulis Injil Matius.

Ia adalah orang Yahudi yang bekerja sebagai pemungut cukai (Lukas 5: 27). Pada jaman itu pemungut cukai dibenci dan dianggap hina oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari fakta dalam Kitab Suci bahwa pemungut cukai sering dikelompokkan / dianggap sama dengan ‘orang berdosa’ (Lukas 5: 30b 7:34 15:1-2 18:11 19:7). Mengapa mereka dibenci / dianggap hina? Karena mereka bekerja sebagai penagih pajak untuk pemerintah Romawi (yang adalah penjajah dan orang kafir), dan pada waktu menagih pajak, pemungut cukai ini memeras rakyat dengan cara menaikkan pajak dan mengkorupsi kelebihannya.

2) Yesus memanggil Lewi / Matius.

a) Yesus memanggil seorang pemungut cukai yang adalah orang yang hina.

Bdk. 1Korintus 1:26-29 - “(26) Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. (27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”.

Penerapan:

1. Kalau saudara adalah orang yang dianggap hina oleh masyarakat, janganlah takut untuk datang kepada Yesus!

2. Jangan takut / enggan memberitakan Injil kepada orang yang hina / brengsek! Kalau di sini Kristus memanggil orang yang hina, maka kita juga harus mau dipakai sebagai alatNya untuk memberitakan Injil kepada orang yang hina!

3. Ini tak berarti yang bodoh boleh tetap bodoh, yang hina boleh tetap hina. Kalau kita bisa meningkatkan diri, tentu itu harus dilakukan.

Matthew Henry: “It was a wonder of his grace that he would call a publican, from the receipt of custom, to be his disciple and follower, v. 27. It was wonderful condescension that he should admit poor fishermen to that honour, men of the lowest rank; but much more wonderful that he should admit publicans, men of the worst reputation, men of ill fame.” [= Merupakan suatu keluarbiasaan dari kasih karuniaNya bahwa Ia mau memanggil seorang pemungut cukai, dari rumah cukai, untuk menjadi murid dan pengikutNya, Lukas 5: 27. Merupakan perendahan yang luar biasa bahwa Ia mengijinkan nelayan-nelayan yang miskin untuk kehormatan itu, orang-orang dari golongan paling bawah; tetapi lebih luar biasa lagi bahwa ia mengijinkan pemungut-pemungut cukai, orang-orang dari reputasi terburuk, orang-orang yang terkenal buruk.].

Catatan: kata-kata ‘the receipt of custom’ muncul dalam Lukas 5: 27 versi KJV, dan diterjemahkan ‘rumah cukai’ oleh LAI.

b) Lewi / Matius dipanggil oleh Yesus pada waktu ia ada di rumah cukai.

Ia masih ada di dalam dosa (sebetulnya pekerjaan sebagai penagih pajak bukanlah dosa, tetapi tindakan korupsinya jelas adalah dosa). Tetapi ia toh dipanggil oleh Yesus. Ini menunjukkan kasih Allah kepada orang berdosa!

c) Yesus memanggil: ‘Ikutlah Aku’ (Lukas 5: 27b).

1. Yang harus kita ikuti adalah Yesus, bukan hamba Tuhan manapun juga.

Karena itu, mengikuti hamba Tuhan tertentu hanya boleh kita lakukan selama hamba Tuhan itu mengikut Yesus.

Bdk. 1Korintus 11:1 - “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.”.

2. Calvin berpendapat bahwa Yesus pasti berkhotbah panjang lebar pada waktu memanggil Lewi / Matius. Kata-kata ‘Ikutlah Aku’ hanyalah ringkasan / inti dari kata-kata Yesus.

3) Lewi / Matius meninggalkan segala sesuatu (ay 28).

Lukas 5: 28: “Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.”.

a) Ini kontras sekali dengan sikap pemuda kaya dalam Matius 19:22.

Mat 19:22 - “Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.”.

b) Waktu Lewi / Matius mengikut Yesus ia mendapat sesuatu (damai, sukacita, dsb), tetapi ia juga kehilangan sesuatu (pekerjaan, harta, teman-teman, dsb). Kalau kita mau ikut Yesus kita akan mengalami hal yang sama. Harus ada kemauan untuk mengorbankan sesuatu!

c) Panggilan Tuhan harus lebih diutamakan dari apapun juga!

Pekerjaan pemungut cukai sebetulnya bukanlah dosa kalau dilakukan dengan benar. Ini terlihat dari fakta bahwa:

1. Yesus tidak menyuruh Zakheus meninggalkan pekerjaannya sebagai pemungut cukai (Luk 19:1-10).

2. Yohanes Pembaptis tidak menyuruh pemungut cukai meninggalkan pekerjaannya (Luk 3:12-13).

Tetapi untuk Lewi / Matius, pekerjaan itu tidak memungkinkan ia memenuhi panggilan Tuhan, sehingga pekerjaan itu harus ditinggalkan. Di sini kita bisa mempelajari sesuatu yang penting: panggilan Tuhan harus diutamakan lebih dari segala sesuatu, baik itu:

a. Pekerjaan / bisnis.

b. Study.

c. Keluarga, dsb!

II) Lewi mengadakan pesta.

1) Lewi / Matius mengadakan pesta.

Lukas 5: 29: “Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia.”.

Ini mungkin merupakan pesta perpisahan dengan teman-temannya, tetapi jelas juga merupakan tanda syukur Matius dan sekaligus usaha Matius untuk memperkenalkan teman-temannya kepada Yesus.

a) Orang yang sudah diampuni pasti mempunyai keinginan untuk membawa orang lain kepada Yesus. Adakah keinginan itu ada pada saudara?

b) Lewi / Matius berusaha memperkenalkan teman-temannya dengan Yesus melalui pesta di rumahnya.

Penerapan: mengadakan persekutuan di rumah jemaat merupakan sesuatu yang penting untuk bisa mendapatkan jiwa. Tetapi ada hal-hal yang harus diperhatikan supaya pemberitaan dan penerimaan Firman bisa terjadi dengan baik:

1. Ketenangan.

Gangguan / keributan dari telpon, anak kecil, orang yang terlambat dan orang yang mengatur makanan harus bisa diatasi, khususnya pada saat Firman Tuhan diberitakan!

2. Kebutuhan pengkhotbah dalam memberitakan Firman juga harus diperhatikan, seperti meja yang cukup tinggi untuk meletakkan Kitab Suci / catatan khotbah, mike dan stand untuk mike, lampu / penerangan secukupnya, dsb.

2) Yesus dan murid-muridNya ikut dalam pesta itu.

Lukas 5: 30: “Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: ‘Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?’”.

a) Ini menunjukkan bahwa pesta bukanlah dosa. Orang kristen tidak pernah diperintah oleh Tuhan untuk menjauhi dunia sedemikian rupa sehingga menjadi seorang pertapa!

b) Ini menunjukkan bahwa Yesus berkumpul / bergaul dengan orang-orang berdosa.

Ini kontras dengan sikap orang-orang Farisi yang menjauhi orang berdosa. Kita memang harus mau bergaul dengan orang berdosa / bejat, tetapi tetap ada batas-batasnya. Kalau pergaulan saudara dengan orang berdosa itu menyebabkan saudara jatuh ke dalam dosa, maka saudara harus menghindari pergaulan itu. Misalnya: ex perokok sebaiknya tidak bergaul dengan perokok!

III) Pertentangan Yesus dan orang Farisi / ahli Taurat.

1) Orang Farisi dan ahli Taurat pasti tidak ikut dalam pesta ini.

Mereka menganggap diri mereka lebih baik dari orang lain (Luk 18:9) dan menganggap bahwa kalau mereka berkumpul atau bergaul dengan orang berdosa, maka mereka akan menjadi najis. Jadi mungkin sekali ay 30-32 terjadi setelah pesta selesai.

2) Mereka mengkritik Yesus yang berkumpul dan bergaul dengan orang berdosa (Lukas 5: 30).

Lukas 5: 30: “Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: ‘Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?’”.

Mereka anggap Yesus yang salah, tetapi mereka menyatakan kritikannya kepada murid-murid Yesus!!! Ini mulut busuk!

Mereka memang pintar mengecam dosa, tetapi mereka tidak berusaha mempertobatkan orang berdosa itu. Mereka seperti seorang dokter yang hanya mau mendiagnose pasiennya dari jauh, tetapi tidak mau mendekati pasiennya dan tidak punya keinginan untuk mengobati / menyembuhkan pasiennya.

3) Jawaban Yesus.

Lukas 5: 31-32: “(31) Lalu jawab Yesus kepada mereka, kataNya: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; (32) Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.’”.

Kalau mereka mengkritik Yesus tetapi menceritakan kritikannya kepada para murid, maka pada waktu Yesus menjawab, Ia menjawab KEPADA MEREKA!

Bdk. Matius 9:12-13 - “(12) Yesus mendengarnya dan berkata: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. (13) Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.’”.

Catatan: yang saya beri warna merah hanya ada di Lukas, tidak di Matius; sedangkan yang saya beri warna biru sebaliknya. Ini bukan menunjukkan bahwa kedua Injil ini saling bertentangan tetapi saling melengkapi.

Ada beberapa hal yang bisa dibahas:

a) Yesus tidak mendiamkan kritik itu ataupun menurutinya, karena kritik itu salah!

Ia menjawab, dan boleh dikatakan mendebat mereka! YESUS TAK MENGATAKAN ‘TAK USAH DEBAT, BIARKAN SAJA!’ DAN SEBAGAINYA!!

Ini mengajar orang kristen untuk tidak selalu diam pada waktu mendapatkan kritikan yang salah, dan juga untuk tidak menuruti kritik yang salah!

Illustrasi: Ada bapak dan anak yang pergi ke pasar untuk menjual keledainya. Mula-mula mereka berdua berjalan sambil menuntun keledainya. Lalu ada orang lewat mengkritik: ‘Bodoh sekali, punya keledai tetapi tidak ditunggangi’. Mereka menuruti kritik itu dan lalu mereka berdua naik ke atas keledai itu. Orang lain lalu mengkritik: ‘Tidak punya peri kebinatangan, keledai satu dinaiki 2 orang’. Lalu bapaknya menyuruh anaknya turun dari keledai sedang ia sendiri tetap duduk di atas keledai. Orang lain mengkritik: ‘Bapak tidak tahu diri. Anak kecil disuruh jalan, dia sendiri enak-enak naik keledai’. Lalu bapaknya turun dari keledai, dan anaknya yang naik keledai. Orang lain mengkritik lagi: ‘Anak kurang ajar. Bapaknya yang tua disuruh jalan, ia sendiri enak-enak naik keledai’. Akhirnya bapak dan anak itu memikul keledai itu!

Kalau saudara adalah orang yang selalu menuruti kritik, maka saudara akan menjadi seperti bapak dan anak itu.

b) Arti yang salah.

1. Bagian ini diartikan secara jasmani. Sekalipun Yesus memang bisa menyembuhkan orang sakit secara jasmani, tetapi jelas bukan hal jasmani yang Ia bicarakan di sini. Kontextnya menunjukkan bahwa hal rohanilah yang Ia bicarakan di sini!

2. Bagian ini diartikan bahwa manusia cuma sakit secara rohani. Kitab Suci mengatakan bahwa manusia berdosa itu mati secara rohani.

Efesus 2:1 - “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.”.

Perumpamaan Yesus di sini tidak boleh diartikan sehingga keluar dari tujuannya / fokusnya!

3. Bagian ini juga diartikan bahwa manusia di dunia ini ada yang benar / tak berdosa (bdk. Ro 3:10-12,23). Yang dimaksud oleh Yesus dengan ‘orang benar’ adalah ‘orang berdosa yang merasa dirinya benar’.

c) Bagian ini memberi kita pelajaran dalam persoalan pergaulan.

Bagian ini menunjukkan bahwa Yesus mau bergaul dengan orang berdosa dengan tujuan mempertobatkan mereka.

1. Ini sekaligus merupakan teguran / serangan terhadap sikap orang Farisi dan Ahli Taurat yang tidak mau bergaul dengan orang berdosa.

2. Tetapi ini juga menunjukkan bahwa kita tidak boleh sembarangan bergaul dengan orang berdosa.

1Korintus 15:33 - “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”.

Kita bergaul dengan mereka untuk mempertobatkan mereka! Pada saat Yesus bergaul dengan orang berdosa, Ia tidak menjadi kawan mereka dalam dosa, tetapi Ia menjadi ‘tabib’ bagi mereka!

Pulpit Commentary:

a. “Association with bad men on the ground of friendship is an unchristian thing. The Pharisees would have been right enough if Jesus Christ had mingled with the mercenary and the vicious only to enjoy their company.” [= Pergaulan dengan orang jahat berdasarkan persahabatan adalah sesuatu yang tidak kristiani. Orang Farisi itu cukup benar andaikata Yesus Kristus bercampur dengan orang yang hanya menginginkan uang dan orang jahat hanya untuk menikmati kebersamaan dengan mereka.] - hal 130.

b. “Association with the bad for their elevation is a distinctly Christian thing.” [= Pergaulan dengan orang jahat untuk peninggian mereka jelas merupakan suatu hal yang kristiani.] - hal 131.

Adam Clarke (tentang Matius 9:11): “It is certain that those who fear God should not associate, through choice, with the workers of iniquity, and should only be found with them when transacting their secular business requires it, or when they have the prospect of doing good to their souls.” [= Adalah pasti bahwa mereka yang takut kepada Allah tidak boleh berhubungan / berkawan, melalui pemilihan, dengan pekerja-pekerja kejahatan, dan harus ditemui hanya dengan mereka pada waktu transaksi bisnis sekuler mereka menuntut hal itu, atau pada waktu mereka mempunyai prospek tentang melakukan hal baik bagi jiwa-jiwa mereka.].

Di sisi lain, hal seperti ini tidak boleh diextrimkan. Bandingkan dengan kata-kata Paulus di bawah ini.

1Korintus 5:9-11 - “(9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. (10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”.

d) Selipan dalam Injil Matius.

Mat 9:13a - “Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan,”.

Barnes’ Notes: “To reprove them, and to vindicate his own conduct, he appealed to a passage of Scripture with which they ought to have been acquainted: ‘I will have mercy, and not sacrifice,’ Hos 6:6. This is not a declaration on the part of God that he was opposed to ‘sacrifices’ or ‘offerings for sin;’ for he had appointed and commanded many, and had therefore expressed his approbation of them. It is a Hebrew mode of speaking, and means, ‘I prefer mercy to sacrifice;’ or, ‘I am more pleased with acts of benevolence and kindness than with a mere external compliance with the duties of religion.’” [= Untuk mengkritik mereka, dan untuk mempertahankan tingkah lakuNya sendiri, Ia ‘naik banding’ / minta dukungan pada suatu text Kitab Suci dengan mana mereka seharusnya telah akrab: ‘Aku menginginkan belas kasihan, dan bukan korban sembelihan,’ Hos 6:6. Ini bukan suatu pernyataan dari Allah bahwa Ia menentang ‘korban’ atau ‘persembahan untuk dosa’; karena Ia telah menetapkan dan memerintahkan banyak (hal-hal itu), dan karena itu menyatakan persetujuanNya tentang hal-hal itu. Ini adalah suatu cara Ibrani dalam berbicara, dan berarti, ‘Aku lebih memilih belas kasihan dari pada korban’; atau, ‘Aku lebih berkenan dengan tindakan-tindakan dari kemurahan hati dan kebaikan dari pada dengan sekedar suatu ketaatan luar / lahiriah dengan kewajiban-kewajiban dari agama’.].

e) Bagian ini memanggil orang berdosa untuk datang kepada Kristus!

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Matius 9:13): “He came to heal the sick soul, to raise the sunken, to save sinners; to bring back to God the vilest prodigals, and beautify them with salvation. Such as want him not for this He passes by; they are not his patients, and they get nothing from Him.” [= Ia datang untuk menyembuhkan jiwa yang sakit, untuk mengangkat / menaikkan orang yang tenggelam, untuk menyelamatkan orang-orang berdosa; untuk membawa kembali kepada Allah orang-orang boros / terhilang yang paling jahat / bejat, dan membuat mereka indah dengan keselamatan. Orang-orang yang tak menginginkan Dia untuk hal ini, Ia lewati; mereka bukan pasien-pasiennya, dan mereka tidak mendapatkan apapun dari Dia.].

f) Bagian ini mengajar kita dalam persoalan penginjilan:

1. Kalau saudara berhadapan dengan orang yang putus asa melihat banyaknya dan besarnya dosa-dosanya.

Dengan menggunakan Lukas 5: 31-32 ini beritahu orang itu bahwa Yesus justru mencari orang seperti dia. Tambahkan juga Yoh 6:37 untuk menunjukkan bahwa kalau ia mau datang kepada Yesus, ia pasti tidak akan ditolak.

Yohanes 6:37 - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang.”.

Calvin: “we have no reason to fear that Christ will reject sinners, to call whom he descended from his heavenly glory.” [= kita tidak punya alasan untuk takut bahwa Kristus akan menolak orang berdosa, untuk memanggil siapa Ia sudah turun dari kemuliaan surgawiNya.].

2. Kalau saudara berhadapan dengan orang yang membanggakan kebaikannya.

Beritahu dia, bahwa kalau ia merasa diri baik, Yesus justru tidak mencari dia, sehingga ia pasti akan binasa dalam neraka!

Adam Clarke (tentang Matius 9:12): “it is the most inveterate and dangerous disease the soul can be afflicted with to imagine itself whole, when the sting of death, which is sin, has pierced it through in every part, infusing its poison everywhere.” [= merupakan penyakit yang berakar paling dalam dan paling membahayakan yang bisa menimpa jiwa untuk membayangkan / mengkhayalkan dirinya sendiri sehat, pada waktu sengat dari kematian / maut, yang adalah dosa, telah menusuknya melalui setiap bagian, memasukkan racunnya dimana-mana.].

Calvin: “We are reminded that the grace of Christ is of no advantage to us, unless when, conscious of our sins, and groaning under their load, we approach to him with humility.” [= Kita diingatkan bahwa kasih karunia Kristus tidak berguna bagi kita, kecuali kalau karena sadar akan dosa-dosa kita, dan mengerang / merintih di bawah beban dosa-dosa itu, kita mendekati / mendatangi Dia dengan kerendahan hati.].


Bdk. Lukas 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.

Dari sini bisalah kita simpulkan bahwa peneguran dosa adalah sesuatu yang sangat penting! Karena itu, maulah mendengar khotbah yang menegur dosa saudara!

g) Dalam akhir dari Lukas 5: 32 ada kata-kata: ‘supaya mereka bertobat’.

Ini adalah sesuatu yang penting. Yesus memang mengasihi orang berdosa dan mau menerima mereka. Tetapi mereka harus bertobat dari segala dosa mereka dan berbalik kepada Tuhan!

Ini merupakan sesuatu yang harus ditekankan dalam memberitakan Injil. Jangan hanya memberitakan bahwa orang yang percaya kepada Yesus akan diampuni dan masuk surga. Beritakan juga bahwa orang yang mau ikut Yesus harus mau bertobat! Memang kita diselamatkan hanya oleh iman, tetapi iman yang benar dibuktikan dengan pertobatan dari dosa.

Calvin: “But we must also attend to the expression, ‘to repentance’: which is intended to inform us that pardon is granted to us, not to cherish our sins, but to recall us to the earnestness of a devout and holy life.” [= Tetapi kita juga harus memperhatikan pernyataan ‘kepada pertobatan / supaya mereka bertobat’: yang dimaksudkan untuk memberitahu kita bahwa pengampunan diberikan kepada kita, bukan untuk memelihara dosa-dosa kita, tetapi untuk mengembalikan kita pada kesungguhan dari hidup yang saleh dan kudus.].

Penutup.

Kita selalu perlu mengingat akan kasih karunia Tuhan kepada orang berdosa. Kalau tidak, kita semua tak layak untuk datang kepada Tuhan. Tetapi pada saat yang sama kita juga harus mengingat bahwa Tuhan memberi kasih karunia, dengan tujuan supaya kita bertobat dari dosa, dan karena itu kita harus berjuang untuk membuang semua dosa!

-AMIN-
Next Post Previous Post