1 SAMUEL 14:24-46 (YONATAN MELANGGAR KUTUK DAN DIBEBASKAN)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
I) Kutukan Saul.
1) Keadaan Israel pada saat itu.
1 Samuel 14: 24: ‘Ketika orang-orang Israel terdesak pada hari itu’.
Ini adalah terjemahan yang bukan hanya salah tetapi juga tidak masuk akal / tidak sesuai dengan kontex. Israel tidak sedang terdesak dalam pertempuran, karena kontex sebelumnya menunjukkan Filistin mengalami kekacauan dan melakukan tindakan saling bunuh (1 Samuel 14: 14-16,20), dan kontex sesudahnya (yaitu 1 Samuel 14: 30,31-32,36,46) menunjukkan bahwa Filistin kalah, lari, dikejar, dijarah oleh Israel. Juga tujuan Saul mengucapkan kutuk itu adalah supaya tidak menghambat pengejaran terhadap Filistin, dan karenanya tidak mungkin diucapkan pada waktu Israel terdesak.
Sekarang mari kita bandingkan dengan terjemahan-terjemahan Alkitab bahasa Inggris.
KJV/RSV: ‘were distressed’ (= sedih / mengalami kesukaran).
NIV: ‘were in distress’ (= ada dalam kesedihan / kesukaran).
NASB: ‘hard-pressed’ (= sangat tertekan).
Keil & Delitzsch maupun Pulpit Commentary mengartikan ‘lelah’.
Baik KJV, RSV, NIV, NASB mengatakan bahwa keadaan ini disebabkan oleh kutuk Saul tersebut.
NIV: ‘Now the men of Israel were in distress that day, because Saul had bound the people under an oath ...’ (= Orang-orang Israel sedih hari itu, karena Saul telah mengikat orang-orang itu di bawah suatu sumpah).
Matthew Poole mengambil arti seperti terjemahan KJV, RSV, NIV, NASB ini.
Tetapi Keil & Delitzsch tidak mengartikan seperti itu. Ia menafsirkan: Pada waktu Israel sedang lelah, maka Saul menyuruh mereka meng-ucapkan kutuk tersebut. Jadi tindakan Saul bukanlah penyebab dari kelelahan itu, tetapi jelas bahwa tindakannya ini memperburuk kelelahan itu.
2) Saul menyuruh rakyat mengucapkan kutuk (1 Samuel 14: 24).
a) Tujuan Saul.
Tujuan Saul menyuruh rakyat bersumpah seperti itu adalah supaya perang / pengejaran terhadap tentara Filistin tidak terhalang oleh saat makan / minum. Tetapi dalam semangatnya untuk berperang ia lupa bahwa manusia membutuhkan makanan / minuman, dan kalau tidak diberi makanan / minuman akan kehilangan kekuatan untuk berperang. Ini juga berlaku dalam dunia rohani.
b) Ini adalah tindakan ceroboh / tergesa-gesa, tanpa pikir panjang.
Sikap / tindakan yang tergesa-gesa / tanpa dipikir panjang seperti ini akhirnya merugikan (bdk. 1 Samuel 14: 29-30). Bandingkan dengan nazarnya Yefta (Hak 11:30-31), dan sumpahnya Herodes (Matius 14:7-10), dsb.
c) Motivasi Saul.
1 Samuel 14: 24: ‘sebelum aku membalas dendam terhadap musuhku’.
Ini menunjukkan motivasi / semangat yang egois dalam mengucapkan sumpah / kutuk itu. Jadi semangat Saul dalam perang itu adalah demi dirinya sendiri. Dan banyak orang kristen / hamba Tuhan jaman sekarang juga melakukan perang rohani dengan motivasi seperti Saul.
II) Akibatnya pada rakyat / tentara Israel.
Tidak ada dari rakyat yang berani memakan suatu apapun (1 Samuel 14: 24b-26).
Dalam 1 Samuel 14: 25-26 mereka menemukan madu di hutan, tetapi mereka takut memakan madu itu karena takut kena kutuk. Ini menyebabkan mereka sangat letih lesu (1 Samuel 14: 31b). Lalu dalam 1 Samuel 14: 32 mereka makan. Ini jelas terjadi setelah matahari terbenam, sehingga mereka memang sudah boleh makan tanpa melanggar kutuk (bdk. 1 Samuel 14: 24). Tetapi dalam peristiwa ini ada 2 macam dosa yang dilakukan sekaligus, yaitu:
1) Menyembelih lembu dan anaknya pada hari yang sama (1 Samuel 14: 32).
Ini bertentangan dengan Imamat 22:28.
2) Menyembelih binatang di tanah, sehingga darahnya tidak bisa keluar semua, dan ini menyebabkan mereka makan binatang itu dengan darahnya (1 Samuel 14: 32).
Ini bertentangan dengan Imamat 17:10-14. Penyembelihan yang benar adalah seperti dalam 1 Samuel 14: 33-34. Tetapi rakyat yang kelaparan itu tidak mau ‘membuang waktu’ untuk menunggu darah keluar semua.
Apakah jaman sekarang larangan makan darah ini masih berlaku? Ada pro dan kontra yang sangat hebat dalam hal ini.
Orang-orang yang mengatakan bahwa sampai jaman sekarang larangan itu masih berlaku, berargumentasi sebagai berikut:
a) Im 7:26,27 17:10-14 19:26, Ulangan 12:23-25, 1Samuel 14:31-34.
b) Kejadian 9:4 bukan ceremonial law, karena pada saat itu belum ada ceremonial law (= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan).
Saya berpendapat bahwa ini merupakan argumentasi yang terkuat.
c) Kis 15:20,29 Kisah Para Rasul 21:25.
Sedangkan orang-orang yang mengatakan bahwa pada jaman ini larangan itu sudah tidak berlaku, berargumentasi sebagai berikut:
a) Larangan makan darah adalah ceremonial law yang sudah tidak berlaku sejak kematian dan kebangkitan Kristus (Efesus 2:15).
b) Markus 7:19b Roma 14:14 1Korintus 8:8-13 1Korintus 10:25-11:1 1Timotius 4:1-5.
c) Kis 15:20,29 dan Kis 21:25 dilakukan demi orang-orang Yahudi. Jadi larangan di sini dipertahankan supaya tidak menyinggung / menjadi batu sandungan bagi orang Yahudi.
Saya sendiri lebih condong untuk berkata bahwa jaman sekarang larangan makan darah itu sudah tidak berlaku. Tetapi kalau ada orang yang berpendapat bahwa ia tidak boleh makan darah, maka memang sebaiknya ia tidak makan (bdk. Roma 14:23).
Apa yang bisa kita dapatkan dari peristiwa ini?
· Rasa lapar dan lelah bisa menyebabkan orang melakukan dosa apapun.
Bandingkan dengan penjarahan dan perampokan yang banyak terdapat pada masa krisis ekonomi ini.
Karena itu hati-hatilah pada saat lapar / lelah.
· Rakyat lebih takut terhadap perintah / larangan raja / Saul dari pada perintah / larangan Tuhan.
Matthew Poole (hal 547) mengatakan bahwa rakyat yang begitu takut untuk melanggar sumpah / kutuk dari Saul tidak segan-segan untuk melanggar perintah Allah.
Penerapan: banyak orang kristen lebih takut pada perintah / larangan manusia (boss, pemerintah, orang tua, suami, dsb) dari pada perintah / larangan Tuhan.
Pada waktu mengetahui dosa rakyat yang sedang terjadi, maka Saul lalu mengambil tindakan (ay 33-35).
1. Ia mengecam rakyat.
Ay 33b: ‘kamu berbuat khianat’.
NIV: ‘You have broken faith’ (= kamu telah merusak / menghancurkan iman).
NASB: ‘You have acted treacherously’ (= kamu telah berbuat khianat).
Matthew Poole: “He sees their fault, but not his own, in giving the occasion to it” (= Ia melihat kesalahan mereka, tetapi tidak kesalahannya sendiri, dalam menyebabkan terjadinya hal itu) - hal 547.
Pulpit Commentary: “He censured and checked them. Would that he had also censured and checked himself! But men who severely condemn the faults of others are often blind to their own, even when the former reflect and are occasioned by the latter” (= Ia mencela / mengecam dan memeriksa / memarahi mereka. Andaikata saja ia juga mencela / mengecam dan memeriksa / memarahi dirinya sendiri! Tetapi orang yang mengecam kesalahan orang lain dengan keras seringkali buta terhadap kesalahan mereka sendiri, bahkan pada saat kesalahan orang lain itu disebabkan oleh kesalahannya sendiri) - hal 255.
Karena itu sebelum mengecam orang lain, periksalah diri saudara sendiri. Ini sesuai dengan Mat 7:3-5 - “(3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu”.
2. Ia menyuruh rakyat menyembelih binatang di atas sebuah batu besar di hadapannya (ay 33c-34).
Fungsi dari batu besar (1 Samuel 14: 33-34) adalah:
a. Untuk menyembelih binatang. Dengan meletakkan binatang yang disembelih itu di atas batu, maka darahnya bisa keluar dengan lebih cepat, dibandingkan kalau penyembelihan dilakukan di atas tanah yang datar.
b. Untuk pengawasan. Semua penyembelihan dilakukan di sana, dan ini memudahkan pengawasan. Kalau semua orang menyembelih sendiri-sendiri, sukar melakukan pengawasan.
3. Ia mendirikan mezbah bagi Tuhan (1 Samuel 14: 35).
a. Fungsi / tujuan mezbah itu.
Ada yang mengatakan bahwa mezbah ini digunakan untuk mengucap syukur; ada pula yang mengatakan bahwa mezbah ini digunakan untuk pengakuan dosa. Saya berpendapat bahwa pandangan terakhir ini lebih sesuai dengan kontex, yang sedang menceritakan dosa bangsa Israel.
b. Itu adalah mezbah pertama yang ia dirikan bagi Tuhan.
NIV: ‘it was the first time he had done this’ (= itu adalah untuk pertama kalinya ia melakukan hal itu).
Matthew Poole: “The same was the first altar, though he had occasion to do so oft ere this time. So this is noted as another evidence of his neglect of God and his worship. It is true, Saul sacrificed before this, as at Gilgal; but that was upon an old altar, erected by others” (= Itu adalah mezbah yang pertama, sekalipun ia mempunyai kesempatan untuk sering melakukannya sebelum saat ini. Jadi ini dicatat sebagai bukti yang lain dari pengabaiannya terhadap Allah dan penyembahan terhadap Allah. Saul memang memberikan korban sebelum saat ini, seperti di Gilgal; tetapi itu dilakukan di atas mezbah lama yang didirikan orang lain) - hal 548.
III) Yonatan melanggar kutukan itu.
1) Yonatan melanggar kutukan / sumpah Saul.
Yonatan tidak mendengar kutuk / sumpah itu, dan karena itu ia memakan madu yang ditemukan di hutan itu (1 Samuel 14: 27). Karena ia tidak mendengar kutuk / sumpah ayahnya, maka jelas bahwa sebetulnya ia tidak bisa disalahkan.
Madu itu membuat ‘matanya menjadi terang’ (ay 27b). Maksudnya ia menjadi segar kembali.
2) Akibatnya, pada waktu Saul menanyakan kehendak Tuhan, Tuhan tidak menjawab (1 Samuel 14: 37).
Penggunaan Urim dan Tumim untuk mencari kehendak Tuhan memang bisa menunjuk ‘Ya’, atau ‘Tidak’, atau ‘netral’ (tidak menjawab).
3) Dari tidak menjawabnya Tuhan, Saul menyimpulkan pasti ada dosa (1 Samuel 14: 38).
Karena itu sekarang ia berusaha mengetahui apa dosa itu.
4) Sekalipun belum mengetahui siapa yang salah dan apa kesalahannya, ia sudah menjatuhkan hukuman mati (1 Samuel 14: 39). Ini lagi-lagi merupakan tindakan gegabah yang tidak dipikir baik-baik lebih dulu.
5) Ia meminta petunjuk Tuhan melalui Urim dan Tumim / undian (1 Samuel 14: 41-42).
1 Samuel 14: 41: Kitab Suci Indonesia mengambil terjemahan LXX / Septuaginta, yang menyebutkan penggunaan Urim dan Tumim. Ini berbeda dengan NIV yang mengambil dari manuscript Ibrani, yang tidak secara explicit menyebutkan Urim dan Tumim, tetapi hanya menyebutkan penggunaan undian. Tetapi ini tetap mungkin menunjuk pada penggunaan Urim dan Tumim.
NIV: “Then Saul prayed to the LORD, the God of Israel, ‘Give me the right answer.’ And Jonathan and Saul were taken by lot, and the men were cleared” (= Lalu Saul berdoa kepada TUHAN, Allah Israel, ‘Berilah aku jawaban yang benar’. Dan Yonatan dan Saul kena undi, dan rakyat dibebaskan).
Lalu dalam 1 Samuel 14: 42 undian dilanjutkan hanya antara Saul dan Yonatan, dan akhirnya Yonatan yang terkena undian tersebut. Sesuatu yang luar biasa dalam diri Yonatan adalah bahwa ia rela mati!
6) Saul ingin konsisten dengan kata-katanya yang gegabah dalam 1 Samuel 14: 39 tadi, dan ingin menjatuhi Yonatan dengan hukuman mati (1 Samuel 14: 44).
Ini lagi-lagi merupakan tindakan salah yang gegabah / tidak dipikir panjang. Kalaupun Yonatan harus disalahkan, karena Yonatan berdosa secara tidak sengaja, maka ada cara penebusan dosa dalam Im 4:22-26. Dan seharusnya Saul sadar bahwa ini disebabkan kesalahannya mengucapkan sumpah / kutuk secara sembarangan, dan ia seharusnya melakukan Imamat 5:4-6.
Matthew Poole (hal 548) mengatakan: Saul yang di sini begitu keras sehingga mau membunuh anaknya sendiri yang saleh, beriman dan berani, ternyata nanti justru tidak membunuh raja Agag (1Samuel 15) yang diperintahkan untuk dibunuh oleh Allah. Dalam kasus Agag, ia dengan mudah mengabaikan perintah Tuhan yang benar dan masuk akal, tetapi di sini ia tidak bisa mengabaikan pelanggaran terhadap perintahnya sendiri yang bodoh, ceroboh dan tergesa-gesa. Mengapa? Karena di sini yang dipertaruhkan adalah otoritas / gengsinya sebagai raja, sedangkan dalam kasus Agag yang dipertaruhkan cuma otoritas Allah.
7) Rakyat yang tadinya berdiam diri / tidak mau membocorkan ‘kesalahan’ Yonatan (1 Samuel 14: 39b), sekarang serentak menentang Saul dan melindungi Yonatan (1 Samuel 14: 45).
Kemenangan Yonatan yang didapatnya ‘dengan pertolongan Allah’, dijadikan argumentasi oleh rakyat untuk mengatakan bahwa Allah pasti tidak menghendaki kematian Yonatan. Akhirnya Saul terpaksa mem-bebaskan Yonatan.
Pertanyaannya: Yonatan ini salah atau tidak? Kalau dia memang salah, dengan ia dibebaskan begitu saja, bukankah seharusnya Allah tetap menarik kehadiranNya dan pimpinanNya atas bangsa Israel, dan bahkan menghukum Yonatan? Tetapi ternyata semua ini tidak terjadi. Sebaliknya kalau Yonatan memang tidak salah, lalu mengapa dalam 1 Samuel 14: 37 Allah tidak menjawab Saul? Dan pada waktu Saul meminta petunjuk dengan menggunakan undian / Urim dan Tumim, mengapa Allah mengarahkan pengundian itu kepada Yonatan (bdk. Amsal 16:33)? Mengapa Allah tidak mengarahkan undian itu kepada Saul saja?
a) Adam Clarke (hal 253) mengatakan bahwa rupanya pada waktu mereka minta petunjuk kepada Tuhan, mereka bertanya: ‘Tuhan, Siapa yang melanggar kutuk / larangan raja?’. Dengan demikian tentu Tuhan tidak bisa mengarahkan undian kepada Saul, karena Saul memang tidak melanggar kutuk. Tuhan harus mengarahkan undi itu kepada Yonatan, karena sekalipun ia tidak mengetahui larangan itu, ia tetap melanggar larangan itu.
b) Rupanya untuk menunjukkan bahwa sekali suatu sumpah / kutuk diucapkan, Tuhan memperhatikan kutuk / sumpah itu.
Jadi, bagian ini mengingatkan kita betapa keramatnya suatu sumpah / kutuk, dan karena itu kita tidak boleh main-main / sembarangan dengan sumpah / kutuk! (Matthew Poole, hal 548).
Tetapi Tuhan tidak menghendaki kematian Yonatan, dan karenanya Ia bekerja melalui seluruh rakyat yang lalu menolak / memprotes keputusan Saul untuk menghukum mati Yonatan, sehingga Saul membatalkan hukuman mati itu. Jadi sekalipun Allah mengarahkan undian kepada Yonatan, tetapi akhirnya Saullah yang dihajarNya.
Kesimpulan / penutup.
Jangan meniru Saul dengan bertindak gegabah / tanpa dipikir panjang. Juga jangan main-main dengan sumpah / kutuk, karena Tuhan memperhatikan hal itu!.1 SAMUEL 14:24-46 (YONATAN MELANGGAR KUTUK DAN DIBEBASKAN).
-AMIN-