KELUARAN 23:1-9 (KEADILAN DAN KEBENARAN)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
1) Keluaran 23:1-2 merupakan penerapan / perluasan dari hukum ke 9 dari 10 hukum Tuhan, yaitu ‘janganlah engkau bersaksi dusta’ (Keluaran 20:16).
Kalau sampai saat ini saudara masih meremehkan dusta, maka perhatikan bahwa dalam Wahyu 21:8 pendusta termasuk dalam orang-orang yang masuk ke neraka! Disamping itu ingatlah bahwa sebagai orang kristen kita disebut ‘orang kudus’ atau ‘orang benar’ oleh Kitab Suci. Adalah suatu kontradiksi kalau kita yang disebut ‘orang kudus / benar’ itu terus berdusta, karena dusta jelas merupakan ketidakbenaran!
2) Kata-kata ‘saksi’ (Keluaran 23:1), ‘kesaksian’, ‘perkara’, dan ‘hukum’ (Keluaran 23: 2) menunjukkan bahwa bagian ini ditekankan khususnya untuk pengadilan. Jadi, kalau kita menjadi saksi dalam pengadilan, kita harus menjadi saksi yang jujur, yang tidak memutarbalikkan kebenaran.
Tetapi tentu saja bagian ini juga berlaku di luar pengadilan. Jadi, dimanapun kita berada, kita tidak boleh memutarbalikkan kebenaran.
3) ’Jangan engkau menyebarkan kabar bohong’ (Keluaran 23: 1).
Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘menyebarkan’ itu juga bisa diterjemahkan ‘menerima’. Jadi, kita tidak boleh menjadi sumber, ataupun penerima / penerus kabar bohong itu. Karena itu, setiap kali saudara mendengar suatu berita yang menjelekkan seseorang, janganlah saudara cepat-cepat percaya (bdk. 1Timotius 5:19).
4) ’Janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar’ (Keluaran 23: 1b).
Kita harus menyalahkan orang yang salah, dan membenarkan orang yang benar. Kita tidak boleh menyalahkan orang yang benar, ataupun membenarkan orang yang salah!
Kalaupun yang dipersoalkan adalah orang yang baik, tetapi kalau dalam persoalan itu ia memang salah, saudara harus menyalahkan dia. Sebaliknya, kalaupun yang dipersoalkan adalah orang yang brengsek, tetapi kalau dalam persoalan itu ia memang benar, saudara harus membenarkan dia!
Ini menunjukkan bahwa sikap / motto ‘right or wrong my son / friend / church’ (= benar atau salah anak / teman / gereja saya) harus dibuang jauh-jauh! Jangan bersikap solider / setia kawan dengan orang yang salah!
Penerapan:
· kalau anak-anak saudara bertengkar, apakah saudara selalu membela anak kesayangan saudara tanpa peduli ia salah atau benar?
· kalau ada orang kafir yang menuduhkan suatu kesalahan dari seorang kristen / suatu gereja, apakah saudara selalu membela orang kristen / gereja itu tanpa mempedulikan salah benarnya?
· kalau boss saudara bertikai dengan seseorang, apakah saudara selalu membenarkan boss saudara, tanpa mempedulikan salah benarnya?
5) ’Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang ...’ (Keluaran 23: 2a,2b).
Banyak orang tidak mempunyai pendirian sehingga mudah sekali mengikuti orang banyak:
· dalam berbuat baik. Misalnya: Mat 21:8-9.
Tetapi, perbuatan baik yang dilakukan sekedar karena ikut-ikutan tentu tidak bisa disebut baik!
· dalam berbuat jahat. Misalnya: Kis 19:32 Matius 27:18-19,23-26 Markus 15:15 Lukas 23:14-25.
Kalau saudara termasuk orang yang mudah sekali mengikuti orang banyak, maka ingatlah bahwa kebenaran bukanlah demokrasi, dalam arti, yang banyak belum tentu benar! Karena itu, kalau saudara melihat banyak orang melakukan sesuatu, pikirkan lebih dulu apakah sesuatu itu benar atau salah! Kalau benar, ikutilah orang banyak itu. Tetapi kalau sesuatu itu salah, jangan ikuti mereka dalam berbuat yang salah! (bdk. Roma 12:2).
Penerapan:
¨ apakah sebagai pelajar saudara sering / pernah ikut-ikutan teman-teman saudara untuk membolos bersama-sama?
¨ apakah dalam bekerja, saudara sering / pernah mogok bersama-sama semua pekerja yang lain? bdk. 1Pet 2:18!
¨ apakah dalam mengemudikan kendaraan, saudara sering ikut-ikutan orang banyak untuk menerjang lampu merah, mengambil jalur yang salah dan melakukan pelanggaran lalu lintas yang lain?
¨ dalam banyak gereja / persekutuan, banyak orang asal meniru suatu praktek tertentu, tanpa memikirkan lebih dulu apakah praktek itu sesuai Kitab Suci atau tidak! Misalnya: berdoa diiringi alat musik.
Padahal hal itu jelas merupakan hal yang salah karena:
* Kitab Suci tidak pernah mengajar untuk berdoa dengan iringan alat musik.
* Kitab Suci mengajarkan bahwa berdoa sedapat mungkin harus dilakukan dalam kesunyian (bdk. Mark 1:35), jelas untuk memudahkan konsentrasi. Ingat bahwa kita semua adalah orang yang condong pada dosa, sehingga dalam kesunyianpun kita sering melamun dalam doa, apalagi kalau diberi iringan musik! Dan kalaupun saudara tetap bisa berkonsentrasi sekalipun diberi iringan alat musik, ingat bahwa ada banyak orang yang tidak bisa berkonsentrasi dalam doa yang diiringi musik!
* Orang yang memainkan alat musik itu sendiri pasti tidak ikut berdoa!
* Apa gunanya musik itu? Untuk didengar atau tidak? Kalau didengar, berarti saudara tidak berdoa dengan konsentrasi penuh. Kalau tidak didengar, lalu untuk apa dimainkan?
Keluaran 23: 3,6:
1) Kita memang harus mengasihi orang miskin, berbelas kasihan kepada orang miskin, menolong orang miskin, dsb (bdk. 22:25-27), tetapi kita tetap tidak boleh memihak / membenarkan orang miskin yang bersalah (Keluaran 23: 3 bdk. Im 19:15a).
Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pembenaran orang miskin yang bersalah ini sering terjadi, seperti:
· pemberian pesangon untuk penghuni bangunan liar yang digusur. Secara tidak langsung, ini membenarkan tindakan mereka untuk mendirikan bangunan liar, dan bahkan merangsang mereka dan orang-orang lain untuk mendirikan bangunan liar di tempat yang lain!
· kalau mobil tabrakan dengan becak / sepeda, selalu pengemudi mobil yang disalahkan!
· serikat buruh seringkali membela buruh yang dipecat, tanpa peduli buruh itu salah atau benar
2) Tindakan membenarkan orang miskin yang bersalah ini bisa disebabkan karena:
a) Belas kasihan yang berlebihan / extrim.
Ada orang-orang yang secara alamiah mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain. Sekalipun sebetulnya ini adalah sesuatu yang baik, tetapi karena manusia memang condong pada dosa, maka sifat ini dengan mudah lalu diextrimkan sehingga menjadi sesuatu yang tidak baik, dimana kita lalu membenarkan orang miskin yang salah. Karena itu, kalau saudara adalah orang yang seperti ini, berhati-hatilah supaya jangan belas kasihan itu saudara wujudkan secara kelewat batas! Belas kasihan itu baik, tetapi tidak pernah boleh menginjak-injak kebenaran / keadilan! Bandingkan dengan 1Kor 13:6!
b) Suatu pemikiran / anggapan bahwa orang kaya itu jahat, sehingga pasti selalu salah. Ini jelas merupakan pemikiran yang salah! Orang kaya tidak selalu jahat, dan orang miskin tidak selalu baik / benar!
3) Ajaran dalam ay 3 ini bisa diterapkan bukan pada orang miskin saja, tetapi juga pada orang-orang yang menderita dalam hal yang lain. Jadi, penderitaan apapun yang dialami seseorang, tidak boleh menyebabkan kita membenarkan dia pada waktu ia bersalah.
Misalnya:
· kalau saudara mempunyai seorang anak yang tidak secantik / tidak sepandai anak-anak saudara yang lain, maka mungkin sekali saudara justru mengasihi anak itu lebih dari yang lain, sehingga kalau anak itu bertengkar dengan anak yang lain, saudara cenderung membenarkan anak itu sekalipun sebetulnya ia yang bersalah. Ini adalah sikap yang salah!
· pada saat memberi counseling (= nasihat) pada orang yang sangat menderita sekalipun, kita tetap tak boleh membenarkan dia kalau ia bersalah!
4) Keluaran 23: 6 kontras dengan Keluaran 23: 3! Kalau Keluaran 23: 3 melarang kita untuk memihak pada orang miskin tanpa mempedulikan kebenaran, maka Keluaran 23: 6 melarang kita untuk menentang orang miskin tanpa mempedulikan kebenaran.
Dengan demikian jelaslah bahwa kita tak boleh memihak pada si kaya ataupun si miskin, tetapi kita harus selalu memihak pada kebenaran dan keadilan!
Keluaran 23: 4-5:
Bagian ini tidak mempersoalkan belas kasihan pada binatang, karena yang dipersoalkan di sini bukanlah binatang itu sendiri tetapi pemiliknya. Jadi bagian ini mengajarkan:
1) Kasih kepada musuh.
Memang dalam Perjanjian Lama sudah ada ajaran untuk mengasihi musuh (bdk. Amsal 24:17 25:21-22). Karena itu kata-kata ‘bencilah musuhmu’ dalam Mat 5:43 jelas bukan merupakan ajaran Perjanjian Lama (Catatan: kata ‘firman’ dalam Mat 5:43 seharusnya tidak ada!), tetapi merupakan penafsiran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tentang Perjanjian Lama (mungkin mereka mendapatkan ajaran ini dari perintah Tuhan untuk membasmi orang Kanaan).
2) Kita harus melakukan apa yang benar tanpa dipengaruhi oleh perasaan pribadi, seperti benci, cinta dsb.
Pada saat saudara melihat seekor keledai / lembu yang sesat, maka tindakan yang benar adalah mengembalikan binatang itu kepada pemiliknya. Dan pada saat saudara melihat seekor keledai rebah karena beban yang terlalu berat, maka tindakan yang benar adalah menolong keledai itu. Dan sekalipun binatang itu adalah binatang milik seorang yang menjengkelkan saudara, saudara tetap harus melakukan hal yang benar itu!
Demikian juga kalau ada 2 orang bertengkar, saudara seharusnya membenarkan orang yang benar. Sekalipun saudara mengasihi A, tetapi kalau ia salah, saudara harus tetap mempersalahkan dia. Sebaliknya, sekalipun saudara membenci B, tetapi kalau ia benar, saudara tetap harus membenarkan dia!
Keluaran 23: 7-8:
1) Kalau Keluaran 23: 1-2 di atas melarang untuk berdusta / memutarbaikkan kebenaran karena ikut-ikutan orang banyak, maka Keluaran 23: 7-8 ini melarang dusta / memutarbalikkan kebenaran karena uang / suap.
2) Saya berpendapat suap tidak dilarang secara mutlak, karena saya berpendapat bahwa suap bisa dibagi menjadi 2 golongan:
a) Menyuap seseorang supaya ia melakukan sesuatu yang salah.
Misalnya: kita mempunyai seorang anak yang belum berusia 16 tahun, tetapi kita mau menguruskan SIM untuknya, sehingga kita lalu menyuap polisi untuk mau mengubah tanggal kelahiran anak itu. Suap yang seperti ini jelas adalah dosa, dan tidak boleh dilakukan dalam keadaan apapun. Kalau ada orang yang membenarkan suap semacam ini dengan alasan ‘keadaan memaksa’, maka perlu dipertanyakan kepada dia: bagaimana ia menafsirkan begitu banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menentang suap? Kapan ayat-ayat itu harus diberlakukan? Seberapa tinggi otoritas Firman Tuhan di dalam hidupnya?
b) Menyuap seseorang supaya ia melakukan tugasnya / sesuatu yang benar / apa yang seharusnya ia lakukan.
Misalnya: kalau kita mau mengurus SIM, dan kita memenuhi semua persyaratan untuk mendapat SIM, tetapi petugas tidak mau memberi SIM kalau tidak diberi uang. Maka dalam hal ini, kita sama saja seperti ‘ditodong’. Dalam hal ini, tidak salah untuk memberikan uang yang ia minta, karena pemberian uang itu dimaksudkan supaya ia melakukan apa yang benar, atau apa yang menjadi tugasnya, atau apa yang seharusnya ia lakukan.
Alasan saya sehingga mempunyai pandangan seperti itu adalah:
· Kitab Suci sendiri pada umumnya mengecam suap karena suap itu berhubungan dengan suatu kejahatan tertentu.
Contoh: Keluaran 23: 7-8 ini sendiri mengecam suap karena suap bisa menyebabkan orang menjadi buta, memutarbaikkan kebenaran, membunuh orang yang tak bersalah dsb.
Contoh lain: Ulangan 16:19 Ul 27:25 Hak 16:5 1Samuel 8:3 Nehemia 6:10-13 Ayub 15:34-35 Mazmur 26:9-10 Amsal 17:8,23 Amsal 18:16 Yes 1:23 Yesaya 5:23 Yehezkiel 13:19 Yeh 22:12-13 Amos 2:6 Amos 5:12 Mikha 3:9-11 Mikha 7:3 Matius 26:15 Mat 28:12-15.
· Yesus sendiri memerintahkan: ‘Berilah kepada orang yang meminta kepadamu’ (Mat 5:42). Ayat ini terletak dalam kontex yang menekankan kasih kepada musuh, sehingga jelas bahwa ayat itu tidak mengajarkan supaya kita memberi kepada orang yang layak mendapatkan apa yang ia minta, tetapi supaya kita memberi kepada orang yang tidak layak untuk mendapatkan apa yang ia minta! Dan saya berpendapat ini mencakup permintaan suap!
Kalau saudara keberatan dengan pandangan ini dengan alasan bahwa pandangan ini melestarikan suap, maka saya menjawab sebagai berikut:
¨ Kalau saudara ditodong oleh perampok, dan saudara lalu memberikan uang saudara; bisakah itu disebut sebagai melestarikan perampokan?
¨ Di banyak tempat saudara tidak akan bisa hidup tanpa melakukan suap golongan b) di atas. Memang kita harus berusaha sampai batas-batas kemampuan kita supaya orang sekitar kita berhenti berbuat dosa. Tetapi tentu kita tidak bertanggung jawab atas hal-hal yang ada diluar kemampuan kita.
¨ Kalaupun saudara secara mutlak tidak mau menyuap, ada jutaan orang yang tetap melakukannya sehingga saudara tetap tak akan berhasil memberantas suap dengan cara itu.
¨ Memang harus diakui bahwa keadaan yang ideal adalah dimana sama sekali tidak ada suap. Tetapi jelas bahwa kita tidak hidup di dunia yang ideal, tetapi di dunia yang penuh dengan dosa! Dan jelas bahwa di banyak negara, keadaan yang ideal itu tidak bisa tercapai! Dalam keadaan itu, kita harus memilih apa yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘the lesser of two evils’ (= yang lebih baik dari dua hal yang tidak / kurang baik). Kita harus memilih antara ‘tidak menyuap sehingga tidak bisa hidup’ dan ‘menyuap’, dan saya berpendapat bahwa kita seharusnya memilih untuk menyuap (menyuap gol b).
Keluaran 23: 9:
Ayat ini melarang untuk bersikap tidak adil kepada orang asing / orang dari bangsa yang berbeda dengan kita. Jadi, kita harus membuang diskriminasi ras!
Penerapan:
Apakah dalam gereja saudara masih membedakan antara orang yang sebangsa dan yang tidak sebangsa dengan saudara? Apakah saudara segan bergaul dengan orang yang tidak sebangsa dengan saudara? Ingat bahwa dalam Yesus Kristus tidak boleh ada tembok pemisah (Galatia 3:28). Kalau dalam gereja saja masih ada diskriminasi ras, bagaimana mungkin saudara tidak melakukan diskriminasi ras di luar gereja?
Kesimpulan:
Seluruh bacaan / text hari ini mengajarkan bahwa keadilan dan kebenaran harus ditegakkan tanpa dipengaruhi oleh:
· banyaknya orang yang menghendaki ketidakadilan (Keluaran 23: 1-2).
· kaya / miskinnya seseorang (Keluaran 23: 3,6).
· perasaan pribadi / kebencian (Keluaran 23: 4-5).
· uang / suap (Keluaran 23: 7-8).
· kebangsaan (Keluaran 23: 9).
Dengan kata lain, orang Kristen harus hidup betul-betul lurus, menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-