BUKU GEREJA YANG SEJATI
Pdt.Esra Alfred Soru.
I. GEREJA YANG BERTOBAT
II. GEREJA YANG LAHIR DAN BERTUMBUH DARI FIRMAN TUHAN
III. GEREJA YANG BERDOA
IV. GEREJA YANG MENGASIHI
V. GEREJA YANG BERSAKSI dan MEMBERITAKAN INJIL
I. GEREJA YANG BERTOBAT.
Kisah Para Rasul 2:41-47 : (41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. (42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. (43) Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. (44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. (46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, (47) sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Kisah Para Rasul 2:41 memberikan keterangan kepada kita tentang munculnya jemaat mula-mula : “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Jadi jemaat mula-mula terbentuk dari orang-orang yang “menerima perkataannya itu”. Perkataan siapa ? Perkataan Petrus ! Konteks ayat ini menunjukkan bahwa setelah peristiwa Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2:1-13, Petrus mulai berkhotbah.
Lihat Kisah Para Rasul 2:14 : Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. Jadi khotbah Petrus ini sangatlah panjang mulai dari ayat 14-36, 38-40 dari Kis pasal 2. Setelah mendengar khotbah Petrus itu, di ayat 37 ada pertanyaan dari orang-orang Yahudi : ‘Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Dan Petrus menjawab : "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. (Kisah Para Rasul 2 :38).
Selanjutnya Kisah Para Rasul 2: 41 berkata : “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Jadi jemaat mula-mula adalah jemaat yang ‘menerima perkataan itu’. Perkataan yang mana ? Perkataan Petrus yang berkata ‘Bertobatlah….. ‘ Karena itu dapat dikatakan bahwa jemaat mula-mula adalah jemaat yang bertobat. Jemaat mula-mula adalah kumpulan dari orang-orang yang bertobat.
Di bagian pendahuluan sudah saya katakan bahwa gereja mula-mula adalah gereja yang sejati karena itu dapat disimpulkan bahwa GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG BERTOBAT.Pertobatan adalah hal yang penting karena ini merupakan tolok ukur apakah sebuah gereja adalah gereja yang sejati atau gereja yang palsu.
Berkaitan dengan masalah pertobatan ini maka ada 3 point penting yang akan saya bahas.
I. ARTI PERTOBATAN DALAM TEKS INI
Gereja yang sejati adalah gereja yang bertobat. Pertobatan itu berarti‘perubahan pada pikiran’ (conversion of the mid). Jadi orang yang hanya berubah secara lahiriah (misalnya dulu tidak pergi ke gereja dan sekarang ke gereja), tetapi hati / pikirannya tidak berubah, tidak bisa dikatakan bahwa ia telah bertobat.
Pertobatan di dalam Alkitab bisa diartikan 2 hal :
(1) Datang kepada Kristus, dan percaya / menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat.Pertobatan yang seperti ini hanya bisa terjadi satu kali saja dalam hidup seseorang.
(2) Pertobatan dari dosa-dosa setelah kita percaya.Ini memang harus terjadi terus menerus atau berulang-ulang dalam sepanjang hidup orang Kristen mengingat kita seringkali jatuh bangun dalam dosa. Kalau begitu, pertobatan yang mana yang dimaksudkan oleh Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:38? Sebelum menjawabnya saya ingin beritahukan pada saudara bahwa dalam bahasa Yunani ada 2 jenis kata perintah yakni (1) Aorist imperative yaitu kata perintah bentukaorist / lampau. Ini digunakan kalau orang yang memerintah itu menghendaki supaya perintahnya dilakukan hanya satu kali saja.
(2) Present imperative yaitu kata perintah bentuk present. Ini digunakan kalau orang yang memerintah itu menghendaki supaya perintahnya dilakukan terus-menerus. Misalnya Efs 5:18 : Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh. Frase “penuh dengan Roh” di sini menggunakan present imperative. Artinya perintah untuk penuh dengan Roh itu harus terjadi secara terus menerus. Jadi kita harus berusaha untuk selalu penuh dengan Roh.
Nah, kata “bertobat” yang digunakan Petrus dalam Kis 2:38 itu adalah kata “METANOESATE” yang ada dalam bentuk aorist imperative atau kata perintah bentuk aorist / lampau. Jadi ini menunjuk pada perintah yang hanya dilakukan satu kali saja. Andaikata Petrus menggunakan present imperative atau kata perintah bentuk present, maka itu berarti bahwa perintahnya itu harus dilakukan terus menerus tetapi bukan bentuk itu yang ia gunakan. Karena itu perintah untuk bertobat dalam Kis 2:38 itu hanya perlu dilakukan satu kali saja.
Dengan demikian jelas bahwa ini menunjuk pada pertobatan dalam arti pertama, yakni datang kepada Kristus dan percaya / menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang memang hanya bisa dilakukan satu kali saja, bukan pada pertobatan dalam arti kedua (bertobat dari dosa-dosa harian kita) yang memang harus dilakukan terus menerus / berulang-ulang.
Jadi maksud Petrus adalah dahulu kamu membenci Yesus dan bahkan menyalibkanNya atau membunuhNya sebagaimana yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul 2:23 :Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka dan Kis 2:36 : Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." maka sekarang kamu harus mempunyai pemikiran / sikap yang berbeda terhadap Yesus. Datanglah kepadaNya, dan percayalah kepadaNya. Inilah pertobatan yang dimaksud oleh Petrus!
Gereja yang sejati adalah gereja yang bertobat. Artinya gereja yang berubah pengertian dan sikapnya terhadap Yesus. Gereja yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.Kalau ada gereja yang tidak seperti ini maka jelas itu adalah gereja yang palsu. Kalau ada orang Kristen yang tidak seperti ini maka itu pasti adalah orang Kristen palsu. Kalau ada majelis gereja yang tidak seperti ini maka itu adalah majelis palsu. Kalau ada pendeta yang tidak seperti ini misalnya pendeta-pendeta liberal adalah pendeta yang palsu.
Gereja yang sejati adalah gereja yang bertobat. Bagaimana sikap saudara terhadap Yesus? Kalau dahulu saudara membenci Yesus atau acuh tak acuh terhadap Yesus, apakah sekarang hati atau pikiran saudara sudah berubah? Ada banyak orang yang hanya berubah sikap atau pemikirannya tentang gereja (dulu anti gereja, sekarang pro gereja), tetapi sikap hatinya terhadap Yesus tidak berubah (tetap acuh tak acuh).
Ini bukan pertobatan! Maukah anda yang belum berubah sikap terhadap Yesus, yang bersikap acuh tak acuh terhadap Dia, yang tidak respek kepada Dia menyambut Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat anda secara pribadi? Kecuali itu, anda bukan gereja/orang Kristen yang sejati! Demikian juga dalam pelayanan, kalau saudara memberitakan Injil, berusahalah bukan hanya sampai orang itu berubah sikap terhadap gereja, kekristenan ataupun Kitab Suci. Berusahalah sampai orang itu berubah sikap terhadap Yesus!
II. TUJUAN PERTOBATAN ITU
Kita sudah memahami arti pertobatan yang dimaksudkan dalam Kisah Para Rasul 2 :38 (yakni percaya kepada Kristus) dan sekarang kita akan melihat tujuan dari pertobatan itu.
Tujuan dari pertobatan yang dimaksud nampak dalam beberapa ayat berikut ini. Kis 2:38 - Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
Kisah Para Rasul 2:40 : Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini." Ayat 38 bicara tentang ‘pengampunan dosa’ dan ayat 40 bicara tentang‘diselamatkan’. Keduanya berhubungan. Kalau dosa tidak diampuni, orang tidak bisa diselamatkan. Kalau dosa diampuni maka orangnya diselamatkan.
Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan pertobatan (menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat) adalah keselamatan jiwa kita dengan kata lain, kalau saudara tidak bertobat (percaya kepada Kristus) maka dosa saudara tidak diampuni. Kalau dosa saudara tidak diampuni maka saudara tidak akan diselamatkan dan kalau saudara tidak diselamatkan artinya saudara akan masuk neraka. Tidak peduli berapa banyak saudara berbuat baik/beramal. Tetap neraka !!! Mengapa? Karena Firman Tuhan mengajarkan bahwa kita diselamatkan bukan dengan perbuatan baik kita tapi hanya dengan iman kepada Kristus.
Roma 3:27-28 – “Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Galatia 2:16 – “Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.
Juga Efesus 2:8 - Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Lalu mengapa keselamatan tidak bisa diperoleh lewat perbuatan baik? Mengapa tidak bisa dengan perbuatan baik?
Pertama, karena secara hukum perbuatan baik memang tidak bisa menutupi pelanggaran. Misalnya pada tanggal 1 anda melanggar peraturan lalu lintas dan karenanya anda ditilang. Polisi berkata kepada anda bahwa tanggal 10 nanti anda akan disidang di pengadilan. Mengetahui bahwa tanggal 10 anda akan disidang maka tanggal 2 anda lalu membawa bantuan ke panti asuhan. Tanggal 3 anda membantu korban bencana alam. Tanggal 4 anda membantu janda-janda dan orang miskin. Tanggal 5 anda menyumbang sejumlah uang untuk gereja. Tanggal 6 anda memberikan bantuan untuk sekolah-sekolah teologia.
Tanggal 7-9 anda melakukan hal-hal baik lainnya. Ketika tanggal 10 anda disidang, hakim bertanya kepada anda : “Saudara A, benarkah pada tanggal 1 saudara telah melanggar peraturan lalu lintas?” Lalu anda pun menjawab : “Benar pak hakim! Tapi tanggal 2 tanggal 2 saya sudah membawa bantuan ke panti asuhan. Ini saksi-saksinya! Tanggal 3 saya membantu korban bencana alam. Ini saksi-saksinya!Tanggal 4 saya membantu janda-janda dan orang miskin. Ini saksi-saksinya! Tanggal 5 saya menyumbang sejumlah uang untuk gereja. Ini saksinya! Tanggal 6 saya memberikan bantuan untuk sekolah-sekolah teologia. Ini saksi-saksinya! Tanggal 7-9 saya masih melakukan ini dan itu.
Jadi benar saya memang telah melanggar peraturan lalu lintas tapi kesalahan saya sudah saya bayar dengan berbuat baik pak hakim!” Pertanyaan saya adalah, apakah hakim itu akan membebaskan anda? Jawabannya “Ya” kalau hakimnya memang gila. Kalau hakimnya waras dia tidak akan peduli berapa banyak anda telah berbuat baik. Anda harus tetap dihukum karena sudah bersalah! Di sini jelas bahwa dalam hukum dunia saja perbuatan baik tidak bisa menutupi kesalahan. Apalagi dalam hukum ilahi? Dosa tidak bisa ditutupi dengan sejumlah perbuatan baik. Kedua, karena sebanyak-banyaknya kita berbuat baik, kita tidak bisa sempurna dalam berbuat baik sedangkan 1 pelanggaran saja membatalkan semua ketaatan kita.
Yakobus 2:10-11 berkata : “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga: "Jangan membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga. Karena itu bagaimanapun salehnya kita, kejahatan kita tetap masih lebih banyak daripada kebaikan kita. (Ingat, Tuhan bukan hanya menilai perbuatan tapi juga perasaan, hati, pikiran, dll).
Karena itu percaya kepada Kristus karena itu menentukan keselamatan saudara. Kecuali itu, saudara akan pergi ke neraka!!! Ingat, neraka bukan dongeng. Neraka benar-benar ada! Bidat Saksi-Saksi Yehuwa dan pendirinya Russell tidak percaya ada neraka tapi saya percaya sekarang Russell sudah percaya adanya neraka. Mengapa? Karena dia sudah masuk ke sana! Juga jangan jadikan neraka sebagai bahan guyonan bahwa saudara akan bertemu dengan para artist di sana. Memang saudara akan jumpa banyak artist di sana tapi saya jamin saudara tidak akan menikmati pertemuan dengan mereka.
Coba bayangkan hal ini. Apakah anda bisa menikmati pertemuan dengan idola anda sambil anda duduk di atas kompor yang menyala? Tidak mungkinkan? Demikian juga anda pasti akan bertemu dengan banyak artis dan orang terkenal di neraka tetapi anda pasti tidak akan menikmati pertemuan itu karena anda sangat menderita dalam nyala api itu.
Ada 2 hal yang menyebabkan neraka sangat mengerikan. Pertama,karena penderitaan di neraka bersifat selama-lamanya. Kedua, Tidak ada istrahat untuk penderitaan di sana. Jikalau saudara tidak mau pergi ke sana, camkanlah kata-kata Petrus ‘berilah dirimu diselamatkan’ Dengan cara apa? Percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadimu!
Perhatikan frase “berilah dirimu diselamatkan”. Kata “selamat” dalam ayat ini ditulis dalam bentuk pasif ‘diselamatkan’ Artinya kita tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Tapi juga tidak bersifat pasif total karena dikatakan “berilah dirimu”. Dengan kata lain supaya diselamatkan saudara harus mau memberi diri diselamatkan. Dengan cara bagaimana? Percaya kepada Kristus! Maukah saudara? Menariknya lagi frase “berilah dirimu diselamatkan oleh Allah” dalam bahasa Yunaninya ditulis dalam bentuk aorist imperative, maka perintah ini juga hanya perlu dilakukan satu kali saja. Artinya kita hanya percaya dan diselamatkan satu kali saja. Keselamatan tidak bisa hilang dan muncul lalu hilang lagi dan muncul lagi. Sekali selamat tetap diselamatkan! Maukah saudara? Keputusan di tangan saudara!
Pendapat anda :
II. GEREJA YANG LAHIR DAN BERTUMBUH DARI FIRMAN TUHAN
Kisah Para Rasul 2:41-47 : (41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. (42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. (43) Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. (44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. (46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, (47) sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Pada bagian pertama dari tulisan “Gereja Yang Sejati” ini sudah saya tegaskan bahwa gereja yang sejati adalah gereja yang bertobat. Ini sesuai dengan Kisah Para Rasul 2:41 - Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Bertobat yang dimaksudkan di sana adalah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi dan tujuannya adalah untuk pengampunan dosa dan keselamatan kita.
Pada bagian kedua ini kita akan melanjutkan pembahasan kita dan kita akan membahas ciri yang lain dari gereja yang sejati. Di dalam Kisah Para Rasul 2 :41 dikatakan bahwa “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Ini tentu sesuatu yang luar biasa karena 3000 orang bertobat dalam 1 hari. Inilah cikal bakal jemaat mula-mula. Lalu apa yang menyebabkan terjadinya pertobatan seperti ini ? Jawabannya ada dalam ayat 41 juga :“Orang-orang yang menerima perkataannya (Petrus) itu..”. Jadi yang membuat terjadinya pertobatan massal seperti itu adalah karena orang-orang itu menerima perkataan Petrus.
Perkataan apa? Jelas adalah khotbah Petrus yang disampaikan dalam Kis 2:14-36. Jadi setelah peristiwa Pentakosta, Petrus mulai berkhotbah secara panjang lebar dan di dalam ayat 37 dikatakan demikian : Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Frase “hati mereka sangat terharu” ini dalam Alkitab versi NIV dan RSV diterjemahkan sebagai “cut” (= teriris). Dalam versi NASB diterjemahkan “ pierced”(= tertusuk / tertikam).
Demikian juga dengan KJV yang memakai kata “pricked” (= tertusuk). Di dalam Kis 7:54 orang-orang Yahudi juga ‘tertusuk hatinya’ setelah mendengar khotbah Stefanus. Tetapi ‘tertusuk’ di sana artinya adalah ‘marah’.
Di sini (Kisah Para Rasul 2:37) ‘tertusuk’ berarti menjadi sedih. Makanya Alkitab terjemahan baru Indonesiamenerjemahkannya menjadi ‘sangat terharu’. Mereka lalu bertanya kepada Petrus ‘apakah yang harus kami perbuat’ (ay. 37) dan Petrus menjawab ‘bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus (ay. 38). Akibat dari semua itu adalah Kis 2:41 : "Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Jadi jelas bahwa jemaat mula-mula itu lahir dari Firman Tuhan yang dikhotbahkan Petrus.
Selanjutnya setelah gereja perdana itu berdiri, satu ciri yang sangat penting dalam kehidupan berjemaat mereka adalah pengajaran. Kisah Para Rasul 2:42 berkata : “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasuldan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”. Pengajaran yang dimaksudkan di sini jelas adalah pengajaran Firman Tuhan. Maka dapatlah dikatakan bahwa gereja perdana adalah gereja yang bertumbuh dalam pengajaran Firman Tuhan.
Jikalau 2 fakta ini digabungkan maka kita akan sampai pada kesimpulan bahwa gereja perdana lahir oleh Firman Tuhan dan bertumbuh oleh Firman Tuhan. Sebagaimana yang sudah saya katakan bahwa gereja perdana adalah gereja yang sejati maka kesimpulan kita adalah “GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG LAHIR DAN BERTUMBUH DARI FIRMAN TUHAN”. Kita akan bahas 2 hal ini secara lebih mendetail.
I. GEREJA YANG SEJATI LAHIR DARI FIRMAN TUHAN
Gereja perdana adalah gereja yang lahir dari Firman Tuhan yang disampaikan Petrus. Perhatikan bahwa sebelum terjadinya pertobatan massal dalam Kisah Para Rasul 2:41, ada 2 peristiwa yang menarik.
Pertama, ada mujizat di mana Roh Kudus turun ke atas murid-murid. Kis 2:2-3 :Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
Kedua,ada bahasa roh yang diucapkan oleh murid-murid seperti yang diceritakan dalam Kis 2:4 : Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Jadi ada 2 kejadian spektakuler/supranatural yang bersifat mujizat. Lalu bagaimana reaksi orang banyak setelah melihat 2 peristiwa ajaib itu? Ada 2 reaksi.
Pertama, sebagian orang bingung.Ini nampak dalam Kis 2:6-7, 12 : (6) Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. (7) Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? (12) Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain:"Apakah artinya ini?" Kedua, Sebagian orang menghakimi/menyindir. Ini nampak dari Kis 2:13 : Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis."
Menarik sekali, ada mujizat yang luar biasa dan ada orang yang bingung, ada orang yang menyindir. Tapi tidak ada yang percaya dan bertobat. Perhatikan hal penting ini. Ada mujizat spektakuler (lidah api turun dari langit dan bahasa roh) tapi hal itu tidak mendatangkan pertobatan/iman tapi kebingungan dan sindiran. Sebaliknya, ada pemberitaan Firman Tuhan/khotbah yang menghasilkan pertobatan/iman di mana 3000 orang bertobat dalam 1 hari dan terbentuklah gereja perdana. Itu berarti bahwa sebuah gereja seharusnya lahir karena mendengar Firman Tuhan dan bukan karena melihat mujizat. Ini adalah ciri gereja yang sejati. Ia lahir karena mendengar Firman Tuhan dan bukan karena melihat mujizat. Ini juga sekaligus menunjukkan superioritas atau keunggulan Firman Tuhan daripada mujizat di mana iman yang sejati itu lahir dari mendengar Firman Tuhan dan bukannya melihat mujizat.
Alkitab memperlihatkan banyak contoh di mana mujizat tidak bisa melahirkan iman yang sejati.
Bangsa Israel
Tidak ada bangsa di dunia yang pernah melihat mujizat lebih banyak dari bangsa Israel pada zaman Perjanjian Lama. Mereka menyaksikan 10 tulah di tanah Mesir, mereka menyaksikan bagaimana laut Teberau terbelah, mereka dinaungi tiang awam dan tiang api pada masa eksodus. Mereka mengalami mujizat di mana air pahit berubah menjadi manis. Mereka diberi makan secara ajaib dengan manna dari langit dan burung puyuh. Juga mereka mengalami begitu banyak mujizat yang berkaitan dengan peperangan-peperangan yang mereka lakukan. Tetapi apa yang terjadi ? Ketika mereka tiba di masa dan Meriba dan di sana tidak ada air untuk diminum, maka mereka mulai bertengkar dan bersungut-sungut terhadap Musa (Kel 17) lalu mereka berkata “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?” (Keluaran 17:7). Aneh sekali! Heran bin ajaib! Mereka telah menyaksikan tangan Tuhan dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib sejak dari tanah Mesir, namun sekarang hanya karena masalah air lalu mereka mulai mempertanyakan keberadaan Allah di tengah-tengah mereka?“Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?”
Di sini kita bisa belajar satu hal penting bahwa sekian banyak mujizat yang telah dilihat bangsa Israel ternyata tidak dapat menimbulkan iman di dalam hati mereka. Demikian juga dalam PB banyak mujizat dibuat oleh Yesus dan banyak orang Israel melihatnya tapi mujizat-mujizat itu tidak membuat mereka menjadi percaya dengan sungguh kepada Yesus. Bahkan hari ini orang-orang yang percaya kepada Kristus (Kristen) menjadi minoritas di Israel. Jadi rupanya melihat mujizat tidak melahirkan iman yang sejati.
Simon tukang sihir. (Kis 8)
Perhatikan Kisah Para Rasul 8:6-7, 9-11, 13 – (6) Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. (7) Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, danbanyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. (9) Seorang yang bernama Simon telah sejak dahulu melakukan sihir di kota itu dan mentakjubkan rakyat Samaria, serta berlagak seolah-olah ia seorang yang sangat penting. (10) Semua orang, besar kecil, mengikuti dia dan berkata: "Orang ini adalah kuasa Allah yang terkenal sebagai Kuasa Besar." (11) Dan mereka mengikutinya, karena sudah lama ia mentakjubkan mereka oleh perbuatan sihirnya. (13) Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi. Saya yakin bahwa Simon ini menjadi percaya karena melihat banyak mujizat dan bukannya karena mendengar Firman Tuhan. Alasannya adalah karena dia dulunya pembuat mujizat dan juga dia kelihatan takjub sekali dengan mujizat-mujizat yang dibuat Filipus.
Sekarang kita akan lihat, apakah iman Simon ini yang lahir dari mujizat adalah iman yang sejati? Kisah Para Rasul 8:17-23 – (17) Kemudian keduanya (Petrus dan Yohanes) menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus. (18) Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, (19) serta berkata: "Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus." (20) Tetapi Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. (21) Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebabhatimu tidak lurus di hadapan Allah. (22) Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; (23) sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan." Perhatikan kata-kata Simon Petrus di atas. Kata-kata Petrus ini menunjukkan bahwa Simon tidak memiliki iman yang sejati padahal ayat 13 mengatakan bahwa ia sudah percaya. Jelas bahwa ia percaya bukan karena Firman Tuhan tapi karena melihat mujizat karena itu imannya bukanlah iman yang sejati. Ingat, iman yang sejati tidak bisa lahir dari melihat mujizat!
Saudara-saudara orang kaya (Luk 16)
Saran saya sebaiknya anda baca dulu cerita orang kaya dan Lazarus ini dalam Lukas 16. Ketika orang kaya (di neraka) itu melihat Lazarus ada di pangkuan Abraham (di surga), salah satu permintaannya adalah agar Abraham mau menyuruh Lazarus (bangkit) untuk menginjili 5 saudaranya. Lukas 16:27-28 : Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Abraham lalu menjawab : ‘Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu’. (ay.29). (Note : Kesaksian Musa dan Para Nabi ini adalah Firman Tuhan). Namun orang kaya ini berkata : ‘Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (ay. 30). Dengan kata lain menurut orang kaya ini, orang akan bertobat/beriman kalau melihat mujizat (orang mati bangkit). Lalu apa jawab Abraham ?Lukas 16:31 : Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati." Kata-kata Abraham ini membuktikan bahwa mujizat yang paling hebat pun (orang mati bangkit) tidak akan bisa membuat orang bertobat kalau ia tak mau percaya kepada Firman Tuhan.
Semua data yang saya ungkapkan ini membuktikan bahwa mujizat tidak bisa melahirkan iman yang sejati. Iman yang sejati hanya lahir dari Firman Tuhan saja. Roma 10:17 berkata : Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Lihat juga 2 Timotius 3:15-16 : Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran’,
Yohanes 20:31 : tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat,supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dansupaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya’dan juga Kisah Para Rasul 20:32 : Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.
Karena itu janganlah kita menjadi orang Kristen yang gila/maniak mujizat. Mujizat tidak melahirkan iman yang sejati. Mujizat bisa menyesatkan karena setan/nabi palsu bisa buat mujizat. Matius 24:24 :Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.
2 Tesalonika 2:9 : Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu.Karena itu jadilah orang Kristen mencintai Firman Tuhan dengan cara rajin membaca dan merenungkan Firman Tuhan (Maz 1). Demikian pula kalau kita mau mengadakan acara KKR, tonjolkanlah Firman Tuhan dan bukan mujizat. Hari ini ada begitu banyak KKR dan gereja yang hanya mengobral mujizat saja tetapi tidak menekankan Firman Tuhan sama sekali. Ini bukanlah gereja yang sejati.
II. GEREJA YANG SEJATI BERTUMBUH DALAM FIRMAN TUHAN
Gereja yang sejati juga adalah gereja yang bertumbuh dalam pengajaran rasul-rasul (Firman Tuhan). Dalam Kisah Para Rasul 2:42 dikatakan :Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
Ada 4 hal yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 2: 42, yaitu pengajaran rasul-rasul, persekutuan, berkumpul untuk memecahkan roti, dan berdoa. Perhatikan bahwa Firman Tuhan (pengajaran rasul-rasul) ditempatkan pada rangking 1! Ini menunjukkan bahwa hal yang paling penting dalam sebuah gereja adalah Firman Tuhannya. Dalam semua gereja, Firman Tuhan harus menduduki tempat terutama / paling penting! Hamba Tuhan sendiri harus mengutamakan Firman Tuhan.
Memang hamba Tuhan juga punya tugas-tugas lain seperti bezoek, counseling, rapat, dsb, tetapi semua itu tidak boleh menggeser tugas utamanya yakni pengajaran Firman Tuhan. Karena itu salahlah kalau dalam kebaktian khotbahnya hanya 15 menit tapi doa syafaatnya dan warta mimbarnya jauh lebih lama dari khotbah. Selain hamba Tuhan, jemaat juga harus menekankan Firman Tuhan. Sekalipun hamba Tuhan menekankan Firman Tuhan, tetapi kalau jemaatnya tidak, maka tidak ada gunanya.
Ada 2 hal yang biasanya oleh jemaat sering lebih dipentingkan dari pada Firman Tuhan, yaitu
(1) Puji-pujian. Ini menyebabkan mereka mencari gereja yang puji-pujiannya atau musiknya bagus, tanpa peduli ajarannya benar atau salah. Ini salah!!! Memang puji-pujian juga penting, dan karena itu jangan lalu tidak ikut menyanyi dalam kebaktian. Tetapi bagaimanapun juga puji-pujian tidak sepenting Firman Tuhan.
(2) Persekutuan. Ini menyebabkan mereka pergi ke gereja di mana mereka mempunyai banyak teman, tidak peduli ajaran gerejanya bagaimana. Atau mereka tidak mau meninggalkan gereja lama mereka yang jelas-jelas sesat, hanya karena di sana mereka punya banyak teman. Ini juga salah!!! Memang persekutuan penting, dan harus diusahakan. Tetapi persekutuan tidak sepenting Firman Tuhan.
Meskipun demikian jemaat juga bisa jatuh pada ekstrim sebaliknya, yaitu hanya menekankan Firman, dan meremehkan hal-hal yang lain. Karena itu mereka datang terlambat dalam kebaktian, karena hanya mau mendengar khotbah. Ini jelas juga salah! Bahwa Firman Tuhan adalah yang terpenting, tidak berarti bahwa hal-hal yang lain seperti doa, puji-pujian, dan persekutuan boleh diabaikan. Semua itu penting tapi Firman Tuhan harus terpenting dalam gereja yang sejati. Karena itu marilah kita mengutamakan Firman Tuhan dalam gereja-gereja kita dan juga anda sebagai jemaat awam juga jangan bosan-bosan dalam hal mendengar Firman Tuhan. Ingat, gereja yang sejati adalah gereja yang lahir dan bertumbuh dalam Firman Tuhan.
Pendapat anda :
III. GEREJA YANG BERDOA
Kisah Para Rasul 2:41-47 : (41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. (42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. (43) Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. (44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. (46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, (47) sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Kita sudah belajar tentang gereja yang sejati bagian-bagian sebelumnya di mana gereja yang sejati adalah gereja yang bertobat (bagian 1) dan gereja yang sejati adalah gereja yang lahir dan bertumbuh dari FIRMAN TUHAN (bagian 2). Pada bagian 3 ini kita akan belajar 1 hal lagi tentang gereja yang sejati.
Dalam Kisah Para Rasul 2:42 dikatakan : “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”. Yang akan menjadi tekanan pada bagian ini adalah masalah doa. JADI GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG BERDOA. Masalahnya adalah kita tidak mendapat banyak informasi tentang aktivitas doa jemaat mula-mula dari bacaan Kis 2:41-47. Yang kita bisa lihat dari teks ini adalah :
Mereka berdoa dalam persekutuan
Jadi ini bukan doa secara pribadi tetapi persekutuan doa (doa secara bersama-sama). Mungkin saudara sudah berdoa secara pribadi untuk gereja saudara, tetapi apakah saudara ikut dalam persekutuan doa untuk mendukung gereja? Tanpa persekutuan doa, gereja tidak mungkin bisa maju! Bandingkan dengan Billy Graham yang mempunyai team doa lebih dari 100 orang. Spurgeon mempunyai 700 orang yang melakukan persekutuan doa dalam gerejanya. Ini menyebabkan mereka diberkati dalam pelayanannya! Alkitab menyatakan bahwa persekutuan doa mempunyai kuasa lebih besar dari doa pribadi. Mat 18:19 : Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
Mereka berdoa dengan tekun
Dalam Alkitab bahasa Indonesia, Kisah Para Rasul 2: 42 ini terdiri dari 2 kalimat :“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”. Padahal seharusnya hanyalah 1 kalimat. Lihat terjemahan NIV : “They devoted themselves to the apostles’ teaching and to the fellowship, to the breaking of bread and to prayer” (Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, dalam pemecahan roti dan dalam doa). Bandingkan dengan Terjemahan Lama Indonesia : Maka mereka itu pun bertekun di dalam pengajaran rasul-rasul, dan di dalam persekutuan, dan di dalam hal memecahkan roti, dan doa. Demikian juga dengan KJV dan TEV. Jadi, kata ‘bertekun’ dalam ayat 42 itu juga ditujukan kepada persekutuan doa. Apakah saudara tekun dalam mengikuti persekutuan doa?
Saya kira ini saja yang bisa kita dapatkan dari Kisah Para Rasul 2:42 tentang doa jemaat. Namun dalam catatan-catatan selanjutnya kita melihat bahwa Lukas secara khusus mencatat doa dari jemaat mula-mula. Perhatikan Kis 4:23-31 : (23) Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka. (24) Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. (25) Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? (26) Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya. (27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu. (29) Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. (30) Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus." (31) Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.
Kita akan mempelajari doa mereka dengan lebih serius tetapi pertama-tama perlu dicatat bahwa konteks dari bacaan ini adalah bahwa Petrus dan Yohanes diperhadapkan kepada Mahkamah Agama karena mereka memberitakan nama Yesus dengan tegas. (Kisah Para Rasul 4:2,7). Setelah mereka dilepaskan, mereka menyampaikan hal ini pada rekan-rekan mereka (ay.23). Ketika teman-temannya mendengar hal itu, reaksi awal mereka adalah berdoa (ay.24). Ini jugalah yang harus menjadi reaksi dari setiap anak Tuhan /gereja Tuhan ketika mengetahui adanya banyak kesukaran dalam kekristenan maupun dalam hidup pribadi.
Satu hal yang menarik adalah mereka berdoa dengan satu hati. Dalam ayat 24 dikatakan bahwa mereka ‘berseru bersama-sama’. Kis4:24 : Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.Tetapi ini terjemahan yang kurang akurat. Kata yang diterjemahkan‘bersama-sama’ adalah HOMOTHUMADON, yang terjemahan seharusnya adalah ‘with one accord’ (= dengan suara bulat, seia sekata). Lihat terjemahan KJV - And when they heard that, they liFirman Tuhaned up their voice to God with one accord, and said, Lord, thou art God, which hast made heaven, and earth, and the sea, and all that in them is”, maupun terjemahan ASV - And they, when they heard it, liFirman Tuhaned up their voice to God with one accord, and said, O Lord, thou that didst make the heaven and the earth and the sea, and all that in them is. Jadi persekutuan doa dalam ayat 24 ini menunjukkan kesatuan gereja abad pertama, karena bukan saja mereka mau peduli dan mendoakan rasul-rasul yang mengalami kesukaran / penderitaan, tetapi mereka juga bisa bersatu hati dalam doa!
Kita akan melihat ada 4 pelajaran menarik dari doa jemaat mula-mula ini :
I. MEREKA TIDAK MULAI DENGAN MENCERITAKAN KESUKARAN MEREKA, TETAPI DENGAN MENYADARI DAN MENGAKUI ALLAH SEBAGAI PENCIPTA.
Mereka jelas berada dalam kesulitan dan karena itu mereka berdoa kepada Tuhan. Tetapi perhatikan bagaimana doa mereka. Ayat 24b :"Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Jadi doa mereka bukan dimulai dengan menceritakan segala persoalan mereka, masalah mereka, tantangan yang mereka hadapi. Mereka justru memulai doa mereka dengan menyebut Tuhan sebagai pencipta langit, bumi, laut dan segala isinya.
Bandingkan ini dengan doa raja Hizkia dalam 2Raja-raja 19:15-dst : (15) Hizkia berdoa di hadapan TUHAN dengan berkata: "Ya TUHAN, AllahIsrael, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi. (16) Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, dan dengarlah; bukalah mata-Mu, ya TUHAN, dan lihatlah; …..” Hizkia memulai doa dengan memuji kebesaran Tuhan dan bukannya menceritakan masalah yang dihadapi. Perhatikan bahwa prinsip yang sama juga ada dalam doa Bapa Kami.
Doa Bapa Kami tidak langsung dimulai dengan sebuah permintaan melainkan sebuah ungkapan yang meninggikan Bapa di surga yang dimulai dari ayat 9-10 sedangkan permintaan baru disampaikan dalam ayat 11. Mat 6:9dst – (9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, (10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. (11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”. Ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan khususnya pada waktu kita berdoa untuk kesukaran kita.
Kalau kita memulai doa kita dengan menceritakan betapa besar kesukaran kita, maka besar kemungkinan bahwa isi doa itu sendiri akan melemahkan iman kita, membuat kita kecil hati, putus asa, dsb. Tetapi kalau kita memulai doa kita dengan menyatakan kemahakuasaan Allah sebagai pencipta, maka kata-kata itu sendiri akan menguatkan iman kita, setelah itu barulah kita menyatakan permintaan kita dan kita akan bisa lebih mempunyai iman pada saat menaikkan permintaan itu.
Banyak orang tidak menyadari hal ini. Itulah sebabnya merekamemulai doanya dengan langsung menceritakan kesukaran mereka. Misalnya kalau mau membangun sebuah gedung gereja, bukannya mereka memulai dengan memikirkan kemahakuasaan Allah tapi mulai dengan mengeluh harga gedung/tanah yang sangat mahal sedangkan modal hanya sedikit. Misalnya kalau berada dalam keadaan sakit berat, bukannya memulai dengan memikirkan kemahakuasaan Allah tapi dengan menceritakan betapa beratnya penyakit itu, dan bahwa dokter sudah angkat tangan, dsb. Misalnya kalau ada problem ekonomi, bukannya memulai dengan memikirkan kemahakuasaan Allah tapi dengan menceritakan betapa banyak hutang dan betapa banyaknya problem dalam pekerjaan, dsb. Inilah yang terjadi! Tetapi doa jemaat mula-mula ini haruslah menjadi teladan bagi kita.
Jika kita ingin mendoakan persoalan-persoalan kita, pelayanan kita, dll, mulailah dengan melihat Allah sebagai Allah yang mahakuasa. Karena Allah adalah Allah yang mahakuasa maka tidak ada yang mustahil bagi Dia. Setelah itu barulah kita ungkapkan semua persoalan dan pergumulan kita. Hal ini akan memberikan keyakinan iman yang besar kepada kita karena kita akan memandang semua persoalan kita, masalah kita, penyakit kita, tantangan hidup kita dari kaca mata Allah.
II. MEREKA MEMANDANG PADA RENCANA ALLAH DAN PELAKSANAANNYA (PROVIDENCE OF GOD)
Selain apa yang disebutkan dalam bagian pertama, jemaat mula-mula juga berdoa dengan memandang rencana dan providensia Allah. Dari mana kita bisa melihat hal ini? Ada beberapa hal yang menunjukkan ini.
Pertama, dalam ayat mereka menyapa Allah dengan sapaan ‘Ya Tuhan’. Kisah Para Rasul 4:24 : Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Alkitab KJV/NASB menyebutnya “Lord” (= Tuhan).
Tetapi dalam bahasa Yunani kata yang digunakan bukan “KURIOS” melainkan “DESPOTES” yang lebih tepat diterjemahkan “Tuhan Yang Berdaulat”. Perhatikan terjemahan NIV : When they heard this, they raised their voices together in prayer to God. "Sovereign Lord,(Tuhan Yang Berdaulat)" they said, "you made the heaven and the earth and the sea, and everything in them” dan juga RSV: And when they heard it, they lifted their voices together to God and said, "Sovereign Lord, (Tuhan Yang Berdaulat), who didst make the heaven and the earth and the sea and everything in them. “Sovereign” (berdaulat) jelas menunjukkan kepada otoritas atau kuasa. Jadi waktu berdoa, mereka percaya kepada otoritas, kuasa dan kedaulatan Tuhan dalam memerintah seluruh alam semesta, di mana Ia tidak tergantung oleh siapapun / apapun di luar diriNya.
Kedua, mereka menyebut Allah sebagai pencipta. Kisah Para Rasul 4:24 : Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Kalau Allah adalah pencipta, Allah pasti menguasai dan mengatur ciptaanNya itu dan dengan demikian segala ciptaanNya tergantung kepada Dia!
Ketiga, Apa yang dikatakan dalam ayat 27-28 jelas menunjukkan bahwa mereka percaya pada rencana Allah dan Providensi-Nya! Kis 4:27-28 - Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu.
Perhatikan bahwa dalam doa mereka, mereka katakan bahwa apa yang dilakukan oleh Herodes, Pilatus dan bangsa Israel kepada Yesus sebenarnya hanyalah pelaksanaan dari ketentuan yang telah ditetapkan Tuhan. Inilah yang disebut sebagai Providence of God.Orang-orang itu (Herodes dan Pontius Pilatus) berbuat dosa pada waktu mereka membunuh Yesus, tetapi dengan itu mereka sebenarnya telah melaksanakan rencana Allah.
Ini tentu tidak bisa diartikan bahwa mereka mentaati Allah. Mereka melakukan dosa dengan tujuan / motivasi yang berbeda! Allah merencanakan kematian Yesus untuk menebus dosa manusia. Mereka membunuh Yesus bukan supaya Yesus menjadi penebus dosa! Karena itu meskipun rencana Allah terlaksana, orang-orang itu tetap berdosa dan harus bertanggung jawab atas dosa mereka. Ayat 6 berkata‘kuasa dan kehendakMu’.
Dalam NIV disebut ‘Your power and will’ (= kuasa dan kehendakMu). NASB : ‘thy hand and thy purpose’ (= tanganMu dan rencanaMu). Dan RSV : ‘thy hand and thy plan’ (= tanganMu dan rencanaMu). Lukas menambahkan kata ‘hand / tangan’ untuk menunjukkan bahwa segala sesuatu terjadi tidak hanya karena adanya rencana Allah, tetapi juga karena adanya tangan / kuasa Allah yang mengatur semua itu. Inilah Providence of God. Dan jemaat mula-mula berdoa dengan kesadaran penuh akan hal ini.
Kepercayaan pada rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God) adalah sesuatu yang sangat penting pada waktu kita menghadapi problem! Kalau kita menganggap bahwa segala sesuatu (atau hal-hal tertentu) terjadi secara kebetulan, maka kita pasti akan kuatir. Tapi, kalau kita percaya bahwa segala sesuatu bisa terjadi hanya kalau Allah sudah menentukan dan menggunakan kuasaNya untuk melaksanakan ketentuanNya, maka kita tidak akan kuatir karena kita tahu bahwa segala sesuatu ada dalam genggaman Allah yang mengasihi kita sebagaimana kata Roma 8:28 : “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Jemaat abad pertama itu percaya pada rencana Allah dan pelaksanaannya (Providence of God) sehingga mereka punya keyakinan yang besar dalam kesukaran. Kitapun harus memiliki kesadaran semacam ini pada saat kita berdoa bahwa tidak ada satupun hal yang terjadi di luar kehendak dan penetapan dari Tuhan. Karena itu pada saat kita berdoa, kita perlu berdoa dengan tekun dan meminta dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan tetapi kita harus menerima bahwa pada akhirnya ketetapan Tuhanlah yang harus terjadi.
Kita tidak boleh memaksa Tuhan dalam doa untuk mengikuti maunya kita. Ingat kata-kata dalam doa Bapa Kami : “Jadilah kehendakMu” dan juga doa Tuhan Yesus di taman Getsemani “tetapi jangan kehendakku melainkan kehendakMu jadilah”
III. MEREKA MENGINGAT / MENGUTIP FIRMAN TUHAN DALAM DOA
Hal menarik lainnya dalam doa jemaat mula-mula ini adalah dalam doa mereka, mereka mengutip Firman Tuhan. Ini nampak dalam ayat 25-26 : Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya.
Kata-kata dalam ayat 25-26 ini sebenarnya dikutip dari Maz 2:1-2. Jadi mereka mengutip Mazmur dalam doa mereka. Mereka mengutip ayat dalam doa bukan untuk ‘pamer ayat hafalan’ atau untuk ‘berkhotbah dalam doa’ melainkan untuk menguatkan keyakinan dalam doa, atau untuk mengklaim janji Tuhan. Dalam bagian ini jemaat abad pertama menganggap bahwa ay 27-28 merupakan penggenapan nubuat Mazmur 2:1-2.
Ini sesuatu yang penting! Dalam hidup kita, kita harus bisa melihat hal-hal di sekeliling kita sebagai penggenapan Firman Tuhan. Itu bisa menguatkan iman kita. Misalnya kalau dalam hidup ini kita mengalami banyak problem dalam mengikut Yesus, maka sebenarnya itu hanyalah penggenapan dari Markus 13:13 yang berbunyi : Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat" dan 2 Timotius 3:12 : Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya”.
Adanya begitu banyak nabi palsu dalam gereja saat ini seperti aliran Saksi-Saksi Yehuwa, Unitarianisme (Frans Donald), dll sebenarnya hanya menggenapi Matius 24:11,24 : (11) Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga’. Juga zaman ini jarang ada orang senang dengan Firman Tuhan yang sungguh-sungguh (bukan yang banyak dongeng / kesaksian / leluconnya, tetapi yang betul-betul membahas Firman Tuhan / Kitab Suci).
Ini sebenarnya menggenapi 2 Timotius 4:3-4 : Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapimereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akanmemalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Jadi kalau kita hanya melihat hal-hal yang terjadi itu saja, kita akan menjadi susah. Tetapi kalau kita bisa melihatnya sebagai penggenapan Firman Tuhan, kita dikuatkan karena kita bisa makin yakin bahwa Alkitab memang adalah Firman Tuhan yang benar! Marilah kita mendoakan semua pergumulan kita (pribadi, bangsa, gereja, dll) dengan kesadaran penuh bahwa semua yang dikatakan Firman Tuhan sementara digenapi
IV. MEREKA MATI TERHADAP DIRI SENDIRI.
Hal terakhir yang bisa kita catat dari doa gereja perdana ini adalah bahwa mereka telah mati terhadap diri sendiri. Perhatikan bahwa dalam doa itu, jemaat abad pertama ini tidak meminta supaya mereka dibebaskan dari problem, dan bahkan mereka sama sekali tidak meminta perlindungan dari Tuhan terhadap ancaman orang-orang Yahudi (permintaan ini mungkin ada tetapi secara implicit).Jelas bahwa mereka tidak peduli pada diri mereka sendiri! Yang mereka minta adalah : Pertama, keberanian untuk memberitakan Firman Tuhan.
Kisah Para Rasul 4:29 - Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Mereka minta keberanian untuk rasul-rasul yang baru saja menunjukkan keberanian mereka (Kisah Para Rasul 4:13). Ini jelas menunjukkan bahwa mereka sadar bahwa tadi rasul-rasul itu bisa berani karena Tuhan memberikan keberanian. Karena itu mereka minta keberanian lagi, supaya rasul-rasul itu tetap berani. Kedua, kuasa untuk melakukan mujizat.
Kisah Para Rasul 4:30 - Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus." Perhatikan bahwa dua hal yang mereka minta ini justru adalah hal-hal yang menyebabkan mereka mendapatkan kesukaran (Kis 3). Tetapi sekarang mereka justru meminta 2 hal itu lagi! Ini betul-betul menunjukkan bahwa mereka memang mati bagi diri sendiri dan hidup bagi Tuhan! Ini adalah sikap yang penting dalam doa! Banyak orang berdoa dengan sikap yang egois. Mereka tidak berdoa untuk kemuliaan Tuhan tetapi untuk kesenangan diri sendiri! Bagaimana dengan saudara? Dengan sikap bagaimana saudara berdoa?
Inilah 4 hal penting yang dapat kita pelajari dari doa jemaat mula-mula. Tuhan akhirnya menjawab doa mereka. Kis 4:31 : Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani. Tempat itu goyang. Mujizat ini menunjukkan kuasa Allah, kehadiran Allah dan bahwa doa mereka didengar oleh Allah. Mereka juga dipenuhi oleh Roh Kudus. Mereka lalu memberitakan Firman Tuhan dengan berani.
Dalam ayat 33 disebutkan tentang ‘kuasa yang besar’ . Kis 4:33 - Dan dengankuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Ini menunjukkan bahwa mereka diberi kuasa untuk melakukan mujizat-mujizat sesuai dengan permintaan mereka dalam ayat 30.
Tuhan mendengar dan mengabulkan doa jemaat mula-mula. Kalau dulu Tuhan bisa melakukan hal itu, sekarang pun Ia bisa! Marilah kita membawa kepada Tuhan setiap pergumulan kita dalam doa dengan sikap yang sama seperti yang ada pada jemaat abad pertama! Tuhan akan mendengar dan mengabulkan doa kita! Seseorang mengatakan : “Sorrow looks back, worry looks around, faith looks up” (= kesedihan melihat ke belakang, kekuatiran melihat ke sekeliling, iman melihat ke atas). Dalam menghadapi segala problem, hadapilah dengan melihat ke atas / berdoa! Maukah saudara melakukan hal itu? Ingat, gereja yang sejati adalah gereja yang berdoa!
IV. GEREJA YANG MENGASIHI
Kisah Para Rasul 2:41-47 : (41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. (42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. (43) Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. (44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. (46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, (47) sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Gereja yang sejati adalah gereja yang bertobat. Gereja yang sejati adalah gereja yang lahir dan bertumbuh dari Firman Tuhan. Gereja yang sejati adalah gereja yang berdoa. Pada bagian 4 ini kita akan membahas 1 point lagi.
Dalam Kis 2:44-45 dikatakan : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orangsesuai dengan keperluan masing-masing.
Kisah Para Rasul 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Perhatikan cara hidup jemaat mula-mula ini. Dikatakan bahwa“kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama”, “ada yang menjual harta dan membagikannya kepada semua orang”, “tidak ada dari antara mereka yang berkekurangan” dan kalimat-kalimat sejenisnya. Dari sini kita dapat simpulkan cara hidup jemaat mula-mula ini dengan satu kalimat bahwa jemaat mula-mula itu hidup saling mengasihi. Jadi, “GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG MENGASIHI”.
Kita akan menyoroti lebih dalam kehidupan jemaat mula-mula yang saling mengasihi ini.
I. MEREKA MENGASIHI DENGAN TINDAKAN NYATA
Ketika kita membaca Alkitab maka kita akan temukan bahwa “kasih” selalu diwujudkan dengan sebuah tindakan. Contoh :
Ulangan 4:37 : Karena Ia mengasihi nenek moyangmu dan memilih keturunan mereka, maka Ia sendiri telah membawa engkau keluar dari Mesir dengan kekuatan-Nya yang besar
Dikatakan bahwa Allah mengasihi nenek moyang Israel. Dan tindakanNya adalah membawa mereka keluar dari Mesir.
Yohanes 3:16 : Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Allah begitu mengasihi dunia. Maka tindakanNya adalah mengaruniakan AnakNya yang tunggal bagi dunia.
Roma 5:8 : Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Kejadian 37:3 : Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia.
Yakub mengasihi Yusuf dan tindakannya adalah membuat jubah yang mahal bagi dia.
Lukas 7:5 - sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."
Perwira dalam ayat ini dikatakan bahwa dia mengasihi bangsa Israel. Dan tindakannya adalah menanggung pembangunan rumah ibadat Israel.
Yohanes 21:16 : Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Ketika Petrus mengatakan bahwa ia mengasihi Yesus, maka Yesus menuntut sebuah tindakan yakni menggembalakan domba-dombaNya.
Karena itu ada ayat-ayat yang secara eksplisit mengaitkan kasih dan tindakan seperti Ul 11:1 - "Haruslah engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya” dan juga Yohanes 14:15 : "Jikalau kamumengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Dengan demikian, kasih barulah disebut kasih jika ada tindakan yang nyata. Tanpa tindakan, kasih sesungguhnya bukanlah kasih.
Ada sekelompok pemuda gereja yang mengadakan acara retreat di dekat areal air terjun. Topik yang mereka bahas adalah hal mengasihi. Pemimpin kelompok itu meminta masing-masing orang untuk memberikan pendapatnya tentang apa itu kasih. Hampir semua orang mengemukakan pendapatnya tentang apa itu kasih. Anehnya, ada seorang pemuda yang rupanya sangat pemalu sehingga dari awal hingga akhir ia sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tidak memberikan / mengemukakan definisi kasih menurutnya.
Walau didesak, tetap ia tak menjawab sepatah kata pun. Tiba-tiba dari kejatuhan terdengar suara “tolong….tolong….tolong…”. Mereka semua berlarian ke arah suara itu dan ternyata ada seorang anak yang jatuh ke dalam air terjun itu. dibutuhkan seseorang untuk dapat menyelamatkannya. Sekonyong-konyong pemuda tadi yang terdiam selama diskusi tentang kasih melepaskan bajunya dan meloncat ke dalam air terjun itu dan menyelamatkan orang yang tenggelam itu sedangkan semua temannya yang tadi memberikan definisi kasih secara panjang lebar tak berani melakukan apa pun. Nah, dari cerita ini, yang manakah di antara mereka yang sebenarnya adalah orang yang mengasihi? Jelas adalah si pemuda pendiam tadi. Kasihnya tidak dinyatakan dalam bentuk rumusan dan definisi tetapi dengan tindakan yang nyata.
Dalam cerita orang Samaria yang murah hati, kita juga melihat contoh nyata di sana. Ketika imam dan orang Lewi melihat orang yang dirampok itu, mereka tidak menolong tetapi melewatinya dari seberang jalan.
Lukas 10:31-32 : Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.Imam dan orang Lewi mungkin banyak berteori tentang kasih tetapi mereka tidak mewujudkannya dengan tindakan nyata. Sedangkan orang Samaria yang murah hati itu, ia mewujudkan kasihnya dengan tindakan-tindakan yang nyata.
Lukas 10:33-34 : Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah iamenyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian iamenaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalumembawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Sekarang perhatikan bagaimana kehidupan jemaat mula-mula. Kisah Para Rasul 2:44-45 : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orangsesuai dengan keperluan masing-masing.
Kisah Para Rasul 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Jadi mereka mengasihi dengan sebuah tindakan nyata. Atau dengan kata lain mereka mengasihi dengan tindakan dan bukan hanya dengan kata-kata.
Kasih bukan hanya ketika kita tersenyum kepada orang lain dan mengatakan “aku mengasihimu”. Kasih bukan hanya ketika kita menyanyi “Kukasihi kau dengan kasih Tuhan”. Renungkan ini! Kalau engkau mengasihi suami/isterimu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Kalau engkau mengasihi anak-anak/orang tuamu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Kalau engkau mengasihi sahabat-sahabatmu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Bahkan kalau engkau mengasihi Tuhan, apa yang sudah engkau lakukan bagi Tuhan? Ingat, kasih adalah tindakan. 1 Yohanes 3:18 : Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Marilah kita menyatakan kasih kita kepada orang-orang yang kita kasihi, bukan dengan kata-kata saja tapi dengan tindakan/perbuatan.
II. MEREKA MENGASIHI DENGAN CARA MEM-PERHATIKAN KEBUTUHAN ORANG LAIN
Perhatikan sekali lagi tentang cara hidup gereja perdana ini. Kisah Para Rasul 2:44-45 : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Kisah Para Rasul 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Kata-kata yang saya garis bawahi di atas tidak berarti bahwa Alkitab merestui komunisme! Komunisme berkata “punyamu adalah punyaku”, “milikmu adalah milikku”, uangmu adalah uangku, isterimu adalah isteriku”, dll. Kata-kata ini juga tidak berarti bahwa semua orang menumpuk harta menjadi satu dan semua orang boleh menggunakan semaunya. Kata-kata ini hanya menunjukkan bahwa mereka yang berkelebihan, mau menolong mereka yang kekurangan.
Ds. v.d. Brink mengatakan : Yang ditekankan ialah sifat kerelaan dalam tolong menolong. Pula di sini ternyata bahwa hal mempunyai milik itu tidak dihapuskan begitu saja. Tidak disinggung tentang sistem memberikan segala kepunyaan kepada persekutuan, juga tidak tentang pembagian merata segala milik antara tiap pribadi dalam persekutuan ini. Tetapi ada pembagian milik menurut kebutuhan masing-masing. Dan untuk itu masing-masing yang dapat memberi, memberikannya kepada para rasul, agar mereka dalam nama Yesus, Tuhannya akan memberikan terus kepada yang membutuhkannya.
Dalam Wycliffe Bible Commentary dikatakan : “…suatu rasa bersatu yang termanifestasikan dalam saling membagi kekayaan materi. Untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Kristen yang miskin, orang-orang percaya yang lebih kaya menjual tanah atau rumah mereka lalu mempersembahkan uang itu untuk dipakai bagi kesejahteraan bersama. Para rasul mengawasi pelayanan kasih ini yang dilaksanakan bukan berdasarkan azas kesetaraan, tetapi pada azas kebutuhan pribadi”.
Inilah yang terjadi dalam jemaat mula-mula. Orang-orang kaya menjual rumah dan tanah untuk membantu orang miskin. Luar biasanya adalah bahwa hal semacam itu bukanlah suatu keharusan. Tidak ada perintah dari rasul supaya mereka menjual rumah dan tanah untuk menolong orang miskin. Tetapi mereka toh melakukan hal itu! Bahwa hal ini bukanlah keharusan nampak dari Kis 5:4 : Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu?...” Jemaat perdana ini betul-betul bebas dari sifat kikir, pelit dan tamak. Bagaimana dengan saudara?
Jadi jemaat mula-mula ini menyatakan kasih mereka dengan cara memperhatikan kebutuhan orang lain/miskin di sekitar mereka. Keadaan sekitar kita sering membentuk kita menjadi orang egois yang tidak peduli penderitaan orang lain, dan ini menyebabkan pada waktu kita membaca ayat-ayat ini kita bahkan merasa bahwa ini merupakan tindakan yang ekstrim, padahal itu adalah tindakan kasih! Banyak orang menganggap lawan dari ‘kasih’ adalah ‘benci’.
Ini tidak sepenuhnya benar. Lawan kata dari ‘kasih’ adalah ‘selfishness / egoisme’. Ini terlihat dari 1Korintus 13:4-5 : “Kasih ... tidak mencari keuntungan diri sendiri ...” dan juga dari Galatia 5:22-23 yang menyebutkan 9 hal yang merupakan buah Roh di mana yang pertama adalah kasih, sedangkan Galatia 5:19-21 menyebutkan sederetan hal yang merupakan perbuatan daging (kontras dengan buah Roh), dan salah satu di antaranya adalah ‘kepentingan diri sendiri’ (Galatia 5:20).
Pada jemaat abad pertama, tidak ada egoisme (ayat 32b). Ini menunjukkan bahwa mereka betul-betul penuh dengan kasih! Saling mengasihi dan membuang egoisme memang adalah perintah Kitab Suci yang harus ditaati oleh semua orang kristen. Filipi 2:3-4 : dengantidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorangmenganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Ada cerita menarik tentang dua orang petani yang bersahabat. Yang seorang adalah petani yang berhasil dan kaya, memiliki rumah yang besar, istri dan tiga orang anak, sedangkan yang satu lagi miskin dan kekurangan. Ia tinggal sendirian di gubuk reotnya. Suatu malam di atas tempat tidurnya si kaya berpikir : “betapa kasihannya teman saya. Ia mungkin kekurangan makanan karena panennya gagal kali ini. Ia pasti kesepian di gubuknya seorang diri. Alangkah baiknya aku mengantarkan sejumlah beras untuknya agar ia mempunyai persediaan makanan yang cukup”. Lalu malam itu pula berangkatlah ia mengantarkan beras ke rumah temannya yang miskin itu.
Pada malam yang sama itu pula si miskin berpikir di atas tempat tidurnya. “Kasihan teman saya. Ia mempunyai banyak beban. Ia harus bertanggung jawab menghidupi istri dan anak-anaknya, bahkan pembantu-pembantunya. Tentu kebutuhannya lebih banyak dari kebutuhanku yang seorang diri ini. Alangkah baiknya sedikit beras yang kumiliki ini kuantarkan ke rumahnya agar dapat menolongnya”.Maka berangkatlah si miskin mengantar beras ke rumah temannya si kaya. Di tengah jalan berjumpalah mereka, dan mereka saling menceritakan pikiran serta tujuannya masing-masing, maka berpelukanlah mereka sambil menangis karena merasakan kasih yang sungguh-sungguh tulus di antara mereka.
Apakah pada saudara ada kasih atau ada egoisme? Pada waktu makan bersama, apakah saudara memikirkan orang lain? Atau saudara mengambil makanan tanpa mempedulikan apakah yang lain akan kebagian atau tidak? (Bdk. 1Korintus 11:20-22). Kalau ada saudara seiman yang menderita (sakit, miskin, problem keluarga, musibah, dsb), apakah saudara peduli atau acuh tak acuh? Ingat, Tuhan berjanji memberikan berkat bagi orang yang memperhatikan orang miskin tapi mengutuk orang yang tak peduli dengan orang miskin.Amsal 28:27 : Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.
Satu hal yang menarik adalah bahwa tidak ada catatan sama sekali kalau jemaat mula-mula ini berdoa bagi orang miskin (tentu ini tidak berarti bahwa mendoakan orang miskin itu salah). Yang dicatat adalah mereka menolong orang miskin. Ini berbeda dengan banyak gereja zaman sekarang yang rajin mendoakan orang-orang miskin, orang sakit, orang susah, orang kekurangan, dll dalam doa syafaat mereka tapi lebih suka menabung uang di bank daripada menolong orang-orang tersebut.
Dalam buku “Isu-Isu Global” yang ditulis oleh John Stott ada cerita tentang seorang janda miskin yang setiap kali mengalami kesulitan selalu datang kepada seorang pendeta dan memohon pertolongan tetapi setiap kali itu tetap ia tidak mendapatkan pertolongan sama sekali dari pendeta itu dengan berbagai alasan. Akhirnya suatu hari janda miskin ini menulis sebuah surat dan dikirimkan kepada pendeta itu. Surat itu berbunyi demikian : ‘Aku kelaparan dan anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparanku. Aku terpenjara dan anda menyelinap ke Kapel dan berdoa untuk kebebasanku. Aku telanjang dan anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilanku. Aku sakit dan anda berlutut mengucap syukur atas kesehatan anda. Aku tidak mempunyai tempat berteduh dan anda berkhotbah kepadaku tentang kasih Allah sebagai tempat berteduh spiritual. Aku kesepian dan anda meninggalkanku untuk berdoa bagiku. Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat dengan Allah tetapi aku tetap amat lapar, amat dingin dan amat kesepian.
Bagi saya, ini adalah sebuah protes terhadap kasih yang tanpa perbuatan, kasih yang hanya kata-kata saja. “Talk only, no actions”! Hal ini harus disadari oleh gereja yang tidak pernah memperhatikan orang-orang miskin di sekitarnya sedangkan mereka begitu bangga dengan jumlah tabungan mereka di bank yang mencapai ratusan juta bahkan milyaran rupiah.
Ang Tek Kun dalam buku puisinya “Wings of Love” menulis sebuah puisi indah dengan judul “Moment Kasih Sayang”. Puisi ini berbunyi demikian :
“Aku ingin mempersembahkan sekeranjang bunga tercantik untuk-Mu sebagai ungkapan aku mengasihi-Mu tapi engkau menolaknya : “Berikanlah bagi janda-janda miskin, karena demikianlah Aku ingin dikasihi”
Aku ingin membeli sekotak cokelat termanis untuk-Mu sebagai bahasa aku mencintai-Mu tapi Engkau menolaknya :“Berikan bagi anak-anak jalanan, karena demikianlah Aku ingin dicintai”
Aku ingin menyediakan makan malam tersyahdu untuk-Mu sebagai pertanda penuh perhatian tapi Engkau menolaknya : “Ajaklah kaum papa bersamamu karena demikian Aku ingin diperhatikan”
Bandingkan ini dengan kata-kata dalam 1 Yohanes 3:17 : Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Maukah saudara memperhatikan orang-orang miskin di sekitar saudara ?
III. MEREKA MENGASIHI DENGAN KETULUSAN HATI
Tidak ada pernyataan eksplisit bahwa dalam hal menolong sesama, jemaat mula-mula ini melakukan dengan tulus hati. Tapi kesan ketulusan sangat kuat dalam bagian ini. Dalam Kisah Para Rasul 2:44 dikatakan bahwa jemaat itu bersatu. Dalam Kis 4:32 dikatakan bahwa mereka sehati dan sejiwa. Ketulusan yang saya maksudkan adalah bahwa dalam menolong sesamanya mereka tidak mengharapkan imbalan apa-apa. Tidak ada kesan sama sekali dari gambaran Kitab Suci tentang kehidupan mereka yang menyatakan adanya niat yang tidak benar dalam memberi pertolongan kepada sesama. Ini adalah hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam menolong orang lain.
Ada banyak orang yang pernah menolong orang lain tetapi motivasinya keliru. Ada yang ingin dipuji, ada yang ingin mendapat balasan, dll. Apalagi kalau menjelang Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) atau Pemilu (Pemilihan Umum) muncullah orang-orang tertentu yang penuh dengan kemurahan hati/ Lagak mereka seperti malaikat yang membawa berkat tetapi sesungguhnya ada udang di balik batu. Mereka melakukan tindakan-tindakan kasih seperti membagikan sembako, pengobatan gratis, bantuan keuangan, dll dengan mengharapkan bahwa orang-orang yang ditolong itu dapat memberikan suara bagi mereka di Pilkada atau Pemilu nanti. Ini jelas bukan kasih yang tulus tetapi kasih yang mengharapkan imbalan. Ada juga yang menolong orang lain tetapi sewaktu-waktu dapat mengungkit-ungkit pertolongan itu. Ini namanya pertolongan/kasih yang tidak tulus.
Band. Matius 6:1-4 berkata : (1) "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. (2) Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (3) Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. (4) Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." Bandingkan dengan bagaimana cara Yesus membuat mujizat air menjadi anggur di pesta kawin di Kana (Yoh 2). Ia menolong tanpa menonjolkan diriNya sehingga yang dipuji justru adalah mempelai laki-lakinya.
Saudara yang terkasih, berikanlah kasihmu dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan. Kalau kita mengasihi dan menolong dengan tulus maka upah kita akan datang dari Bapa di Sorga (Matius 6:4).
Dalam Amsal 19:17 dikatakan bahwa : “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu. Dalam Alkitab Terjemahan Lama ayat ini berbunyi :“Barangsiapa yang mengasihani orang miskin, ia itu memberi pinjam kepada Tuhan, maka Tuhanpun akan membalas kebajikannya”. Bayangkan bahwa memberi kepada orang miskin sama dengan memberi pinjam kepada Tuhan. Kalau manusia meminjam pada saudara, ia bisa kabur tetapi Tuhan tentu tidak demikian. Karena itulah marilah kita dengan tulus menolong orang-orang miskin, susah, menderita di sekitar kita karena itu sama dengan kita melakukannya bagi Tuhan.
Matius 25:34-40 berkata : (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Gereja yang sejati adalah “GEREJA YANG MENGASIHI”.
Pendapat anda :
V. GEREJA YANG BERSAKSI dan MEMBERITAKAN INJIL
Kisah Para Rasul 4:33 : Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.
Ayat ini memperlihatkan bahwa gereja mula-mula, dalam hal ini para murid Yesus sangat menekankan kesaksian dan pemberitaan Injil. Jadi dapat dikatakan bahwa : “GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG BERSAKSI DAN MEMBERITAKAN INJIL”.
Kita akan mempelajari ayat ini secara lebih detail dengan cara melihat penggalan-penggalan atau frase-frase dari ayat di atas.
I. MEMBERI KESAKSIAN
Kisah Para Rasul 4:33 – ‘Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus…’ Dengan jelas dikatakan bahwa rasul-rasul itu memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Karena kesaksian tersebut dikaitkan dengan kebangkitan Yesus maka jelas bahwa kesaksian ini adalah pemberitaan Injil/menceritakan kepada orang lain tentang Injil Yesus Kristus.
BACA JUGA: GEREJA SEJATI: ARTI DAN KARAKTERISTIK
Kata “Injil” sendiri berasal dari kata Yunani “Euanggelion” yang artinya kabar baik. Jadi dalam penggunaan mula-mula, semua kabar baik sebenarnya dapat disebut sebagai Injil. Kabar tentang kesembuhan adalah Injil. Kabar tentang keuntungan adalah Injil. Pokoknya semua kabar baik adalah Injil. Tapi lama kelamaan kata Injil ini mengalami penyempitan makna sehingga Injil secara eksklusif diartikan sebagai kabar baik tentang Yesus Kristus. Inilah penginjilan. Gereja mula-mula adalah gereja yang memberikan tekanan yang sangat kuat atau sangat memprioritaskan pemberitaan Injil. Setiap kesempatan adalah kesempatan untuk bersaksi dan memberitakan Injil. Ada beberapa fakta yang menunjukkan ini :
Mereka masih mengunjungi Bait Allah
Kisah Para Rasul 2:46 : Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah…’
Kisah Para Rasul 3:1 : Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah
Kisah Para Rasul 5:25 : “…"Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak."
Penggunaan Bait Allah adalah sesuatu yang aneh. Mengapa mereka tetap pergi ke Bait Allah? Apakah itu berarti bahwa mereka tetap menganut agama Yahudi tetapi juga menganut kekristenan (sinkretisme)? Jelas tidak mungkin. Lalu mengapa? Jelas karena mereka tidak mau memutuskan hubungan dengan orang-orang Yahudi dengan tujuan supaya mereka bisa memberitakan Injil kepada orang Yahudi.
Mereka melanjutkan setiap peristiwa mujizat dengan pemberitaan Injil.
Rasul-rasul banyak membuat mujizat tetapi menariknya mujizat itu dilakukan bukan demi mujizat itu sendiri tapi demi Pemberitaan Injil. Di Kisah Para Rasul 3:1-10, Petrus dan Yohanes menyembuhkan seorang lumpuh tetapi perhatikan apa yang terjadi selanjutnya dalam Kis 3:11-15 :(11) Karena orang itu tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo. (12) Petrus melihat orang banyak itu lalu berkata: "Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? (13) Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupunPilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan. (14) Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. (15) Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. Jadi perbuatan mujizatnya dilanjutkan dengan pemberitaan Injil.
Juga di Kis 4:20 mereka berdoa agar mujizat terjadi : “Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." Dan di Kis 5 :12-16 ada banyak mujizat terjadi. Kis 5:12, 15-16 : (12) Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak… (15) bahkan mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka. (16) Dan juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyun-duyun serta membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat. Dan mereka semua disembuhkan.
Dan akibatnya adalah ada dalam Kis 5:14 : “Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan’. Ini bukan berarti bahwa mujizat melahirkan iman. (Ingat bagian ke 2 dari tulisan ini)! Hanya Firman Tuhan yang melahirkan iman. Jadi setiap mujizat yang terjadi digunakan oleh gereja sebagai SARANA untuk memberitakan Injil yang olehnya orang menjadi percaya. Di sinilah peranan mujizat. Mujizat tidak boleh menjadi TUJUAN melainkan SARANA dari pemberitaan Injil. Bandingkan hal ini dengan KKR-KKR zaman sekarang yang mengobral mujizat tanpa adanya pemberitaan Injil sama sekali. Gereja yang sejati adalah gereja yang mengutamakan pemberitaan Injil di atas segala-galanya.
Mereka tetap memberitakan Injil di tengah berbagai tantangan
Petrus dan Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak setelah menyembuhkan orang lumpuh di Bait Allah. Apa yang terjadi selanjutnya? Kisah Para Rasul 4:1-3 : (1) Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. (2)Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. (3) Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam.Dan menariknya, pada saat mereka disidang, justru itu kesempatan bagi mereka untuk memberitakan Injil.
Kis 4:10-12 : (10) maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati -- bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. (11) Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu kamu sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru. (12) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Di kesempatan lain, mereka ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara.
Kis 5:18 : Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota.Tetapi setelah dilepaskan secara mujizat oleh seorang malaikat (Kis 5:19), mereka kembali memberitakan Injil lagi. Kis 5:21 : Mereka mentaati pesan itu, dan menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Allah, lalu mulai mengajar di situ…’ Lalu mereka ditangkap lagi dan dilarang dengan keras agar jangan lagi memberitakan nama Yesus.
Kis 5:26-29 : (26) Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, …(27) Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, (28) katanya: "Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami." (29) Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.
Tetapi malah mereka dengan berani terus memberitakan Injil lagi sebagaimana kesaksian Kis 5:30-32 – (30) Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. (31) Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. (32) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia." Menarik sekali, mereka tidak takut dengan berbagai ancaman. Mereka tetap beritakan Injil dengan BERANI dan TANPA KOMPROMI. Mereka jelas berbeda dengan kaum pluralis masa kini yang terlalu bijaksana dan bijaksini hingga tidak berani memberitakan nama Yesus di tengah masyarakat yang pluralistik. Mereka merubah pemberitaan Injil dengan dialog antar umat beragama ataupun “Social Gospel”. Gereja yang kehilangan keberanian untuk memberitakan Injil pada hakikatnya bukanlah gereja atau minimal bukan gereja yang sejati.
Mereka berdoa untuk pemberitaan Injil
Jemaat mula-mula, ketika mendengar banyaknya tantangan dalam pemberitaan Injil, mereka lalu berdoa untuk rasul-rasul agar diberi keberanian memberitakan Injil. Kisah Para Rasul 4:29 : Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Saudara, seberapa seringkah anda berdoa bagi pemberitaan Injil?
Mereka mengutamakan pemberitaan Injil di atas tugas lainnya.
Dalam Kis 6 ada kebutuhan untuk pelayanan diakonia. Yang dilakukan oleh para rasul adalah mereka memilih 7 orang untuk pelayanan diakonia ini. Apa alasannya? Kisah Para Rasul 6:3-4 : Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." Jadi pelayanan diakonia penting tapi pelayanan Firman atau pemberitaan Injil lebih penting sehingga rasul-rasul perlu mengangkat orang lain dan tidak melakukan pelayanan diakonia itu yang mengganggu pemberitaan Injil.
Ini penting!!! Hamba Tuhan harus tahu bahwa pelayanan utamanya adalah memberitakan Firman Tuhan pemberitaan Injil. Pelayanan yang lain (bezoek, counseling, organisasi, dsb) sekalipun juga penting, tetapi bukanlah yang terutama. Hal ini harus juga disadari oleh jemaat supaya jemaat tidak menuntut hamba Tuhan melakukan pelayanan-pelayanan sekunder sehingga mengabaikan pelayanan primer! Menariknya, salah 1 dari antara 7 diaken itu adalah Stefanus. Sebagai diaken, tugas utamanya pelayanan meja/diakonia tapi anehnya itu tidak membatasi dia untuk memberitakan Injil. Ia memberitakan Injil dengan berani hingga akhirnya dirajam hingga mati.
Lima fakta ini memperlihatkan bahwa jemaat mula-mula adalah jemaat yang sangat menekankan pemberitaan Injil. Akibatnya adalah :
Kisah Para Rasul 2:47 – ‘….Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Kisah Para Rasul 5:14 - Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan.
Kisah Para Rasul 6:1 – “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah,…”
Karena adanya pemberitaan Injil maka gereja bertumbuh secara kuantitas. Gereja yang bertumbuh secara kuantitas hanya karena pertumbuhan secara biologis tapi tak ada pemberitaan Injilnya bukanlah gereja yang sejati. Pemberitaan Injil membuat orang Kristen sejati lebih banyak dari orang Kristen KTP di dalam gereja. Jika dalam sebuah gereja lebih banyak orang Kristen KTP daripada orang Kristen sejati maka itu bukanlah gereja yang sejati. Gereja yang sejati adalah gereja yang memberitakan Injil.
II. TENTANG KEBANGKITAN TUHAN YESUS
Kisah Para Rasul 4:33 – ‘Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus…’ Rasul-rasul dikatakan bersaksi tentang kebangkitan Yesus. Mengapa hanya disebut kebangkitan saja? Apakah hanya itu saja yang mereka beritakan? Jelas tidak! Ini adalah synecdoche. Synecdoche adalah sebuah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian tetapi yang dimaksudkan seluruhnya. Sama seperti kita sering berkata bahwa kita memotong 1 ekor ayam. Tentu yang kita potong adalah seluruh ayamnya dan bukan hanya ekornya saja kan?
Jadi disebutkan hanya sebagian tetapi yang dimaksudkan adalah keseluruhan. Karena itu kalau dikatakan bahwa rasul-rasul bersaksi tentang kebangkitan Yesus tentu maksudnya adalah mereka memberitakan tentang segala hal yang berkaitan dengan Yesus dan bukan hanya kebangkitanNya saja. Kebangkitan disebut karena kebangkitan merupakan sentral dan klimaks dari karya Kristus. Semua orang tahu bahwa Yesus disalibkan. Jadi tidak perlu terlalu diberitakan tetapi soal kebangkitan, tidak semua orang tahu karena itu diberitakan berulang-ulang.
Kis 3:15 : Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. Dalam Kis 4:10 dikatakan :maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati …’
Demikian juga dengan Kis 5:30 : Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Meskipun demikian mereka juga memberitakan hal-hal yang lain seperti pertobatan sebagaimana dalam Kis 3:19 : Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan”, dan juga menegaskan bahwa Yesus satu-satunya jalan keselamatan seperti dalam Kis 4:12 : Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."Jadi seluruh inti Injil diberitakan oleh gereja mula-mula.
Para rasul tentu memberitakan juga hal-hal praktis tetapi jelas bahwa Injil lebih utama untuk diberitakan. Nilailah gereja-gereja yang ada saat ini. Berapa banyak mereka berkhotbah tentang Injil? Hari ini pemberitaan dari mimbar-mimbar gereja telah menggeser Injil. Yang diberitakan hanya masalah moral/etika, mujizat-kesembuhan ilahim, teologia kemakmuran, berkat, keberhasilan, pengalaman pribadi, dll. Sedangkan salib Kristus (kematian) dan kebangkitanNya, penebusan dosa, tidak lagi menjadi sentral pemberitaan gereja. Kalau pemberitaan tentang salib dan kebangkitan Kristus menjadi hilang dari mimbar gereja maka gereja menjadi liar dan itu adalah gereja yang palsu.
Bandingkan dengan pemberitaan Paulus dalam 1 Korintus 15:1-4 : (1) Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. (2) Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu -- kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. (3) Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, (4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci’.Gereja yang berhenti memberitakan Injil adalah gereja yang palsu.Gereja yang sejati adalah gereja yang menekankan pemberitaan Injil.
III. DENGAN KUASA YANG BESAR
Kisah Para Rasul 4:33 – ‘Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus…’ Jadi para rasul memberitakan Injil dengan kuasa yang besar. Kata “kuasa yang besar” (Yun. Megalou Dunamei) yang menyertai gereja mula-mula dalam pemberitaan Injil ini jelas menunjuk pada kuasa Roh Kudus seperti yang dinyatakan sebelumnya dalam Kis 1:8 : “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Ini menunjukkan bahwa gereja mula-mula dalam pemberitaan Injil tidak mengandalkan kekuatan mereka sendiri tetapi mengandalkan kuasa Roh Kudus. Ini sudah terbukti bahwa pada hari Pentakosta, khotbah Petrus menghasilkan 3000 petobat baru.
Secara empiris, biasanya banyak orang mengandalkan kefasihan bicara dan kepintaran atau pengetahuan dalam pemberitaan Injil. Tidak heran kalau banyak aktivitas pemberitaan Injil tidak menuai hasil yang maksimal. Belajarlah dari jemaat mula-mula, dari para rasul yang melakukan pemberitaan Injil dengan bergantung pada Roh Pentakosta itu, Roh Kudus. Lalu bagaimana caranya menggunakan kuasa Roh Kudus? Mudah saja! Jalinlah relasi“I and Thou” bukan “I and it”. Artinya karena Roh Kudus adalah suatu pribadi maka perlakukanlah Ia sebagai seorang pribadi dalam relasi setiap hari. Ada komunikasi, ada persekutuan yang intim dengannya. Ia bukan barang yang bisa disimpan dengan rapih dan baru dipakai saat dibutuhkan. Kita harus mendekati Dia dalam relasi “I and Thou”bukan “I and it”.
Ketika saya masih memimpin “PELANGI KASIH MINISTRY", ada seorang yang datang dan bertanya pada saya tentang apa rahasia saya sehingga setiap kali saya berkhotbah ia sungguh merasakan kuasa yang hebat dari khotbah itu. Saya berkata padanya bahwa kemenangan dalam khotbah itu telah saya raih dalam waktu-waktu doa saya sepanjang minggu ini. Sebelum orang menangisi dosanya ketika mendengarkan khotbah saya terlebih dahulu saya telah menangisi mereka di kaki Tuhan. Itulah kuncinya. Setiap orang yang mau banyak berbicara UNTUK Tuhan harus mau banyak berbicaraDENGAN Tuhan, dan di dalam banyak berbicara dengan Tuhan itulah kuat kuasa Roh Kudus akan menyertai dan mengalir dalam pemberitaan kita. Gereja yang sejati adalah gereja yang bersaksi dan memberitakan Injil dengan mengandalkan kekuatan atau kuasa Roh Kudus.BUKU GEREJA YANG SEJATI.