YOHANES 4:19-42 (PEREMPUAN SAMARIA)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Bacaan: YOHANES 4:19-42.
Yohanes 4:19-20:
1) Bahwa Yesus bisa tahu tentang dosa-dosanya, menyebabkan perempuan Samaria itu menganggap Yesus sebagai nabi (Yohanes 4: 19). Ini merupakan langkah yang penting, karena menerima Yesus sebagai nabi berarti mau mendengar dan percaya pada ajaran Yesus. Dan hal ini akhirnya menyebabkan perempuan itu mempercayai kata-kata Yesus bahwa Ia adalah Mesias / Kristus (Yohanes 4: 25,26,29).
otomotif, gadget, bisnis |
Penerapan:
· Ada orang yang mau menerima Yesus sebagai nabi, tetapi tidak mau belajar dari Yesus. Ini hanya penerimaan yang ada di mulut saja! Kalau saudara betul-betul menerima Yesus sebagai nabi, dengarkanlah dan percayalah ajaran dari Yesus!
· Kalau saudara mempercayai dan menerima Yesus sebagai nabi, maka saudara harus mau belajar dan menerima / tunduk pada firman Tuhan, yang merupakan ajaran dari Yesus (baik langsung maupun melalui nabi / rasul). Hanya kalau saudara ada dalam keadaan seperti ini maka saudara bisa mendapatkan pengenalan yang benar tentang diri Yesus, dan bahkan mempunyai hubungan pribadi dengan Yesus.
2) Yohanes 4: 20:
a) ‘nenek moyang kami’.
Siapa yg dimaksud dg ‘nenek moyang kami’? Ada 2 pandangan:
· ‘nenek moyang kami’ disini adalah Abraham, Ishak dan Yakub.
· ‘nenek moyang kami’ disini adalah orang-orang Samaria.
Saya lebih setuju dengan pandangan yang kedua, karena dalam Yohanes 4: 20 ini ‘nenek moyang kami’ dikontraskan dengan ‘kamu’, yang jelas menunjuk kepada orang Yahudi.
b) Tempat ibadah yang benar.
Ada 2 kemungkinan mengapa perempuan Samaria itu membicarakan tempat ibadah yang benar:
· Perempuan ini membicarakan tempat ibadah karena ia mau mengalihkan pembicaraan dari dosa-dosanya.
Kalau ini benar, maka lagi-lagi ini menunjukkan bahwa ia tidak senang membicarakan dosa-dosanya.
Penerapan:
Kalau saudara mendengar firman Tuhan, dan pengkhotbah sedang membicarakan dosa yang saudara lakukan, apakah saudara punya kecenderungan untuk mengalihkan pikiran saudara kepada hal-hal lain? Mungkin saudara berpikir bahwa dari pada mendengar teguran dosa, yang akan membuat saudara mempunyai perasaan bersalah, lebih baik melamun saja! Sebagai orang kristen saudara harus berusaha mengatasi / mengalahkan kecenderungan / pikiran seperti ini dalam diri saudara.
· Perempuan itu membicarakan tempat ibadah, karena setelah sadar akan dosanya, ia mau memberi korban penghapus dosa. Tetapi ia tidak tahu dimana tempat yang benar untuk melakukan hal itu. Orang Samaria berbakti di gunung Gerizim, sedangkan orang Israel / Yahudi berbakti di Yerusalem. Ia ingin tahu yang mana yang benar, dan ia menanyakannya kepada Yesus.
Catatan:
Perlu diketahui bahwa sebelum jaman Musa, maka tempat ibadah kepada Tuhan belum ditetapkan, dan karena itu orang boleh beriba-dah di mana-mana. Tetapi sejak jaman Musa, Tuhan menetapkan satu tempat ibadah tertentu (Ulangan 12:8-14).
Karena itu ‘nenek moyang’ perempuan Samaria itu berdosa dengan menyembah Allah di gunung Gerizim. Dengan mengikuti tradisi yang salah itu, perempuan Samaria itu juga berdosa. Jadi ‘nenek moyang’ tidak bisa dipakai sebagai perisai.
Penerapan:
Karena itu jangan asal tiru, baik dari nenek moyang maupun dari gereja lain atau dari siapapun juga.
Contoh orang kristen yang asal tiru:
¨ melihat ada gereja yang berdoa dengan iringan musik, langsung meniru tanpa menyelidiki apakah hal itu sesuai dengan Kitab Suci atau tidak.
¨ melihat bahwa saat ini sedang musimnya orang kristen ‘tertawa dalam roh / berbahasa roh’, maka banyak orang kristen kepingin dirinya juga demikian.
¨ melihat bahwa saat ini banyak orang pergi ke Toronto, maka banyak orang kristen ikut-ikutan pergi ke sana, tanpa mempelajari apakah Toronto Blessing itu alkitabiah atau tidak!
Kalau saudara mau meniru, tirulah firman Tuhan / kehidupan Yesus!Yohanes 4: 21-24:
1) ‘Saatnya akan tiba’ (Yohanes 4: 21).
Bandingkan dengan Yohanes 4: 23 yang berbunyi: ‘Saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang’.
Ini bukan kontradiksi, tetapi merupakan kebiasaan saat itu untuk menunjuk pada masa transisi. Jadi, sistim ibadah Perjanjian Lama, yang menekankan hal-hal lahiriah, sedang mulai dihapuskan.
2) ‘kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal’ (Yohanes 4: 22a).
a) Ini jelas menunjukkan bahwa ibadah / agama harus disertai pengenalan / pengetahuan / pengertian yang benar!
Calvin: “Unless there be knowledge, it is not God that we worship, but a phantom or idol” (= kecuali ada pengetahuan / pengertian, maka bukan Allah yang kita sembah, tetapi setan atau berhala).
Calvin berkata lagi:
“if we wish our religion to be approved by God, it must rest on knowledge obtained from His word” (= kalau kita menginginkan supaya agama kita direstui oleh Allah, maka agama itu harus bersandar pada pengetahuan yang didapatkan dari firmanNya).
Penerapan:
· kalau saudara adalah orang yang menekankan ibadah / kebaktian, atau orang yang menekankan agama, maka saudara harus rajin belajar firman Tuhan! Adalah sia-sia kalau saudara hanya rajin beribadah / berbakti, tetapi saudara tidak mengerti firman Tuhan dengan baik. Ingat bahwa tidak dalam setiap kebaktian diajarkan firman Tuhan yang baik!
· gereja yang tidak menekankan pengajaran firman Tuhan, pada hakekatnya tidak mengarahkan jemaatnya untuk beribadah kepada Allah!
b) Mengapa orang Samaria dikatakan tidak mengenal Allah? Karena mereka memotong Kitab Suci / Firman Tuhan. Dari seluruh Perjanjian Lama mereka hanya mengakui / menerima Pentateuch (= 5 kitab Musa, yaitu Kejadian - Ulangan).
Penerapan:
· terimalah seluruh Kitab Suci, dan pelajarilah seluruh Kitab Suci! Jangan ada bagian tertentu yang dianak-tirikan! Jangan hanya menyoroti bagian tertentu dan mengabaikan bagian yang lain!
· menambahi maupun mengurangi Kitab Suci membuat kita tidak mengenal Allah, atau mengenal Allah secara salah! Karena itu hati-hatilah dengan pengkhotbah yang mengurangi ataupun menambahi Kitab Suci! Orang Liberal sering mengurangi Kitab Suci, khususnya bagian-bagian yang bersifat mujijat, atau yang bertentangan dengan ‘toleransi beragama’. Orang Kharismatik sering menambahi Kitab Suci dengan ajaran-ajaran yang semata-mata berdasarkan pengalaman, bukan berdasarkan Kitab Suci.
3) ‘sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi’ (Yohanes 4: 22b).
Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:
a) Keselamatan disini menunjuk pada Kristus / keselamatan dalam Kristus. Perlu diingat bahwa Yesus adalah orang Yahudi.
Tetapi penafsiran ini rasanya tidak cocok dengan kontexnya.
b) Ini menunjuk pada keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Yahudi, yaitu dengan diberikannya Firman Tuhan kepada mereka (Roma 3:2), sehingga dari merekalah pengertian yang benar tentang Allah / keselamatan bisa tersebar ke seluruh dunia.
Bdk. Yesaya 2:3 / Mikha 4:2.
Setelah orang Yahudi menolak Kristus, maka hak istimewa ini dicabut.
4) Yohanes 4: 23-24:
a) ‘Penyembah-penyembah benar’ (Yohanes 4: 23).
Secara implicit ini menunjukkan adanya penyembah-penyembah yang salah / palsu.
Karena itu jangan pernah berkata: agama / caranya berbeda tidak apa-apa, yang penting tujuannya sama yaitu menyembah Allah. Allah bukan hanya menghendaki manusia menyembah Dia, tetapi juga menghendaki supaya manusia menyembahNya dengan benar. Untuk itu perhatikan Yohanes 4: 23b - ‘Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian’.
Bagaimana kita bisa menyembah Allah dengan benar? Syarat pertama dan terutama yang harus saudara penuhi kalau saudara mau menjadi seorang penyembah benar adalah: saudara harus menyembah Allah melalui Yesus Kristus sebagai satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia (bdk. Yoh 14:6 1Timotius 2:5). Kalau saudara menolak syarat ini, jangan pernah mimpi bisa menjadi penyembah Allah yang benar!
Syarat selanjutnya dibahas di bawah ini.
b) ‘menyembah dalam roh dan kebenaran’ (Yohanes 4: 23,24).
· ‘menyembah dalam roh’.
Ada banyak orang kristen jaman ini yang menggunakan bagian ini sebagai dasar untuk melakukan ‘acara penyembahan’ dalam kebaktian / persekutuan. Tetapi kalau kita melihat kontex dimana ayat ini terletak, maka jelaslah bahwa bukan itu yang dimaksud oleh Yesus!
Kata ‘menyembah dalam roh’ di sini dikontraskan dengan ‘menyembah secara lahiriah’.
Contoh penyembahan yang lahiriah adalah:
* penekanan tempat tertentu untuk ibadah, doa dsb (dalam kontex ini jelas inilah yang dimaksud. Bdk. Yohanes 4: 21).
Dari sini jelas bahwa:
Þ orang kristen tidak punya tempat / kota suci.
Yerusalem, maupun Israel / Kanaan bukan merupakan tempat suci bagi orang kristen!
Þ orang kristen tidak harus berbakti di gedung gereja.
Rumah, restoran, ruang senam, lapangan, atau tempat manapun / apapun, boleh dipakai sebagai tempat untuk berbakti.
Þ pemberkatan pernikahan tidak harus dilakukan di gedung gereja.
Þ orang kristen tidak perlu pergi ke suatu tempat tertentu (misalnya bukit doa) kalau mau berdoa. Memang kita harus mencari tempat yang sunyi, tetapi bukan tempat tertentu.
Þ orang kristen tidak perlu pergi ke tempat tertentu untuk mendapat berkat tertentu. Karena itu adalah lucu kalau ada banyak orang yang pergi ke Toronto untuk mendapatkan Toronto Blessing. Bandingkan dengan ajaran Kitab Suci sendiri yang menunjukkan bahwa walaupun pencurahan Roh Kudus pertama kali terjadi di Yerusalem, tetapi tidak ada keharusan pergi ke Yerusalem untuk mendapatkan Roh Kudus.
* external worship (= penyembahan / ibadah lahiriah).
Yang dimaksud di sini adalah orang yang berpandangan bahwa yang penting ia sudah pergi ke gereja, dan sepanjang kebaktian tubuhnya ada di gereja. Bagaimana dan dimana hati dan pikirannya pada saat itu, tidaklah terlalu jadi soal.
Ingat bahwa sebetulnya yang penting adalah kesungguhan, semangat dan kasih dalam hati si penyembah. Jadi kalau orang hanya sekedar muncul dan berbakti di gereja, tetapi hati dan pikirannya tidak sungguh-sungguh berbakti, maka sebetulnya ia tidak berbakti kepada Tuhan.
* keharusan posisi tubuh tertentu dalam berdoa / berbakti.
* keharusan bagi orang yang berdoa / berbakti untuk menghadap ke arah tertentu.
* liturgi yang dilaksanakan dengan terlalu ketat, sehingga tidak dijiwai. Demikian juga pembacaan doa / pengakuan iman yang sekedar diucapkan oleh mulut. Ini banyak terdapat dalam gereja Protestan dan Katolik.
Sebetulnya dalam Perjanjian Lamapun ‘menyembah dalam roh’ juga ditekankan (bdk. Yes 1:11-15 Yesaya 58:2-5 Maz 51:8,18-19), tetapi dalam Perjanjian Lama semua ini dibungkus dengan hal-hal lahiriah sehingga kelihatannya bersifat daging / lahiriah. Bahwa ‘bungkus’ ini kelihatannya bersifat daging / lahiriah, terlihat dari:
à Galatia 4:9 yang menyebut ceremonial law dengan istilah ‘roh-roh dunia yang lemah dan miskin’ (NIV: weak and miserable principles).
à Ibrani 9:1 yang menyebut Bait Allah dengan istilah ‘tempat kudus buatan tangan manusia’ (NIV: earthly sanctuary).
Calvin: “The worship of the Law was spiritual in its substance, but, in respect of its form, it was somewhat earthly and carnal” (= Penyembahan / ibadah dari hukum Taurat pada hakekatnya adalah rohani, tetapi, agak duniawi dan bersifat daging kalau ditinjau dari bentuknya).
· ‘menyembah dalam kebenaran’.
Ini perlu ditambahkan pada ‘menyembah dalam roh’, karena hanya benar secara batin (yaitu ada kasih, kesungguhan dsb) belumlah cukup. Harus juga ada kebenaran, seperti pemikiran / pengertian yang benar, kepercayaan yang benar, cara ibadah yang benar dsb. Ini lagi-lagi menekankan perlunya belajar Firman Tuhan!
· ‘menyembah dalam roh dan kebenaran’.
Ini menunjukkan bahwa kedua hal ini harus diperhatikan.
Ada orang yang tidak mempedulikan kedua hal ini. Mereka tidak mempunyai pengertian yang benar, dan mereka juga tidak punya semangat dan kesungguhan.
Ada juga orang yang hanya menekankan hanya salah satu saja seperti:
* yang dipentingkan hanyalah kesungguhan dan semangat; sedangkan kalau caranya / pengertiannya salah tidak apa-apa. Ini sering ada pada orang Kharismatik / Pentakosta!
* yang dipentingkan adalah pengertian dan cara yang benar, tetapi dalam hati tidak ada semangat / kesungguhan maupun kasih. Ini sering ada pada orang Protestan!
Saudara termasuk yang mana? Maukah bertobat?
c) ‘Allah itu Roh’ (Yohanes 4: 24).
KJV: God is a Spirit (= Allah adalah suatu Roh). Ini salah terjemahan!
RSV/NIV/NASB/NKJV: God is Spirit (= Allah adalah Roh).Yohanes 4: 25-26:
1) Yohanes 4: 25:
Mengapa perempuan Samaria ini tahu-tahu bicara tentang Mesias? Mungkin karena kata-kata Yesus itu mengingatkan dia pada janji Tuhan tentang akan datangnya Mesias. Atau mungkin perempuan Samaria itu tidak senang pada jawaban Yesus yang jelas berpihak pada bangsa Yahudi, sehingga ia mau menantikan Mesias, yang menurutnya akan memberikan jawaban yang benar.
2) Yohanes 4: 26:
Pengakuan Yesus kepada perempuan Samaria itu bahwa Dia adalah Mesias.Yohanes 4: 27:
1) Murid-murid datang dan heran melihat Yesus berbicara dengan seorang perempuan Samaria. Mengapa? Karena pada saat itu ada suatu peraturan Rabi yang berbunyi sebagai berikut:
“A man shall not be alone with a woman in an inn, not even with his sister or his daughter, on account of what men may think. A man shall not talk with a woman in the street, not even with his own wife, and especially not with another woman, on account of what men may say” (= Janganlah seorang laki-laki sendirian dengan seorang perempuan di sebuah penginapan, bahkan tidak dengan saudara perempuannya atau anak perempuannya, karena apa yang orang mungkin pikirkan. Janganlah seorang laki-laki berbicara dengan seorang perempuan di jalan, bahkan tidak dengan istrinya sendiri, dan terlebih lagi tidak dengan perempuan lain, karena apa yang orang mungkin katakan).
Bahwa Yesus tetap berbicara berduaan dengan perempuan Samaria itu menunjukkan bahwa Yesus tidak mempedulikan peraturan yang tidak punya dasar Kitab Suci ini!
Penerapan:
Jangan mempedulikan ajaran yang tidak punya dasar Kitab Suci, tidak peduli itu sudah menjadi tradisi dari banyak orang selama ratusan tahun.
2) Sekalipun heran, mereka tidak berani bertanya apa-apa (Yohanes 4: 27b), apalagi menyalahkan Yesus. Mengapa?
a) Karena mereka tahu bahwa Yesus sering bertentangan dengan ajaran / tradisi Yahudi.
b) Karena mereka tahu bahwa kalau Yesus melakukan hal itu, Ia pasti punya alasan yang kuat.
Barnes’ Notes: “We should be confident that Jesus is right, even if we cannot fully understand all that He does” (= kita harus yakin bahwa Yesus itu benar, sekalipun kita tidak bisa mengerti sepenuhnya semua yang Ia lakukan).
Penerapan:
Saat ini atau dikemudian hari, kalau saudara mengalami banyak penderitaan dan kesukaran / problem, dan saudara tidak mengerti apa maksud Tuhan dengan semua itu, jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan, tetapi sebaliknya yakinlah bahwa Ia tahu apa yang Ia lakukan, dan bahwa Ia pasti benar!Yohanes 4: 28-30:
1) Yohanes 4: 28:
Perempuan itu meninggalkan tempayannya, karena:
a) Ia lupa pada tempayan dan airnya saking girangnya. Sukacita karena menemukan Kristus / keselamatan menyebabkan ia ingin memberitakan Injil, sehingga melupakan / mengabaikan airnya. Perhatikan bahwa suka-cita tidak harus diwujudkan dengan tertawa terbahak-bahak (bandingkan dengan Toronto Blessing).
b) Ia bukan lupa tetapi sengaja meninggalkan tempayannya karena:
· dengan tidak membawa tempayan berisi air itu, ia bisa lebih cepat mendapatkan orang-orang sekampungnya.
· ia bermaksud untuk kembali kepada Yesus.
Yang manapun yang benar dari 2 kemungkinan di atas ini, tetap menunjukkan bahwa perempuan Samaria itu berkobar-kobar dalam menceritakan apa yang ia alami kepada orang lain.
Apakah saudara juga punya semangat yang sama?
2) Yohanes 4: 29:
a) Perempuan Samaria ini melakukan sharing kepada orang-orang sekampungnya:
· padahal ia adalah orang bejad.
Penerapan:
Seringkah saudara tidak sharing / tidak memberitakan Injil karena merasa diri terlalu kotor? Memang kita harus berusaha maximal untuk menguduskan diri, tetapi sementara kita belum bisa, maka kita tetap harus memberitakan Injil / sharing! Tuhan tetap mau dan bisa memakai orang yang berdosa!
· padahal ia baru bertobat dan hanya tahu sangat sedikit.
Bagaimana dengan saudara? Mungkin saudara sudah lama bertobat, dan sudah tahu banyak firman Tuhan, tetapi sudahkah saudara memberitakan Injil / sharing?
b) Dalam melakukan sharing itu, ia bukan mengajar Kitab Suci, tetapi ia hanya menceritakan apa yang ia alami!
Kalau saudara takut dalam mengajarkan Kitab Suci, karena saudara merasa belum mengerti terlalu banyak, itu wajar. Tetapi bagaimana kalau sekedar menceritakan pengalaman saudara? Kalau saudara pergi ke luar kota / ke luar negeri, maka saudara bisa dengan mudah menceritakan pengalaman saudara kepada orang lain. Kalau saudara nonton film, maka saudara juga dengan mudah bisa menceritakan apa yang saudara tonton itu kepada orang lain. Lalu mengapa saudara tidak bisa menceritakan pengalaman pertobatan saudara? Mungkinkah karena saudara memang belum pernah bertobat?
c) ‘Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat’ (Yohanes 4: 29b).
Kata-kata ‘segala sesuatu’ ini bisa ditafsirkan 2 macam:
· Yesus memang menceritakan hal-hal yang lain selain dalam Yohanes 4: 16-18, tetapi tidak diceritakan dalam Kitab Suci.
· perempuan ini hanya melebih-lebihkan.
Saya lebih condong pada pandangan yang kedua.
Penerapan:
Kalau saudara sharing, jangan membual atau melebih-lebihkan (bahasa Jawa: ngobros), sekalipun tujuannya baik! Sekalipun dalam kasus ini sharing yang melebih-lebihkan itu ternyata berhasil (bdk. Yohanes 4: 39), tetapi itu tetap tidak berarti bahwa hal itu boleh dilakukan. Jangan jadi pragmatist, yang hanya mempersoalkan hasil / tujuannya, tetapi tidak mempedulikan benar tidaknya cara yang digunakan!
d) ‘Mungkinkah Dia Kristus itu?’ (Yohanes 4: 29c).
Ini tidak berarti bahwa ia masih ragu-ragu bahwa Yesus adalah Mesias / Kristus. Ia menggunakan pertanyaan, hanya untuk membangkitkan keinginan tahu dalam diri orang-orang itu, supaya mereka pergi sendiri kepada Yesus. Ini justru menunjukkan bahwa perempuan Samaria ini tidak berusaha menarik orang kepada dirinya sendiri, tetapi kepada Kristus.
Penerapan:
Dalam pelayanan saudara (khususnya kalau saudara adalah hamba Tuhan!), saudara menarik orang kepada diri saudara sendiri, atau kepada Kristus?
3) Yohanes 4: 30: orang-orang Samaria itu mau datang kepada Yesus.
Bangsa blasteran yang agamanya brengsek ini ternyata sangat antusias pada saat mendengar tentang Kristus. Bandingkan dengan sikap acuh tak acuh dari para imam dan ahli Taurat pada waktu mendengar dari orang Majus tentang kelahiran Mesias. Mereka hanya memberi informasi tentang tempat lahir Mesias, tetapi mereka sendiri tidak datang kepada Mesias itu (Mat 2:4-6).
Penerapan:
Seringkali orang yang dalam pandangan / perkiraan kita akan mudah untuk bertobat kalau diinjili, ternyata terus mengeraskan hati dan tidak mau bertobat / percaya kepada Yesus. Sebaliknya ada orang-orang yang rasanya tidak mungkin bertobat, tetapi ternyata pada waktu diinjili bisa bertobat dengan mudah. Ini mengajar kita untuk berani memberitakan Injil kepada orang yang kelihatannya tidak akan mau bertobat!Yohanes 4: 31-38:
1) Yohanes 4: 31-34:
a) Dari tadi (bdk Yohanes 4: 8) Yesus sudah lapar, tetapi sekarang malah tidak mau makan, karena:
· sukacita karena telah menyelamatkan perempuan Samaria itu.
Kalau saudara mau mengalami sukacita seperti ini, banyaklah memberitakan Injil!
· mau melayani orang-orang Samaria yang lain, yang Ia tahu akan datang kepadaNya karena ajakan perempuan Samaria itu.
Calvin: “The Kingdom of God ought to be preferred to all the comforts of the body” (= Kerajaan Allah harus diutamakan dari semua hal yang menyenangkan tubuh).
Bandingkan dengan sikap Ayub dalam Ayub 23:12b, yang lebih mengutamakan firman Tuhan dari makanannya (Catatan: ada beberapa terjemahan / penafsiran yang berbeda tentang bagian ini).
RSV mirip dengan Kitab Suci Indonesia.
NIV: I have treasured the words of his mouth more than my daily bread (= aku telah menghargai kata-kata mulutNya lebih dari roti harianku). NASB: I have treasured the words of His mouth more than my necessary food (= aku telah menghargai kata-kata mulutNya lebih dari makanan kebutuhanku).
KJV: I have esteemed the words of his mouth more than my necessary food (= aku telah menilai kata-kata mulutNya lebih dari makanan kebutuhanku).
Penerapan:
Apakah saudara mau mengorbankan kenikmatan tubuh (piknik, pesta, makan, kesenangan lain) demi Tuhan (pelayanan, kebaktian, firman Tuhan, dsb)?
b) Melakukan kehendak Bapa / menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Bapa disebut Yesus sebagai makanan (Yohanes 4: 34).
Bahwa Yesus menyebut pelayanan sebagai makanan menunjukkan bahwa:
· pelayanan adalah sesuatu yang sangat penting dan merupakan kebutuhan kita!
Kebanyakan orang kristen yang diminta untuk melakukan peleyanan tertentu menganggap bahwa gereja / Tuhan membutuhkan mereka. Sadarlah bahwa sebetulnya saudaralah yang membutuhkan pelayanan! Tanpa pelayanan yang berarti, jangan harap saudara bisa mempunyai iman dan kerohanian yang baik.
· pelayanan adalah sesuatu yang menyenangkan bagi Yesus!
Banyak orang yang melakukan pelayanan, tetapi tidak terlalu banyak yang senang (enjoy) melakukan pelayanan! Seperti dikatakan oleh seseorang:
“Many people endure their religion more than they enjoy it” (= banyak orang menahan agama mereka lebih dari menikmati agama mereka).
Kalau saudara mengasihi Allah dan saudara menyadari bahwa pelayanan itu saudara lakukan demi Dia, maka saudara pasti akan senang melakukan pelayanan saudara dan bahkan menikmati pelayanan saudara
c) Karena bagi Yesus menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa adalah makanan, maka Ia bisa menyelesaikan pekerjaan itu (Yoh 19:30 bdk. Yoh 17:4).
· kata ‘menyelesaikan’ disini adalah TELEIOSO.
· kata ‘sudah selesai’ dalam Yohanes 19:30 adalah TETELESTAI.
· kata ‘menyelesaikan’ dalam Yohanes 17:4 adalah TELEIOSAS.
Ketiga kata ini berasal dari kata dasar yang sama.
Kalau saudara menganggap pelayanan bukan sebagai makanan tetapi sebagai beban, saudara tidak bakal bisa menyelesaikan pekerjaan yang Allah berikan kepada saudara!
2) Yohanes 4: 35:
Sama seperti penuaian tidak boleh ditunda karena akan merusakkan panen; demikian juga pelayanan tidak boleh ditunda.
Orang malas selalu punya alasan untuk menunda / tidak melakukan pelayanan (Amsal 26:13 Pengkhotbah 11:4-6 bdk. Mazmur 126:5-6).
3) Yohanes 4: 36-38:
a) ‘buah’ dalam ay 36 bisa ditafsirkan 2 macam:
· buah menunjuk pada reward / pahala.
· buah menunjuk pada hasil pelayanan / orang-orang yang bertobat karena pelayanan. Ini lebih cocok dengan kontexnya.
Kata-kata ‘untuk hidup yang kekal’ menunjukkan bahwa hasil penginjilan bersifat kekal.
b) Yohanes 4: 37-38:
· penabur dan penuai.
Dalam kontex ini, yang dimaksud dengan ‘penabur’ (Yohanes 4: 37) / ‘orang-orang lain’ (Yohanes 4: 38) adalah:
* nabi-nabi Perjanjian Lama.
* Yohanes Pembaptis.
* Yesus.
* perempuan Samaria.
Sedangkan yang dimaksud dengan ‘penuai’ jelas adalah murid-murid (ini terlihat dari kata ‘kamu’ dalam Yohanes 4: 38).
· Bagian ini mengajar bahwa bisa saja terjadi seorang yang menabur dan orang lain yang menuai (Yohanes 4: 37-38).
Dalam Perjanjian Lama, dalam hal jasmani, kalau seseorang menabur tetapi dituai orang lain, itu merupakan hukuman dosa (Imamat 26:16 Ul 28:30b Hakim-hakim 6:3-6 Ayub 31:8 Mikha 6:15).
Tetapi dalam Perjanjian Baru, dalam hal rohani, itu berbeda (Yohanes 4: 37-38 bdk. 1Korintus 3:6-8).
· Bagian ini menunjukkan bahwa benih yang ditabur itu bisa membutuhkan waktu yang lama untuk bertumbuh, sehingga penaburnya sudah pindah / mati, dan diganti dengan orang baru yang menuainya.
Karena itu dalam memberitakan Injil, kalau saudara menabur tetapi tidak melihat hasilnya, maka jangan kecewa, putus asa, ataupun berhenti memberitakan Injil.
· kalau ada seorang menabur tetapi orang lain yang menuai hasilnya (secara rohani), maka Yohanes 4: 36b berkata bahwa dalam hal ini baik penabur maupun penuai harus sama-sama bersukacita! Ini menunjukkan bahwa:
* setiap bagian pelayanan adalah berguna, karena setiap bagian pelayanan saling berhubungan satu dengan yang lain. Penabur tak berguna kalau tak ada penuai, dan penuai tidak bisa menuai apa-apa kalau tidak ada penabur.
Karena itu setiap pelayanan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan sukacita.
* ada pelayanan yang menyenangkan (yaitu ‘menuai’) dan ada pelayanan yang kurang menyenangkan (yaitu ‘menabur’). Menuai selalu lebih menyenangkan dari menabur. Ini berlaku dalam hal jasmani maupun rohani. Bdk. Mazmur 126:5-6.
Tetapi Yesus berkata bahwa dalam hal rohani, keduanya harus dilakukan dengan sukacita (Yohanes 4: 36b)!
* penabur tidak boleh marah kepada orang yang menuai hasilnya, dan menuduhnya sebagai ‘pencuri tuaian / domba’! Ingat bahwa Tuhanlah yang empunya ladang, panen, domba dsb (1Korintus 3:9 Matius 9:37-38 Yohanes 10:14,27).
* penuai boleh saja menuai hasil taburan orang lain (asal motivasinya adalah demi Tuhan!). Kalau ini boleh dilakukan sekalipun penaburnya betul-betul adalah hamba Tuhan, lebih-lebih lagi kalau penaburnya adalah nabi palsu.
Bagi hamba Tuhan yang selalu sungkan untuk ‘mencuri domba’ perlu diperhatikan bahwa dalam Yohanes 4:37-38 ini, Kristuslah yang mengutus penuai itu untuk menuai hasil taburan orang lain!Yohanes 4: 39-42:
1) Yohanes 4: 39 menunjukkan bahwa sharing dari perempuan Samaria itu membuat banyak orang percaya kepada Kristus, dan lalu dalam Yohanes 4: 41 lebih banyak lagi yang menjadi percaya karena kata-kata Yesus sendiri.
Calvin menafsirkan bahwa ‘percaya’ dalam Yohanes 4: 39 itu belum merupakan iman tetapi baru persiapan untuk iman, sedangkan ‘percaya’ dalam Yohanes 4: 41 itu baru betul-betul adalah iman.
Bagaimanapun juga, perempuan Samaria yang kelihatannya tidak terlalu berpotensi itu ternyata menghasilkan banyak jiwa melalui sharing pertobatan yang ia lakukan!
Beberapa hal yang perlu kita soroti:
a) Andaikata Yesus mengabaikan orang yang kelihatannya tidak berpotensi ini, alangkah besar kerugiannya!
Penerapan:
Karena itu dalam memberitakan Injil jangan hanya memberitakan Injil kepada orang yang saudara anggap berpotensi (pinter, berpendidikan, kaya, berpengaruh dsb). Kita harus mau memberitakan Injil kepada orang-orang yang sederhana, miskin, bodoh, anak-anak, dsb.
b) Sebetulnya tidak ada ‘orang yang tidak berpotensi’. Yang penting kita mau dipakai oleh Tuhan atau tidak! Petrus dan rasul-rasul Yesus yang lain kebanyakan adalah orang rendahan yang kelihatannya tidak berpotensi. Tetapi mereka mau menyerahkan diri mereka untuk dipakai Tuhan, dan mereka menjadi alat Tuhan yang hebat!
c) Ini pentingnya sharing pertobatan / pekabaran Injil pribadi! Karena itu maulah melakukannya!
2) Orang-orang Samaria itu mengundang Yesus untuk tinggal pada mereka, dan Yesuspun tinggal 2 hari di sana (Yohanes 4: 40).
Ingat bahwa mengundang Yesus tinggal disana berarti bahwa mereka sedikitnya harus menyediakan tempat tidur, air mandi, dan makanan bagi 13 orang laki-laki dewasa (Yesus + 12 muridNya)! Ini tentu mengharuskan orang-orang Samaria itu mengeluarkan biaya dan tenaga yang tidak sedikit!
Penerapan:
Orang-orang Samaria ini rela berkorban demi Tuhan / firman Tuhan! Apakah kerelaan berkorban (tenaga / uang) ini ada pada saudara? Kalau ada gereja yang bagus pengajaran Firman Tuhannya, tetapi gereja itu letaknya jauh dari rumah saudara, maukah saudara berkorban uang dan tenaga untuk pergi ke gereja itu dan belajar Firman Tuhan? Kalau ada buku rohani yang mahal tetapi bagus, maukah saudara mengorbankan uang saudara untuk bisa membacanya?
-AMIN-