ARTI DITARIK ATAU MENARIK (YOHANES 6:44;12:32)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Kata ‘ditarik’ atau ‘menarik’ dalam Yohanes 6:44 Yohanes 12:32.
Yohanes 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”.
Yohanes 12:32 - “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’”.
Yohanes 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman”.
Perhatikan kata-kata ‘jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa’.
Ada beberapa penafsiran yang salah tentang bagian ini:
1. ‘ditarik’ diartikan ‘dipikat’.
Jadi, Bapa hanya ‘memikat’ orang itu, tetapi orang itu datang kepada Yesus dengan kemauan dan kekuatannya sendiri.
Adam Clarke (tentang Yohanes 6:44): “‘Except the Father which hath sent me draw him.’ But how is a man drawn? Augustin answers from the poet, Trahit sua quemque voluptas; a man is attracted by that which he delights in. Show green herbage to a sheep, he is drawn by it: show nuts to a child, and he is drawn by them. They run wherever the person runs who shows these things: they run after him, but they are not forced to follow: they run, through the desire they feel to get the things they delight in. So God draws man: he shows him his wants - he shows the Saviour whom he has provided for him: the man feels himself a lost sinner; and, through the desire which he finds to escape hell, and get to heaven, he comes unto Christ, that he may be justified by his blood. Unless God thus draw, no man will ever come to Christ; because none could, without this drawing, ever feel the need of a Saviour. See August. Tract. 26, in Joan. and Calmet. Drawing, or alluring, not dragging, is here to be understood. ... The best Greek writers use the verb in the same sense of alluring, inciting, etc.” ( = ‘Kecuali Bapa yang telah mengutus Aku menariknya’. Tetapi bagaimana seseorang ditarik? Agustinus menjawab dari syair, TRAHIT SUA QUEMQUE VOLUPTAS; seseorang tertarik oleh apa yang ia senangi. Tunjukkan rumput hijau kepada seekor domba dan ia ditarik olehnya: tunjukkan kacang kepada seorang anak, dan ia ditarik olehnya. Mereka berlari kemanapun orang yang menunjukkan hal-hal ini lari: mereka mengejarnya, tetapi mereka tidak dipaksa untuk mengikut: mereka lari, melalui keinginan yang mereka rasakan untuk mendapatkan hal-hal yang mereka senangi. Demikianlah Allah menarik manusia: Ia menunjukkan kepadanya kebutuhannya - Ia menunjukkan sang Juruselamat yang telah Ia sediakan baginya: orang itu merasakan dirinya sendiri sebagai orang berdosa yang terhilang; dan, melalui keinginan yang ia temukan untuk lolos dari neraka, dan mendapat / memasuki surga, ia datang kepada Kristus, supaya ia bisa dibenarkan oleh darahNya. Kecuali Bapa menarik seperti itu, tak seorangpun akan pernah datang kepada Kristus; karena tak seorangpun bisa, tanpa tarikan ini, pernah merasakan kebutuhan akan seorang Juruselamat. Lihat August. Tract. 26, in Joan. and Calmet. ‘Tarikan’, atau ‘pikatan’, bukan ‘seretan’, yang harus dipahami / dimaksudkan di sini. ... Penulis-penulis Yunani yang terbaik menggunakan kata kerja ini dengan arti yang sama dari pikatan, dorongan / desakan, dsb.).
Ada beberapa hal yang akan saya berikan sebagai tanggapan terhadap kata-kata Adam Clarke ini:
a. Bagi saya rasanya mustahil Agustinus punya pandangan seperti itu. Lalu saya cek tulisan Clarke di PC Study Bible versi 5, dan ternyata kata-kata ‘Tract. 26, in Joan’ berwarna merah dan digaris-bawahi. Waktu diklik maka tampil tulisan Agustinus yang dimaksud.
Dalam tulisan itu, yang dikutip oleh Clarke ada pada point ke 5, sedangkan pada point no 2 Agustinus berkata sebagai berikut: “... no man can come unto me, except the Father that sent me draw him.’ Noble excellence of grace! No man comes unless drawn. There is whom He draws, and there is whom He draws not; why He draws one and draws not another, do not desire to judge, if thou desirest not to err.” ( = ... tak seorangpun bisa datang kepadaKu, kecuali Bapa yang mengutus Aku menariknya’. Keunggulan yang mulia dari kasih karunia! Tak seorangpun datang kecuali ditarik. Di sana ada yang ditarik, dan di sana ada yang tidak Ia tarik; mengapa Ia menarik yang satu dan tidak menarik yang lain, jangan ingin untuk menilai / menghakimi, jika engkau tidak ingin bersalah.).
Lalu dalam tulisan itu, pada point no 4 bagian atas, Agustinus berkata: “Do not think that thou art drawn against thy will. ... ‘How can I believe with the will if I am drawn?’ I say it is not enough to be drawn by the will; thou art drawn even by delight.” ( = Jangan berpikir bahwa engkau ditarik bertentangan dengan kehendakmu. ... ‘Bagaimana aku bisa percaya dengan kehendak jika aku ditarik?’ Aku katakan bahwa tidak cukup untuk ditarik oleh / dengan kehendak; engkau ditarik bahkan oleh kesenangan.).
Jadi, saya menyimpulan bahwa Clarke mengutip kata-kata Agustinus out of context (di luar kontextnya). Karena kata-kata Agustinus yang saya berikan jelas menunjukkan bahwa ia percaya:
(1)Adanya orang-orang yang ditarik dan ada yang tidak.
(2)Orang tidak ditarik bertentangan dengan kehendaknya. Orang bahkan ditarik oleh kesenangannya. Mengapa bisa demikian? Sekalipun Agustinus tak menjelaskan secara explicit, tetapi secara implicit jelas ia memaksudkan bahwa itu bisa terjadi karena orangnya sudah diubahkan oleh kelahiran baru.
Calvinisme memang tidak menganggap tarikan ini sebagai suatu pemaksaan, tetapi tarikan itu pasti efektif. Ini yang paling penting untuk ditekankan.
b. Tanpa adanya kelahiran baru, manusia berdosa tidak akan tertarik pada Injil yang diberitakan kepadanya, juga tidak kepada Juruselamat. Mereka tak akan peduli pada surga, tak ingin lolos dari neraka dan sebagainya.
1Korintus 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.”.
Jadi, sekedar dengan memberikan Injil kepadanya, tak akan menariknya sama sekali. Itu berbeda sama sekali dengan kalau domba diberi rumput hijau, anak diberi kacang dan sebagainya. Dalam diri orang berdosa jelas dibutuhkan hal-hal lain sehingga ia menjadi tertarik pada keselamatan dalam / melalui Yesus.
c. Kalau Allah hanya memikat / mendorong tetapi tak memberi kemauan / kemampuan, orangnya tidak akan mau dan tidak akan bisa datang kepada Kristus. Ini sudah dibahas di atas dalam pembahasan Filipi 2:13.
d. Adam Clarke mengatakan bahwa penulis-penulis Yunani menggunakan kata Yunani itu dalam arti ‘pikatan’. Kalau memang demikian, maka penulis-penulis Perjanjian Baru menggunakannya dengan cara yang berbeda. Nanti kita akan melihat hal itu.
2. Bapa hanya menarik orang yang mau ditarik.
Ini juga bertentangan dengan Filipi 2:13 yang telah saya bahas di atas, karena kemauan maupun kemampuan untuk berbuat apapun yang baik, termasuk datang kepada Yesus, merupakan pekerjaan Bapa! Jadi, kalau orangnya bisa mau ditarik, maka Allah sudah mengerjakan kemauan dalam diri orang itu, dan itu berarti Allah sudah menarik orang itu!
3. Orang yang ditarik bisa menolak tarikan Bapa itu.
William Barclay: “The interesting thing about the word is that it almost always implies some kind of resistance ... God can draw men, but men’s resistance can defeat God’s pull” ( = Hal yang menarik ten¬tang kata ini adalah bahwa kata ini hampir selalu menunjukkan secara tak langsung akan adanya tahanan / penolakan ... Allah bisa menarik manusia, tetapi tahanan / penolakan manusia bisa mengalahkan tarikan Allah) - hal 220.
Saya tidak mengerti dari mana Barclay mendapatkan bagian yang saya garis-bawahi itu, khususnya yang terakhir.
Lenski (tentang Yoh 6:44): “‘No one can come to me unless the Father who did send me shall draw him; and I will resurrect him at the last day.’ Luther has put these words into classical form: ‘I believe that I cannot by my own reason or strength believe in Jesus Christ, my Lord, or come to him; but the Holy Ghost has called me by the gospel, … and will at the last day raise up me and all the dead, and give unto me and all believers in Christ eternal life. This is most certainly true.’ Here Jesus explains the Father’s ‘giving’ mentioned in v. 37 and 39: he gives men to Jesus by drawing them to him. This drawing (ἑλκύειν) is accomplished by a specific power, one especially designed for the purpose, one that takes hold of the sinner’s soul and moves it away from darkness, sin, and death, to Jesus, light, and life. No man can possibly thus draw himself to Jesus. The Father, God himself, must come with his divine power and must do this drawing; else it will never be effected.” [= ‘Tak seorangpun bisa datang kepadaKu kecuali Bapa yang mengutusKu menariknya; dan Aku akan membangkitkannya pada hari terakhir’. Luther telah mengatakan kata-kata ini ke dalam bentuk klasik: ‘Aku percaya bahwa aku tidak bisa, oleh akal atau kekuatanku sendiri, percaya kepada Yesus Kristus, Tuhanku, atau datang kepadaNya; tetapi Roh Kudus telah memanggil aku oleh injil, ... dan pada hari terakhir akan membangkitkan aku dan semua orang-orang mati, dan memberi aku dan semua orang-orang percaya dalam / kepada Kristus hidup yang kekal. Ini pasti benar’. Di sini Yesus menjelaskan ‘tindakan memberi’ dari Bapa yang disebutkan dalam Yohanes 6: 37 dan Yohanes 6:39: Ia memberikan orang-orang kepada Yesus dengan menarik mereka kepadaNya. Tarikan ini (ἑλκύειν / HELKUEIN) dicapai oleh suatu kuasa yang spesifik, suatu kuasa yang dirancang secara khusus untuk tujuan itu, suatu kuasa yang menguasai jiwa dari orang berdosa dan menggerakkannya menjauhi kegelapan, dosa, dan kematian, kepada Yesus, terang dan kehidupan. Tak seorangpun bisa menarik dirinya sendiri seperti itu kepada Yesus. Bapa, Allah sendiri, harus datang dengan kuasa ilahiNya dan harus melakukan tarikan ini; atau kalau tidak, itu tidak akan pernah berhasil.].
Lenski (tentang Yohanes 6:44): “The power by which these Jews are at this very moment being drawn is the power of divine grace, operative in and through the Word these Jews now hear from the lips of Jesus. While it is power (Rom. 1:16), efficacious to save, it is never irresistible (Matt. 23:37, ‘and ye would not’). Nor is this power extended only to a select few, for in 12:32 Jesus says, ‘I will draw all men.’ The power of the gospel is for the world, and no sinner has fallen so low but what this power is able to reach him effectually.” [= Kuasa dengan mana orang-orang Yahudi ini sedang ditarik pada saat ini adalah kuasa dari kasih karunia ilahi, bekerja di dalam dan melalui Firman yang sekarang didengar oleh orang-orang Yahudi ini dari bibir Yesus. Sekalipun itu adalah kuasa (Roma 1:16), mujarab untuk menyelamatkan, itu tidak pernah tidak bisa ditolak (Matius 23:37, ‘dan kamu tidak mau’). Juga kuasa ini tidak diberikan hanya kepada sedikit orang-orang pilihan, karena dalam 12:32 Yesus berkata ‘Aku akan menarik semua orang’. Kuasa dari injil adalah untuk dunia, dan tak ada orang berdosa yang telah jatuh begitu dalam kecuali apa yang kuasa ini bisa menjangkaunya secara efektif.].
Roma 1:16 - “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”.
Bagian yang saya beri garis bawah ganda salah terjemahan.
KJV: ‘For I am not ashamed of the gospel of Christ:’ (= Karena aku tidak malu tentang injil Kristus).
Matius 23:37 - “‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.”.
Yohanes 12:32 - “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’”.
Ini pendapat saya tentang kata-kata Lenski ini:
a. Kata-katanya saling bertentangan.
Di satu sisi ia berkata kuasa yang menarik itu mujarab untuk menyelamatkan, tetapi di sisi lain ia berkata itu bisa ditolak. Kalau bisa ditolak, itu tidak mujarab! Kemujarabannya terletak pada kuasa yang menarik itu, atau tergantung kepada orang yang ditarik?
b. Matius 23:37 menyoroti peristiwa itu dari sudut pandang manusia.
c. Dalam Yohanes 12:32, kata-kata ‘semua orang’ jelas menunjuk pada ‘semua orang pilihan’.
Calvin (tentang Yohanes 12:32): “‘I will draw all men to myself.’ The word ‘all,’ which he employs, must be understood to refer to the children of God, who belong to his flock. Yet I agree with Chrysostom, who says that Christ used the universal term, ‘all,’ because the Church was to be gathered equally from among Gentiles and Jews” ( = ‘Aku akan menarik semua orang kepada diriKu sendiri’. Kata ‘semua / semua orang’, yang Ia gunakan, harus dimengerti sebagai menunjuk kepada anak-anak Allah, yang termasuk dalam kawanan dombaNya. Tetapi saya setuju dengan Chrysostom, yang mengatakan bahwa Kristus menggunakan istilah universal ‘semua / semua orang’, karena Gereja harus dikumpulkan secara setara / sama dari antara orang-orang non Yahudi dan orang-orang Yahudi).
John Owen: “‘All unregenerate men,’ saith Arminius, ‘have by virtue of their free-will, a power of resisting the Holy Spirit, of rejecting the offered grace of God, of contemning the counsel of God concerning themselves, of refusing the gospel of grace, of not opening the heart to him that knocketh’” ( = ‘Semua orang yang belum dilahirbarukan’, kata Arminius, ‘berdasarkan kehendak bebas mereka, mempunyai kuasa untuk menahan / menolak Roh Kudus, untuk menolak kasih karunia Allah yang ditawarkan, untuk meremehkan / menghina rencana Allah tentang diri mereka sendiri, untuk menolak Injil kasih karunia, untuk tidak membuka hati bagi Dia yang mengetuk’) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 117.
Catatan: Dalam kutipan ini John Owen hanya mengutip kata-kata Arminius, tetapi ia sendiri tentu saja tidak mempercayai kata-kata itu.
Kesalahan dari pandangan-pandangan di atas terlihat dari penggu¬naan kata ‘ditarik’ (Yunani: HELKO / HELKUO) itu dalam Alkitab. Kata Yunani HELKO / HELKUO ini hanya digunakan 8 x dalam Alkitab / Perjanjian Baru, yaitu dalam:
a. Yohanes 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman”.
b. Yohanes 12:32 - “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu.’”.
c. Yohanes 18:10 - “Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus”.
d. Yohanes 21:6 - “Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.’ Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan”.
e. Yohanes 21:11 - “Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak”.
f. Kis 16:19 - “Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa”.
g. Kisah Para Rasul 21:30 - “Maka gemparlah seluruh kota, dan rakyat datang berkerumun, lalu menangkap Paulus dan menyeretnya keluar dari Bait Allah dan seketika itu juga semua pintu gerbang Bait Allah itu ditutup”.
h. Yakobus 2:6 - “Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan?”.
Yohanes 6:44 dan Yohanes 12:32 menunjukkan bahwa tindakan ‘menarik’ itu merupakan aktivitas Bapa dan Yesus. Sedangkan dari ke 6 ayat yang lain bisa ditarik kesimpulan bahwa:
1. Ini bukan sekedar ‘memikat’ tetapi betul-betul ‘menarik’.
Pada waktu Petrus menghunus / menarik pedangnya (Yohanes 18:10), atau pada waktu murid-murid menarik jala yang penuh ikan (Yohanes 21:6), atau pada waktu orang banyak menyeret Paulus (Kis 16:19 Kisah Para Rasul 21:30), atau pada waktu orang kaya menyeret orang miskin ke pengadilan (Yakobus 2:6), maka itu tentu sama sekali bukan dengan cara ‘memikat’, tetapi betul-betul ‘menarik’.
2. Ini bukan menarik orang yang mau ditarik.
Waktu Paulus ditarik / diseret, atau waktu ikan dalam jala ditarik, atau waktu orang miskin diseret oleh orang kaya ke pengadilan, mereka tentunya tidak mau ditarik!
Memang ini tidak berarti bahwa Allah menggunakan kekuatan luar untuk menarik / memaksa orang yang terus menerus tak mau ditarik.
Calvin: “True, indeed, as to the kind of drawing, it is not violent, so as to compel men by external force; but still it is a powerful impulse of the Holy Spirit, which makes men willing who formerly were unwilling and reluctant” ( = Memang, tentang jenis tarikan, itu bukan sesuatu tarikan yang keras / kasar, seakan-akan memaksa manusia dengan kekuatan luar; tetapi itu tetap merupakan dorongan yang kuat dari Roh Kudus, yang membuat manusia yang tadinya tidak mau dan segan menjadi mau) - hal 257.
3. Orang yang ditarik tidak bisa menolak tarikan itu.
Dalam ke 6 ayat tersebut di atas, tidak pernah ada perlawanan yang bisa mengalahkan tarikan, dan tarikannya selalu berhasil!
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa ay 44 ini mendukung doktrin Reformed tentang Irresistible Grace ( = kasih karunia yang tak bisa ditolak / ditahan), yang merupakan point ke 4 dari 5 points Calvinisme.
Menanggapi komentar William Barclay di atas, yang mengatakan bahwa manusia bisa mengalahkan tarikan Allah, Leon Morris (NICNT) mengatakan:
“Barclay gives a number of examples of the use of the verb HELKUO in the New Testament to show that ‘Always there is this idea of resistance.’ This is surely true, and indicates that God brings men to Himself although by nature they prefer sin. But curiously Barclay adds, ‘God can and does draw men, but men’s resistance can defeat the pull of God.’ Not one of his examples of the verb shows the resistance as successful. Indeed we can go further. There is not one example in the New Testament of the use of this verb where the resistance is successful” ( = Barclay memberi sejumlah contoh penggunaan kata kerja HELKUO dalam Perjanjian Baru untuk menunjukkan bahwa ‘di sana selalu ada gagasan tentang penolakan’. Ini memang benar, dan menunjukkan bahwa Allah membawa manusia kepada diriNya sendiri sekalipun pada dasarnya / secara alamiah mereka lebih memilih dosa. Tetapi secara aneh / mengherankan Barclay menambahkan, ‘Allah bisa dan Allah memang menarik manusia, tetapi penolakan manusia bisa mengalahkan tarikan dari Allah’. Tidak ada satu con¬tohpun dari Perjanjian Baru tentang penggunaan kata kerja ini dimana tahanan / penolakan itu berhasil) - hal 371, footnote.
Berbicara tentang ayat-ayat yang menggunakan kata HELKO / HELKUO di atas, Hendriksen berkata sebagai berikut:
William Hendriksen (tentang Yoh 6:44): “‘No one can come to me unless the Father who sent me draw him, and I will raise him up at the last day.’ Here the emphasis is on the divine decree of predestination carried out in history. When Jesus refers to the divine ‘drawing’ activity, he employs a term which clearly indicates that more than moral influence is indicated. The Father does not merely beckon or advise, he ‘draws’! The same verb (ἕλκω, ἑλκύω) occurs also in 12:32, where the drawing activity is ascribed to the Son; and further, in 18:10; 21:6, 11; Acts 16:19; 21:30; and Jas. 2:6. The ‘drawing’ of which these passages speak indicates a very powerful - we may even say, an ‘irresistible’ - activity. To be sure, man resists, but his resistance is ineffective. It is in that sense that we speak of God’s grace as being irresistible. The net full of big fishes is ‘actually drawn’ or ‘dragged’ ashore (21:6, 11). Paul and Silas ‘are dragged’ into the forum (Acts 16:19). Paul ‘is dragged’ out of the temple (Acts 21:30). The rich ‘drag’ the poor before the judgment-seats (Jas. 2:6). Returning now to the Fourth Gospel, Jesus ‘will draw’ all men to himself (12:32) and Simon ‘drew’ his sword, striking the high priest’s servant, cutting off his right ear (18:10). To be sure, there is a difference between the drawing of a net or a sword, on the one hand, and of a sinner, on the other. With the latter God deals as with a responsible being. He powerfully influences the mind, will, heart, the entire personality. These, too, begin to function in their own right, so that Christ is accepted by a living faith. But both at the beginning and throughout the entire process of being saved, the power is ever from above; it is very real, strong, and effective; and it is wielded by God himself!” [= Tak seorangpun dapat datang kepadaKu kecuali Bapa yang mengutus Aku menarik dia, dan Aku akan membangkitkan dia pada hari terakhir’. Di sini penekanannya adalah pada ketetapan ilahi tentang predestinasi yang dilaksanakan dalam sejarah. Pada waktu Yesus menunjuk pada akitivitas ‘menarik’ yang ilahi, Ia menggunakan suatu istilah yang dengan jelas menunjukkan bahwa lebih dari sekedar pengaruh moral ditunjukkan. Bapa tak semata-mata memanggil dengan isyarat atau menasehati, Ia ‘menarik’! Kata kerja yang sama (HELKO, HELKUO) juga muncul dalam 12:32, dimana akitivitas menarik itu dianggap berasal dari sang Anak; dan selanjutnya, dalam 18:10; 21:6,11; Kisah Para Rasul 16:19; 21:30; dan Yak 2:6. ‘Tarikan’ tentang mana text-text itu berbicara menunjukkan suatu aktivitas yang sangat kuat, dan bahkan bisa dikatakan ‘tak bisa ditahan / ditolak’. Memang manusia menahan / menolak, tetapi tahanan / penolakannya tidak efektif. Dalam arti seperti itulah kami berbicara tentang kasih karunia Allah yang tidak bisa dito¬lak. Jala yang penuh dengan ikan-ikan besar ‘betul-betul ditarik’ atau ‘diseret’ ke pantai (21:6,11). Paulus dan Silas ‘diseret’ ke dalam sidang (Kis 16:19). Paulus ‘diseret’ keluar dari Bait Suci (Kis 21:30). Orang-orang kaya ‘menyeret’ orang-orang miskin ke hadapan kursi penghakiman (Yakobus 2:6). Sekarang kembali pada Injil yang keempat, Yesus ‘akan menarik’ semua orang kepada diriNya sendiri (12:32) dan Simon ‘menarik / menghunus’ pedangnya, menyambar pelayan imam besar, memotong telinga kanannya (18:10). Sudah tentu, di sana ada perbedaan antara penarikan suatu jala atau pedang, di satu sisi, dan penarikan orang berdosa, di sisi lain. Dengan yang terakhir Allah menangani seperti dengan seorang makhluk yang bertanggung-jawab. Ia secara kuat mempengaruhi pikiran, kehendak, hati, seluruh kepribadian. Hal-hal ini, juga, mulai berfungsi dalam kebenaran / hak (?) mereka sendiri, sehingga Kristus diterima dengan suatu iman yang hidup. Tetapi baik pada awal dan dalam sepanjang seluruh proses penyelamatan, kuasa itu selalu dari atas; itu sungguh-sungguh nyata, kuat, dan efektif; dan itu digunakan oleh Allah sendiri!].
R. C. Sproul: “One of the most important teachings of Jesus on this matter is found in the Gospel of John. ‘Therefore I have said to you that no one can come to Me unless it has been granted to him by My Father’ (John 6:65). Let us look closely at this verse. The first element of this teaching is a universal negative. The words ‘No one’ are all-inclusive. They allow for no exception apart from the exceptions Jesus adds. The next word is crucial. It is the word ‘can’. This has to do with ability, not permission. Who has not been corrected by a schoolteacher for confusing the words ‘can’ and ‘may’? I used to have a teacher who never missed an opportunity to drill this point home. If I raised my hand and said, ‘Can I sharpen my pencil?’ the response was always the same. She would smile and say, ‘I am sure that you can. You also may sharpen your pencil.’ The word ‘can’ refers to ability; the word ‘may’ refers to permission. In this passage Jesus is not saying, ‘No one is allowed to come to me… .’ He is saying, ‘No one is able to come to me… .’ The next word in the passage is also vital. ‘Unless’ refers to what we call a ‘necessary condition’. A necessary condition refers to something that must happen before something else can happen. The meaning of Jesus’ words is clear. No human being can possibly come to Christ unless something happens that makes it possible for him to come. That necessary condition Jesus declares is that ‘it has been granted to him by the Father.’ Jesus is saying here that the ability to come to him is a gift from God. Man does not have the ability in and of himself to come to Christ. God must do something first. The passage teaches at least this much: It is not within fallen man’s natural ability to come to Christ on his own, without some kind of divine assistance. To this extent at least, Edwards and Augustine are in solid agreement with the teaching of our Lord. The question that remains is this: Does God give the ability to come to Jesus to all men? The Reformed view of predestination says no. Some other views of predestination say yes. But one thing is certain; man cannot do it on his own steam without some kind of help from God. What kind of help is required? How far must God go to overcome our natural inability to come to Christ? A clue is found elsewhere in this same chapter. In fact, there are two other statements by Jesus that have direct bearing on this question. Earlier in chapter 6 of John’s Gospel Jesus makes a similar statement. He says, ‘No one can come to Me unless the Father who sent Me draws him’ (John 6:44). The key word here is ‘draw’. What does it mean for the Father to draw people to Christ? I have often heard this text explained to mean that the Father must woo or entice men to Christ. Unless this wooing takes place, no man will come to Christ. However, man has the ability to resist this wooing and to refuse the enticement. The wooing, though it is necessary, is not compelling. In philosophical language that would mean that the drawing of God is a necessary condition but not a sufficient condition to bring men to Christ. In simpler language it means that we cannot come to Christ without the wooing, but the wooing does not guarantee that we will, in fact, come to Christ. I am persuaded that the above explanation, which is so widespread, is incorrect. It does violence to the text of Scripture, particularly to the biblical meaning of the word ‘draw’. The Greek word used here is HELKO. Kittel’s Theological Dictionary of the New Testament defines it to mean to compel by irresistible superiority. Linguistically and lexicographically, the word means ‘to compel.’ To compel is a much more forceful concept than to woo. To see this more clearly, let us look for a moment at two other passages in the New Testament where the same Greek word is used. In James 2:6 we read: ‘But you have dishonored the poor man. Do not the rich oppress you and drag you into the courts?’ Guess which word in this passage is the same Greek word that elsewhere is translated by the English word ‘draw’. It is the word ‘drag’. Let us now substitute the word ‘woo’ in the text. It would then read: ‘Do not the rich oppress you and ‘woo’ you into the courts?’ The same word occurs in Acts 16:19. ‘But when her masters saw that their hope of profit was gone, they seized Paul and Silas and dragged them into the marketplace to the authorities.’ Again, try substituting the word ‘woo’ for the word ‘drag’. Paul and Silas were not seized and then wooed into the marketplace. I once was asked to debate the doctrine of predestination in a public forum at an Arminian seminary. My opponent was the head of the New Testament department of the seminary. At a crucial point in the debate we fixed our attention on the passage about the Father’s drawing people. My opponent was the one who brought up the passage as a proof text to support his claim that God never forces anyone or compels them to come to Christ. He insisted that the divine influence on fallen man was restricted to drawing, which he interpreted to mean wooing. At that point in the debate I quickly referred him to Kittel and to the other passages in the New Testament that translate the word ‘drag’. I was sure I had him. I was sure that he had walked into an insoluble difficulty for his own position. But he surprised me. He caught me completely off guard. I will never forget that agonizing moment when he cited a reference from an obscure Greek poet in which the same Greek word was used to describe the action of drawing water from a well. He looked at me and said, ‘Well, Professor Sproul, does one drag water from a well?’ Instantly the audience burst into laughter at this startling revelation of the alternate meaning of the Greek word. I stood there looking rather silly. When the laughter died down I replied, ‘No sir. I have to admit that we do not drag water from a well. But, how do we get water from a well? Do we woo it? Do we stand at the top of the well and cry, ‘Here, water, water, water’?’ It is as necessary for God to come into our hearts to turn us to Christ as it is for us to put the bucket in the water and pull it out if we want anything to drink. The water simply will not come on its own, responding to a mere external invitation.” [= Salah satu dari ajaran-ajaran yang terpenting dari Yesus tentang persoalan ini ditemukan dalam Injil Yohanes. ‘Karena itu Aku telah mengatakan kepadamu bahwa tak seorangpun bisa datang kepadaKu, kecuali itu telah dikaruniakan kepadanya oleh BapaKu’ (Yohanes 6:65). Mari kita melihat ayat ini dengan lebih teliti. Elemen pertama dari ajaran ini adalah suatu ‘tidak’ yang bersifat universal. Kata-kata ‘tak seorangpun’ merupakan kata-kata yang mencakup semua. Kata-kata itu tidak mengijinkan suatu perkecualian terpisah dari perkecualian-perkecualian yang Yesus tambahkan. Kata selanjutnya sangat penting. Itu adalah kata ‘dapat’. Ini berurusan dengan kemampuan, bukan ijin. Siapa yang tidak pernah dibetulkan oleh guru sekolah untuk pengacauan kata-kata ‘can’ / ‘dapat’ dan ‘may’ / ‘boleh’? Saya pernah mempunyai seorang guru yang tidak pernah melalaikan suatu kesempatan untuk menggiring hal ini ke tempat yang seharusnya. Jika saya mengangkat tangan saya dan berkata, ‘Dapatkah saya meruncingkan pensil saya?’ tanggapannya selalu sama. Ia tersenyum dan berkata, ‘Aku yakin bahwa kamu dapat. Kamu juga boleh meruncingkan pensilmu’. Kata ‘dapat’ menunjuk pada kemampuan; kata ‘boleh’ menunjuk pada ijin. Dalam text ini Yesus tidak berkata, ‘Tak seorangpun diijinkan untuk datang kepadaKu’ ...’. Ia berkata, ‘Tak seorangpun dapat / bisa datang kepadaKu ...’ Kata selanjutnya dalam text itu juga sangat penting. ‘Kecuali’ menunjuk pada apa yang kita sebut ‘syarat yang perlu’. Suatu syarat yang perlu menunjuk pada sesuatu yang harus terjadi sebelum sesuatu yang lain bisa / dapat terjadi. Arti / maksud dari kata-kata Yesus adalah jelas. Tak seorang manusiapun dapat datang kepada Kristus kecuali sesuatu terjadi yang membuatnya mungkin baginya untuk datang. Syarat perlu yang Yesus nyatakan itu adalah bahwa ‘itu dikaruniakan kepadanya oleh Bapa’. Yesus berkata di sini bahwa kemampuan untuk datang kepadaNya merupakan suatu pemberian / anugerah dari Allah. Manusia tidak mempunyai kemampuan dalam dan dari dirinya sendiri untuk datang kepada Kristus. Allah harus melakukan sesuatu lebih dulu. Text ini mengajarkan sedikitnya hal ini: Itu bukanlah dalam kemampuan manusia yang terjatuh untuk datang kepada Kristus dari dirinya sendiri, tanpa sejenis pertolongan ilahi. Sampai pada tingkat ini setidaknya, Edwards dan Agustinus ada dalam persetujuan yang kokoh dengan ajaran dari Tuhan kita. Pertanyaan yang tertinggal adalah ini: Apakah Allah memberikan kemampuan untuk datang kepada Yesus itu kepada semua orang? Pandangan Reformed tentang predestinasi berkata ‘tidak’. Pandangan-pandangan lain tentang predestinasi berkata ‘ya’. Tetapi satu hal adalah pasti; manusia tidak dapat melakukannya dengan tenaganya sendiri tanpa sejenis pertolongan dari Allah. Jenis pertolongan apa yang dibutuhkan? Berapa jauh Allah harus pergi / berjalan untuk mengalahkan ketidak-mampuan alamiah kita untuk datang kepada Kristus? Suatu petunjuk ditemukan di tempat lain dalam pasal yang sama ini. Sebetulnya, di sana ada dua pernyataan lain oleh Yesus yang mempunyai hubungan langsung dengan pertanyaan ini. Di bagian yang lebih awal dalam pasal 6 dari Injil Yohanes, Yesus membuat suatu pernyataan yang mirip. Ia berkata, ‘Tak seorangpun dapat datang kepadaKu kecuali Bapa yang mengutus Aku menariknya’ (Yohanes 6:44). Kata kunci di sini adalah ‘menarik’. Apa artinya bagi Bapa untuk menarik orang-orang kepada Kristus? Saya telah sering mendengar text ini dijelaskan untuk berarti bahwa Bapa harus membujuk atau memikat orang-orang kepada Kristus. Tetapi, manusia mempunyai kemampuan untuk menolak bujukan ini dan menolak pikatan ini. Bujukan itu, sekalipun perlu, tidaklah memaksa. Dalam bahasa filsafat itu berarti bahwa tarikan Allah adalah syarat yang perlu, tetapi bukan syarat yang cukup, untuk membawa manusia kepada Kristus. Dalam bahasa yang lebih sederhana, itu berarti bahwa kita tidak dapat datang kepada Kristus tanpa bujukan ini, tetapi bujukan ini tidak menjamin bahwa dalam faktanya kita akan datang kepada Kristus. Saya yakin, bahwa penjelasan di atas, yang begitu tersebar luas, adalah tidak benar. Itu melakukan kekerasan terhadap text dari Kitab Suci, khususnya terhadap arti Alkitabiah dari kata ‘menarik’. Kata Yunani yang digunakan di sini adalah HELKO. Kittel’s Theological Dictionary of the New Testament mendefinisikannya sebagai berarti ‘memaksa dengan kesuperioran yang tak bisa ditolak’. Secara ilmu bahasa dan secara ilmu perkamusan, kata itu berarti ‘memaksa’. ‘Memaksa’ adalah suatu konsep yang jauh lebih kuat dari ‘membujuk’. Untuk melihat ini dengan lebih jelas, hendaklah kita melihat sebentar pada 2 text lain dalam Perjanjian Baru dimana kata Yunani yang sama digunakan. Dalam Yak 2:6 kita membaca: ‘Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan?’ Tebaklah kata yang mana dalam text ini yang adalah kata Yunani yang sama yang di tempat lain diterjemahkan oleh kata bahasa Inggris ‘draw’ / ‘menarik’. Itu adalah kata ‘menyeret’. Sekarang mari kita menggantikannya dengan kata ‘membujuk’ dalam text. Maka bunyinya menjadi: ‘Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang membujuk kamu ke pengadilan?’ Kata yang sama muncul dalam Kisah Para Rasul 16:19. ‘Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa.’ Lagi-lagi, cobalah menggantikan kata ‘membujuk’ untuk kata ‘menyeret’. Paulus dan Silas tidak ditangkap lalu dibujuk ke pasar. Pernah sekali saya diminta untuk memperdebatkan doktrin tentang predestinasi di forum umum di suatu seminari Arminian. Lawan saya adalah kepala / pimpinan dari departemen Perjanjian Baru dari seminari itu. Pada titik yang penting dalam debat itu, kami menancapkan perhatian kami pada text tentang Bapa menarik orang-orang. Lawan saya yang mengemukakan text ini sebagai suatu text bukti untuk mendukung claimnya bahwa Allah tidak pernah memaksa siapapun atau memaksa mereka untuk datang kepada Kristus. Ia berkeras bahwa pengaruh ilahi pada manusia yang telah jatuh, dibatasi pada tindakan menarik, yang ia tafsirkan sebagai berarti ‘membujuk’. Pada titik itu dalam debat itu saya dengan cepat mengarahkan dia kepada Kittel dan pada text-text lain dalam Perjanjian Baru yang menterjemahkan kata ‘menyeret’. Saya yakin bahwa saya telah menempatkan dia di posisi yang tidak menguntungkan. Saya yakin bahwa ia telah berjalan ke dalam suatu kesukaran yang tak terpecahkan untuk posisinya sendiri. Tetapi ia mengejutkan saya. Ia menyergap saya sepenuhnya dengan tak disangka-sangka. Saya tak akan pernah melupakan saat yang sangat menderita pada waktu ia mengutip suatu referensi dari suatu syair Yunani yang tak dikenal dalam mana kata Yunani yang sama digunakan untuk menggambarkan tindakan mengambil air dari sebuah sumur. Ia memandang saya dan berkata, ‘Nah, Profesor Sproul, apakah seseorang menyeret air dari sebuah sumur?’ Dengan segera para penonton meledak tertawa pada penyataan yang mengejutkan ini tentang arti alternatif dari kata Yunani itu. Saya berdiri di sana dan terlihat agak tolol. Pada waktu tertawanya sudah mereda saya menjawab, ‘Tidak pak. Saya harus mengakui bahwa kita tidak menyeret air dari sebuah sumur. Tetapi bagaimana kita mendapat air dari sebuah sumur? Apakah kita membujuknya? Apakah kita berdiri di atas sumur dan berteriak, Kesini, air, air, air?’ Adalah sama perlunya bagi Allah untuk datang ke dalam hati kita untuk membalikkan kita kepada Kristus seperti kita perlu untuk meletakkan ember / timba dalam air dan menariknya keluar jika kita menginginkan apapun untuk minum. Air tak akan datang dari dirinya sendiri, menanggapi semata-mata suatu undangan luar / lahiriah.] - ‘Chosen by God’, hal 67-71.
Arthur W. Pink: “In order for any sinner to be saved three things were indispensable: God the Father had to purpose his salvation, God the Son had to purchase it, God the Spirit has to apply it. God does more than ‘propose’ to us: were He only to ‘invite’, every last one of us would be lost. This is strikingly illustrated in the Old Testament. In Ezra 1:1-3 we read, ‘Now in the first year of Cyrus king of Persia, that the word of the Lord by the mouth of Jeremiah might be fulfilled, the Lord stirred up the spirit of Cyrus king of Persia, that he made a proclamation throughout all his kingdom, and put it also in writing saying, Thus saith Cyrus king of Persia, the Lord God of heaven hath given me all the kingdoms of the earth, and He hath charged me to build Him an house at Jerusalem, which is in Judah. Who is there among you of all His people? his God be with him, and let him go up to Jerusalem which is in Judah, and build the house of the Lord God of Israel.’ Here was an ‘offer’ made, made to a people in captivity, affording them opportunity to leave and return to Jerusalem - God’s dwelling-place. Did all Israel eagerly respond to this offer? No indeed. The vast majority were content to remain in the enemy’s land. Only an insignificant ‘remnant’ availed themselves of this overture of mercy! And why did they? Hear the answer of Scripture: ‘Then rose up the chief of the fathers of Judah and Benjamin, and the priests, and the Levites, with all whose spirit God had stirred up, to go up to build the house of the Lord which is in Jerusalem’ (Ezra 1:5)! In like manner, God ‘stirs up’ the spirits of His elect when the effectual call comes to them, and not till then do they have any willingness to respond to the Divine proclamation.” [= Supaya orang berdosa manapun diselamatkan tiga hal sangat diperlukan: Allah Bapa harus merencanakan keselamatannya, Allah Anak harus membelinya, Allah Roh Kudus harus menerapkannya. Allah melakukan lebih dari ‘mengusulkan’ kepada kita: seandainya Ia hanya ‘mengundang’, setiap orang dari kita akan terhilang. Ini diilustrasikan secara menyolok dalam Perjanjian Lama. Dalam Ezra 1:1-3 kita membaca, ‘Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini: ‘Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagiNya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umatNya, Allahnya menyertainya! Biarlah ia berangkat pulang ke Yerusalem, yang terletak di Yehuda, dan mendirikan rumah TUHAN Allah Israel.’ Di sini suatu ‘tawaran’ dibuat, dibuat bagi suatu bangsa dalam pembuangan, memberikan mereka kesempatan untuk meninggalkan dan kembali ke Yerusalem - tempat tinggal Allah. Apakah seluruh Israel dengan keinginan yang besar menanggapi tawaran ini? Tidak. Mayoritas dari mereka puas untuk tinggal di negara / tanah musuh. Hanya suatu ‘sisa’ yang kecil / tak berarti yang memakai kesempatan tawaran belas kasihan ini. Dan mengapa mereka melakukannya? Dengarkan jawaban dari Kitab Suci: ‘Maka berkemaslah kepala-kepala kaum keluarga orang Yehuda dan orang Benyamin, serta para imam dan orang-orang Lewi, yakni setiap orang yang hatinya digerakkan Allah untuk berangkat pulang dan mendirikan rumah TUHAN yang ada di Yerusalem’ (Ezra 1:5)! Dengan cara yang sama, Allah menggerakkan roh-roh dari orang-orang pilihanNya pada waktu panggilan efektif datang kepada mereka, dan tidak sampai saat itu mereka mempunyai kemauan apapun untuk menanggapi proklamasi / pemberitaan Ilahi.] - ‘The Sovereignty of God’ (AGES), hal 129-130.
BACA JUGA: YOHANES 6:41-47 (KETIDAKMAMPUAN TOTAL)
Calvin (tentang Yohanes 6:44): “‘No man can come to me, unless the Father, who hath sent me, draw him.’ He does not merely accuse them of wickedness, but likewise reminds them, that it is a peculiar gift of God to embrace the doctrine which is exhibited by him; which he does, that their unbelief may not disturb weak minds. ... Christ declares that the doctrine of the Gospel, though it is preached to all without exception, cannot be embraced by all, but that a new understanding and a new perception are requisite; and, therefore, that faith does not depend on the will of men, but that it is God who gives it. ‘Unless the Father draw him.’ ‘To come to Christ’ being here used metaphorically for ‘believing’, the Evangelist, in order to carry out the metaphor in the apposite clause, says that those persons are ‘drawn’ whose understandings God enlightens, and whose hearts he bends and forms to the obedience of Christ. The statement amounts to this, that we ought not to wonder if many refuse to embrace the Gospel; because no man will ever of himself be able to come to Christ, but God must first approach him by his Spirit; and hence it follows that all are not ‘drawn,’ but that God bestows this grace on those whom he has elected. True, indeed, as to the kind of ‘drawing,’ it is not violent, so as to compel men by external force; but still it is a powerful impulse of the Holy Spirit, which makes men willing who formerly were unwilling and reluctant. It is a false and profane assertion, therefore, that none are ‘drawn’ but those who are willing to be ‘drawn,’ as if man made himself obedient to God by his own efforts; for the willingness with which men follow God is what they already have from himself, who has formed their hearts to obey him.” ( = ‘Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, kecuali Bapa, yang telah mengutus Aku, menariknya’. Ia tidak semata-mata menuduh mereka tentang kejahatan, tetapi juga mengingatkan mereka, bahwa itu merupakan suatu pemberian / karunia khusus dari Allah untuk memeluk / mempercayai doktrin yang ditunjukkan olehNya; yang Ia lakukan, supaya ketidak-percayaan mereka tidak mengganggu pikiran yang lemah. ... Kristus menyatakan bahwa doktrin dari Injil, sekalipun itu dikhotbahkan / diberitakan tanpa perkecualian, tidak bisa dipercayai oleh semua orang, tetapi bahwa suatu pengertian yang baru dan suatu persepsi yang baru dibutuhkan; dan karena itu, iman itu tidak tergantung pada kehendak manusia, tetapi bahwa adalah Allah yang memberikannya. ‘Kecuali Bapa menariknya’. ‘Datang kepada Kristus’ digunakan di sini sebagai kiasan untuk ‘percaya’, sang Penginjil, untuk membawa kiasan dalam anak kalimat yang tepat, mengatakan bahwa orang-orang itu ‘ditarik’, yang pengertiannya Allah terangi, dan yang hatinya Ia bengkokkan dan bentuk pada ketaatan Kristus. Pernyataan itu sama dengan ini, bahwa kita tidak boleh heran jika banyak orang menolak untuk percaya pada Injil; karena tak seorangpun akan pernah, dari dirinya sendiri, dapat datang kepada Kristus, tetapi Allah harus pertama-tama mendekatinya oleh RohNya; dan lalu mengikuti bahwa tidak semua orang ‘ditarik’, tetapi bahwa Allah memberikan kasih karunia ini kepada mereka yang telah Ia pilih. Memang, tentang jenis ‘tarikan’, itu bukan sesuatu tarikan yang keras / kasar, seakan-akan memaksa manusia dengan kekuatan luar; tetapi itu tetap merupakan dorongan yang kuat dari Roh Kudus, yang membuat manusia yang tadinya tidak mau dan segan menjadi mau. Karena itu, merupakan suatu penegasan yang salah bahwa tak seorangpun ‘ditarik’ kecuali mereka yang mau untuk ‘ditarik’, seakan-akan manusia membuat dirinya sendiri taat kepada Allah oleh usaha-usahanya sendiri; karena kemauan dengan mana manusia mengikuti Allah adalah apa yang mereka sudah punyai dari Dia sendiri, yang telah membentuk hati mereka untuk mentaati Dia.).
Kesimpulan: Yohanes 6:44 dan Yohanes 12:32 merupakan ayat dasar dari doktrin Irresistible Grace [= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak]