2 RAJA-RAJA 8:1-6 (ELISA, PEREMPUAN SUNEM DAN PERTOLONGAN TUHAN)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
2 RAJA-RAJA 8:1-6 (ELISA, PEREMPUAN SUNEM DAN PERTOLONGAN TUHAN). 2 Raja-Raja 8:1-6 - “(1) Elisa telah berbicara kepada perempuan yang anaknya dihidupkannya kembali, katanya: ‘Berkemaslah dan pergilah bersama-sama dengan keluargamu, dan tinggallah di mana saja engkau dapat menetap sebagai pendatang, sebab TUHAN telah mendatangkan kelaparan, yang pasti menimpa negeri ini tujuh tahun lamanya.’ (2) Lalu berkemaslah perempuan itu dan dilakukannyalahseperti perkataan abdi Allah itu. Ia pergi bersama-sama dengan keluarganya, lalu tinggal menetap sebagai pendatang di negeri orang Filistin tujuh tahun lamanya. (3) Dan setelah lewat ketujuh tahun itu, pulanglah perempuan itu dari negeri orang Filistin. Kemudian ia pergi mengadukan perihal rumahnya dan ladangnya kepada raja. (4) Raja sedang berbicara kepada Gehazi, bujang abdi Allah itu, katanya: ‘Cobalah ceritakan kepadaku tentang segala perbuatan besar yang dilakukan Elisa.’ (5) Sedang ia menceritakan kepada raja tentang Elisa menghidupkan anak yang sudah mati itu, tampaklah perempuan yang anaknya dihidupkan itu datang mengadukan perihal rumahnya dan ladangnya kepada raja. Lalu berkatalah Gehazi: ‘Ya tuanku raja! Inilah perempuan itu dan inilah anaknya yang dihidupkan Elisa.’ (6) Lalu raja bertanya-tanya, dan perempuan itu menceritakan semuanya kepadanya. Kemudian raja menugaskan seorang pegawai istana menyertai perempuan itu dengan pesan: ‘Pulangkanlah segala miliknya dan segala hasil ladang itu sejak ia meninggalkan negeri ini sampai sekarang.’”.
2 RAJA-RAJA 8:1-6 (ELISA, PEREMPUAN SUNEM DAN PERTOLONGAN TUHAN)
bisnis, gadget
I) Nubuat dan perintah (2 Raja-Raja 8: 1).

1) Elisa menubuatkan kelaparan (2 Raja-Raja 8: 1).2 Raja-Raja 8: 1: “Elisa telah berbicara kepada perempuan yang anaknya dihidupkannya kembali, katanya: ‘Berkemaslah dan pergilah bersama-sama dengan keluargamu, dan tinggallah di mana saja engkau dapat menetap sebagai pendatang, sebab TUHAN telah mendatangkan kelaparan, yang pasti menimpa negeri ini tujuh tahun lamanya.’”.

a) Nubuat ini (dan seluruh penggenapannya - 8:1-6) mungkin tidak terjadi sesudah pasal 5-7, tetapi sebelumnya.
Dalam terjemahan KJV ada kata ‘then’ [= lalu / kemudian] pada awal 8:1, sehingga seolah-olah menunjukkan bahwa nubuat / peristiwa dalam 2 Raja-Raja 8:1-6 ini terjadi setelah pasal 5-7. Tetapi sebetulnya kata ‘then’ ini tidak ada.

2 Raja-Raja 8: 1 (KJV): ‘Then spake Elisha unto the woman, whose son he had restored to life’ [= Lalu / kemudian berbicaralah Elisa kepada perempuan itu, yang anaknya ia hidupkan kembali].

Pulpit Commentary: “There is no ‘then’ in the original, of which the simplest rendering would be, ‘And Elisha spake unto the woman,’ etc. The true sense is, perhaps, best brought out by the Revised Version, which gives the following: Now Elisha had spoken unto the woman, etc. The reference is to a time long anterior to the siege of Samaria.” [= Tidak ada ‘lalu / kemudian’ dalam bahasa aslinya, tentang mana terjemahan yang paling sederhana adalah ‘Dan Elisa berbicara kepada perempuan itu’, dst. Mungkin arti yang benar dikeluarkan oleh Revised Version, yang memberikan sebagai berikut: ‘Elisa telah berbicara kepada perempuan itu’, dst. Ini menunjuk pada suatu masa lama sebelum pengepungan terhadap Samaria.] - hal 164.

Tetapi apa dasarnya untuk mengatakan bahwa nubuat / peristiwa dalam 2 Raja-Raja 8:1-6 ini sudah terjadi sebelum pasal 5? Ada beberapa alasan:

1. Dalam 4:38 sudah dibicarakan adanya kelaparan pada masa pemerintahan Yoram, dan mungkin itu sama dengan yang dinubuatkan dalam ay 1 ini.

2. Dalam cerita ini Gehazi masih menjadi bujang Elisa (2 Raja-Raja 8: 4).2 Raja-Raja 8: 4a: ‘Raja sedang berbicara kepada Gehazi, bujang abdi Allah itu,’.

Pulpit Commentary: “It has been reasonably concluded from this, that chronological order is not observed in the portion of the narrative which treats of Elisha and his doings, since a king of Israel would scarcely be in familiar conversation Allah a leper (Keil). It may be added that Gehazi can scarcely have continued to be the servant of Elisha, as he evidently now was, after his leprosy. He must have dwelt ‘without the gate.’” [= Adalah masuk akal untuk menyimpulkan dari sini bahwa urut-urutan khronologis tidak diperhatikan dalam bagian cerita yang membahas Elisa dan apa yang ia lakukan, karena seorang raja Israel tidak mungkin bercakap-cakap secara akrab dengan seorang penderita kusta (Keil). Bisa ditambahkan bahwa setelah ia terkena kusta, Gehazi tidak mungkin tetap menjadi pelayan Elisa, seperti yang kelihatan saat ini. Ia harus tinggal ‘di luar pintu gerbang’.] - hal 164-165.

Pulpit Commentary: “In chronological order this narrative seems to precede the cure of Naaman, while Gehazi was still the servant of the prophet.” [= Dalam urutan khronologis cerita ini kelihatannya mendahului penyembuhan Naaman, pada saat Gehazi masih tetap merupakan pelayan / bujang sang nabi.] - hal 183.

Barnes’ Notes: “The famine here recorded, and the conversation of the monarch with Gehazi, must have been anterior to the events related in ch. 5 - since we may be sure that a king of Israel would not have entered into familiar conversation with a confirmed leper. The writer of Kings probably collected the miracles of Elisha from various sources, and did not always arrange them chronologically. Here the link of connexion is to be found in the nature of the miracle. As Elisha on one occasion prophesied plenty, so on another he had prophesied a famine.” [= Kelaparan yang dicatat di sini, dan percakapan antara sang raja dengan Gehazi, pasti terjadi lebih dulu dari peristiwa yang diceritakan dalam pasal 5 - karena kita bisa yakin bahwa seorang raja Israel tidak akan masuk ke dalam suatu pembicaraan yang akrab dengan seorang yang dipastikan sebagai seorang penderita kusta. Penulis Raja-raja mungkin mengumpulkan mujijat-mujijat Elisa dari berbagai sumber, dan tidak selalu mengatur mereka secara khronologis. Di sini hubungannya didapatkan dalam sifat dari mujijatnya. Jika Elisa pada saat tertentu menubuatkan kelimpahan (7:1), maka pada saat yang lain ia telah menubuatkan kelaparan (8:1).] - hal 246.

Tetapi Adam Clarke (hal 506-507) menganggap bahwa cerita dalam 2 Raja-Raja 8:1-6 ini memang terjadi setelah Gehazi menderita kusta. Ia beranggapan bahwa Yoram begitu ingin tahu tentang mujijat-mujijat yang dilakukan oleh Elisa sehingga ia mengabaikan kusta dari Gehazi dan tetap mau berbicara dengannya sekalipun ia kena kusta.

Matthew Poole: “Possibly this might happen before the history of Naaman, chap. 5, or at least before the siege of Samaria, chap. 6, but this is not certain.” [= Mungkin ini terjadi sebelum sejarah / cerita Naaman, pasal 5, atau setidaknya sebelum pengepungan Samaria, pasal 6, tetapi ini tidak pasti.] - hal 732.

Poole menganggap bahwa raja bicara dengan orang kusta merupakan sesuatu yang mungkin terjadi, selama mereka bicara pada jarak yang aman. Bandingkan dengan 2Raja-Raja 7:8 Mat 8:2 Lukas 17:12.

b) Elisa menubuatkan apa yang telah ditentukan Allah dalam rencanaNya.2 Raja-Raja 8: 1b: ‘TUHAN telah mendatangkan kelaparan,’.
KJV/RSV/NASB: ‘The LORD hath / has called for a famine’ [= TUHAN telah memanggil / menghendaki suatu kelaparan].
NIV: ‘The LORD has decreed a famine’ [= TUHAN telah menetapkan suatu kelaparan].

Pulpit Commentary: “The phrase, ‘God hath called for a famine,’ means no more and no less than ‘God has determined that there shall be a famine.’ With God to speak the word is to bring about the event.” [= Ungkapan ‘Allah memanggil / menghendaki suatu kelaparan’, artinya adalah ‘Allah telah menentukan bahwa di sana akan ada suatu kelaparan’. Bagi Allah mengatakan suatu firman adalah sama dengan menyebabkan peristiwa itu terjadi.] - hal 164.

Kalau ini memang diartikan ‘menentukan’ / ‘menetapkan’, maka ini menunjukkan bahwa kalau sesuatu dinubuatkan, maka itu menunjukkan bahwa hal itu sudah lebih dulu ditentukan dalam Rencana Allah.

Memang kalau Tuhan menubuatkan tentang akan terjadinya suatu hal tertentu, maka itu tidak hanya menunjukkan bahwa Ia tahu bahwa hal-hal itu akan terjadi, tetapi itu menunjukkan bahwa Ia sudah lebih dulu menentukan terjadinya hal itu. Ini terbukti dari:

1. Perbandingan Matius 26:24 dengan Lukas 22:22.

Mat 26:24 - “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.

Lukas 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.

Kedua ayat ini paralel dan sama-sama berbicara tentang pengkhianatan Yudas, tetapi kalau Mat 26:24 mengatakan bahwa hal itu ‘sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia’, yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Luk 22:22 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘seperti yang telah ditetapkan’, yang menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditetapkan oleh Allah dalam kekekalan.

2. Perbandingan Kis 2:23 Kis 3:18 dan Kis 4:27-28.

Kisah Para Rasul 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.”.

Kisah Para Rasul 3:18 - “Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus menderita.”.

Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.

Semua ayat di atas ini berbicara tentang penderitaan / penyaliban yang dialami oleh Kristus. Tetapi kalau Kis 3:18 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘menggenapi apa yang telah difirmankannya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya’, yang hanya menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah dinubuatkan, maka Kis 2:23 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘menurut maksud dan rencanaNya’ dan Kisah Para Rasul 4:28 mengatakan bahwa hal itu terjadi ‘untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu’, yang jelas menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena sudah ditentukan oleh Allah dalam kekekalan.

3. Yesaya 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.”.

Perhatikan bahwa dalam Yes 46:10a dikatakan bahwa Tuhan ‘memberitahukan’, tetapi dalam Yes 46:10b-11a dikatakan bahwa itu adalah ‘keputusanKu’, ‘kehendakKu’, dan ‘putusanKu’. Selanjutnya Yesaya 46:11b terdiri dari 2 kalimat paralel yang sebetulnya memaksudkan hal yang sama, tetapi kalimat pertama menggunakan istilah ‘mengatakannya’, yang hanya menunjukkan nubuat Allah, sedangkan kalimat kedua menggunakan istilah ‘merencanakannya’, yang jelas menunjuk pada rencana / ketetapan Allah.

4. Yeremia 4:28 - “Karena hal ini bumi akan berkabung, dan langit di atas akan menjadi gelap, sebab Aku telah mengatakannya, Aku telah merancangnya, Aku tidak akan menyesalinya dan tidak akan mundur dari pada itu.’”.

Ayat ini baru mengatakan ‘Aku telah mengatakannya’ dan lalu langsung menyambungnya dengan ‘Aku telah merancangnya’. Ini jelas menunjukkan bahwa Tuhan mengatakan sesuatu kepada nabi-nabi (yang lalu dinubuatkan oleh para nabi itu), karena Tuhan telah merancang / merencanakannya.

5. Amos 3:7 - “Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusanNya kepada hamba-hambaNya, para nabi.”.

Ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa apa yang dinyatakan oleh Tuhan kepada pada nabi (dan lalu dinubuatkan oleh nabi-nabi itu) adalah keputusanNya [NIV: his plan {= rencanaNya}].

6. Ratapan 2:17a - “TUHAN telah menjalankan yang dirancangkanNya, Ia melaksanakan yang difirmankanNya,”.

Bagian akhir dari ayat ini mengatakan bahwa Tuhan melaksanakan yang difirmankanNya /dinubuatkanNya; tetapi bagian awal dari ayat ini mengatakan bahwa Tuhan menjalankan yang dirancangkanNya. Jelas bahwa apa yang dinubuatkan adalah apa yang dahulu telah dirancangkanNya.

7. Rat 3:37 - “Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya?”.
NIV: ‘Who can speak and have it happen if the Lord has not decreed it?’ [= Siapa yang bisa berbicara dan membuatnya terjadi jika Tuhan tidak menetapkannya?].

8. Yesaya 28:22b - “sebab kudengar tentang kebinasaan yang sudah pasti yang datang dari Tuhan ALLAH semesta alam atas seluruh negeri itu.”.
NIV: ‘The Lord, the LORD Almighty, has told me of the destruction decreed against the whole land’ [= Tuhan, TUHAN yang mahakuasa, telah memberitahu aku tentang kehancuran yang telah ditetapkan terhadap seluruh negeri itu].

Ini jelas menunjukkan bahwa kehancuran yang oleh Tuhan diberitahukan kepada Yesaya, dan lalu dinubuatkan oleh Yesaya, merupakan ketetapan Allah (decree of God).

Jadi, dari semua contoh-contoh ini jelaslah bahwa kalau dalam Kitab Suci dinubuatkan sesuatu, itu tidak sekedar berarti bahwa Allah hanya tahu lebih dulu bahwa hal itu akan terjadi (foreknowledge)dan lalu memberitahukan hal itu kepada manusia, tetapi itu berarti bahwa Allah sudah menetapkan lebih dulu akan hal itu (foreordination) dan lalu memberitahukannya kepada manusia! Dengan demikian jelas bahwa ayat-ayat dalam Kitab Suci yang seakan-akan hanya memberitahukan akan adanya dosa-dosa tertentu, sebetulnya menunjukkan bahwa dosa-dosa tertentu itu sudah ditetapkan dan karenanya harus terjadi!

c) Ini menunjukkan bahwa semua bencana / penderitaan terjadi karena kehendak / rencana dan pengaturan Allah.

Matthew Poole: “This expression intimates that all afflictions are sent by God, and comes at his call or command.” [= Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa semua penderitaan dikirim oleh Allah, dan datang karena panggilan / kehendakNya atau perintahNya.] - hal 732.

Dasar Kitab Suci yang lain tentang hal ini:
1. Pkh 7:14 - “Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.”.
2. Yesaya 45:6b-7 - “(6b) Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, (7) yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.”.
3. Ratapan 3:37-38 - “(37) Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya? (38) Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar apa yang buruk dan apa yang baik?”.
4. Amos 3:6 - “Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, dan orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi malapetaka di suatu kota, dan TUHAN tidak melakukannya?”.

d) Kelaparan itu akan terjadi selama 7 tahun (2 Raja-Raja 8: 1).
Ini 2 kali panjangnya / lamanya kekeringan / kelaparan pada jaman Elia (bandingkan dengan 1Raja 17:1 Yakobus 5:17). Penambahan beratnya hukuman seperti ini memang benar dan juga masuk akal, karena bangsa Israel tetap keras kepala / tegar tengkuk.

Bandingkan dengan Imamat 26:21,23-24,27-28 - “(21) Jikalau hidupmu tetap bertentangan dengan Daku dan kamu tidak mau mendengarkan Daku, maka Aku akan makin menambah hukuman atasmu sampai tujuh kali lipat setimpal dengan dosamu. ... (23) Jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mau Kuajar, dan hidupmu tetap bertentangan dengan Daku, (24) maka Akupun akan bertindak melawan kamu dan Aku sendiri akan menghukum kamu tujuh kali lipat karena dosamu, ... (27) Dan jikalau kamu dalam keadaan yang demikianpun tidak mendengarkan Daku, dan hidupmu tetap bertentangan dengan Daku, (28) maka Akupun akan bertindak keras melawan kamu dan Aku sendiri akan menghajar kamu tujuh kali lipat karena dosamu,”.

Catatan:
1. Kelihatannya bilangan ‘tujuh’ dalam bagian ini tidak berarti secara hurufiah.
2. Text ini merupakan suatu ancaman. Kalau seseorang berdosa dan Tuhan menghukum / menghajarnya dan ia terus tidak mau bertobat, maka Tuhan juga akan terus menambah beratnya hukuman / hajaran / penderitaannya!

2) Elisa menyuruh perempuan Sunem untuk mengungsi karena akan adanya kelaparan tersebut (2 Raja-Raja 8: 1).

a) Kaya tetapi mengungsi?
Perempuan Sunem itu disuruh mengungsi, sekalipun ia adalah orang kaya (4:8-10)! Ini menunjukkan kelaparan itu pasti sangat hebat. Tetapi mungkin sekali saat ini ia sudah menjadi janda, dan ada yang bahkan mengatakan bahwa sekarang ia relatif miskin. Memang ketaatan tidak menjamin seseorang bisa menjadi kaya atau tetap kaya!

Pulpit Commentary: “It is conjectured by some that the woman had become a widow, and fallen into the comparative poverty; but the narrative gives no indication of this. Even opulent persons have to migrate in times of severe dearth.” [= Di duga oleh sebagian orang bahwa perempuan ini telah menjadi seorang janda, dan secara relatif menjadi miskin; tetapi cerita ini tidak memberikan petunjuk tentang hal ini. Bahkan orang-orang kaya harus pindah pada masa kekurangan yang hebat.] - hal 164.

Contoh: Yakub, yang pada saat itu jelas adalah orang kaya (Kej 30:43 33:11), juga harus mengungsi ke Mesir pada 7 tahun kelaparan (Kej 45-46).
Saya setuju bahwa orang kaya juga kadang-kadang harus mengungsi pada masa kelaparan, tetapi saya juga berpendapat bahwa dari tidak disebutkannya suami si perempuan Sunem, mungkin bisa disimpulkan bahwa suaminya memang sudah mati / ia memang sudah menjadi janda. Keadaannya sama seperti Maria, ibu Yesus, dalam Perjanjian Baru. Pada saat Yusuf tidak pernah disebut-sebut lagi, mungkin Yusuf sudah mati. Tetapi apakah perempuan Sunem ini menjadi miskin atau tidak, itu sukar untuk dipastikan.

b) Perempuan Sunem itu boleh mengungsi kemana saja, tempatnya tidak ditentukan oleh Tuhan / Elisa (2 Raja-Raja 8: 1 - ‘tinggallah dimana saja’).

c) Perintah Tuhan kepada perempuan Sunem ini untuk mengungsi menunjukkan bahwa Tuhan memperhatikan setiap anakNya dalam persoalan kebutuhan hidupnya / kesejahteraannya!

Pulpit Commentary: “1. The good are often sharers in the calamities of the wicked. This famine was no doubt sent on Israel as a punishment for sin. ... And in distresses brought upon the world by sin God’s people are often sharers. The innocent are involved in the sufferings of the guilty (Ezek. 21:3,4). This lady of Shunem, now probably a widow, is compelled, by the approach of famine, to abandon home and lands and rural comfort for a sojourn among idolaters. 2. The good, notwithstanding, are marvellously protected against the calamities of the wicked.” [= 1. Orang baik sering ikut ambil bagian dalam bencana-bencana orang jahat. Tidak diragukan bahwa kelaparan ini dikirimkan kepada Israel sebagai hukuman untuk dosa. ... Dan dalam kesukaran / kesusahan yang dibawa kepada dunia oleh dosa, seringkali umat Allah juga ikut mengalaminya. Orang yang tak bersalah terlibat dalam penderitaan orang yang bersalah (Yeh 21:3,4). Perempuan Sunem ini, sekarang mungkin adalah seorang janda, oleh mendekatnya kelaparan, terpaksa meninggalkan rumah dan tanah dan kesenangan hidup di pedesaan, dan tinggal untuk sementara di antara para penyembah berhala. 2. Meskipun demikian, orang baik dilindungi secara mengagumkan terhadap bencana-bencana orang jahat.] - hal 183.

Yeh 21:3-4 - “(3) Katakanlah kepada tanah Israel: Beginilah firman TUHAN: Lihat, Aku akan menjadi lawanmu dan akan mencabut pedangKu dari sarungnya dan melenyapkan dari tengah-tengahmuorang benar dan orang fasik. (4) Oleh karena Aku hendak melenyapkan dari tengah-tengahmu orang benar dan orang fasik, maka pedangKu akan terhunus dari sarungnya terhadap semua manusia dari selatan sampai utara.”.

Penjelasan: kalau penafsir ini mengatakan bahwa orang baik ikut mengalami bencana orang jahat, tetapi mereka dilindungi terhadap bencana orang jahat itu, ini bukan kontradiksi. Maksudnya adalah bahwa memang orang baik itu akan ikut mengalami penderitaan, tetapi di tengah-tengah penderitaan itu ada pertolongan Tuhan.

Penerapan: kalau dalam kehidupan saudara kelihatannya Tuhan tidak mempedulikan kesejahteraan saudara, dalam arti saudara terus tidak tercukupi kebutuhannya, maka mungkin sekali saudara bukanlah anak Tuhan, atau ada yang salah dengan kehidupan saudara. Tuhan tidak mungkin memungkiri janjiNya, misalnya yang Ia berikan dalam Mat 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”.

Dosa dalam persoalan ini bisa macam-macam misalnya:

1. Tidak memberikan persembahan persepuluhan atau tidak setia dalam memberikan persembahan persepuluhan.

Mal 3:8-12 - “(8) Bolehkah manusia menipu (merampok) Allah? Namun kamu menipu (merampok) Aku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menipu (merampok) Engkau?’ Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! (9) Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu (merampok) Aku, ya kamu seluruh bangsa! (10) Bawalah SELURUH persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkaplangit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (11) Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. (12) Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.”.

Catatan: semua kata ‘menipu’ dalam 2 Raja-Raja 8: 8-9 seharusnya lebih tepat diterjemahkan ‘merampok’.

2. Penggunaan uang secara tidak bertanggung jawab. Ini menyebabkan gaji yang seharusnya cukup menjadi tidak cukup. Tentu bukan Tuhan yang salah!

3. Tidak mau melayani / memberitakan Injil.

II) Ketaatan perempuan Sunem dan akibatnya (2 Raja-Raja 8: 2-3,5).

1) Perempuan Sunem ini taat (2 Raja-Raja 8: 2).2 Raja-Raja 8: 2: “Lalu berkemaslah perempuan itu dan dilakukannyalah seperti perkataan abdi Allah itu. Ia pergi bersama-sama dengan keluarganya, lalu tinggal menetap sebagai pendatang di negeri orang Filistin tujuh tahun lamanya.”.

Ini merupakan sesuatu yang luar biasa, karena bisa saja perempuan Sunem ini minta bukti / tanda bahwa memang akan terjadi kelaparan. Perlu diketahui bahwa sekalipun ay 1b menggunakan bentuk lampau (‘TUHAN telah mendatangkan kelaparan’), tetapi ini merupakan sesuatu yang sering terjadi pada pemberian nubuat. Untuk menunjukkan bahwa hal itu pasti terjadi, maka digunakan bentuk lampau, padahal hal itu belum terjadi.

Juga perempuan Sunem itu bisa saja berpikir bahwa di tempat lain mungkin juga akan mengalami hal yang sama. Atau ia bisa berlambat-lambat seperti Lot dan keluarganya pada waktu disuruh meninggalkan Sodom dan Gomora (Kejadian 19:16).

Bahwa ia tidak melakukan semua ini, tetapi langsung taat, menunjukkan imannya yang hebat pada firman Tuhan.

Pulpit Commentary: “It was an act of faith on the part of the Shunammite to take this step, for she had nothing to go upon in regard to this famine but the prophet’s bare word.” [= Dari sudut perempuan Sunem itu, adalah merupakan tindakan iman untuk melakukan langkah itu, karena ia tidak mempunyai alasan untuk berpindah sehubungan dengan kelaparan ini, kecuali semata-mata kata-kata sang nabi.] - hal 183.

2) Ia mengungsi di negeri orang Filistin (2 Raja-Raja 8: 2).
Mengapa ia tidak memilih Yehuda atau negara lain tetapi Filistin?

a) Mungkin karena Filistin lebih makmur dari Yehuda / negara lain.
Filistin terletak dipantai Barat (sebelah Barat Daya dari Sunem). Karena terletak di pantai, maka banyak uap air dari laut yang memberikan embun dan hujan, yang menyebabkan negeri ini sangat subur.

Pulpit Commentary: “Philistia was a great grain country ..., and, though not altogether exempt from famine, was less exposed to it than either Judea or Samaria. The soil was exceedingly fertile, and the vapours from the Mediterranean descended upon it in dews and showers, when their beneficial influence was not felt further inland.” [= Filistin adalah negeri padi / gandum ... , dan sekalipun tidak sepenuhnya bebas dari kelaparan, tetapi tidak separah Yudea atau Samaria. Tanahnya sangat subur, dan uap air dari Laut Tengah turun ke negeri itu dalam embun dan hujan, pada waktu pengaruhnya yang bermanfaat tidak terasa di negeri yang letaknya lebih jauh dari pantai.] - hal 164.

Matthew Poole: “this land, though bordering upon Israel, was free from this famine, that it might appear that this was a special hand and judgment of God upon the Israelites for their idolatry,” [= negeri ini, sekalipun berbatasan dengan Israel, bebas dari kelaparan, sehingga bisa terlihat bahwa ini merupakan tangan dan penghakiman khusus dari Allah kepada orang Israel karena penyembahan berhala mereka,] - hal 732.

Kalau saudara bertanya: mengapa Filistin tidak dihajar / dihukum juga padahal mereka juga menyembah berhala? Jawabnya: Filistin tidak dihajar karena bukan umat Tuhan. Bandingkan dengan 1Pet 4:17-18 yang mengatakan bahwa penghakiman dimulai pada gereja!

1Petrus 4:17-18 - “(17) Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? (18) Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?”.

Tetapi memang akan ada saatnya bahwa orang di luar gereja juga akan dihukum oleh Tuhan. Kalau bukan di dunia ini, pastilah di dunia yang akan datang!

b) Mungkin Yehuda juga terkena kelaparan itu, seperti yang dikatakan Pulpit Commentary di atas.

Poole (hal 732) mengatakan bahwa mungkin ia takut kalau ke Yehuda akan membuat marah Yoram (karena Yehuda boleh dikatakan merupakan saingan dari Israel).
Kalau ini benar, maka ini merupakan sesuatu yang lucu. Seharusnya kalau ada rakyatnya yang harus pindah, Yoram harus lebih senang kalau rakyatnya pindah ke Yehuda (yang menyembah Yahweh), dari pada ke Filistin (yang merupakan negeri penyembah berhala). Tetapi persaingan dengan Yehuda /ketidaksenangan terhadap Yehuda menyebabkan ia bersikap sebaliknya. Hal seperti ini juga ada pada jaman sekarang. Ada pendeta, yang kalau jemaatnya harus pindah, lebih senang kalau jemaat tersebut pindah ke gereja yang brengsek, atau bahkan pindah ke agama lain, dari pada kalau jemaat tersebut pindah ke gereja yang bagus tetapi merupakan gereja yang tidak ia senangi / gereja saingan baginya.

3) Begitu masa kelaparan selesai perempuan Sunem itu langsung pulang (2 Raja-Raja 8: 3).2 Raja-Raja 8: 3a: “Dan setelah lewat ketujuh tahun itu, pulanglah perempuan itu dari negeri orang Filistin.”.

Pulpit Commentary: “She stayed no longer than she could help. Her own land, where she could have the ministration of a ‘man of God’ (ch. 4:23), was dear to her: and no sooner had the famine abated than she returned to it.” [= Ia tidak tinggal lebih lama dari yang bisa ia lakukan. Negerinya sendiri, dimana ia bisa mendapatkan pelayanan ‘abdi Allah’ (4:23), sangat ia sayangi: dan begitu kelaparan berkurang / mereda ia kembali ke negerinya.] - hal 164.

Renungkan: apakah saudara juga mempunyai kerinduan seperti itu?

4) Sampai di negerinya sendiri, ia menjumpai kesukaran / problem.2 Raja-Raja 8: 3b: “Kemudian ia pergi mengadukan perihal rumahnya dan ladangnya kepada raja.”.

Rupanya pada waktu ia mengungsi selama 7 tahun, rumah dan ladangnya diambil orang lain, dan sekarang orang itu tidak mau mengembalikannya kepada si perempuan Sunem. Memang janda-janda sangat rentan terhadap penindasan seperti itu, dan ini terlihat dari 2 text di bawah ini.

Yesaya 10:1-2 - “(1) Celakalah mereka yang menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak adil, dan mereka yang mengeluarkan keputusan-keputusan kelaliman, (2) untuk menghalang-halangi orang-orang lemah mendapat keadilan dan untuk merebut hak orang-orang sengsara di antara umatKu, supaya mereka dapat merampas milik janda-janda, dan dapat menjarah anak-anak yatim!”.

Markus 12:38-40 - “(38) Dalam pengajaranNya Yesus berkata: ‘Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, (39) yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, (40) yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.’”.

Juga adanya penyerobot tanah dibicarakan dalam Yes 5:8 - “Celakalah mereka yang menyerobot rumah demi rumah dan mencekau ladang demi ladang, sehingga tidak ada lagi tempat bagi orang lain dan hanya kamu sendiri yang tinggal di dalam negeri!”.

Pulpit Commentary: “On this subject Dr. Thomson says, in ‘The Land and the Book,’ ‘It is still common for even petty sheiks to confiscate the property of any person who is exiled for a time, or who moves away temporarily from his districts. Especially is this true of widows and orphans, and the Shunammite was now a widow. And small is the chance to such of having their property restored, unless they can secure the mediation of some one more influential than themselves.” [= Dalam persoalan ini Dr. Thomson berkata dalam buku ‘Negeri (Kanaan / Israel) dan Alkitab’, ‘Adalah tetap merupakan sesuatu yang umum bagi kepala-kepala desa kecil untuk menyita harta / milik dari orang yang dibuang / diasingkan untuk sementara waktu, atau yang pindah untuk sementara waktu dari daerahnya. Ini khususnya benar tentang janda-janda dan anak-anak yatim, dan sekarang perempuan Sunem ini adalah seorang janda. Dan kemungkinannya kecil bagi orang-orang seperti itu untuk mendapatkan harta / milik mereka kembali, kecuali mereka bisa mendapatkan penengahan dari orang yang lebih berpengaruh dari pada mereka sendiri.] - hal 176.

Pulpit Commentary: “This woman actually did suffer by her prompt obedience. She escaped the famine, indeed, but she lost her land. ... We may incur loss from a worldly point of view by obeying a command of God. But which do we prefer - the loss of a few pounds, or the loss of our heavenly Father’s smile? Even if we do lose by it - it is best to do the will of God, to follow in the footsteps of Jesus.” [= Perempuan ini betul-betul menderita oleh ketaatannya yang langsung. Ia memang lolos dari kelaparan, tetapi ia kehilangan tanahnya. ... Dari sudut pandang dunia kita bisa mendapatkan kerugian oleh ketaatan pada perintah Allah. Tetapi yang mana yang kita pilih - kehilangan beberapa pound, atau kehilangan senyum Bapa surgawi kita? Bahkan jika kita betul-betul kehilangan / mengalami kerugian oleh ketaatan itu - merupakan hal yang terbaik untuk melakukan kehendak Allah, untuk mengikuti langkah-langkah Yesus.] - hal 176.

Penerapan: maukah saudara taat sekalipun ketaatan itu membawa penderitaan?

III) Pengaturan dan pertolongan Tuhan.

1) Yoram ingin tahu tentang mujijat-mujijat yang telah dilakukan Elisa, dan untuk itu ia memanggil Gehazi, dan lalu memintanya untuk menceritakan hal itu kepadanya (2 Raja-Raja 8: 4).

2 Raja-Raja 8: 4: “Raja sedang berbicara kepada Gehazi, bujang abdi Allah itu, katanya: ‘Cobalah ceritakan kepadaku tentang segala perbuatan besar yang dilakukan Elisa.’”.

Mengapa Yoram tidak bertanya kepada Elisa sendiri? Karena:
a) Hubungannya dengan Elisa tidak terlalu baik; Elisa jelas tidak terlalu senang dengan raja yang setengah bertobat ini.
b) Elisa sendiri mungkin tidak akan mau menceritakan kehebatannya dalam melakukan mujijat.

2) Perempuan Sunem datang untuk mengadukan perkaranya kepada raja, persis pada saat Gehazi sedang menceritakan pembangkitan anak perempuan Sunem oleh Elisa.

2 Raja-Raja 8: 5: “Sedang ia menceritakan kepada raja tentang Elisa menghidupkan anak yang sudah mati itu, tampaklah perempuan yang anaknya dihidupkan itu datang mengadukan perihal rumahnya dan ladangnya kepada raja. Lalu berkatalah Gehazi: ‘Ya tuanku raja! Inilah perempuan itu dan inilah anaknya yang dihidupkan Elisa.’”.

Dari kata ‘segala perbuatan besar’ pada 2 Raja-Raja 8: 4b, bisa dipastikan bahwa Gehazi menceritakan banyak mujijat yang dilakukan oleh Elisa. Dan salah satu mujijat yang ia ceritakan adalah pembangkitan anak perempuan Sunem yang terjadi dalam 4:18-37.

Dan pada saat ia sedang menceritakan cerita itu, datanglah si perempuan Sunem mengadukan persoalannya, dan Gehazi langsung berkata kepada Yoram: ‘Ya tuanku raja! Inilah perempuan itu dan inilah anaknya yang dihidupkan Elisa.’ (2 Raja-Raja 8: 5).

Secara manusia, semua ini kelihatannya kebetulan. Kebetulan Yoram sedang ingin tahu tentang mujijat-mujijat Elisa, kebetulan ia memanggil Gehazi dan Gehazinya bisa datang, dan kebetulan Gehazi sedang menceritakan cerita pembangkitan anak perempuan Sunem, dan sebagainya. Tetapi betulkah semua itu kebetulan? Bagi Allah yang berdaulat, yang menetapkan dan mengatur segala sesuatu dalam arti kata yang semutlak-mutlaknya, tidak ada barang kebetulan.

Pulpit Commentary: “The coincidence can scarcely have been accidental. Divine providence so ordered matters that, just when the king’s interest in the woman was most warm, she should appear before him to urge her claim. At another time, Jehoram would, it is probable, have been but slightly moved by her complaint. Under the peculiar circumstances, he was deeply moved, and at once granted the woman the redress for which she asked.” [= Kejadian yang terjadinya bersamaan ini tidak mungkin merupakan kebetulan. Providensia ilahi mengatur hal-hal sedemikian rupa sehingga, persis pada saat perhatian sang raja terhadap perempuan ini paling hangat, perempuan ini muncul di hadapannya untuk menyatakan permohonannya. Andaikata itu terjadi pada saat yang berbeda, mungkin sekali Yoram tidak akan tergerak oleh keluhan perempuan itu. Tetapi dalam keadaan khusus seperti itu, ia sangat tergerak, dan segera mengabulkan ganti rugi yang diminta perempuan itu.] - hal 165.

Pulpit Commentary: “We may learn from the entire narrative, (1) that our lives are divinely ordered; (2) that nothing happens to us by mere chance; (3) that events which seems to us, at the time when they happen, of the least possible importance, may be necessary links in the chain which Divine providence is forging for the ordering of our lives, and for the working out through them of the Divine purposes.” [= Dari seluruh cerita ini kita bisa belajar (1) bahwa hidup kita diatur secara ilahi; (2) bahwa tidak ada yang terjadi kepada kita sekedar karena kebetulan; (3) bahwa peristiwa-peristiwa yang pada saat terjadi kelihatannya sangat tidak penting bisa merupakan mata rantai yang penting dalam rantai yang ditempa / dibentuk oleh providensia Ilahi untuk mengatur kehidupan kita, dan untuk melaksanakan rencana Ilahi melalui hal-hal itu.] - hal 172.

3) ‘Kebetulan’ yang merupakan pengaturan Allah ini menyebabkan Yoram mengabulkan permintaan si perempuan Sunem dan ia memerintahkan supaya rumah dan ladang si perempuan Sunem dikembalikan, bahkan beserta hasil tanah itu selama 7 tahun.

2 Raja-Raja 8: 6: “Lalu raja bertanya-tanya, dan perempuan itu menceritakan semuanya kepadanya. Kemudian raja menugaskan seorang pegawai istana menyertai perempuan itu dengan pesan: ‘Pulangkanlah segala miliknya dan segala hasil ladang itu sejak ia meninggalkan negeri ini sampai sekarang.’”.

Ini boleh dikatakan merupakan hukuman bagi si penyerobot tanah secara tidak sah itu.

Pulpit Commentary: “English law lays down the same rule in cases of unlawful possession for which there is no valid excuse.” [= Hukum Inggris memberikan peraturan yang sama dalam kasus-kasus pemilikan untuk mana di sana tidak ada alasan yang sah.] - hal 165.


Pulpit Commentary: “The Shunammite had not suffered, after all, by her obedience. ‘No one hath forsaken houses, or lands, or father, or mother, or friends, ... but he shall receive an hundredfold more in this life, and in the world to come life everlasting.’” [= Akhirnya perempuan Sunem ini tidak menderita oleh ketaatannya. ‘Tak seorangpun yang telah meninggalkan rumahnya, atau bapanya, atau ibunya, atau teman-temannya, ... tetapi ia akan menerima 100 x lipat dalam hidup ini, dan hidup kekal dalam dunia yang akan datang’.] - hal 177. Bandingkan dengan Markus 10:28-30.

Mungkin tadinya pada waktu perempuan Sunem ini mendapati rumah dan ladangnya diambil orang, ia bertanya-tanya: ‘Apakah Allah, yang memelihara aku selama 7 tahun di Filistin, tidak bisa menjaga rumah dan ladangku, padahal aku menggunakan rumahku untuk tempat menginap Elisa?’ (2Raja-raja 4:8-11). Tetapi sekarang ia melihat bahwa Allah memang menjaga rumah dan ladangnya sedemikian rupa sehingga pada waktu ia kembali ia bisa menerimanya kembali beserta hasilnya!

EPILOG.

Ketaatan memang bisa menimbulkan problem. Tetapi Tuhan mengatur segala sesuatu untuk kebaikan kita, dan karena itu marilah kita tetap setia dalam ketaatan kita kepadaNya.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post