1 PETRUS 5:8-9 (PERINTAH MELAWAN IBLIS DAN PENDERITAAN)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Bacaan Alkitab: 1 Petrus 5:8-9

1 Petrus 5: 8: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”.1 Petrus 5:9 Lawanlah dia  dengan iman  yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan  yang sama (1 Petrus 5:8-9)
1 PETRUS 5:8-9 (PERINTAH MELAWAN IBLIS DAN PENDERITAAN)
otomotif, gadget, bisnis
1) Hubungan dengan ayat-ayat sebelumnya.

Dalam ayat-ayat sebelumnya Petrus telah menyuruh para penatua untuk menggembalakan domba-domba Tuhan dengan baik (ay 1-3), menyuruh orang muda tunduk kepada orang tua (ay 5a), dan menyuruh semua orang untuk bersikap rendah hati (ay 5b-6) dan menyerahkan segala kekuatiran kepada Tuhan (1Petrus 5: 7). Sekarang dalam 1 Petrus 5: 8 ia menyuruh mereka supaya sadar dan berjaga-jaga terhadap serangan setan.

Dari semua ini Alexander Nisbet mengambil kesimpulan sebagai berikut: “They that are most conscionable in their duty and have come nearest to the right manner of going about it have reason to make ready for the hottest battle and sorest assault from Satan to hinder or discourage them therein” (= Mereka yang paling sesuai dengan hati nurani dalam kewajiban mereka dan paling dekat dengan cara yang benar dalam mengerjakannya, mempunyai alasan untuk bersiap sedia untuk pertempuran yang paling seru dan serangan yang paling menyakitkan / menjengkelkan dari Setan untuk menghalangi atau mengecilkan hati mereka dalam hal itu) - hal 202.

Ada orang-orang yang beranggapan bahwa dengan menjadi orang kris­ten, semua problem bisa dibereskan. Tetapi ini salah sama sekali, karena justru dengan menjadi orang kristen, kita memulai perang melawan setan, sehingga justru bisa bermunculan kesukaran yang tak pernah kita bayangkan.

D. Martin Lloyd-Jones: “Nothing is more fatal than to start in the Christian life with the notion that now we are christian we have finished with all our difficulties and problems. ... The New Testament rather gives the impression that because we are christians we must expect attacks upon us in a way that we have never known or realized before” (= Tidak ada yang lebih fatal dari pada memulai kehidupan kristen dengan suatu dugaan / pikiran bahwa karena sekarang kita sudah menjadi orang kristen, maka kita sudah selesai dengan semua kesu­karan dan problem. ... Perjanjian Baru sebaliknya memberikan kesan bahwa justru karena kita adalah orang kristen maka kita harus mengharapkan serangan terhadap kita dalam suatu cara yang tidak pernah kita kenal / sadari sebelumnya) - ‘The Christian Soldier’, hal 337.

Karena itu kalau saudara menghadapi serangan yang sangat hebat dari setan, ada sesuatu yang bisa menjadi penghiburan bagi saudara, yaitu bahwa itu menunjukkan bahwa saudara ada di jalan yang benar.

Yang celaka adalah kalau dalam hidup saudara relatif tidak ada serangan setan. Itu mungkin menunjukkan bahwa atau saudara salah jalan, atau saudara adalah anak setan.

Alexander Brome: “The devil’s ever kind to his own” (= Setan selalu baik kepada miliknya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 165.

John Clarke: “The devil is good when he is pleased” (= Setan itu baik pada waktu ia disenangkan) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 166.

2) “Sadarlah dan berjaga-jagalah!”.

a) Penggunaan kata perintah bentuk aorist / lampau.

Pulpit Commentary: “The imperatives are aorist, as in ch. 4:7; and, as there, either imply that the exhortation was needed by the readers, or are used to express vividly the necessity of instant attention” (= Kata-kata perintah adalah kata perintah bentuk aorist / lampau, seperti dalam pasal 4:7; dan, seperti di sana, atau secara tak langsung menunjukkan bahwa desakan ini dibutuhkan oleh para pembaca, atau digunakan untuk menyatakan secara hidup perlunya perhatian langsung / seketika) - hal 208.

Hal yang sama juga terjadi dengan kata ‘lawanlah’ (1 Petrus 5: 9), yang ada dalam bentuk aorist imperative (= kata perintah bentuk lampau).

b) Berserah tak berarti tidak melakukan apa-apa.

Penyerahan dalam 1 Petrus 5: 7 membuat orang Kristen merasa damai, tetapi Calvin mengatakan: “we too often turn peace into sloth” (= terlalu sering kita mengubah damai menjadi kemalasan) - hal 150.

Barclay: “The fact that we cast everything upon God does not give us the right to sit back and to do nothing” (= Fakta bahwa kita menyerahkan segala sesuatu kepada Allah tidak memberi kita hak untuk duduk dan tidak berbuat apa-apa) - hal 272.

c) ‘Sadarlah’.

Calvin: “Surfeiting produces sloth and sleep; even so they who indulge in earthly cares and pleasures, think of nothing else, being under the power of spiritual lethargy” (= Kekenyangan / kelimpahan menghasilkan kemalasan dan tidur; demikianlah mereka yang menuruti / memuaskan keinginan hatinya dalam kesenangan duniawi, tidak memikirkan hal yang lain, karena mereka ada di bawah kuasa dari keacuhan / kelesuan / keadaan mengantuk yang bersifat rohani) - hal 150.

Pulpit Commentary: “Sobriety; the opposite of intoxication. Anything that strengthens the lower principle of our nature, deadening us to conscience and reason, intoxicates. Business, love of the world, happiness, sorrow. Christian, be sober, let nothing engross thee till it masters thee” (= Kewarasan; lawan dari keadaan mabuk. Apapun yang menguatkan manusia lama / daging kita, mematikan kita terhadap hati nurani dan akal, merupakan sesuatu yang memabukkan. Bisnis, cinta kepada dunia, kesenangan, kesedihan. Orang Kristen, waraslah, jangan biarkan apapun memikatmu sehingga hal itu menguasaimu / menjadi tuan atasmu) - hal 231.

Sadar juga berarti menyadari kelemahan / ketidak-mampuan diri sendiri menghadapi serangan setan.

d) ‘berjaga-jagalah’.

Pada waktu Petrus menyuruh / menasehati untuk berjaga-jaga, mungkin sekali ia ingat akan peristiwa dimana Yesus menyuruhnya untuk berjaga-jaga dalam doa (Matius 26:40-41), dan kegagalannya untuk mentaati perintah Yesus (Matius 26:43), yang akhirnya menyebabkan ia jatuh ke dalam penyangkalan sebanyak 3 x terhadap Yesus (Matius 26:69-75).

Berjaga-jaga juga harus dilakukan dengan menjaga persekutuan dengan saudara seiman.

Illustrasi: singa yang ingin memangsa banteng, yang jauh lebih besar dari dirinya, dan selalu hidup dalam kelompok, memancing seekor banteng untuk meninggalkan kelompoknya, dan setelah banteng yang satu itu sendirian, singa menyerangnya bersama beberapa singa yang lain.

Pulpit Commentary: “‘Be vigilant.’ Victory is sure to no other attitude; but this attitude must be maintained till death brings the great discharge. Sometimes Satan so takes us by surprise that we hardly know we are sinning till we have sinned. Take heed that he come not upon you unawares; five minutes off your guard may be the loss of your most sacred treasures” (= ‘Berjaga-jagalah / Waspadalah!’ Kemenangan bisa dijamin hanya dengan sikap ini; tetapi sikap ini harus dipelihara / dipertahankan sampai kematian membawa pembebasan yang besar. Kadang-kadang setan datang kepada kita secara tak terduga sehingga kita hampir tidak tahu bahwa kita sedang berdosa sampai kita sudah berdosa. Perhatikanlah / waspadalah supaya ia tidak datang kepadamu tanpa kausadari; tidak berjaga-jaga selama lima menit bisa menyebabkanmu kehilangan hartamu yang paling kudus) - hal 231.

3) “Lawanmu, si Iblis”.

a) ‘Lawanmu’.

Dalam bahasa Yunani ada istilah SATANAS, yang merupakan kata Yunani yang diturunkan dari bahasa Aramaic atau Ibrani (kata Ibraninya adalah SATAN). Artinya adalah ‘adversary’ (= lawan).

Tetapi kata Yunani yang diterjemahkan ‘lawan’ dalam 1Petrus 5:8 ini adalah ANTIDIKOS. Kata ANTIDIKOS ini, yang sekalipun juga bisa diartikan sebagai ‘musuh secara umum’, arti sebenarnya adalah ‘lawan di pengadilan’, seperti dalam Matius 5:25 (Pulpit hal 208). Ini secara implicit menunjukkan bahwa setan sering menggunakan hukum-hukum Tuhan untuk menyerang kita, seakan-akan kita masih hidup di bawah hukum Taurat dan bukan di bawah kasih karunia (bdk. Roma 6:14,15 Galatia 5:4).

Calvin: “He calls him the ‘adversary’ of the godly, that they might know that they worship God and profess faith in Christ on this condition, that they are to have continual war with the devil” (= Ia menyebutnya ‘lawan’ dari orang-orang saleh, supaya mereka tahu bahwa mereka menyembah Allah dan mengaku percaya kepada Kristus dengan syarat ini, bahwa mereka terus menerus berperang melawan setan / iblis) - hal 150.

Di sini ditekankan bahwa lawan kita adalah setan, bukan manusia. Mengapa perlu ditekankan seperti itu? Karena setan sering berusaha supaya kita menganggap / mengira bahwa lawan kita adalah sesama manusia kita! Kita harus sadar bahwa lawan kita bukanlah manusia, bagaimanapun jahatnya manusia tersebut! Kita harus berhati-hati terhadap usaha setan untuk mengadu domba kita. Kita harus berhati-hati terhadap perpecahan!

Bdk. Efesus 6:12 - “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara”.

Setan diberi nama / gelar seperti ini, karena ia adalah lawan dari Allah dan manusia. Tetapi begitu hebatnya dan licinnya setan menipu manusia, sehingga banyak manusia beranggapan bahwa setan-setan tertentu adalah teman mereka.

Misalnya:

· ada yang percaya adanya setan yang baik, seringkali disebut jin.

· ada orang yang menggunakan setan / kuasa gelap untuk menyembuhkan, mendapat kekayaan, dan sebagainya.

b) ‘si Iblis’.

1. Arti dari kata Yunani yang diterjemahkan ‘Iblis’.

Kata ‘Iblis’ diterjemahkan dari kata Yunani DIABOLOS, yang berarti ‘slanderer’ / ‘false accuser’ (= pemfitnah).

A. T. Robertson: “‘The devil’. DIABOLOS. Slanderer” (= ‘Iblis’. DIABOLOS. Pemfitnah).

W. E. Vine: “DEVIL, ... . DIABOLOS, ‘an accuser, a slanderer’ (from DIABALLO, ‘to accuse, to malign’), is one of the names of Satan. From it the English word ‘Devil’ is derived” [= Iblis, ... . DIABOLOS, ‘seorang pendakwa, seorang pemfitnah’ (dari DIABALLO, ‘mendakwa, memfitnah’) adalah salah satu nama dari setan. Dari kata itu diturunkan kata bahasa Inggris ‘Devil’ (= Iblis)] - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 298.

Penerapan: semua orang yang memfitnah, apapun alasannya, secara sukarela menyerahkan diri mereka untuk menjadi alat dari Iblis! Camkan / ingatlah ini, setiap kali saudara ingin memfitnah seseorang!

2. Iblis mendakwa siapa dan bagaimana caranya?

a. Iblis mendakwa kita di hadapan Allah, atau mendakwa Allah di hadapan kita.

W. E. Vine: “Being the malignant enemy of God and man, he accuses man to God, Job 1:6-11; 2:1-5; Rev. 12:9,10, and God to man, Gen. 3” (= Sebagai musuh yang sangat jahat dari Allah dan manusia, ia mendakwa manusia kepada Allah, Ayub 1:6-11; 2:1-5; Wahyu 12:9,10, dan mendakwa Allah kepada manusia, Kej 3) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 298.

Wahyu 12:9-10 - “(9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis (Yunani: DIABOLOS) atau Satan (Yunani: SATANAS), yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita”.

Zakharia 3:1 - “Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia”.

Ayub 1:6-11 - “(6) Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. (7) Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.’ (8) Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.’ (9) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (10) Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. (11) Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.’”.

Ayub 2:1-5 - “(1) Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN. (2) Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.’ (3) Firman TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.’ (4) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. (5) Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.’”.

b. Iblis juga bisa mendakwa kita dalam hati kita sendiri.

Setan juga sering mendakwa kita dalam hati kita sendiri. Memang dakwaan / tuduhan dalam hati kita, bahwa kita telah berbuat dosa, bisa datang dari Allah, tetapi bisa juga datang dari setan. Bagaimana membedakannya?

Warren W. Wiersbe: “It is important that we learn to distinguish between Satan’s accusations and the Spirit’s conviction. ... When the Spirit of God convicts you, he uses the Word of God in love and seeks to bring you back into fellowship with your Father. When Satan accuses you, he uses your own sins in a hateful way, and he seeks to make you feel helpless and hopeless. … I have heard more than one Christian exclaim, ‘I’m too far gone - the Lord could never take me back.’ When you have that helpless, hopeless feeling, you can be sure Satan is accusing you” (= Adalah penting bahwa kita belajar untuk membedakan antara tuduhan setan dan penyadaran / penginsyafan Roh. ... Pada saat Roh Allah menyadarkan / menginsyafkan kamu, Ia menggunakan Firman Allah dalam kasih dan berusaha membawa kamu kembali kepada persekutuan dengan Bapamu. Pada waktu setan menuduh kamu, ia menggunakan dosa-dosamu sendiri dengan cara yang penuh kebencian, dan ia berusaha membuat kamu merasa tidak berdaya dan putus asa. … Saya telah mendengar lebih dari satu orang Kristen berseru: ‘Saya telah pergi terlalu jauh - Tuhan tidak pernah bisa membawa aku kembali’. Pada waktu engkau mempunyai perasaan putus asa dan tanpa pengharapan seperti itu, engkau bisa yakin bahwa Setan sedang menuduhmu) - ‘The Strategy of Satan’, hal 85,86.

Kalau tuduhan berdosa itu datang dari Allah, pasti akan hilang begitu kita mengakui dosa dengan sungguh-sungguh / bertobat, karena tujuan Tuhan menuduh kita adalah untuk mempertobatkan kita. Tetapi kalau datang dari setan, maka hal ini tidak akan hilang sekalipun kita sudah menyesali dosa / bertobat, karena tujuan setan adalah untuk menghancurkan kita. Tuduhan setan itu menyebabkan orang yang sudah bertobat / mengaku dosa itu tetap merasakan adanya ‘guilty feeling’ (= perasaan bersalah). Ini khususnya sering muncul pada saat:

· berdoa / bersaat teduh.

· mau mengikuti Perjamuan Kudus!

· melayani Tuhan.

· belajar Firman Tuhan.

Ini menyebabkan kita lalu merasa tidak layak untuk berdoa / bersekutu dengan Tuhan, ikut Perjamuan Kudus, maupun melayani Tuhan, sekalipun kita sudah mengakui dosa dan menyesalinya dengan sungguh-sungguh.

Tuduhan setan ini menyebabkan orang yang sudah betul-betul menyesali / bertobat dari dosanya, tetap merasa sedih, dan bahkan menjadi putus asa karena dosa-dosanya.

Sebagai contoh bandingkan Petrus dengan Yudas Iskariot. Mereka sama-sama jatuh; Petrus menyangkal Yesus 3 x, Yudas Iskariot menjual / mengkhianati Yesus Kristus. Mereka juga sama-sama merasa bersalah dan menyesali perbuatannya / dosanya. Tetapi kalau Petrus bertobat dan dipulihkan, maka Yudas Iskariot menjadi putus asa dan lalu bunuh diri. Petrus sadar dosa karena penyadaran dari Roh Kudus, sedangkan Yudas Iskariot mendapatkan dakwaan dari Iblis dalam hatinya.

Warren W. Wiersbe: “See how subtle and merciless Satan really is. Before we sin - while he is tempting us - he whispers, ‘You can get away with this!’ Then after we sin, he shouts at us, ‘You will never get away with this!’” (= Lihatlah betapa licik dan tak-berbelas-kasihan-nya setan itu. Sebelum kita berbuat dosa - pada saat ia masih mencobai kita - ia berbisik, ‘Kamu bisa meloloskan diri dengan ini!’ Lalu setelah kita berbuat dosa, ia berteriak kepada kita, ‘Kamu tidak akan pernah lolos dengan ini!’)- ‘The Strategy of Satan’, hal 84.

4) “berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”.

a) ‘Berjalan keliling’.

1. Ini menunjukkan aktivitas yang tak ada henti-hentinya dari setan untuk menyerang kita. Semua kata kerja maupun participle yang digunakan dalam bagian ini ada dalam bentuk present, menunjukkan aktivitas yang bersifat terus menerus.

2. Jangan membayangkan bahwa penggambaran ini menunjukkan bahwa singa itu berjalan mengelilingi calon mangsanya. Singa tidak mempunyai kebiasaan demikian terhadap mangsanya. Ayat ini menunjukkan bahwa ia ‘berjalan keliling’ (sebetulnya lebih tepat ‘berjalan-jalan’) untuk mencari mangsa.

Adam Clarke: “‘Walketh about’ Traversing the earth; a plain reference to Job 2:2” (= ‘Berjalan-jalan’. Melewati bumi / berjalan kesana kemari di bumi; jelas berhubungan dengan Ayub 2:2).

Ayub 2:2 - “Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.’”.

Bdk. Matius 12:43-45 - “(43) ‘Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya. (44) Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapih teratur. (45) Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini.’”.

b) ‘sama seperti singa’.

Pulpit Commentary mengatakan (hal 208) bahwa setan digambarkan sebagai ular untuk menunjukkan kelicikannya / kelicinannya / kecerdikannya (bdk. Kejadian 3:1 Matius 10:16), dan digambarkan sebagai singa untuk menunjukkan kekuatan dan kebuasannya. Selain itu, ia juga digambarkan sebagai malaikat terang (2Korintus 11:14).

c) ‘yang mengaum-aum’.

Barnes’ Notes: “The lion here is not the crouching lion - the lion stealthfully creeping toward his foe - but it is the raging monarch of the woods, who by his terrible roar would intimidate all so that they might become an easy prey. The particular thing referred to here, doubtless, is persecution, resembling in its terrors a roaring lion” (= Singa di sini bukanlah singa yang mengendap-endap - singa yang dengan diam-diam merangkak menuju musuhnya - tetapi ini adalah raja hutan yang mengamuk, yang dengan aumannya yang mengerikan menakuti semua supaya mereka bisa menjadi mangsa yang empuk. Hal khusus yang ditunjuk di sini, tak diragukan lagi, adalah penganiayaan, yang menakutkan seperti singa yang mengaum-aum).

d) ‘dan mencari orang yang dapat ditelannya’.

1. Yang ia cari jelas adalah orang, bukan mayat. Jadi, adalah omong kosong bahwa ada banyak setan di kuburan. Bisa saja ada setan di kuburan, hanya untuk menggoda orang yang mengantar mayat ke kuburan, supaya ia bisa memunculkan takhyul-takhyul yang tidak benar. Tetapi secara umum, ia senang dengan tempat yang banyak orang, yang memungkinkannya untuk mendapat mangsa.

2. Tujuan pengembaraannya adalah mencari mangsa untuk ditelan. Kata ‘ditelan’ menunjukkan dihancurkan secara total. Kata Yunani yang sama dipakai dalam 1Korintus 15:54 - ‘Maut telah ditelan dalam kemenangan’, yang jelas menunjukkan bahwa pada saat itu maut / kematian akan dihancurkan sama sekali.

Perlu dicamkan bahwa tujuan setan menyerang kita adalah untuk menghancur-totalkan kita. Ini tidak sekedar berarti membunuh kita, tetapi membunuh jiwa kita (masuk neraka).

Thomas Adams: “The devil is no idle spirit, but a vagrant, runagate walker, that never rests in one place. The motive, cause, and main intention of his walking is to ruin man” (= Setan bukanlah roh yang malas, tetapi seorang pengembara yang tidak pernah berhenti / beristirahat di suatu tempat. Alasan, penyebab, dan tujuan utama dari perjalanannya adalah untuk menghancurkan manusia) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 164.

Alexander Nisbet: “Satan is a very powerful enemy and a terrible, and so cruel that no less than the utter destruction of souls can satisfy him” (= Setan adalah musuh yang sangat kuat dan dahsyat / mengerikan, dan begitu kejam sehingga tidak kurang dari kehancuran total dari jiwa-jiwa bisa memuaskan dia) - hal 203.

Penerapan: Karena itu jangan pernah menyerah pada godaan setan dengan pemikiran bahwa kalau saudara menyerah, maka serangannya akan berkurang. Ingat bahwa ia tidak pernah puas sampai ia menghancurkan jiwa saudara. Karena itu penyerahan pada suatu pertempuran tertentu bukan saja tidak akan mengendorkan serangannya, tetapi sebaliknya akan membuat ia memperhebat serangannya.

1 Petrus 5: 9: “Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama”.

1) “Lawanlah dia”.

Petrus / Firman Tuhan tak berkata ‘tengkinglah dia’ tetapi ‘lawanlah dia’.

Bdk. Yakobus 4:7 - “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”.

A. T. Robertson: “Cowardice never wins against the devil (2 Tim. 1:7), but only courage” [= Sikap pengecut tidak pernah menang terhadap setan (2Timotius 1:7), tetapi hanya keberanian].


2Timotius 1:7 - “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”.

Lawan kata dari ‘melawan’ adalah ‘menyerah’!

Alexander Nisbet: “none of Christ’s soldiers must think of flying from him or yielding to him in the least, but must make them for a stout and peremptory resistance of him in all his temptations; considering that the more place be yielded to him, he tyrannizes the more, ... and the more stoutly he be opposed, the more ground he loses, Jas. 4:7” (= tidak ada tentara Kristus yang boleh berpikir sedikitpun tentang lari dari dia atau menyerah kepadanya, tetapi harus membuat perlawanan yang kuat dan tak berubah terhadap dia dalam semua pencobaannya; mengingat bahwa makin banyak tempat diserahkan kepadanya, makin ia merajalela, ... dan makin kuat ia dilawan, makin banyak ia kehilangan daerah, Yakobus 4:7) - hal 204.

Catatan:

· ‘lari dari setan’ berbeda dengan ‘lari dari pencobaan’. Yang terakhir ini kadang-kadang justru harus kita lakukan [bdk. Kejadian 39:12 1Korintus 6:18a - ‘Jauhkanlah dirimu dari percabulan’ (NIV: ‘Flee from sexual immorality’ / ‘larilah dari percabulan’)].

· Bdk. juga dengan Efesus 4:27 - “Janganlah beri kesempatan kepada Iblis”.

NIV: ‘and do not give the devil a foothold’ (= dan janganlah memberi setan tempat berpijak).

KJV/Lit: ‘neither give place to the devil’ (= jangan memberi tempat kepada setan).

2) “dengan iman yang teguh”.

Iman merupakan salah satu senjata rohani.

Efesus 6:16 - “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat”.

3) “sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama”.

a) ‘penderitaan’.

Calvin mengatakan (hal 151) bahwa setelah mengatakan bahwa kita akan diserang iblis (1 Petrus 5: 8), Petrus lalu menunjuk kepada penderitaan (1 Petrus 5: 9). Calvin mengatakan bahwa dari sini bisa disimpulkan bahwa dalam segala penderitaan, apakah itu musuh, penyakit, ketandusan tanah / kelaparan, penganiayaan, kita selalu berurusan dengan setan.

b) ‘semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama’.

Bdk. 1Korintus 10:13 - ‘pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa’.

Bandingkan juga dengan 1Petrus 4:12 - “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu”.

Mengingat / menyadari bahwa semua orang kristen mengalami penderitaan yang sama merupakan hal yang sangat perlu, karena pada waktu kita mengalami penderitaan yang hebat, iblis sering memberikan godaan supaya kita berpikir bahwa penderitaan kita sangat istimewa dan tidak ada orang lain mengalami penderitaan seperti kita. Dengan demikian kita akan beranggapan bahwa kita dianak-tirikan oleh Tuhan, atau bahkan bahwa kita bukan anak Tuhan. Itu akan menyebabkan kita mengasihani diri kita sendiri, dan menjadi putus asa.

Tetapi sebaliknya, kalau kita menyadari bahwa semua orang Kristen mengalami penderitaan yang sama, itu akan menyebabkan kita mempunyai pengharapan dan kekuatan.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-o0o-
Next Post Previous Post