EKSPOSISI MATIUS PASAL 1-4

Pdt.Budi Asali, M.Div.
PERBANDINGAN KE EMPAT INJIL

Dalam Kitab Suci ada 4 kitab Injil, yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Sekalipun dalam keempat kitab Injil itu ada banyak cerita yang sama, tetapi sebetulnya keempat penulis Injil itu mempunyai penekanan dan tujuan yang berbeda. Dan kalau kita membaca keempat kitab Injil itu maka akan terlihat bahwa mereka saling melengkapi satu dengan yang lain.
EKSPOSISI MATIUS PASAL 1-4
bisnis, otomotif, gadget
Illustrasi: Kalau kita mau membangun rumah, sedikitnya dibutuhkan 3 buah gambar dari rumah yang akan dibangun (dari atas, dari depan, dari samping). 3 buah gambar itu menggambarkan rumah yang sama, tetapi menggambarkannya dari sudut yang berbeda, sehingga mereka saling melengkapi satu dengan yang lain.

1) Matius.

a) Matius menekankan Yesus sebagai Raja.

Ini tidak berarti bahwa Matius tidak menyatakan Yesus sebagai manusia (penekanan Lukas), sebagai Allah (penekanan Yohanes), sebagai hamba (penekanan Markus), dsb. Tentu ia juga melakukan hal-hal itu, tetapi penekanan dari Matius adalah penggambaran Yesus sebagai Raja.

Hal-hal yang menunjukkan bahwa Matius menekankan Yesus sebagai Raja:

1. Matius 1:1 menunjukkan bahwa Yesus disebut sebagai ‘anak Daud’ (raja terbesar bangsa Israel).

2. Matius 2:1-12 menunjukkan orang-orang Majus mencari Raja yang baru dilahirkan, dan menyembah dan memberi persembahan kepadaNya.

3. Matius 28:18 - “Yesus mendekati mereka dan berkata: ‘KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”. Ini betul-betul merupakan ucapan yang cocok bagi seorang Raja.

b) Matius menujukan tulisannya untuk orang Yahudi.

Ini lagi-lagi tidak berarti bahwa Injil Matius ini bukanlah Firman Tuhan untuk orang-orang non Yahudi. Tentu Injil Matius ini juga merupakan Firman Tuhan bagi kita yang bukan Yahudi. Tetapi bagaimanapun tujuan orisinil penulisan Injil Matius ini adalah untuk orang Yahudi. Hal ini perlu diketahui karena kadang-kadang bisa berguna dalam penafsiran.

Bahwa Matius memang menulis untuk orang Yahudi, bisa terlihat dari:

1. Yesus disebut sebagai ‘anak Abraham’ (Mat 1:1), kepada siapa janji tentang bangsa pilihan Allah itu pertama-tama diberikan.

2. Ada 11 x kalimat ‘supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi’ (1:22 2:15,17,23 4:14 8:17 12:17 13:35 21:4 26:56 27:9).

Dari sini terlihat bahwa Matius selalu berusaha menghubungkan Yesus dengan Perjanjian Lama. Matius bermaksud untuk menunjukkan kepada orang Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Hal ini penting untuk orang Yahudi yang mempercayai Perjanjian Lama sebagai Firman Tuhan.

3. Mujijat pertama yang dicatat oleh Matius adalah penyembuhan orang yang sakit kusta (Matius 8:1-4), karena kusta merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh orang Yahudi. Dengan demikian Matius berkata kepada orang-orang Yahudi itu: Yesus berkuasa untuk menyembuhkan orang dari penyakit yang paling kamu takuti itu!

Catatan: Memang dalam Matius 4:23-25 sudah ada mujijat penyembuhan, tetapi disana hanya diceritakan secara umum, tidak secara specific / khusus. Mat 8:1-4 adalah mujijat penyembuhan pertama dimana Matius menceritakannya secara specific.

2) Markus.

a) Markus menggambarkan / menekankan Tuhan Yesus sebagai hamba.

Hal-hal yang menunjukkan bahwa Markus memang menekankan Yesus sebagai seorang hamba:

1. Dalam Injil Markus tidak ada silsilah Yesus, karena tidak ada orang yang mempersoalkan silsilah seorang hamba.

2. Yesus sudah mulai melayani pada Markus 1:14. Bandingkan dengan Injil Matius dan Lukas, dimana Yesus baru mulai melayani pada pasal 4.

b) Markus menujukan tulisannya untuk orang Roma.

Ini terlihat dari fakta yang menunjukkan bahwa dalam seluruh Injil Markus, ia hanya 2 x menunjukkan suatu peristiwa sebagai penggenapan dari nubuat Perjanjian Lama (Markus 1:2 Markus 15:28). Dan dalam Kitab Suci Indonesia, Markus 15:28 itu ada dalam tanda kurung tegak, yang menunjukkan bahwa itu merupakan ayat yang diragukan / diperdebatkan keasliannya. 

Jadi mungkin sebetulnya hanya 1 x Markus menunjukkan suatu peristiwa sebagai penggenapan nubuat Perjanjian Lama. Ini menunjukkan bahwa Markus mulai meninggalkan alam Yahudi.

3) Lukas.

a) Lukas menggambarkan Yesus sebagai manusia.

Hal-hal yang menunjukkan bahwa Lukas menekankan Yesus sebagai manusia:

1. Dalam Injil Lukas ada silsilah Yesus (Lukas 3:23-38), karena orang Yahudi mementingkan silsilah (bdk. Bilangan 1:18). Tetapi berbeda dengan silsilah Yesus dalam Injil Matius yang hanya sampai kepada Abraham, maka dalam Injil Lukas silsilah Yesus ‘ditarik’ terus sampai kepada Adam, yang adalah manusia pertama. Kalau Yesus betul-betul adalah manusia, maka Ia haruslah merupakan keturunan Adam.

2. Injil Lukas adalah satu-satunya Injil yang menceritakan pertumbuhan Yesus sebagai manusia (Luk 2:40,52), dan peristiwa yang dialami Yesus pada waktu berusia 12 tahun (Lukas 2:41-51).

b) Lukas menujukan tulisannya untuk orang Yunani.

Karena itu berbeda dengan Matius yang mencatat mujijat penyembuhan orang sakit kusta sebagai mujijat yang pertama, maka Lukas mencatat penyembuhan orang yang dirasuk setan sebagai mujijat pertama (Lukas 4:31-37). Mengapa? Karena orang Yunani paling takut kepada roh-roh jahat. Dengan demikian, Lukas berkata kepada orang-orang Yunani itu: roh-roh jahat yang paling kamu takuti itu, tidak ada apa-apanya dibanding dengan Yesus! Mereka terpaksa tunduk kepada Yesus!

4) Yohanes.

a) Yohanes menekankan penggambaran Yesus sebagai Allah / Anak Allah.

Hal-hal yang menunjukkan bahwa Yohanes menekankan penggambaran Yesus sebagai Allah / Anak Allah:

1. Dalam Injil Yohanes tidak ada silsilah Yesus, tetapi Yohanes memulai Injilnya dengan Yoh 1:1 yang berbunyi: “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah”.

Ini jelas menunjukkan keilahian Yesus.

2. Tujuan Injil Yohanes dicatat dalam Yohanes 20:30-31 yang berbunyi: “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya”.

Dari ayat ini jelas terlihat bahwa tujuan Injil Yohanes adalah supaya semua orang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah.

b) Yohanes menujukan tulisannya untuk Gereja / semua orang.

MATIUS 1:1-17

I) Pertentangan-pertentangan.

Silsilah Yesus ini sering dipersoalkan karena kelihatannya mengandung pertentangan-pertentangan dengan bagian-bagian lain dari Kitab Suci. Bahwa dalam Kitab Suci kita ada banyak hal yang kelihatannya bertentangan, sering disoroti secara negatif oleh banyak orang. Sebetulnya perlu kita ketahui bahwa:

1. Adanya hal-hal yang kelihatannya bertentangan itu bisa disoroti secara positif, karena hal-hal itu menunjukkan bahwa:

a. Para penulis Kitab Suci tidak bersekongkol dalam menuliskan Kitab Suci.

b. Tidak ada orang yang merevisi Kitab Suci, karena kalau memang demikian, maka pasti semua hal yang kelihatan bertentangan itu sudah ‘disesuaikan’. Hal ini perlu saudara camkan karena ada agama lain yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi sudah merevisi Kitab Suci kita ini.

2. Hal-hal yang kelihatannya bertentangan itu bisa diharmoniskan / dijelaskan sehingga tidak bertentangan.

Pertentangan-pertentangan yang ada di dalam / berhubungan dengan silsilah Yesus dalam Matius 1:1-17 ini:

1) Silsilah Yesus dalam Matius 1:1-17 berbeda dengan silsilah Yesus dalam Lukas 3:23-38.

Kalau kita menyoroti dan membandingkan kedua silsilah itu pada bagian mulai dari Daud sampai kepada Yesus, maka akan terlihat bahwa ada perbedaan nama-nama, bahkan ada perbedaan jumlah orang (dalam Matius hanya 28 nama, sedangkan dalam Lukas ada 43 nama).

Mari kita soroti Mat 1:15b-16 dan Lukas 3:23b-24a.


Dalam Matius Dalam Lukas


Matan Matat

    ↓

Yakub Eli

    ↓

Yusuf Yusuf



Jadi sebetulnya Yusuf itu anaknya siapa? Anak Eli (menurut Lukas) atau anak Yakub (menurut Matius)?

Ada 2 cara untuk mengharmoniskan kedua bagian / silsilah ini:


a) Bapa-bapa gereja, dimulai seorang yang bernama Africanus (tahun 220 M), mengharmoniskan perbedaan ini dengan cara sebagai berikut:


Matan ------ Esta ----------- Matat

  ↓         ↓

Yakub --- P --- Eli

                       ↓

  Yusuf --- Maria

  Yesus


Keterangan: Matan kawin dengan seorang perempuan yang bernama Esta dan lalu mempunyai anak yang dinamakan Yakub. Setelah Matan mati, Esta kawin lagi dengan Matat dan mempunyai anak yang dinamakan Eli. Jadi, Yakub dan Eli adalah setengah saudara.

Eli lalu kawin dengan seorang perempuan (P), tapi Eli mati sebelum istrinya itu sempat mendapatkan anak, dan karena itu Yakub sebagai saudara Eli harus kawin dengan istri Eli untuk memberi keturunan kepada Eli. Dari perkawinan itu lahirlah Yusuf. Jadi Yusuf adalah anak sah dari Eli, tapi sebetulnya Yusuf diperanakkan oleh Yakub. Ini cocok, karena dalam Matius dikatakan ‘Yakub memperanakkan Yusuf’, sedangkan dalam Lukas dikatakan ‘Yusuf, anak Eli’.

Jadi menurut penafsiran pertama ini, silsilah Yesus dalam Matius maupun Lukas sama-sama diambil dari jalur Yusuf, tetapi Lukas mengambil jalur yang sah (secara hukum / legal), sedangkan Matius mengambil jalur yang sebenarnya.

b) Penafsiran / pengharmonisan yang kedua mengatakan bahwa Matius menuliskan silsilah Yesus dari pihak Yusuf, sedangkan Lukas menuliskan silsilah Yesus dari pihak Maria. Jadi, Yakub adalah ayah Yusuf (Matius 1:16), sedangkan Eli adalah ayah Maria (Lukas 3:23).

Matan Matat

    ↓

Yakub Eli

    ↓

Yusuf ---------- Maria

               ↓

Yesus


Tetapi untuk mencapai / mendapatkan hal ini ada 2 penafsiran yang ditempuh tentang Luk 3:23 yang berbunyi: “Ketika Yesus memulai pekerjaanNya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli”.

1. Kata-kata ‘anak Eli’ dalam Lukas 3:23 ditujukan kepada Yusuf, dan diartikan sebagai ‘menantu Eli’.

“Ia adalah anak Yusuf, anak Eli”.

Menafsirkan kata ‘anak’ sebagai ‘menantu’ bukanlah merupakan sesuatu yang aneh, karena dalam Rut 1:11-13, Naomi juga menyebut kedua menantunya dengan sebutan ‘anak-anakku’ (NIV: ‘my daughters’).

2. Kata-kata ‘anak Eli’ dalam Lukas 3:23 ditujukan kepada ‘Ia’ (Yesus), dan diartikan sebagai ‘cucu Eli’.

“Ia adalah anak Yusuf, anak Eli”.

Menafsirkan kata ‘anak’ sebagai ‘cucu’ juga bukan merupakan hal yang aneh, karena dalam Kitab Suci, istilah ‘anak’ sering menunjuk kepada ‘keturunan’, dan istilah ‘bapa / ibu’ sering menunjuk kepada ‘nenek moyang’. Bahwa hal seperti ini sering terjadi terlihat dari:

a. Kejadian 46:16-18 dimana ada 3 generasi yang dalam Kitab Suci Indonesia disebut sebagai ‘keturunan Zilpa’. Tetapi terjemahan yang hurufiahnya seharusnya adalah ‘sons of Zilpa’ (= anak-anak Zilpa).

b. 2Taw 28:1 dimana Daud disebut sebagai ‘bapa leluhur’ Ahas.

NIV memberikan terjemahan hurufiah ‘David, his father’ (= Daud bapanya).

Disamping itu, ada dukungan sebagai berikut terhadap penafsiran ini: Kalau Luk 3:23-38 ini dilihat dalam bahasa Yunaninya, maka terlihat bahwa semua nama didahului oleh kata Yunani TOU (= of the), kecuali nama Yusuf.

Pulpit Commentary: “This absence of the article TOU certainly puts the name of Joseph in a special position in the series of names, and leads us to suppose that the genealogy is not that of Joseph, but of Heli. ... The twenty-third verse would then read thus: ‘And Jesus, ... (being as was supposed the son of Joseph),’ after which parenthesis the first link in the chain would be Jesus, the heir and grandson, and in that sense the son of Heli” [= Absennya kata TOU ini jelas menempatkan nama Yusuf dalam posisi yang khusus dalam deretan nama-nama itu, dan memimpin kami untuk menganggap bahwa silsilah itu bukanlah dari Yusuf, tetapi dari Eli. ... Jadi, ayat 23 seharusnya berbunyi: ‘Dan Yesus, ... (dianggap sebagai anak Yusuf)’, dan setelah tanda kurung maka mata rantai yang pertama dalam rantai itu adalah Yesus, pewaris dan cucu, dan dalam arti itu, anak Eli].

Beberapa terjemahan Lukas 3:23 yang mendukung penafsiran ini:

Lenski: “And he himself Jesus when beginning was about thirty years old, being a son (as was supposed of Joseph) of Heli ...” [= Dan Ia sendiri, Yesus, ketika sedang memulai berusia kira-kira 30 tahun, adalah anak (dianggap dari Yusuf) dari Eli ...].

Greijdanus: “And he himself, Jesus, when he began, was about thirty years old, being a son, as was supposed of Joseph, of Heli ...” (= Dan Ia sendiri, Yesus, ketika Ia mulai, berusia kira-kira 30 tahun, merupakan anak, dianggap dari Yusuf, dari Eli ...).

Berkeley Version: “Jesus Himself, supposedly Joseph’s son, began his ministry at about thirty, being a descendant of Heli ...” (= Yesus sendiri, dianggap sebagai anak Yusuf, mulai pelayananNya pada usia kira-kira 30 tahun, adalah keturunan dari Heli ...).

William Hendriksen: “Now Jesus himself, supposedly Joseph’s son, was about thirty years old when he began (his ministry), being a son of Heli ...” [= Yesus sendiri, dianggap sebagai anak Yusuf, berusia kira-kira 30 tahun ketika Ia mulai (pelayananNya), adalah anak dari Eli ...].

Kalau dipertanyakan yang mana yang benar dari penjelasan-penjelasan ini, maka tentu saja tidak bisa dipastikan secara mutlak. Ini tidak perlu membuat kita kecewa atau kecil hati, karena sekalipun tidak bisa dipastikan secara mutlak, tetapi yang penting adalah bahwa kita sudah melihat adanya kemungkinan bahwa kedua bagian yang kelihatannya bertentangan itu ternyata bisa diharmoniskan sehingga tidak harus bertentangan!

John Murray: “Oftentimes, though we may not be able to demonstrate the harmony of Scripture, we are able to show that there is no necessary contradiction” [= Seringkali, sekalipun kita tidak bisa menunjukkan keharmonisan Kitab Suci, kita bisa menunjukkan bahwa disana tidak harus terjadi kontradiksi] - ‘Collected Writings of John Murray’, vol I, hal 10.

Tetapi saya sendiri sangat condong pada penafsiran yang kedua karena:

a. Dalam Lukas 3:23, Lukas sudah mengatakan bahwa Yesus adalah anak Yusuf menurut anggapan orang. Jadi jelas bahwa ia berkata bahwa sebenarnya Yesus bukan anak Yusuf. Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ia lalu memberikan silsilah Yesus melalui Yusuf. Jauh lebih cocok kalau ia memberikan silsilah Yesus melalui Maria.

b. Matius menekankan Yesus sebagai Raja, sehingga ia menuliskan silsilah Yesus dari sudut ‘ayah’Nya (adalah aneh kalau menuliskan silsilah seorang raja dari sudut ibunya), tetapi Lukas menekankan Yesus sebagai manusia, dan sebagai manusia, Yesus bukan anak Yusuf, tetapi anak Maria. Karena itu Lukas menuliskan silsilah Yesus dari sudut Maria.

c. Dukungan kitab Talmud.

Orang Yahudi mempunyai kitab yang disebut Talmud. Kata ‘TALMUD’ adalah kata bahasa Ibrani yang berarti ‘instruction’ (= instruksi), yang berasal dari akar kata LAMAD, yang berarti ‘to learn’ (= belajar). Talmud merupakan kumpulan tulisan-tulisan yang berisikan hukum-hukum Yahudi, baik hukum negara maupun hukum agama. Talmud ini terdiri dari 2 bagian, yaitu Mishnah (textnya) dan Gemara (penafsirannya).

Dan dalam kitab Talmud itu, Maria disebutkan sebagai ‘the daughter of Heli’ (= anak perempuan Eli).

Catatan: ini tidak berarti saya percaya pada otoritas kitab Talmud. Dalam banyak hal lain kitab ini jelas-jelas sesat!

d. Matius menceritakan peristiwa kelahiran Yesus dengan menyoroti Yusuf (baca Matius 1:18-2:23 - malaikat berulangkali datang kepada Yusuf); sedangkan Lukas menceritakan kelahiran Yesus dengan menyoroti Maria (baca Lukas 1:26-38 - malaikat datang kepada Maria).

Karena itu sangat sesuai kalau dalam penulisan silsilah Yesus, Matius menuliskan silsilah dari pihak Yusuf, dan Lukas menuliskan silsilah dari pihak Maria.

e. Matius menuliskan Injilnya untuk orang Yahudi, sehingga ia menuliskan silsilah Yesus hanya sampai Abraham, kepada siapa janji Tuhan tentang bangsa Israel pertama kali diberikan. Tetapi Lukas menulis untuk orang non Yahudi, dan karena itu ia meneruskan silsilah Yesus sampai kepada Adam, untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul termasuk dalam umat manusia, karena Ia juga adalah keturunan Adam.

Sekarang, kalau ternyata silsilah yang Lukas tuliskan itu adalah silsilah dari Yusuf, yang sebetulnya bukan bapa jasmani dari Yesus, maka semua ini sia-sia. Dengan silsilah ini ia tidak bisa menunjukkan bahwa Yesus betul-betul adalah keturunan Adam.

Memang ada keberatan terhadap penafsiran kedua ini, yaitu:

1. Tidak ada orang yang membuat silsilah dari sudut ibunya.

Jawabnya: perlu diingat bahwa ini adalah kasus khusus, karena Yesus memang tidak punya bapa dunia / jasmani, jadi tidak aneh bahwa untuk Yesus lalu dibuatkan silsilah dari sudut ibuNya!

2. Kalau memang Lukas 3:23-38 adalah silsilah Yesus melalui Maria, mengapa nama Maria tidak ada dalam silsilah?

Jawabnya: mungkin Lukas tidak mau memasukkan nama perempuan, karena hal ini memang tidak lazim.

Ada satu pertanyaan lagi yang perlu dibahas tentang silsilah Yesus dalam Matius dan Lukas ini: mengapa Kitab Suci tidak secara jelas / terang-terangan saja mengatakan bahwa Matius menuliskan silsilah Yesus dari sudut Yusuf dan Lukas menuliskan silsilah Yesus dari sudut Maria?

Jawab: Dalam 2Pet 3:16b rasul Petrus berkata: “Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutar-balikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.

Penjelasan:

a. Yang dimaksud dengan ‘surat-suratnya’ adalah surat-surat Paulus (lihat 2Petrus 3:15).

b. Kata-kata ‘orang-orang yang tidak memahaminya’ diterjemahkan ‘ignorant’ (= bodoh) oleh NIV dan ‘untaught’ (= tidak diajar) oleh NASB.

Ini tentu tidak menunjuk pada orang yang tidak mengerti firman tetapi rindu untuk mengerti, tetapi menunjuk kepada orang yang sekalipun tidak mengerti tetapi tidak mau belajar. Mungkin juga ini menunjuk kepada orang yang tidak mengerti Hermeneutics (= ilmu penafsiran Kitab Suci) tetapi sok pinter dalam menafsirkan Kitab Suci.

c. Kata-kata ‘yang tidak teguh imannya’ diterjemahkan ‘unstable people’ (= orang yang tidak stabil) oleh NIV dan ‘the unstable’ (= orang yang tidak stabil) oleh NASB. Jadi, kata ‘iman’ sebetulnya tidak ada, dan karena itu bagian ini bukan menunjuk kepada orang yang imannya lemah / kurang kuat, tetapi menunjuk kepada orang yang mudah berubah-ubah pandangannya (sebentar ikut agama A, sebentar ikut agama B, dst).

d. Kata-kata ‘tulisan-tulisan yang lain’ diterjemahkan ‘the other Scriptures’ (= Kitab Suci yang lain) oleh NIV dan ‘the rest of the Scriptures’ (= sisa Kitab Suci) oleh NASB, maksudnya adalah bagian-bagian Kitab Suci yang lain, selain tulisan Paulus.

e. Jadi, 2Petrus 3:16 ini menunjukkan bahwa bagian-bagian yang sukar dalam Kitab Suci / tulisan Paulus itu ada supaya orang yang bodoh dan tidak mau belajar Kitab Suci dengan serius tersesat dan lalu binasa! Ini sejalan dengan Matius 13:10-15. Perhatikan khususnya Matius 13:11-12 yang berbunyi: “Jawab Yesus: Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”.

Kata-kata ‘siapa yang mempunyai’ menunjuk kepada orang yang mempunyai keinginan mengerti Firman Tuhan. Orang-orang ini akan diberi pengertian yang berkelimpahan. Sedangkan kata-kata ‘siapa yang tidak mempunyai’ menunjuk kepada orang yang tidak mempunyai keinginan untuk mengerti Firman Tuhan. Mereka tidak akan diberi pengertian, sehingga akan tersesat.

Penerapan: Karena itu, kalau saudara bukanlah seseorang yang ingin belajar Kitab Suci secara serius, saudara ada dalam bahaya! Kalau saudara maunya cuma mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon dan cerita / kesaksian, saudara ada dalam bahaya! Karena itu ambillah keputusan untuk belajar Firman Tuhan secara serius, melalui Kebaktian, Pemahaman Alkitab, Camp / Retreat, Seminar, dan juga melalui buku-buku rohani, dan cassette khotbah!

2) Silsilah Yesus dalam Injil Matius tidak sesuai dengan cerita dalam kitab 2Raja-Raja.

a) Matius 1:8 mengatakan bahwa ‘Yoram memperanakkan Uzia’.

Sedangkan dalam kitab 2Raja-Raja:

Yoram

Ahazia (2Raja 8:24-25).

Yoas (2Raja 11:2).

Amazia (2Raja 14:1).

Azarya (2Raja 15:1).


Keterangan: Uzia (bahasa Yunani) = Azarya (bahasa Ibrani).


Jadi, Matius meloncati 3 orang yaitu Ahazia, Yoas dan Amazia.


b) Matius 1:11 mengatakan bahwa ‘Yosia memperanakkan Yekhonya’.

Sedangkan dalam kitab 2Raja-Raja:


Yosia

Elyakim / Yoyakim (2Raja 23:34)

Yoyakhin (2Raja 24:6)


Keterangan: Yekhonya (bahasa Yunani) = Yoyakhin (bahasa Ibrani).

Jadi, lagi-lagi Matius meloncati 1 orang, yaitu Elyakim / Yoyakim.

Sekalipun Matius meloncat-loncat, Matius tidak bisa dikatakan salah, karena di atas telah kita pelajari bahwa dalam Kitab Suci kata ‘memperanakkan’ bisa diterjemahkan ‘menurunkan’, dan kata ‘anak’ bisa diartikan ‘keturunan’.

Matius meloncat-loncat mungkin untuk mendapatkan Matius 1:17 - ‘ada 14 keturunan dari Abraham sampai Daud, ada 14 keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan 14 keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus’. Dengan demikian silsilah itu lebih mudah untuk diingat.

II) Arti / manfaat silsilah Tuhan Yesus ini bagi kita.

Pertama-tama perlu kita perhatikan bahwa dalam silsilah Yesus ini ada:

1) Nama-nama wanita: Tamar, Rahab, Rut, istri Uria, Maria (ay 3,5,6,16).

Perlu diketahui bahwa pada jaman itu wanita tidak dihargai, dan hal ini bisa terlihat dari:

a) Anak laki-laki Adam dan Hawa ada 3 yang disebutkan namanya dalam Kitab Suci, yaitu Kain, Habel dan Set. Adam dan Hawa masih mempunyai anak-anak lain, baik laki-laki maupun perempuan (Kej 5:4), tetapi tidak ada satupun anak perempuan Adam dan Hawa yang disebutkan namanya.

b) Ada 8 orang yang masuk dalam bahtera Nuh, dan dari 8 orang itu hanya 4 laki-laki yang diketahui namanya (yaitu Nuh, Sem, Ham dan Yafet), sedangkan yang 4 perempuan tidak disebutkan namanya.

c) Ayah Abraham disebutkan namanya, yaitu Terah (Kej 11:27), tetapi ibunya tidak disebutkan namanya.

d) Yakub punya 12 anak laki-laki dan 1 perempuan (disebutkan namanya yaitu Dina - Kej 30:21). Anak-anak yang laki-laki lalu menjadi suku-suku bangsa Israel, tetapi dari yang perempuan tidak terjadi suku bangsa apapun.

e) Nama saudara-saudara Yesus hanya disebutkan yang laki-laki, tetapi saudara-saudara yang perempuan tidak disebutkan namanya (Mat 13:55,56).

f) Dalam berbakti di Bait Allah, perempuan tidak boleh bercampur dengan laki-laki.

g) Juga, beberapa penafsir mengatakan bahwa orang Yahudi laki-laki setiap pagi menaikkan doa syukur karena dia tidak diciptakan sebagai hamba, orang kafir / non Yahudi, atau orang perempuan!

Karena itu, kalau dalam silsilah Yesus ini ada nama-nama perempuan, itu betul-betul merupakan suatu keanehan!

2) Nama-nama orang kafir / non Yahudi, yaitu Rut (ay 5), yang adalah orang Moab (bdk. Rut 1:4), dan Rahab (ay 5), yang adalah orang Yerikho / Kanaan (Yosua 2:1).

Pada jaman itu ada batasan yang sangat keras antara orang Yahudi dengan orang kafir / non Yahudi (bdk. Ulangan 7:1-4 Kis 10:28 Galatia 2:11-14). Orang kafir yang sudah masuk agama Yahudi sekalipun, kalau berbakti tidak boleh bercampur / bersama-sama dengan orang Yahudi.

Dengan bangsa Moab, bahkan ada batasan yang lebih keras lagi (Ul 23:3).

Karena itu, kalau dalam silsilah Yesus ini ada nama-nama orang kafir, bahkan satu diantaranya adalah orang Moab, itu betul-betul aneh!

3) Nama-nama orang jahat, yaitu:

a) Yehuda dan Tamar (ay 3), yang kebejatannya bisa saudara baca dalam Kej 38.

b) Rahab (ay 5), yang jelas adalah seorang pelacur (Yos 2:1).

c) Manasye (ay 10), yang kejahatannya bisa saudara baca dalam 2Raja 21:1-18.

d) Amon (ay 10), yang kejahatannya bisa saudara baca dalam 2Raja 21:19-26.

Pada jaman itu juga ada batasan yang keras sekali antara orang jahat dan orang baik (bdk. Mat 9:9-11 Luk 7:37-39). Orang Farisi pada jaman itu, kalau akan berpapasan dengan ‘orang berdosa’, memilih untuk berbelok dan menghindari ‘orang berdosa’ itu!

Karena itu, adanya nama-nama orang jahat dalam silsilah Yesus ini lagi-lagi merupakan suatu keanehan!

Adanya nama-nama perempuan, orang kafir dan orang jahat dalam silsilah Tuhan Yesus merupakan sesuatu yang aneh. Di atas telah kita pelajari bahwa Matius meloncat-loncat dalam menulis silsilah Tuhan Yesus. Kalau ia mau, ia bisa saja meloncati nama-nama perempuan, orang kafir, orang jahat itu. Tetapi ia tidak meloncati nama-nama itu. Pasti ia punya tujuan tertentu. Dia ingin menunjukkan bahwa dalam diri Tuhan Yesus, semua batasan / tembok pemisah telah dihancurkan! Semua yang ada di dalam Kristus adalah satu.

1Kor 12:13 - “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”.

Gal 3:28 - “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus”.

Ef 2:14-19 - “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah”.

Kol 3:11 - “dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu”.

Penerapan: Dalam Kristus tidak boleh ada batasan antara:

1. Laki-laki dan perempuan.

Ini tentu tidak boleh diartikan bahwa kita boleh melakukan free sex! Ini juga tidak boleh diartikan bahwa dalam keluarga, istri punya kedudukan yang setingkat dengan suami!

Artinya adalah: baik laki-laki maupun perempuan, kalau percaya kepada Yesus, sama-sama diampuni, sama-sama menjadi anak Allah, boleh berbakti bersama-sama dalam gereja, dan juga boleh sama-sama melayani Tuhan!

2. Bangsa / suku bangsa yang satu dengan yang lain.

Kita tidak boleh menganak-emaskan bangsa / suku bangsa kita sendiri, dan menganak-tirikan / menolak / merendahkan bangsa / suku bangsa tertentu dalam gereja. Adanya gereja yang boleh dikatakan menjadi ‘milik’ dari bangsa / suku bangsa tertentu, seperti GKJW, HKBP, GPIB, GKT, GKA, dsb, sebetulnya tidak salah, selama mereka tidak menolak orang dari bangsa / suku yang lain yang mau berbakti di gereja mereka. Tetapi ada gereja suku semacam itu yang dalam kebaktiannya menggunakan bahasa sukunya, tanpa diterjemahkan. Menurut saya ini salah, karena orang dari suku lain tidak akan bisa berbakti di sana, dan karena itu ini sama saja dengan mendirikan tembok pemisah.

3. Orang jahat dan orang baik.

Ingat bahwa sebetulnya di hadapan Allah kita semua adalah orang bejat yang penuh dosa. Jadi jangan merendahkan orang kristen yang berasal dari latar belakang yang gelap (seperti pelacur, penjahat, dsb). Kalau mereka ada di dalam Kristus, mereka harus kita anggap dan perlakukan sebagai saudara kita!

4. Orang tua dengan muda.

Ini memang tidak berarti bahwa orang muda boleh bersikap tidak sopan terhadap orang tua. Ini juga tidak berarti bahwa seorang kakek yang berusia 80 tahun diharuskan bergaul dengan remaja yang berusia 16 tahun dalam gereja. Tetapi bagaimanapun kita harus menyadari bahwa baik tua maupun muda adalah satu dalam Kristus. Jangan sampai orang tua menganggap rendah yang muda karena belum banyak makan asam garam, dan sebaliknya orang yang muda jangan menghina yang tua karena kolot dsb.

5. Orang kaya dengan orang miskin.

Gereja tidak boleh bersikap ramah terhadap orang kaya, tetapi acuh tak acuh terhadap yang miskin (bdk. Yakobus 2:1-4)! Orang kristen yang kaya tidak boleh merasa terhina kalau harus duduk di sebelah orang yang miskin dalam gereja. Jangan lupa bahwa Yesus dan rasul-rasul juga miskin! Sebaliknya, orang yang miskin juga tidak boleh merasa rendah diri dalam bergaul dengan orang yang kaya.

6. Majikan dengan pelayan / pegawai. Ini tidak boleh diartikan bahwa pelayan / pegawai boleh kurang ajar kepada majikan / tidak mentaati majikan. Dalam pekerjaan, mereka harus menghormati dan mentaati majikan, tetapi dalam gereja, mereka setingkat!

7. Persekutuan yang satu dengan yang lain, atau gereja yang satu dengan yang lain (bdk. Roma 15:25-26 1Kor 16:1-3). Adalah aneh, kalau ada gereja tertentu yang tidak mau memberikan surat atestasi ke gereja tertentu yang lain, dengan alasan tidak ada hubungan dengan gereja itu! Lebih-lebih pendeta / gereja yang melarang jemaatnya untuk pergi ke gereja lain, padahal gereja lain itu tidak mereka anggap sebagai gereja yang sesat! Bagaimana gereja-gereja tersebut bisa mengucapkan kata-kata ‘Gereja yang Kudus dan Am’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli, tetapi tetap bersikap seperti itu adalah sesuatu yang tidak bisa dimengerti!

8. Komisi yang satu dengan yang lain dalam gereja. Setiap anggota komisi / departemen dalam gereja harus sadar bahwa mereka berjuang bagi Tuhan, dan bukan bagi komisi / departemen masing-masing! Karena itu jangan lalu tidak mau tahu dengan komisi / departemen yang lain.

Batasan yang tetap dan bahkan harus ada adalah batasan antara orang yang ada di dalam Kristus dengan orang yang ada di luar Kristus:

a. 2Kor 6:14 memberikan larangan menikah antara orang yang percaya (kepada Kristus) dengan orang yang tidak percaya (kepada Kristus).

b. Efesus 5:5-7 (bdk. 1Korintus 5:9-13) menunjukkan bahwa kita tidak boleh sembarangan bergaul dengan orang yang tidak percaya. Kita boleh bergaul untuk memberitakan Injil kepada mereka dan kita harus mempengaruhi mereka, bukan dipengaruhi oleh mereka.

c. Gereja yang sesat, nabi palsu, orang kristen KTP adalah orang yang di luar Kristus. Karena itu, orang kristen yang sejati tidak boleh menganggap dirinya satu dengan mereka.

-oOo-

MATIUS 1:18-25

I) ‘Orang tua’ Yesus.

1) Mereka bertunangan (Matius 1: 18).

Matius 1: 18 yang menunjukkan bahwa mereka masih ada dalam keadaan bertunangan / belum menikah, sesuai dengan:

a) Ay 20b yang menunjukkan bahwa malaikat itu berkata supaya Yusuf tidak takut mengambil Maria sebagai istri.

b) Matius 1: 24 yang menunjukkan ketaatan Yusuf terhadap Firman yang disampaikan oleh malaikat, dimana ia lalu mengambil Maria sebagai istrinya.

Tetapi dalam Matius 1: 19 dimana Yusuf disebut ‘suami’ dan Maria disebut ‘istri’, dan juga dari istilah ‘menceraikan’, kelihatannya mereka sudah menikah.

Hal-hal yang kelihatannya bertentangan ini bisa dimengerti dan diharmoniskan kalau kita mengerti tradisi di tempat itu pada jaman itu.

Dalam tradisi mereka ada beberapa tahap menuju pernikahan:

1. Pertunangan I (engagement).

Pertunangan I ini terjadi pada waktu dua orang yang dipertunangkan itu masih kecil, dimana mereka dipertunangkan oleh orang tua mereka, dan mereka belum saling kenal. Pertunangan I ini bisa dibatalkan.

2. Pertunangan II (bethrotal).

Pertunangan II ini terjadi setelah dua orang tadi sudah cukup umur. Pada saat pertunangan II ini mereka sudah disebut ‘suami istri’, tetapi mereka belum tinggal bersama dan mereka belum boleh melakukan hubungan sex.

Bandingkan dengan:

a. Ul 20:7 - “Dan siapa telah bertunangan dengan seorang perempuan, tetapi belum mengawininya? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang lain yang mengawininya”.

b. Ul 22:23-24 - “(23) Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan - jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, (24) maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”.

Perhatikan bahwa dalam ay 23nya disebutkan ‘bertunangan’ tetapi dalam ay 24nya disebut sebagai ‘istri’.

Dalam tradisi Yahudi saat itu, pemutusan pertunangan II ini dianggap sebagai perceraian dan dianggap sebagai dosa. Pertunangan II ini hanya berlangsung 1 tahun.

3. Pernikahan.

Pada saat itu, Yusuf dan Maria ada pada masa pertunangan II dan karena itu ay 18 tidak bertentangan dengan ay 19,20,24.

Spurgeon: “There was no other way of his being born; for had he been of a sinful father, how should he have possessed a sinless nature? He is born of a woman, that he might be human; but not by man, that he might not be sinful.” [= Tidak ada jalan lain tentang kelahiranNya; karena seandainya Ia ada dari seorang ayah yang berdosa, bagaimana Ia bisa mempunyai hakekat yang tak berdosa? Ia dilahirkan dari seorang perempuan, supaya Ia bisa menjadi manusia; tetapi bukan oleh laki-laki, supaya Ia bisa tidak berdosa.] - ‘A Popular Exposition to the Gospel According to Matthew’, hal 15.

2) Mereka (‘orang tua’ Yesus) adalah orang-orang yang saleh.

a) Yusuf.

Ia adalah seorang yang:

1. Tulus hati (benar), tidak mau mencemarkan nama Maria (Matius 1: 19).

Ada penafsir-penafsir yang beranggapan bahwa Yusuf pasti mendapat penjelasan dari Maria tentang bayi dalam kandungan itu. Juga pada waktu Elisabet menyebut Maria sebagai ‘ibu Tuhanku’ (Luk 1:42-45), itu pasti diceritakan oleh Maria kepada Yusuf. 

Jadi Yusuf mau menceraikan Maria, karena ia takut untuk mempunyai istri yang bakal melahirkan Mesias / Anak Allah. Ia merasa tak layak jadi suami Maria. Karena itu malaikat mengatakan ‘jangan engkau takut untuk mengambil Maria sebagai isterimu’ (Mat 1:20b) kepada Yusuf.

Tetapi berdasarkan apa yang ada dalam ay 19 ini menurut saya penafsiran itu tak masuk akal.

Matius 1: 19 (NIV): ‘Because Joseph her husband was a righteous man and did not want to expose her to public disgrace, he had in mind to divorce her quietly’ (= Karena Yusuf suaminya adalah orang yang benar dan tidak mau menyingkapkan dia menjadi aib umum, ia berpikir untuk menceraikannya dengan diam-diam).

Ay 19 (KJV): ‘Then Joseph her husband, being a just man, and not

willing to make her a publick example, was minded to put her away privily’ (= Maka Yusuf suaminya, yang adalah seorang yang benar, dan tidak mau membuatnya sebuah contoh umum / bagi masyarakat, bermaksud untuk menyingkirkannya dengan diam-diam).

Perhatikan bagian yang saya garis bawahi itu dari terjemahan KJV itu. Yusuf sebetulnya berhak, bukan hanya untuk menceraikan Maria, tetapi bahkan membuatnya dijatuhi hukuman mati (bdk. Ul 22:23-24 Im 20:10 Yoh 8:5), dan dengan demikian menjadikan Maria contoh bagi masyarakat untuk tidak melakukan perzinahan.

Matthew Henry: “Bringing her to punishment is here called making her a public example; which shows what is the end to be aimed at in punishment - the giving of warning to others” [= Membawanya kepada hukuman di sini disebut membuatnya sebagai contoh umum / bagi masyarakat; yang menunjukkan apa tujuan yang dituju dalam hukuman itu - pemberian peringatan bagi yang lain].

Tetapi Yusuf tak mau melakukan hal itu. Kalaupun Yusuf tak mau mengusahakan hukuman mati untuk Maria, ia sebetulnya bisa merusak nama baik Maria (Perhatikan bagian yang saya garis bawahi dari terjemahan NIV di atas). Dan memang sakit hati karena merasa dikhianati oleh pacar / tunangan adalah sesuatu yang sangat sering menyebabkan seseorang lalu merusak nama baik pacar / tunangan yang tadinya ia cintai, apalagi kalau ia sudah mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan dengan pacarnya itu. 

Tetapi Yusuf, sekalipun merasa dikhianati dan sudah mengambil keputusan untuk menceraikan Maria, tidak mau mencemarkan nama Maria. Karena itulah maka ia bermaksud menceraikan Maria dengan diam-diam. Seandainya Yusuf itu tukang gossip / fitnah seperti banyak orang Kristen jaman sekarang, mungkin Maria akan begitu stress sehingga keguguran! Dan kalau demikian, tidak akan ada Juruselamat bagi saudara dan saya!

Penerapan: apakah saudara sering merusak nama baik seseorang melalui penyebaran gossip / fitnah?

Bdk. Matius 10:27 - “Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah”.

Ayat ini berlaku untuk firman Tuhan! Tetapi banyak orang memberlakukannya untuk gossip / fitnah!

2. Tidak gegabah.

Ini terlihat dari Matius 1: 20 dimana ia ‘mempertimbangkan’ maksudnya untuk menceraikan Maria.

Penerapan: apakah saudara sering melakukan hal-hal tertentu dengan gegabah / tidak berpikir panjang? Mungkin dalam hal melampiaskan emosi / kemarahan saudara, atau dalam hal membeli barang, atau dalam hal menerima / menolak suatu ajaran / praktek. Kalau ya, perhatikanlah Amsal 19:2b yang berbunyi: ‘orang yang tergesa-gesa akan salah langkah’.

Matthew Henry: “While he thought on these things and knew not what to determine, God graciously directed him what to do, ... Note, Those who would have direction from God must think on things themselves, and consult with themselves. It is the thoughtful, not the unthinking, whom God will guide. When he was at a loss, and had carried the matter as far as he could in his own thoughts, then God came in with advice” [= Sementara ia memikirkan hal-hal ini dan tidak tahu apa yang harus ia putuskan, Allah dengan murah hati mengarahkan dia pada apa yang harus ia lakukan, ... Perhatikan, Mereka yang menginginkan petunjuk dari Allah harus memikirkan sendiri tentang hal-hal itu, dan berkonsultasi dengan diri mereka sendiri. Adalah orang-orang yang berpikir, bukan orang-orang yang tak berpikir, yang akan dibimbing oleh Allah. Pada waktu ia sedang tidak mengerti, dan telah membawa persoalan itu sejauh mungkin dalam pikirannya sendiri, maka Allah datang dengan nasehat].

3. Ia percaya pada Firman Tuhan, yang disampaikan malaikat Tuhan kepadanya melalui mimpi (ay 20-24).

Ada beberapa hal yang perlu dibahas di sini:

a. Ia mendapat petunjuk dari Tuhan melalui mimpi; ini terjadi pada saat yang paling genting.

Jamieson, Fausset & Brown: “As he brooded over the matter alone, in the stillness of the night, his domestic prospects darkened and his happiness blasted for life, his mind slowly making itself up to the painful step, yet planning how to do it in the way least offensive - at the last extremity the Lord Himself interposes” [= Sementara ia memikirkan persoalan itu sendirian, dalam keheningan malam, prospek rumah tangganya menggelap dan kebahagiaan hidupnya hancur, pikirannya secara perlahan-lahan memutuskan langkah yang menyakitkan, tetapi merencanakannya untuk melakukannya dengan cara yang paling tidak menyakitkan hati - pada kebutuhan / bahaya extrim yang terakhir, Tuhan sendiri campur tangan].

b. Tidak semua / sembarang mimpi bisa dianggap sebagai petunjuk dari Tuhan!

Calvin: “we must understand that dreams of this sort differ widely from natural dreams; for they have a character of certainty engraven on them, and are impressed with a divine seal, so that there is not the slightest doubt of their truth. ... the dreams which come from God are accompanied by the testimony of the Spirit, which puts beyond a doubt that it is God who speaks” [= kita harus mengerti bahwa mimpi dari jenis ini sangat berbeda dengan mimpi biasa; karena mimpi ini mempunyai sifat yang pasti terukir padanya, dan dibuat menjadi berkesan dengan suatu meterai ilahi, sehingga tidak ada keraguan sedikitpun tentang kebenarannya. ... mimpi yang datang dari Allah disertai oleh kesaksian Roh, yang membuat orangnya tidak ragu-ragu bahwa Allahlah yang berbicara] - hal 96-97.

c. Sekalipun Allah tidak / jarang menggunakan cara memimpin seperti ini pada jaman sekarang, tetapi Ia tetap bisa dan mau memimpin kita.

Matthew Henry: “Extraordinary direction like this we are not now to expect; but God has still ways of making known his mind in doubtful cases, by hints of providence, debates of conscience, and advice of faithful friends; by each of these, applying the general rules of the written word, we should, therefore, in all the steps of our life, particularly the great turns of it, such as this of Joseph’s, take direction from God, and we shall find it safe and comfortable to do as he bids us” [= Pengarahan yang luar biasa seperti ini tidak boleh kita harapkan sekarang; tetapi Allah tetap mempunyai cara-cara untuk menyatakan pikiranNya dalam kasus-kasus yang meragukan, oleh petunjuk-petunjuk dari providensia, perdebatan hati nurani, dan nasehat dari teman-teman yang setia; karena itu, dengan menerapkan peraturan umum dari firman tertulis pada setiap hal-hal ini, kita harus, dalam semua langkah dari kehidupan kita, khususnya pada belokan / perubahan yang besar darinya, seperti dalam kasus Yusuf ini, mendapatkan pimpinan dari Allah, dan kita akan mendapatkan bahwa apa yang Ia minta dari kita adalah aman dan menyenangkan / enak untuk dilakukan].

d. Kata-kata malaikat dalam mimpi itu sebetulnya amat tidak masuk akal. Coba renungkan: andaikata saudara menjadi Yusuf, dimana tunangan saudara tahu-tahu menjadi hamil, apakah saudara bisa mempercayai kata-kata malaikat yang menyatakan bahwa kehamilan itu dari Roh Kudus (ay 20b)? Hebatnya, Yusuf percaya pada Firman Tuhan yang disampaikan oleh malaikat itu.

Penerapan: Tuhan sering memberi Firman yang sukar diterima oleh akal. Misalnya:

bahwa Ia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk menda-tangkan kebaikan bagi anak-anakNya (Ro 8:28). Kadang-kadang tidak terlalu sukar mempercayai hal ini, tetapi kadang-kadang problem yang kita alami begitu banyak, berat dan membingungkan, dan bahkan kelihatannya berakibat negatif terhadap diri kita dan kerohanian kita. Pada saat seperti itu Ro 8:28 kelihatannya amat tidak masuk akal. Maukah saudara tetap mempercayainya?

bahwa Ia selalu mau mengampuni dosa kita yang percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat kita (1Yoh 1:9). Kadang-kadang tidak sukar bagi kita untuk percaya pada hal ini. Tetapi pada saat-saat tertentu, misalnya pada waktu kita melakukan dosa yang sangat hebat / terkutuk, atau pada saat kita melakukan dosa yang sama berulang-ulang hingga ribuan kali (karena itu merupakan kelemahan kita), maka sukar bagi kita untuk percaya bahwa Allah tetap mau mengampuni dosa itu. Pada saat seperti itu maukah saudara percaya pada Firman yang ‘tak masuk akal’ itu?

4. Ia taat pada Firman Tuhan (Matius 1: 24-25).

Hal-hal yang perlu disoroti tentang ketaatannya:

a. Ia taat secara langsung / tidak menunda (Matius 1: 24).

Renungkan: apakah saudara juga selalu taat secara langsung, atau apakah saudara sering menunda ketaatan saudara? Mungkin dalam hal menyerahkan diri untuk dibaptis, atau dalam hal melayani Tuhan / memberitakan Injil, atau dalam hal memberikan persembahan persepuluhan?

b. Yusuf menikah dengan Maria.

Kata-kata dalam ay 24 akhir yang mengatakan bahwa Yusuf ‘mengambil Maria sebagai istrinya’, jelas menunjuk pada per-nikahan Yusuf dan Maria. Ini perlu ditekankan untuk mengha-dapi ajaran gila dari Pdt. Yusuf Roni, yang begitu menekankan keperawanan abadi dari Maria, sehingga mengatakan bahwa Yusuf dan Maria tidak pernah menikah, dan bahkan menantang pendengarnya untuk menunjukkan di Kitab Suci bagian mana Yusuf dan Maria pernah menikah! Rupa-rupanya dia tidak pernah membaca bagian Kitab Suci ini!

c. Ia tidak malu mengambil Maria sebagai istri, padahal Maria sudah mengandung sebelum mereka menikah, dan Maria tidak mengandung dari dia. Apakah ia tidak mempertimbangkan apa kata para tetangga, keluarga, dan teman kalau mereka melihat bahwa Maria melahirkan anak sekalipun baru menikah selama 5 bulan?

Renungkan: apakah saudara sering tidak mentaati Firman Tuhan karena malu? Apakah saudara sering tidak memberita-kan Injil karena malu?

d. Ia rela untuk tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir (ay 25). Tidak adanya persetubuhan sampai Yesus lahir merupakan sesuatu yang penting karena perempuan yang melahirkan Yesus haruslah seorang perawan. Bandingkan ay 23 dengan Yes 7:14. Dan ‘menikah, tetapi tidak bersetubuh’ jelas merupakan sesuatu pengorbanan! Tetapi Yusuf rela mengalami semua itu!

Renungkan: apakah saudara mau mentaati Firman Tuhan kalau hal itu membutuhkan pengorbanan? Apakah saudara tetap ke gereja sekalipun hujan? Apakah saudara tetap ke gereja kalau tidak ada kendaraan sehingga harus mengeluarkan ongkos taxi?

e. Ia menamakan anak itu Yesus sesuai dengan Firman yang disampaikan oleh malaikat (ay 23-25).

b) Maria.

Ia mau dipakai oleh Tuhan untuk mengandung dan melahirkan Yesus (Luk 1:38), padahal jelas semua ini akan menimbulkan salah penger-tian dari banyak orang, termasuk dari Yusuf, dan bahkan pasti akan menimbulkan banyak ejekan dan hinaan kepadanya. Ini menunjukkan kerelaan Maria dalam berkorban bagi Tuhan.

Penerapan: Tuhan tidak bisa dan tidak mau memakai orang yang tidak mau berkorban bagi Dia. Kalau saudara merasa sukar / berat untuk berkorban bagi Tuhan, renungkan penderitaan dan pengorbanan yang Yesus sudah lakukan bagi saudara pada waktu Ia menebus dosa saudara di atas kayu salib. Kalau Ia sudah berkorban seperti itu bagi saudara, sudah seharusnya saudarapun mau berkorban bagi Dia!

c) Yusuf dan Maria adalah orang-orang yang saleh, tapi mereka sama sekali bukan orang suci!

Kitab Suci memang sering menceritakan tentang orang yang saleh, yang bahkan dikatakan tidak bercela, seperti Nuh (Kej 6:9), Ayub (Ayub 1:1,8 2:3), Zakharia dan Elisabet (Luk 1:6), dsb. Tetapi kalau Kitab Suci mengatakan bahwa mereka itu saleh, maksudnya bukanlah bahwa mereka itu suci / tanpa dosa, tetapi saleh dalam perbandingan dengan orang-orang lain. Tetapi kalau kehidupan mereka dibanding-kan dengan kehidupan Yesus, atau dengan Firman Tuhan, maka jelas bahwa mereka adalah orang-orang yang berdosa, sesuai dengan ayat-ayat seperti:

1. Pengkhotbah 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.

2. Roma 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

Tetapi perlu diketahui bahwa tentang Yusuf maupun Maria, Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa mereka itu suci atau tidak bercela.

Orang sering menganggap bahwa Maria harus suci supaya Yesus bisa lahir suci. Tetapi ini salah karena:

a. Kesucian Yesus terjadi karena pekerjaan Roh Kudus (lihat point II, 4 di bawah), bukan karena kesucian Maria.

b. Kalau supaya Yesus suci Maria harus suci, maka konsekwensinya adalah: supaya Maria suci, kedua orang tua Maria harus suci. Dan supaya kedua orang tua Maria harus suci, maka keempat kakek nenek Maria juga harus suci. Kalau ini diteruskan, akhirnya Adam dan Hawapun juga harus suci! Ini jelas adalah hal yang ber-tentangan dengan Kitab Suci, yang orang Katolikpun pasti tidak mau menerimanya. Tetapi kalau mereka menolak ini, mereka menjadi tidak konsisten.

d) Ketaatan mereka menyebabkan penderitaan tetapi dari situ timbul kemuliaan / kebahagiaan (bdk. Luk 1:46-49). Kehidupan Kristus sendiri juga demikian. Ia harus melalui penderitaan dan salib, dan setelah itu baru timbul kebangkitan dan kemuliaan. Itu juga jalan yang harus kita tempuh. Ketaatan dan pelayanan yang harus kita lakukan demi Tuhan pasti membawa penderitaan, tapi akhirnya membawa kemuliaan bagi kita. Bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:

1. Roma 8:18 - “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.

2. 2Korintus 4:17 - “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”.

Kalau dalam 2Kor 4:17 Paulus menyebutkan ‘penderitaan ringan’, itu bukan karena penderitaannya betul-betul ringan (bdk. 2Kor 1:8b-9a yang menunjukkan hebatnya penderitaan Paulus), tetapi hanya dalam perbandingan dengan besarnya kemuliaan yang menantikan dia.

Penerapan:

a. Semua ini menunjukkan bahwa ajaran Theologia Kemakmuran dan sejenisnya yang banyak diajarkan oleh gereja-gereja / pendeta-pendeta jaman sekarang, adalah tidak benar. Kitab Suci tidak pernah mengajarkan bahwa kalau kita ikut Yesus maka kita akan jadi kaya, sukses, bebas dari semua problem, dsb.

b. Kalau saudara banyak mengalami penderitaan, janganlah kecewa dan putus asa. Bertekunlah dan bersabarlah dalam menghadapi kesukaran itu, karena ada saatnya kemuliaan yang Tuhan janjikan akan menjadi milik saudara.

3) Kehidupan mereka setelah kelahiran Yesus.

Mereka hidup seperti suami istri biasa, dan mereka pasti juga melakukan hubungan sex dan memperoleh anak-anak dari pernikahan itu. Ini terlihat dari:

a) Matius 1: 24-25 mengatakan bahwa mereka tidak bersetubuh ‘sampai Yesus lahir’. Secara implicit ini menunjukkan bahwa setelah Yesus lahir, mereka melakukan persetubuhan itu.

Illustrasi: kalau dikatakan bahwa anak saudara libur sampai tanggal 5 Januari 1997, maka itu berarti bahwa setelah itu mereka tidak lagi libur.

Tasker (Tyndale): “The prima facie meaning of this verse would seem to be that after Mary’s firstborn son was born Joseph had normal sexual intercourse with her; and, as McNeile points out, the Greek construction used here ‘always implies in the New Testament that the negatived action did, or will, take place after the point of time indicated by the particle’” [= Arti yang utama / kuat dari ayat ini kelihatannya adalah bahwa setelah kelahiran anak sulung Maria, Yusuf melakukan hubungan sex yang normal dengannya; dan seperti ditunjukkan oleh McNeile, konstruksi bahasa Yunani yang digunakan di sini “selalu menunjukkan dalam Perjanjian Baru bahwa tindakan yang bertentangan terjadi, atau akan terjadi setelah saat yang ditunjukkan oleh kata ‘sampai’”] - ‘The Gospel According to St. Matthew’, hal 36.

A. T. Robertson: “Joseph lived in continence with Mary till the birth of Jesus. Matthew does not say that Mary bore no other children than Jesus. ‘Her firstborn’ is not genuine here, but is a part of the text in Luke 2:7. The perpetual virginity of Mary is not taught here. Jesus had brothers and sisters and the natural meaning is that they were younger children of Joseph and Mary and not children of Joseph by a previous marriage” [= Yusuf hidup dalam pertarakan dengan Maria sampai kelahiran Yesus. Matius tidak mengatakan bahwa Maria tidak melahirkan anak-anak selain Yesus. Kata-kata ‘yang sulung’ di sini tidak merupakan bagian asli / orisinil, tetapi merupakan bagian dari text dalam Luk 2:7. Keperawanan abadi dari Maria tidak diajarkan di sini. Yesus mempunyai saudara-saudara laki-laki dan perempuan dan arti yang wajar adalah bahwa mereka adalah anak-anak yang lebih muda dari Yusuf dan Maria dan bukan anak-anak Yusuf dari pernikahan sebelumnya] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 1, hal 12-13.

Catatan: A. T. Robertson memberikan penafsiran berdasarkan versi KJV, yang mempunyai tambahan kata-kata ‘yang sulung’.

Matius 1: 25 (KJV): ‘And knew her not till she had brought forth her firstborn son: and he called his name JESUS’ (= Dan tidak mengenalnya sampai ia telah melahirkan anaknya yang sulung: dan ia menamakanNya Yesus).

Jawaban dari pihak Katolik:

Kata ‘until’ / ‘sampai’ tak selalu diartikan demikian.

1Korintus 15:25 - “Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya”.

Ini tentu tak berarti bahwa setelah Allah meletakkan semua musuh Yesus di bawah kakiNya, Yesus berhenti memerintah sebagai Raja.

1Tim 4:13 - “Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar”.

Ini juga tentu tak berarti bahwa pada saat Paulus datang, Timotius tak perlu lagi bertekun membaca Kitab Suci.

Jawaban balik dari saya:

Kalaupun kata ‘until’ bisa digunakan seperti itu, tentu juga bisa digunakan seperti yang saya berikan di atas, seperti dalam:

Mat 2:15 - “dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Dari Mesir Kupanggil AnakKu.’”.

Di sini jelas bahwa Yusuf dan Maria tidak terus tinggal di sana setelah Herodes mati.

Matius 11:13 - “Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes”.

Catatan: kata Yunani yang digunakan untuk kata ‘hingga’ dalam kedua ayat di atas ini sama dengan yang digunakan untuk kata ‘sampai’.

b) Lukas 2:7 mengatakan bahwa Yesus adalah ‘anak sulung’.

Memang bisa saja bahwa Yesus adalah anak sulung dan sekaligus anak tunggal. Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa kata ‘sulung’ tidak harus diartikan bahwa ada adik-adiknya. Artinya hanyalah bahwa ‘tidak ada yang dilahirkan oleh ibunya sebelum dia’. Jadi bisa saja anak tunggal. Tetapi Mat 13:55-56 menceritakan adanya saudara-saudara Yesus, sehingga penafsiran yang logis adalah bahwa saudara-saudara Yesus itu adalah anak-anak Yusuf dan Maria setelah kelahiran Yesus, seperti yang dikatakan oleh A. T. Robertson di atas.

Maz 69 jelas adalah mazmur tentang Mesias (baca seluruh mazmur itu), dan dalam ay 9 dikatakan: “Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku”. Ayat ini terbagi dalam 2 bagian paralel dan sama artinya. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa ‘saudara-saudaraku’ adalah ‘anak-anak ibuku’.

c) Hubungan sex antara suami istri adalah sesuatu yang diharuskan oleh Tuhan (Amsal 5:18,19 1Kor 7:3-5). Jadi, tidak mungkin Tuhan menyuruh Yusuf menikahi Maria tetapi melarangnya bersetubuh dengan Maria sampai selama-lamanya.

d) Keperawan Maria hanya dibutuhkan sampai Yesus lahir, tetapi setelah itu tidak dibutuhkan lagi. Dan tidak ada satu ayatpun yang mendukung doktrin keperawanan abadi dari Maria. Ini hanyalah suatu dogma yang muncul dari orang-orang yang sentimentil!

Karena itu, menyebut / menganggap Maria sebagai ‘perawan yang abadi’ seperti yang dilakukan oleh kalangan Roma Katolik, dan juga oleh Gereja Orthodox Syria (Bambang Noorsena, Jusuf Roni, dsb), jelas merupakan sesuatu yang tidak Alkitabiah!

Catatan: Kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang perbedaan pandangan Roma Katolik dan Kristen Protestan tentang Maria, bacalah buku saya yang berjudul ‘Roma Katolik versus Kristen Protestan’.

II) Kelahiran / Inkarnasi Tuhan Yesus.

1) Inkarnasi berbeda dengan reinkarnasi.

Kekristenan percaya adanya inkarnasi, yaitu pada waktu Yesus yang adalah Allah itu menjadi manusia. Tetapi kekristenan menolak adanya reinkarnasi, karena hal itu jelas bertentangan dengan Ibr 9:27 yang berbunyi: “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, ...”.

Kalau reinkarnasi itu memang ada, maka manusia tidak mungkin ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, tetapi banyak kali.

Saya pernah membaca di surat kabar tentang suatu keluarga yang mempunyai anak kecil. Mula-mula anak kecil itu normal, tetapi setelah ia mulai bisa bicara, maka ia mulai berbicara tentang masa lalunya, baik tempat tinggalnya, namanya, kematiannya, dsb. Mula-mula orang tuanya tidak menggubris hal itu, tetapi karena anak itu terus berbicara tentang hal itu, mereka menjadi penasaran dan lalu menyelidiki ke tempat yang diceritakan oleh anak kecil itu. Ternyata memang cerita anak itu benar. Sekarang pertanyaannya: apakah peristiwa ini membuktikan adanya reinkarnasi? Saya berpendapat jawabannya adalah ‘tidak’! Mungkin se-kali orang yang mati itu mempunyai kuasa gelap / kerasukan setan, dan pada waktu ia mati, setannya pindah kepada anak kecil itu, sehingga segala informasi tentang orang yang mati itu lalu dimiliki oleh anak kecil itu.

2) Inkarnasi berbeda dengan kelahiran, sekalipun inkarnasi terjadi melalui kelahiran.

Perbedaannya adalah:

a) Inkarnasi adalah tindakan aktif; kelahiran adalah tindakan pasif.

b) Inkarnasi menunjukkan pre-existence (= keberadaan sebelumnya); ke-lahiran tidak.

3) Pada saat inkarnasi, Allah menjadi manusia.

Perlu kita ingat bahwa kata ‘menjadi’ ini bisa digunakan dalam 2 arti:

Kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.

Kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 dan selanjutnya saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta.

Kalau kita berbicara tentang ‘Allah yang menjadi manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Jadi, pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang / tidak berkurang sedikitpun, tetapi Ia justru ketambahan hakekat manusia pada diriNya. Karena itu kita mempercayai bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, atau dengan kata lain, Ia adalah 100 % Allah dan 100 % manusia. Ini memang merupakan sesuatu yang melampaui akal kita, tetapi perlu kita ingat bahwa Yesus / Allah memang melampaui akal kita. Ajaran tentang Allah (Kristologi maupun doktrin Allah Tritunggal) yang masuk akal dan bisa dimengerti sepenuhnya, justru adalah ajaran yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin otak / akal kita yang terbatas bisa mengerti sepenuhnya Allah yang tidak terbatas?

4) Yesus dilahirkan oleh Maria yang mengandung dari Roh Kudus (ay 18, 21,25). Beberapa hal yang perlu dibahas:

a) Dalam ay 23 versi KJV/RSV dikatakan ‘a virgin’ (= seorang perawan), tetapi yang benar adalah seperti dalam NIV/NASB, yaitu ‘the virgin’ (= sang perawan).

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Behold, a virgin.’ - it should be ‘the virgin’ (HEE PARTHENOS, exactly as in the Hebrew, HAA`ALMAAH); meaning that particular virgin destined to this unparalleled distinction” [= ‘Lihatlah, seorang perawan’. - itu seharusnya adalah ‘sang perawan’ (HEE PARTHENOS, persis seperti dalam bahasa Ibrani, HAA`ALMAAH); yang berarti perawan yang khusus / tertentu yang ditentukan pada pembedaan yang tidak ada taranya ini].

b) Yesus memang adalah anak Maria, tetapi Ia bukanlah anak Yusuf. Kalau Ia adalah anak Yusuf dan Maria, maka:

1. Ia bukanlah Allah dan manusia, tetapi manusia biasa.

2. Pastilah Ia lahir sebagai orang yang berdosa, dan kalau Ia berdosa maka Ia tidak bisa menebus dosa kita.

Karena itu, doktrin kristen tentang ‘Virgin Birth’ [= kelahiran Yesus dari seorang perawan] adalah doktrin dasar yang sangat penting dan harus dipertahankan. Tetapi sekarang banyak gereja / pendeta Liberal yang sudah meninggalkan doktrin ini, padahal dengan meninggalkan doktrin ini, mereka sudah meninggalkan kekristenan.

Contoh: William Barclay yang memberikan komentar sebagai berikut : “This passage tells us how Jesus was born by the action of the Holy Spirit. It tells us what we call the Virgin Birth. This is a doctrine which presents us with many difficulties; and our Church does not compel us to accept it in the literal and the physical sense. This is one of the doctrines on which the Church says that we have full liberty to come to our own conclusion. ... what it stresses is not so much that Jesus was born of a woman who was a virgin, as that the birth of Jesus is the work of the Holy Spirit” [= Text ini memberi tahu kita bagaimana Yesus dilahirkan oleh tindakan dari Roh Kudus. Ini memberi tahu kita tentang apa kita sebut kelahiran dari perawan. Ini adalah ajaran yang memberikan kepada kita banyak kesukaran; dan gereja kami / kita tidak memaksa kita untuk menerimanya dalam arti hurufiah dan fisik. Ini adalah salah satu dari ajaran-ajaran tentang mana Gereja mengatakan bahwa kita mempunyai kebebasan penuh untuk menyimpulkannya sendiri. ... apa yang ditekankannya bukanlah bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang perempuan yang adalah seorang perawan, tetapi bahwa kelahiran Yesus merupakan pekerjaan dari Roh Kudus] - ‘The Gospel of Mathhew’, hal 20.

Ini jelas merupakan penafsiran sesat yang sama sekali tidak meng-hargai otoritas Kitab Suci, dan ini menunjukkan kesesatan William Barclay! Gereja manapun yang tidak mengharuskan doktrin kelahiran Yesus dari seorang perawan, adalah gereja yang sesat!

c) ‘Maria mengandung dari Roh Kudus’ bukan berarti bahwa Allah / Roh Kudus melakukan hubungan sex dengan Maria dan menyebabkannya mengandung melalui hubungan sex itu. Dalam dongeng-dongeng kafir kita sering membaca tentang dewa yang berhubungan sex dengan manusia sehingga mempunyai anak. Tetapi kekristenan tidak meng-ajarkan hal seperti itu. ‘Maria mengandung dari Roh Kudus’, artinya Roh Kudus melakukan suatu mujijat sehingga perawan Maria itu mengandung tanpa hubungan sex dengan siapapun.

d) Bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus, ini belum menjamin bahwa Yesus bisa lahir suci (Yoh 3:6 Ayub 25:4). Yesus bisa suci karena sejak saat pertama Ia ada dalam kandungan Maria, Roh Kudus sudah menguduskanNya / menyucikanNya dan Roh Kudus terus menjaga / menguasai Dia sehingga Dia tidak bisa berbuat dosa (Yes 11:2 Lukas 1:35 Yoh 1:14 Yohanes 3:34 Ibrani 9:14).

Karena itu jelas bahwa Maria tidak harus suci supaya Kristus suci. Kesucian Kristus disebabkan oleh pekerjaan Roh Kudus, bukan oleh kesucian Maria!

5) Kelahiran Yesus dari perawan Maria merupakan penggenapan dari Yesaya 7:14.

a) Ada yang berpendapat (misalnya Calvin) bahwa kelahiran Kristus adalah satu-satunya penggenapan Yes 7:14 dan ada pula yang beranggapan bahwa Yes 7:14 mempunyai 2 penggenapan; yang pertama dalam kelahiran anak Yesaya (Yes 8:3-4) dan yang kedua dalam kelahiran Yesus Kristus. Saya setuju dengan pandangan Calvin.

b) Ada yang menganggap bahwa Yesaya 7:14 tidak mengatakan ‘perawan’ tetapi ‘perempuan muda’. Tetapi Calvin membantah anggapan ini dan menganggapnya tidak meyakinkan, dan Calvin menambahkan:

1. Yesaya menyebut hal itu sebagai ‘tanda’, yaitu mujijat. Kalau itu hanya berupa seorang perempuan muda yang akan mengandung dan melahirkan, lalu dimana mujijatnya?

2. Juga, mengapa hanya dikatakan bahwa seorang perempuan muda akan mengandung dan melahirkan, tanpa disebutkan laki-laki atau suaminya? Ini pasti menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ‘perawan’ bukan ‘perempuan muda’.

6) Saat dan tempat kelahiran Kristus tidak diketahui dengan pasti.

Saat dan tempat kelahiran Kristus tidak penting. Yang penting adalah fakta bahwa Yesus Kristus, Juruselamat dunia, sudah lahir! Karena itu janganlah fanatik dengan tanggal 25 Desember pada waktu saudara merayakan Natal.

III) Tujuan kedatangan Tuhan Yesus.

Ada banyak tujuan kedatangan Yesus ke dalam dunia, seperti memberitakan Injil / Firman Tuhan, memberikan teladan hidup, dsb.

Tetapi tujuan utama kedatangan Yesus ke dalam dunia ini dinyatakan dalam ay 21b: “... Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka”. Ada 2 hal yang perlu disoroti / ditekankan:

1) Kata ‘Dia’ yang saya garis bawahi dalam bahasa Yunaninya ditekankan. Mengapa perlu ditekankan? Mungkin karena Tuhan tahu bahwa orang sering mengganti Yesus dengan hal-hal yang berhubungan dengan Yesus, seperti gereja, baptisan, perbuatan baik, dan sebagainya. Tidak, semua itu tidak bisa menyelamatkan! Hanya Dia, Yesus, yang bisa menyelamatkan kita dari dosa / hukuman dosa! Secara tidak langsung ini juga menunjukkan bahwa kalau Yesus tidak datang, maka umat manusia tidak akan bisa selamat.

2) Kata-kata ‘dari dosa mereka’, menunjukkan bahwa dalam beriman kepada Yesus, saudara harus percaya kepadaNya sebagai Juruselamat dosa, bukan sekedar sebagai pelaku mujijat, teladan, pemberi berkat, penyembuh penyakit dsb.

Bdk. 1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

Demikian juga dalam penginjilan, hal inilah yang harus saudara tekankan! Kalau dalam penginjilan saudara terus berbicara tentang kesembuhan ilahi / mujijat, maka saudara akan menghasilkan ‘petobat’ yang hanya percaya kepada Yesus sebagai dokter / penyembuh / pelaku mujijat. Itu tidak menyelamatkan dia! Tetapi kalau dalam penginjilan saudara menceritakan kematian Kristus untuk menebus dosa, maka saudara akan menghasilkan petobat sejati yang betul-betul percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dosa.

Sekarang mari kita bahas ay 21 ini:

a) Nama ‘Yesus’.

Firman Tuhan menyuruh Yusuf menamai Anak itu Yesus, karena ‘Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka’ (ay 21).

‘Yesus’ artinya sama dengan ‘Yosua’, yang berarti ‘Yahweh adalah keselamatan’.

William Barclay: “Jesus is the Greek form of the Jewish name Joshua, and Joshua means Jehovah is salvation” [= Yesus adalah bentuk Yunani dari nama Yahudi Yosua, dan Yosua berarti ‘Yehovah adalah keselamatan’] - hal 19.

Pulpit Commentary: “‘Jesus.’ It is the Greek form of the familiar ‘Joshua;’ but it has a significance and a history. It is really Hoshea, or Hoshua, ‘the Helper,’ with the name of God added as a prefix, Je-hoshua, shortened to Joshua. So it means in full, ‘God our helper.’ But, in the dream, a very full translation of the name was given. It was said to declare Messiah’s mission to be ‘saving the people from their sins,’ and ‘from their sins’ is designedly set in contrast with ‘from their troubles,’ so that the moral and spiritual character of the mission should be made quite plain. ... It is the fact that our supreme need arises out of our sins that decides the sphere of the Divine helping” [= ‘Yesus’. Ini merupakan bentuk Yunani dari nama ‘Yosua’ yang begitu dikenal; tetapi nama itu mempunyai arti dan sejarah. Sebetulnya itu adalah Hosea, atau Hosua, ‘sang Penolong’, dengan nama Allah ditambahkan sebagai awalan, Ye-hosua, disingkat / dipendekkan menjadi Yosua. Jadi artinya secara lengkap, ‘Allah penolong kita’. Tetapi dalam mimpi, diberikan suatu terjemahan yang sangat lengkap / penuh dari nama itu. Diucapkan untuk menyatakan missi Mesias sebagai ‘menyelamatkan umatNya dari dosa mereka’, dan kata-kata ‘dari dosa mereka’ secara sengaja dikontraskan dengan ‘dari kesukaran mereka’, sehingga sifat moral dan rohani dari missi itu dibuat jadi jelas. ... Fakta bahwa kebutuhan kita yang tertinggi muncul dari dosa-dosa kita yang menentukan ruang lingkup / bidang dari pertolongan Ilahi] - hal 28.

Matthew Henry: “Jesus is the same name with Joshua, the termination only being changed, for the sake of conforming it to the Greek” [= Yesus adalah nama yang sama dengan Yosua, hanya akhirannya diganti, untuk menyesuaikannya dengan bahasa Yunani].

Catatan:

1. Dalam Kis 7:45 dan Ibrani 4:8 muncul nama ‘Yosua’, tetapi sebetulnya dalam bahasa Yunani ini adalah ‘Yesus’. Ini menunjukkan bahwa Yosua (Ibrani) = Yesus (Yunani).

2. Bil 13:16 - “Itulah nama orang-orang yang disuruh Musa untuk mengintai negeri itu; dan Musa menamai Hosea bin Nun itu Yosua”. ‘Yosua’ di sini seharusnya adalah ‘Yehosua’.

b) ‘Menyelamatkan’.

Artinya adalah:

1. Menebus dari dosa, mengampuni dosa, membebaskan dari hukuman.

2. Membebaskan dari perhambaan dosa (Yoh 8:34-36 1Petrus 2:24).

Dengan demikian kita yang tadinya tidak bisa berbuat baik, sekarang bisa berbuat baik. Dengan kata lain, kita mengalami pengudusan.

Matthew Henry: “Christ came to save his people, not in their sins, but from their sins; to purchase for them, not a liberty to sin, but a liberty from sins, to redeem them from all iniquity (Titus 2:14); and so to redeem them from among men (Rev. 14:4) to himself, who is separate from sinners” [= Kristus datang untuk menyelamatkan umatNya, bukan dalam dosa mereka, tetapi dari dosa mereka; untuk membeli bagi mereka, bukan suatu kebebasan untuk berbuat dosa, tetapi suatu kebebasan dari dosa, untuk menebus mereka dari semua kejahatan (Titus 2:14); dan dengan demikian menebus mereka dari antara manusia (Wah 14:4) bagi diriNya sendiri, yang terpisah dari orang-orang berdosa].

Tit 2:13-14 - “(13) dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, (14) yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.

Orang Kristen yang sejati harus mengalami kedua hal di atas ini. Tetapi jaman sekarang banyak orang kristen yang yakin kalau dosanya sudah diampuni, tetapi hidupnya sama sekali tidak berubah. Kalau saudara adalah orang seperti itu ingatlah bahwa Yakobus berkata bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:17,26)! Juga perhatikan kutipan-kutipan kata-kata J. C. Ryle dalam bukunya yang berjudul ‘Holiness’ (= kekudusan) di bawah ini:

“A ‘saint’, in whom nothing can be seen but worldliness or sin, is a kind of monster not recognized in the Bible” (= ‘orang kudus’, dalam diri siapa tidak terlihat apapun kecuali keduniawian atau dosa, adalah sejenis monster yang tidak dikenal dalam Alkitab) - hal 19.

“I do not understand how a man can be a true believer unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and trouble” (= Aku tidak mengerti bagaimana seseorang bisa adalah orang percaya yang sejati kalau bagi dia dosa bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar) - hal 38, kata-kata ini dikutip J. C. Ryle dari John Owen.

“I fear it is sometimes forgotten that God has married together justification and sanctification. They are distinct and different things, beyond question, but one is never found without the other. All justified people are sanctified, and all sanctified are justified. What God has joined together let no man dare to put asunder” (= Aku takut bahwa kadang-kadang dilupakan kalau Allah telah mengawinkan pembenaran dan pengudusan. Tidak usah diragukan bahwa mereka memang adalah 2 hal yang berbeda, tetapi yang satu tidak pernah ada tanpa yang lain. Semua orang yang dibenarkan juga dikuduskan, dan semua yang dikuduskan juga dibenarkan. Apa yang telah dipersatukan Allah jangan ada yang berani menceraikannya) - hal 46.

“He and sin must quarrel, if he and God are to be friends” (= Ia dan dosa harus bertengkar, kalau ia mau berteman dengan Allah) - hal 68.

c) ‘UmatNya’.

Ini tidak bisa diartikan orang Yahudi saja, tetapi harus diartikan ‘orang pilihan Allah dari semua bangsa’. Yesus memang tidak datang hanya untuk bangsa Yahudi saja. Ini terlihat dengan jelas dari ayat-ayat seperti Kej 12:3 Mat 28:19 Kis 1:8 Kis 10:34-35 Roma 11:11-24.

d) Cara Kristus menyelamatkan.

Ia menyelamatkan kita dari dosa dengan jalan mati di atas kayu salib untuk menebus dosa kita. Karena Ia mau mati inilah maka Ia harus dilahirkan / berinkarnasi sebagai manusia.

“YESUS MATI SUPAYA KITA BISA HIDUP”.

“ANAK ALLAH MENJADI MANUSIA SUPAYA MANUSIA BISA MENJADI ANAK ALLAH”.

Matthew Henry, Jamieson, Fausset & Brown, selesai

-o0o-

MATIUS 2:1-12

Dalam bagian ini ada 3 golongan orang dalam hal sikap / tanggapannya terhadap kelahiran / kedatangan Yesus.

I) Golongan Herodes.

A) Keluarga Herodes.

Dalam Kitab Suci kita menjumpai banyak Herodes. Untuk bisa mengerti hubungan mereka, kita perlu mempelajari keluarga Herodes.

Keterangan:

  • Herodes yang Agung: Yesus lahir pada jamannya; ia yang membunuh bayi-bayi di Betlehem (Mat 2  Luk 1:5).

  • Aristobulus: tidak ada dalam Kitab Suci.

  • Herodias: mula-mula ia adalah istri Filipus I dan mendapatkan anak Salome, lalu ia menjadi istri Antipas (Mat 14:3).

  • Agripa I: ia yang membunuh rasul Yakobus, memenjarakan Petrus dan akhirnya mati dimakan cacing-cacing (Kis 12:1-23).

  • Agripa II: pertemuannya dengan dengan rasul Paulus diceritakan dalam Kis 25:13-27.

  • Bernike: diceritakan dalam Kis 25:13,23  Kis 26:30.

  • Drusila: diceritakan dalam Kis 24:24.

  • Filipus I: ia adalah suami pertama Herodias dan ayah Salome (Mat 14:3).

  • Salome: ia adalah anak Filipus I dan Herodias (Mat 14:3).

  • Arkhelaus: diceritakan dalam Mat 2:22.

  • Antipas: ia mengambil Herodias sebagai istrinya sehingga ia ditegur oleh Yohanes Pembaptis; ia juga yang membunuh Yohanes Pembaptis dan  ia juga yang mengirim Tuhan Yesus kembali kepada Pontius Pilatus (Mat 14:1  Mark 6:14  Luk 23:7-12).

  • Filipus II: diceritakan dalam Luk 3:1. Ia kawin dengan Salome.


B) Diri Herodes (Herodes yang Agung).

Ia adalah orang Idumea dan sebetulnya ia adalah seorang raja yang hebat, tetapi ia sangat mudah curiga dan kejam luar biasa. Ia bahkan membunuh istrinya sendiri, ibu mertuanya dan 3 anak laki-lakinya karena curiga bahwa mereka mau merebut tahtanya. Sampai-sampai saat itu ada kata-kata dari kaisar yang berbunyi: ‘Lebih baik menjadi babinya Herodes dari pada menjadi anak laki-lakinya’. Mengapa? Karena Herodes, untuk menyenangkan orang Yahudi, memang tidak makan babi. Jadi kalau menjadi babinya aman. Tetapi menjadi anak laki-lakinya resikonya besar untuk dicurigai dan lalu dibunuh.

Catatan: dalam bahasa Yunani, kata ‘anak laki-laki’ adalah HUIOS, sedangkan kata ‘babi’ adalah HUOS, sehingga dalam bahasa Yunani kata-kata kaisar itu membentuk syair.

Bisakah saudara bayangkan bagaimana reaksinya ketika mendengar dari orang-orang Majus bahwa ada raja orang Yahudi yang baru dilahirkan?

Semua orang tahu akan kekejamannya dan karena itu ketika ia mendengar dari orang-orang Majus tentang raja yang baru lahir, dikatakan oleh Kitab Suci bahwa ‘terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem’ (ay 3). Kata ‘terkejut’ di sini salah terjemahan.

KJV/RSV/NASB: ‘was troubled’ (= terganggu).

NIV: ‘was disturbed’ (= terganggu).

Perhatikan bahwa ay 3 itu mengatakan bahwa bukan hanya Herodes saja yang merasa terganggu, tetapi juga seluruh Yerusalem. Mengapa? Karena seluruh Yerusalem, yang sudah mengenal watak Herodes, takut akan reaksi Herodes karena adanya Raja yang baru lahir itu.

C) Sikapnya terhadap Firman Tuhan.

1) Tidak percaya.

Ia pasti pernah mendengar tentang nubuat tentang Tuhan Yesus dalam Firman Tuhan, tetapi ia tidak percaya.

2) Ia mau bertanya tentang Firman Tuhan / mau mendengar Firman Tuhan hanya karena ia ingin tahu sesuatu (ay 4,7), bukan karena cinta pada Firman Tuhan / senang mendengar Firman Tuhan.

Penerapan: ada banyak orang kristen yang mau mendengar Firman Tuhan hanya karena rasa ingin tahu terhadap hal-hal tertentu. Cirinya: mereka suka pilih-pilih topik! Apakah saudara juga adalah orang seperti itu? Kalau ya, sebetulnya saudara tidak terlalu berbeda dengan Herodes. Bertobatlah dan belajarlah seluruh Firman Tuhan, yang bersifat topik maupun yang bersifat exposisi (seperti buku ini), yang bersifat praktis maupun yang teoritis / doktrinal.

3) Tidak taat pada Firman Tuhan.

Dustanya dalam ay 8, dan lebih-lebih keinginannya untuk membunuh Raja yang baru lahir itu (ay 13b), dan pembunuhannya terhadap bayi-bayi di Betlehem (ay 16), menunjukkan bahwa ia tidak taat pada Firman Tuhan.

Satu hal yang hebat adalah bahwa ia berusaha menutupi kejahatannya dengan berpura-pura saleh.

Matthew Henry: “He privily called the wise men, to talk with them about this matter. ... All this might look suspicious, if he had not covered it with a show of religion: ‘that I may come and worship him also.’ Note, The greatest wickedness often conceals itself under a mask of piety” (= Ia secara pribadi / diam-diam memanggil orang-orang Majus itu, berbicara dengan mereka tentang persoalan ini. ... Semua ini bisa kelihatan mencurigakan, jika ia tidak menutupinya dengan suatu pertunjukan agama: ‘supaya akupun datang menyembah Dia’. Perhatikan, Kejahatan yang terbesar sering menyembunyikan dirinya di bawah topeng kesalehan).

D) Sikapnya terhadap Tuhan Yesus.

Ia menganggap kehadiran Tuhan Yesus ‘mengganggu’ kehidupannya / kedudukannya sehingga ia menentang Tuhan Yesus dan ingin membu-nuhNya. Perlu diketahui bahwa orang yang memusuhi Yesus belum tentu memusuhi gereja. Herodes membangun Bait Allah, tetapi ia memusuhi Yesus. Jadi bisa saja saudara pro pada gereja / kekristenan (simpatisan kristen), tetapi saudara memusuhi Yesus!

Yesus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Herodes salah sangka terhadap maksud baik Yesus itu, dan ia justru memusuhi Yesus!

Penerapan: Apakah saudara adalah orang yang menolak Tuhan Yesus karena saudara merasa bahwa Tuhan Yesus ‘mengganggu’ hidup sau-dara? Ada bermacam-macam cara melalui mana saudara bisa merasakan Yesus sebagai gangguan, seperti:

Mungkin agama saudara bertentangan dengan Yesus, dan karena itu saudara menganggap Yesus sebagai gangguan.

Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu kenikmatan hidup saudara karena Yesus melarang saudara berzinah.

Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu acara piknik saudara pada hari Minggu karena Ia menyuruh saudara untuk berbakti di gereja.

Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu pekerjaan saudara karena Ia melarang saudara berdusta dan menyuruh saudara untuk hidup jujur.

Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu pelajaran sekolah saudara karena ia melarang saudara tidak jujur pada waktu ulangan / ujian.

Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu saudara dalam persoalan pacaran karena Ia melarang saudara berpacaran dengan orang yang tidak seiman.

Mungkin saudara merasa Yesus mengganggu kehidupan keluarga saudara karena keluarga saudara selalu aktif di gereja sehingga menyebabkan saudara kesepian.

Kalau hal-hal seperti ini menyebabkan saudara lalu menolak Yesus, saudara tidak berbeda dengan Herodes!

Kalau saudara adalah orang seperti Herodes, ingatlah bahwa Yesus datang ke dalam dunia dengan maksud baik, yaitu untuk menyelamatkan dunia dari dosa. Kalau saudara terus membiarkan diri saudara salah paham tentang hal ini, dan terus memusuhi Yesus, maka akhirnya saudara tidak akan diselamatkan, dan saudara akan mengalami hukuman kekal karena dosa-dosa saudara! Karena itu bertobatlah dan datanglah kepada Yesus, dan terimalah Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara!

Illustrasi: Ada seorang petani yang mempunyai seekor anjing yang setia. Suatu hari petani itu mempunyai anak, dan pada waktu ia pergi ke sawah untuk bertani, ia meninggalkan bayinya dalam kamar beserta anjingnya. Pada waktu ia pulang dari sawah, anjingnya menyambutnya dengan mulut berlumuran darah. Ia kaget sekali dan menduga bahwa anjing itu telah membunuh bayinya. Ia marah sekali dan lalu memukuli anjing itu sampai mati. Tetapi pada waktu ia masuk ke kamar, ternyata bayi itu ada dalam keadaan sehat, dan di dekatnya ada bangkai seekor ular. Jadi anjing itu membela bayi itu dengan bertarung dengan ular itu dan membunuhnya. Anjing itu melakukan sesuatu yang sangat baik dan mulia, tetapi karena salah sangka, petani itu justru membunuhnya.

Ada banyak orang memusuhi Yesus karena salah sangka seperti ini! Yesus datang ke dalam dunia dengan maksud yang baik / mulia, yaitu untuk mati disalib bagi dosa dunia. Tetapi banyak orang salah sangka dan menganggap Yesus sebagai gangguan.

II) Golongan Imam dan ahli Taurat.

Mereka adalah rohaniwan / tokoh agama, dan mereka adalah orang-orang yang melayani Tuhan, mengerti dan bahkan hafal Firman Tuhan (ay 4-6). Mereka mau dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang Firman Tuhan, dan mereka mengutip Mikha 5:1 untuk menjawab pertanyaan Herodes / orang-orang Majus (ay 4-6). Ada perbedaan antara Mikha 5:1 dengan Mat 2:5-6:

Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”.

Matius 2:5-6 - “(5) Mereka berkata kepadanya: ‘Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: (6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel.’”.

Mikha 5:1 Matius 2:5-6

- Efrata.          - tanah Yudea / Yehuda.

- Yang terkecil.       - Bukan yang terkecil.


Penjelasan:

a) Mikha mengatakan ‘Betlehem Efrata’ untuk membedakan kota itu dengan Betlehem yang ada di Zebulun. Matius mengatakan ‘Betlehem di tanah Yudea’; sekalipun kata-katanya lain, tetapi artinya sama.

b) Matius mengganti ‘yang terkecil’ dengan ‘bukan yang terkecil’ untuk menunjukkan bahwa karena kasih karunia Allah yang sudah menjadikan kota itu sebagai kota kelahiran Yesus, maka ‘yang terkecil’ berubah menjadi ‘bukan yang terkecil’.

Tetapi imam-imam dan ahli-ahli Taurat yang tahu banyak tentang Firman Tuhan / Mesias ini, tidak mau pergi ke Betlehem untuk mencari Mesias. Mereka acuh tak acuh terhadap diri Tuhan Yesus sendiri.

Penerapan: banyak orang Kristen yang mempunyai jabatan tinggi dalam gereja / sudah melayani Tuhan, mengerti banyak tentang Firman Tuhan, tetapi tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan, dan tidak pernah ‘datang’ kepada Yesus. Mereka punya interest terhadap segala sesuatu dalam gereja (pendetanya, aliran gerejanya, aktivitasnya, jemaatnya, dsb) tetapi mereka acuh tak acuh terhadap diri Yesus sendiri.

Illustrasi: Sikap imam-imam dan ahli-ahli Taurat ini sama gilanya dengan pemuda yang datang ke rumah seorang gadis secara rajin, mempunyai dan menjalin hubungan yang baik dengan keluarga gadis itu, mempelajari dan mengerti banyak tentang gadis itu, mau melayani gadis itu, tetapi terhadap diri gadis itu sendiri ia acuh tak acuh / tak ada hubungan.

Kalau saudara adalah orang kristen yang seperti ini, jangan pernah harap bahwa kekristenan yang kosong seperti itu bisa menyelamatkan saudara! Bdk. Mat 7:21-23!

Yang paling utama dalam kekristenan adalah hubungan pribadi / pengenalan terhadap Yesusnya!

III) Golongan orang-orang Majus.

1) Ada hal-hal yang tidak kita ketahui tentang orang-orang Majus ini:

a) Tidak diketahui dengan jelas dari mana datangnya orang-orang Majus ini. Kitab Suci hanya mengatakan bahwa mereka datang ‘dari Timur’.

b) Juga tidak diketahui berapa jumlah orang-orang Majus ini.

Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa mereka berjumlah 3 orang! Persembahan mereka yang 3 macam, yaitu emas, kemenyan dan mur, tidak membuktikan bahwa mereka ada 3 orang! Ini perlu dicamkan kalau mau membuat drama Natal!

2) Orang-orang Majus ini kontras sekali dengan gembala-gembala yang datang pada waktu kelahiran Yesus (Luk 2:8-dst).

Orang-orang Majus:              Para gembala:

- bukan orang Yahudi.            - orang Yahudi.

- kaya (mereka memberi emas!). - miskin.

- berpendidikan.                 - tidak berpendidikan.


Ini menunjukkan 2 hal:

a) Bahwa Injil diberitakan kepada gembala maupun orang Majus, menunjukkan bahwa Injil harus diberitakan kepada semua golongan (bangsa apapun, tingkat ekonomi dan pendidikan yang bagai-manapun).

Renungkan: adakah golongan yang saudara anak tirikan dalam pemberitaan Injil? Bangsa / suku bangsa tertentu? Golongan yang miskin? Golongan yang tidak berpendidikan?

b) Orang dari golongan apapun boleh datang kepada Kristus.

Bandingkan dengan Yoh 6:37b yang berbunyi: “barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.

3) Mereka mendapat petunjuk ‘bintang’ (ay 2,9,10).

Apakah ini berarti bahwa orang Kristen boleh percaya / main-main dengan Astrology? Dalam mempersoalkan hal ini, perlu diingat bahwa Astrology berbeda dengan Astronomy.

a) Astronomy berasal dari 2 kata bahasa Yunani yaitu ASTRON (= bintang) + NOMOS (= hukum). Ini menunjuk pada ilmu perbintangan, dan ini tentu tidak dilarang dalam kekristenan.

b) Astrology berasal dari 2 kata bahasa Yunani juga, yaitu ASTRON (= bintang) + LOGOS (= kata, ucapan, ajaran). Ini menunjuk pada ramalan yang didasarkan atas posisi bintang, atau yang lazim kita kenal dengan nama Horoscope. Ini secara explicit dilarang dalam Kitab Suci / kekristenan.

Bandingkan dengan Yes 47:13-15 yang berbunyi sebagai berikut:

“Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberi-tahukan apa yang akan terjadi atasmu! Sesungguhnya, mereka sebagai jerami yang dibakar api; mereka tidak dapat melepaskan nyawanya dari kuasa nyala api; api itu bukan bara api untuk memanaskan diri, bukan api untuk berdiang! Demikianlah faedahnya bagimu dari tukang-tukang jampi itu, yang telah kaurepotkan dari sejak kecilmu; masing-masing mereka terhuyung-huyung ke segala jurusan, tidak ada yang dapat menyelamatkan engkau”.

Sekarang, kalau Astrology itu memang dilarang, lalu bagaimana mungkin Tuhan memberi petunjuk kepada orang-orang Majus itu dengan menggunakan sebuah bintang? Calvin menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan bahwa ‘bintang’ itu bukanlah bintang biasa, karena ay 9 menunjukkan bahwa ‘bintang’ itu mempunyai ‘kelakuan’ yang tidak seperti bintang-bintang yang lain.

Matius 2: 9: “Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada”.

Dimana ada bintang yang mempunyai ‘kelakuan’ seperti itu? Jadi ini pasti bukan bintang biasa, tetapi ini adalah suatu mujijat yang merupakan alat Tuhan untuk memberi petunjuk kepada orang-orang Majus. Karena itu jelaslah bahwa hal ini tidak boleh dijadikan sebagai dasar untuk membenarkan Astrology / Horoscope!

4) Mereka tidak mengerti Firman Tuhan (sehingga harus bertanya-tanya kepada Herodes); mereka hanya mendapat petunjuk ‘bintang’, tetapi mereka lalu mencari Yesus, rela berkorban dalam menempuh jarak jauh, sehingga akhirnya menemukan Yesus.

Alangkah kontrasnya golongan ini dengan golongan imam-imam dan ahli-ahli Taurat, yang sekalipun mengerti banyak tentang Firman Tuhan, tetapi acuh tak acuh terhadap Yesus sendiri.

Penerapan:

sekalipun saudara tidak terlalu mengerti Firman Tuhan, dan sekalipun saudara adalah orang yang bodoh, kalau saudara mempunyai hati yang betul-betul mencari Tuhan dan kebenaran, Tuhan pasti akan menunjukkan jalan yang benar kepada saudara!

sekalipun saudara tidak tahu terlalu banyak tentang kekristenan, asal saudara tahu bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, yang lalu mati di salib untuk dosa saudara, maka tanggapilah hal itu dengan datang kepada Yesus!

5) Mereka menyembah Yesus (ay 2,11).

a) Perhatikan bahwa mereka bukan menyembah Maria, dan bukan juga Yesus dan Maria, tetapi hanya Yesus saja! Perhatikan komentar dari C. H. Spurgeon tentang bagian ini:

The old Reformers used to say, “Here is a bone that sticks in the throat of the Romanists, and they can neither get it up nor down, for it does not say, ‘They saw Mary and the young child’, the young child is put first, they came to see him; and it does not say that ‘they fell down and worshipped them’” If ever there was an opportunity for Mariolatry, surely this was the one, when the child was as yet newly-born, and depended so much upon his mother. Why did not the magi say “Ave Maria!” and commence at once their Mariolatry? Ay, but these were wise men; they were not priests from Rome, else might they have done it [= Tokoh-tokoh Reformasi kuno sering berkata: “Ini adalah tulang yang menyangkut di tenggorokan orang Roma (Katolik), dan mereka tidak dapat mengeluarkannya ataupun menelannya, karena ayat itu tidak berkata: ‘Mereka melihat Maria dan bayi itu’, bayi itu disebut lebih dulu, mereka datang untuk melihat dia; dan ayat itu tidak berkata bahwa ‘mereka tersungkur dan menyembah mereka’”. Kalau ada kesempatan untuk melakukan penyembahan terhadap Maria, maka sebetulnya inilah kesempatannya, dimana bayi itu baru dilahirkan, dan sangat bergantung kepada ibuNya. Mengapa orang-orang Majus itu tidak berkata ‘Salam Maria!’ dan langsung memulai penyembahan terhadap Maria? Ah, tetapi mereka ini adalah orang-orang yang bijaksana; mereka bukan pastor-pastor dari Roma, karena kalau demikian mereka mungkin sudah melakukannya] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’ , vol 3, hal 34.

Catatan: Perlu saudara ketahui bahwa dalam terjemahan KJV kata-kata ‘orang-orang majus’ dalam Mat 2:1 diterjemahkan ‘wise men’ (= orang-orang yang bijaksana).

b) Mereka menyembah Yesus sekalipun mereka melihat:

Seorang bayi yang lemah dan tidak berdaya.

Betul-betul membutuhkan iman yang luar biasa untuk mau menyembah seorang bayi seperti itu!

Orang tua Yesus miskin, bukan bangsawan / raja, dan bayi itu ada di dalam sebuah rumah (ay 11), bukan istana.

Keadaan Yusuf dan Maria yang miskin dan tak punya kedudukan apa-apa, dan tempat sederhana yang menjadi tempat tinggal bayi itu, ternyata tidak menjadi halangan bagi orang-orang Majus itu untuk percaya bahwa bayi miskin itu adalah Raja! Ini lagi-lagi menunjukkan iman yang luar biasa!

Bahwa di sini dikatakan kalau bayi itu ada di dalam sebuah rumah, juga menunjukkan bahwa orang-orang Majus ini tidak pernah bertemu dengan para gembala, karena para gembala mengunjungi Yesus pada waktu Yesus masih ada di tempat hewan.

Lagi-lagi ini merupakan sesuatu yang harus dicamkan pada waktu mengadakan drama Natal: jangan mempertemukan orang-orang Majus dengan para gembala di kandang Yesus!

Penampilan lahiriah Yesus ini sesuai dengan nubuat dalam Yes 53:2b, tetapi mereka toh mau menyembahNya (bdk. Mat 13:53-56 yang menunjukkan bahwa banyak orang tidak percaya kepada Yesus karena melihat penampilan lahiriahNya).

Penerapan: Jangan menilai agama, buku (warnanya, bentuknya, cetakannya), gereja (besarnya dan indahnya gedungnya), pendeta (gelarnya, gagahnya), orang kristen, berdasarkan penampilan lahiriahnya! Ingat bahwa penampilan lahiriah seringkali menipu!

6) Mereka memberi persembahan yaitu: emas, kemenyan, mur (ay 11).

Origen (dan banyak penafsir lain) menganggap emas sebagai persembahan untuk seorang raja, kemenyan sebagai persembahan untuk Allah, dan mur sebagai persembahan untuk manusia.

William Barclay (dan banyak penafsir lain) menganggap emas sebagai persembahan untuk seorang raja, kemenyan sebagai persembahan untuk seorang imam, dan mur sebagai persembahan untuk orang mati (bdk. Yoh 19:39).

Tetapi Calvin tidak menyetujui tafsiran-tafsiran seperti ini, dan menganggap bahwa tafsiran-tafsiran ini tidak mempunyai dasar. Calvin hanya menganggap bahwa orang-orang Majus ini tentu memberikan barang-barang terbaik dari negeri mereka, sama seperti Yakub memberikan persembahan kepada penguasa Mesir barang-barang terbaik di Kanaan (Kej 43:11).

7) Mereka taat kepada wahyu yang Tuhan berikan.

Mula-mula Tuhan memberi petunjuk melalui ‘bintang’ (ay 2). Setelah ini mereka taati, lalu Tuhan memberi petunjuk melalui Firman Tuhan yang diberikan oleh imam-imam dan ahli-ahli Taurat (ay 5-6). Setelah mereka mentaati petunjuk ini, lalu Tuhan memberi petunjuk dengan bintang lagi (ay 9-10). Setelah mereka mentaatinya lagi, maka Tuhan memberi petunjuk melalui mimpi (ay 12), dan mereka juga mentaatinya.

Penerapan: kalau saudara mendengar / belajar Firman Tuhan dan lalu mentaatinya, maka Tuhan akan memberi tambahan pengetahuan tentang Firman Tuhan. Tetapi sebaliknya, kalau saudara belajar Firman Tuhan dan lalu mengabaikannya, maka lambat atau cepat Tuhan akan berhenti mengajarkan kebenaran kepada saudara. Karena itu, jadilah pelaku Firman (Yak 1:22).
Kesimpulan:

Ada 3 golongan manusia dengan sikapnya yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yesus. Yang mana menjadi sikap saudara?

Matthew Henry selesai sampai ay 12.

-o0o-

MATIUS 2:13-23

I) Herodes.

1) Mau membunuh Yesus.

a) Mula-mula ia menggunakan orang Majus (Matius 2: 8), tetapi ketaatan orang Majus pada Firman Tuhan (ay 12) menggagalkan rencana pembunuhan Herodes ini, dan ini menyebabkan ia merasa tertipu (ay 16).

b) Usaha selanjutnya ialah membunuh semua anak-anak di Betlehem yang berusia dibawah 2 tahun (ay 16). Ini tidak berarti bahwa pada saat itu Yesus sudah berusia mendekati 2 tahun. Pasti Yesus masih berusia jauh di bawah 2 tahun, tapi Herodes, yang tidak tahu kapan persisnya bayi Yesus itu dilahirkan, lalu mengambil amannya dan mengambil batas 2 tahun.

Apa yang dilakukan oleh Herodes di sini mirip dengan apa yang dilakukan oleh Firaun dalam Kel 1:15-22. Baik Herodes maupun Firaun adalah orang-orang yang melawan Allah dan berusaha menggagalkan rencana Allah. Tetapi merekalah yang gagal (bdk. Maz 2:1-4) karena rencana Allah tidak mungkin gagal (Ayub 42:2 Yes 14:24,26-27 Yes 46:10-11).

Maz 2:1-4 - “Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapiNya: ‘Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita!’ Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka”.

Ayub 42:2 - “‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal”.

Yes 14:24,26-27 - “TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.

Yes 46:10-11 - “yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya”.

Penerapan: Hati-hati dengan ajaran Arminian, yang mengatakan bahwa Allah bisa gagal dalam mencapai rencanaNya. Ini adalah pandangan yang menghina Allah!

2) Kematian Herodes (Matius 2: 19).

a) Pada waktu Herodes mau mati, ia menangkapi tokoh-tokoh Yahudi dan memenjarakan mereka. Dan ia memberi perintah untuk membunuh mereka semua pada saat ia mati. Ia melakukan hal ini karena ia tahu bahwa tidak ada orang yang akan berkabung pada waktu ia mati. Dengan adanya perintah ini, pada waktu ia mati akan ada orang-orang yang berkabung, sekalipun bukan untuk kematiannya, tetapi setidaknya pada saat kematiannya.

Tetapi pada waktu ia mati, perintah ini tidak dilaksanakan.

b) Bagaimanapun juga, setiap orang harus mati dan mempertanggung-jawabkan perbuatannya dihadapan Tuhan.

Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.

Siapkah saudara untuk mati? Ingat bahwa kalau saudara belum mempunyai Yesus sebagai Juruselamat saudara, saudara tidak siap untuk menghadap Tuhan! Karena itu jangan menunda untuk percaya dan ikut Yesus!

II) Penderitaan karena Herodes.

Ada 2 golongan yang mengalami penderitaan akibat tindakan Herodes ini:

1) Ibu dari bayi-bayi yang dibunuh (Matius 2: 17-18).

2) Yusuf, Maria dan Yesus.

a) Mereka harus mengungsi ke Mesir dan hidup di negeri asing / kafir.

Pengungsian ini tidak diceritakan dalam Injil Lukas, tetapi seharusnya kira-kira terletak di sela-sela Luk 2:39.

b) Setelah kematian Herodespun, mereka tidak terbebas dari penderitaan, karena ternyata Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan ayahnya (Matius 2: 22).

Kedua golongan ini menghadapi penderitaan dengan cara yang berbeda:

1) Ibu dari bayi-bayi yang dibunuh.

a) Mereka sedih dan menangis (Matius 2: 18).

Banyak orang Kristen menyalahkan orang menangis dalam keadaan apapun berdasarkan Fil 4:4 dan Ro 8:28. Tetapi dalam Kitab Suci kita melihat bahwa:

1. Yesus juga pernah sedih dan menangis (Mat 26:37-38 Yoh 11:33-35).

2. Paulus berkata bahwa kita harus menangis dengan orang yang menangis (Ro 12:15b).

Ini menunjukkan bahwa ada situasi dimana kesedihan dan tangisan bisa dibenarkan.

b) Mereka hanya / terus-menerus menujukan pandangannya pada penderitaan mereka (ay 18: ‘mereka tidak ada lagi’).

Ini hal yang salah dari para ibu itu. Tidak salah kalau mereka sedih dan menangis pada waktu bayi mereka dibunuh, tetapi kalau mereka terus menerus menujukan pandangannya pada hal yang membuat mereka sedih, maka kesedihan mereka menjadi berlarut-larut, dan ini merupakan sikap yang salah.

c) Mereka tidak mau dihibur (ay 18).

Ini sikap yang sama seperti sikap Yakub pada waktu mengira bahwa Yusuf sudah mati diterkam binatang buas (Kej 37:35), dan ini lagi-lagi merupakan sikap yang salah.

Pada waktu sedih, saudara bukan saja tidak boleh menolak penghiburan, tetapi sebaliknya saudara harus mencari penghiburan! Tetapi juga perlu diperhatikan supaya saudara tidak mencari hiburan yang tidak benar, seperti hal-hal duniawi, dsb. Ini hanya penghiburan yang bersifat semu dan sementara. Carilah hiburan dari Firman Tuhan, orang kristen / hamba Tuhan yang rohani dsb. Dengan demikian saudara tidak akan berlarut-larut dalam kesedihan saudara.

2) Yusuf.

a) Dalam penderitaan ia tetap mendengar Firman Tuhan dan mentaatinya (ay 13-15,20-21).

Allah menyuruh dia lari ke Mesir. Yusuf mempunyai alasan yang kuat untuk memprotes cara yang ‘lemah’ itu. Bukankah Anak yang dilahirkan Maria itu disebut sebagai Juruselamat (Mat 1:21)? Lalu mengapa Juruselamat itu tidak bisa menyelamatkan mereka, bahkan Juruselamat itu harus diselamatkan dengan cara yang begitu ‘lemah’ yaitu melarikan diri? Bukankah pada masa yang lalu Allah sering menyelamatkan umatNya dengan cara-cara yang spektakuler / luar biasa, seperti membelah Laut Merah (Kel 14:15-31), membutakan orang kafir yang mau menangkap nabiNya (2Raja 6:8-23), menurunkan api dari langit untuk membakar orang-orang yang mau menangkap nabiNya (2Raja 1:1-12), dsb? Mengapa sekarang, untuk menyelamatkan AnakNya sendiri, Allah menggunakan cara yang begitu ‘lemah’? Tetapi sekalipun ada alasan untuk protes, Yusuf tidak melakukan itu dan ia taat kepada Tuhan.

Penerapan: pada waktu saudara minta tolong kepada Tuhan, saudara tidak boleh mendikte Dia dengan cara apa Ia harus menolong saudara. Biarlah Ia yang memilih dan menentukan caraNya dan saudara harus percaya bahwa cara yang diberikan itu adalah yang terbaik. Misalnya pada waktu saudara sakit, janganlah menentukan bahwa Tuhan harus menyembuhkan saudara dengan menggunakan cara yang luar biasa, yaitu dengan menggunakan mujijat kesembuhan. Tuhan bisa menggunakan cara yang biasa, yaitu melalui dokter, obat, olah raga, istirahat, dsb.

Illustrasi: ada suatu tempat yang terkena banjir yang hebat. Seorang kristen naik ke atas atap rumahnya dan berdoa supaya Tuhan menyelamatkan dia. Sebentar lagi datang sebuah perahu, dan orang-orang di perahu mengajaknya naik perahu untuk menyelamatkan diri. Tetapi ia menolak naik perahu itu dan berkata: ‘Aku sudah berdoa kepada Tuhan dan Ia pasti akan menolong aku’. Perahu itu pergi, dan sebentar lagi datang sebuah perahu yang lain yang mau menolong dia. Tetapi ia lagi-lagi menolak dengan alasan / jawaban yang sama. Sebentar lagi datang sebuah helikopter yang menurunkan tali untuk menolongnya. Tetapi ia lagi-lagi menolak sambil berkata: ‘Aku sudah berdoa kepada Tuhan, dan Ia pasti akan menolong aku’. Banjir itu terus naik, dan akhirnya orang itu mati tenggelam. Pada waktu menghadap Tuhan, orang itu dengan penasaran bertanya kepada Tuhan: ‘Tuhan, aku berdoa supaya Engkau menyelamatkan aku. Mengapa Engkau tidak menyelamatkan aku?’. Tuhan lalu berkata: ‘Apa maksudmu Aku tidak menyelamatkan kamu? Aku mengirim 2 buah perahu dan sebuah helikopter, tetapi engkau menolak untuk Kuselamatkan!’.

Orang ini menganggap cara yang biasa bukanlah dari Tuhan. Karenanya ia menolak pertolongan dengan cara yang biasa itu, dan ia mengharapkan Tuhan menggunakan cara yang luar biasa, seperti mengirim malaikat, dsb. Akhirnya ia mati karena kebodohannya!

b) Yusuf taat secara langsung (ay 14 - ‘malam itu juga’).

Penerapan: Jangan menunda untuk mentaati Firman Tuhan! Penundaan adalah ketidaktaatan! Ingat juga bahwa setan selalu bisa memberikan alasan yang kuat dan logis supaya saudara menunda ketaatan saudara! Misalnya dalamn hal melayani Tuhan. Pada masa pemuda / remaja, setan mengusulkan supaya saudara menunda pelayanan dengan alasan bahwa ini adalah masa muda yang indah, masa pacaran, masa belajar dsb. Pada waktu saudara sudah dewasa dan bekerja, setan memberikan begitu banyak kesibukan sehingga saudara menunda lagi. Pada saat sudah tua, kesehatan saudara tidak memungkinkan untuk melayani Tuhan. Jadi akhirnya, dari penundaan datang pembatalan!

c) Yusuf taat terus-menerus (Matius 2: 13-15,19).

Ketaatan yang sejati harus disertai ketekunan.

Penerapan:

Tuhan menyuruh saudara belajar Firman Tuhan. Tekunkah saudara dalam belajar? Tekunkah saudara dalam datang ke Pemahaman Alkitab di gereja saudara? Tekunkah saudara dalam membaca Alkitab / bersaat teduh?

Tuhan menyuruh saudara untuk memberitakan Injil. Apakah kegagalan dalam memberitakan Injil, atau kesukaran yang timbul karena pekabaran Injil yang saudara lakukan, membuat saudara lalu berhenti dalam mengabarkan Injil? Tuhan menghendaki saudara mentaati perintah untuk memberitakan Injil ini dengan tekun!

Tuhan menyuruh saudara berdoa, memuji Dia, bersyukur kepadaNya, dsb. Apakah saudara melakukan hal-hal ini dengan tekun?

d) Yusuf menggunakan akal sehat dan Firman Tuhan (ay 22).

Akal sehatnya membuat ia takut pergi ke Yudea karena ia tahu akan kekejaman Arkhelaus yang tidak kalah dengan kekejaman ayahnya (Herodes yang Agung). Dan ia lalu menuruti pimpinan Firman Tuhan dan pergi ke Nazaret di Galilea (ay 22-23).

Penerapan: pada umumnya kita harus menggunakan akal sehat / logika. Tetapi kadang-kadang, Tuhan bisa menyuruh kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat, misalnya pada waktu Ia menyuruh Petrus untuk berjalan di atas air (Mat 14:28-29). Pada saat seperti itu, kita harus tunduk pada Firman Tuhan, bukan pada akal sehat / logika kita!

III) Tujuan Tuhan dengan penderitaan.

Di atas Herodes (yang sudah kita bahas dalam no I) dan penderitaan yang dialami orang-orang tadi (yang sudah kita bahas dalam no II), ada Tuhan yang menguasai segala sesuatu. Kalau Ia mengijinkan adanya orang seperti Herodes menyebabkan penderitaan kepada orang-orang lain, termasuk anak-anakNya, Ia pasti mempunyai tujuan tertentu. Apa tujuan Tuhan?

Matius 2: 14: Yusuf, Maria dan Yesus menderita. Apa tujuannya? Ay 15 memberikan jawabnya, yaitu supaya nubuat dalam Hos 11:1 tergenapi.

Matius 2: 16: bayi-bayi dibunuh sehingga ibu bayi-bayi itu menderita. Apa tujuannya? Ay 17-18 memberikan jawabnya, yaitu supaya nubuat dalam Yer 31:15 tergenapi.

Matius 2: 22: Arkhelaus menjadi raja sehingga Yusuf menderita lagi karena tidak berani pulang. Apa tujuannya? Ay 23 memberikan jawabnya, yaitu supaya Firman yang disampaikan nabi-nabi tergenapi.

Jadi dari semua ini kita bisa lihat bahwa Allah pasti mempunyai tujuan yang baik pada waktu Ia mengijinkan anak-anakNya menderita. Bandingkan dengan Ro 8:28 yang berbunyi: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

Penjelasan tentang Matius 2: 23:

Ayat ini menimbulkan problem karena tidak ada ayat Perjanjian Lama yang berbunyi seperti itu.

1) Penjelasan dari John Calvin.

Dalam bahasa Inggris ayat itu berbunyi: “He shall be called a Nazarene” (= Ia akan dipanggil / disebut orang Nazarene).

Calvin berpendapat bahwa kata ‘Nazarene’ tidak berasal dari kata ‘Nazaret’. Itu hanya permainan kata saja. ‘Nazarene’ berasal dari kata ‘Nazarite’ (= Nazir) yang berarti ‘kudus’ atau ‘dipersembahkan / dipisahkan untuk Allah’.

Calvin berpendapat bahwa dalam ay 23 itu Matius menggunakan Hakim 13:5. Sama seperti Simson, yang adalah seorang nazir Allah, membebaskan bangsanya dari tangan orang Filistin, Tuhan Yesus (yang juga adalah seorang nazir Allah) juga membebaskan umatNya dari dosa.

Calvin juga menunjuk pada Kej 49:26 yang berbunyi: ‘... ke atas kepala Yusuf, ke atas batu kepala orang yang teristimewa di antara saudara-saudaranya’.

KJV: ‘Joseph, ... that was separate from his brethren’ (= Yusuf, ... yang dipisahkan / dikuduskan dari saudara-saudaranya).

Terjemahan hurufiahnya adalah: ‘a Nazarite of his brethren’ (= seorang nazir dari saudara-saudaranya).

Jadi, baik Simson maupun Yusuf adalah nazir, dan mereka berdua adalah Type dari Kristus, sehingga pada waktu Kristus disebut nazir, maka itu berarti bahwa Hakim 13:5 dan Kej 49:26 tergenapi. Karena itulah Matius menulis ‘nabi-nabi’ (bentuk jamak) dalam ay 23, yang menunjukkan lebih dari satu bagian Perjanjian Lama yang digenapi.

2) Penjelasan William Hendriksen.

Hendriksen menganggap penjelasan Calvin tidak benar karena ay 23 itu jelas menghubungkan ‘kota Nazaret’ dengan ‘a Nazarene’. Ia lalu memberi penjelasan sebagai berikut:

a) Nazaret yang terletak di Galilea dianggap sebagai tempat yang hina (Yoh 7:40-42,52 Yoh 1:45-46).

b) Perjanjian Lama banyak menubuatkan Kristus sebagai orang yang hina (Maz 22:7-9 Maz 69:9 Yes 53:2-3).

c) Jadi, dengan Tuhan Yesus disebut sebagai ‘orang Nazaret’, maka tergenapilah banyak nubuat-nubut Perjanjian Lama itu. Karena itu Matius menulis ‘nabi-nabi’ (bentuk jamak) dalam ay 23.

3) Penjelasan William Barclay.

Barclay menganggap (hal 40) bahwa Matius sedang melakukan permainan kata terhadap Yes 11:1 - ‘Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah’. Ia berkata bahwa kata Ibrani untuk ‘taruk’ adalah NEZER; dan mungkin Matius sedang melakukan permainan kata terhadap kata ‘orang Nazaret’ dan kata ‘NEZER’; dan bahwa ia ingin mengatakan pada satu saat bahwa ‘Yesus datang dari Nazaret’ dan bahwa ‘Yesus adalah sang NEZER’, taruk yang dijanjikan dari keturunan Isai, keturunan Daud, Raja yang diurapi yang dijanjikan oleh Allah.

Sebagai pengikut Kristus, kita juga disebut ‘Nazarene’ / Nasrani (Kis 24:5).

1. Kalau kita menuruti arti yang diberikan oleh Calvin, maka itu berarti kita juga kudus dan dipersembahkan untuk Allah.

2. Kalau menurut arti yang diberikan oleh Hendriksen, maka kita adalah orang yang hina (bdk. 1Kor 1:28 1Kor 4:11-13).

-o0o-

MATIUS 3:1-12

I) Diri Yohanes Pembaptis.

1) Yohanes Pembaptis berbeda dengan rasul Yohanes.

Yohanes Pembaptis ini adalah anak dari Zakharia dan Elisabeth (Luk 1:5-25,57-66).

2) Nama ‘Yohanes’ berarti ‘Yahweh is gracious’ (= Tuhan itu baik / penuh kasih karunia).

3) Hubungan Yohanes Pembaptis dengan Elia:

a) Mal 4:5 Mat 11:14 Mat 17:10-13 kelihatannya menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis adalah Elia atau reinkarnasi dari Elia.

Mat 17:10-13 - “Lalu murid-muridNya bertanya kepadaNya: ‘Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?’ Jawab Yesus: ‘Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.’ Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis”.

b) Tetapi Kitab Suci jelas sekali menentang reinkarnasi, karena dalam Ibr 9:27 dikatakan bahwa “manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.

Disamping itu Yohanes Pembaptis sendiri dengan jelas berkata bahwa ia bukanlah Elia.

Yoh 1:21a - “Lalu mereka bertanya kepadanya: ‘Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?’ Dan ia menjawab: ‘Bukan!’”.

c) Elia dan Yohanes Pembaptis mempunyai beberapa persamaan seperti:

pakaian (2Raja 1:8 Matius 3:4).

semangat / keberanian (Mat 3:7-dst Mat 14:3-4 1Raja 18:16-19). Karena itulah maka Luk 1:17 mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis ‘berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia’. Perlu diketahui bahwa kata ‘roh’ bisa diartikan ‘semangat’.

Jadi, kesimpulannya adalah: Yohanes Pembaptis bukanlah Elia / reinkarnasi dari Elia, tetapi hanyalah orang yang mempunyai banyak persamaan dengan Elia.

II) Tugas dan pelayanan Yohanes Pembaptis.

1) Tugasnya adalah mempersiapkan jalan bagi Yesus (ay 3).

Pada jaman itu, kalau seorang raja mau berkunjung ke suatu tempat, utusannya mendahului dia untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Yesus adalah Raja, dan Yohanes Pembaptis mempunyai suatu tugas khusus, yaitu mempersiapkan jalan bagi Yesus. Yohanes Pembaptis harus mempersiapkan orang-orang untuk menerima kedatangan Tuhan Yesus. Ia harus menghancurkan penghalang (dosa) yang membuat manusia menolak untuk menerima Kristus (bdk. ay 3: ‘luruskan jalan bagiNya’).

Penerapan: Setiap hamba Tuhan, bahkan setiap orang Kristen mempunyai tugas khusus. Ini terlihat dari:

a) Ef 2:10 - “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.

b) 1Kor 12:11 - “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya”.

c) Gambaran orang kristen sebagai anggota-anggota tubuh Kristus (1Kor 12:12-dst), yang tentunya menunjukkan bahwa setiap anggota mempunyai fungsi yang khusus.

Karena itu, mintalah petunjuk Tuhan dengan banyak berdoa supaya saudara mengetahui apa tugas khusus saudara, dan layanilah Tuhan di situ.

2) Memberitakan Firman Tuhan.

a) Ia memberitakan Firman Tuhan kepada umum (ay 2):

1. Orang banyak itu mau mengorbankan waktu dan tenaga, menempuh jarak yang jauh (ay 1,5) untuk mendengarkan Firman Tuhan.

Jaman sekarang banyak orang kristen memilih gereja yang dekat dengan rumahnya, tanpa peduli apakah gereja itu mengajarkan Firman Tuhan yang baik atau tidak. Ini jelas merupakan sikap yang salah. Saudara harus mau pergi ke gereja yang baik, sekalipun letaknya jauh dari rumah saudara!

2. Berita yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis:

‘Bertobatlah’.

Pertobatan yang sejati harus mencakup elemen pikiran, emosi / perasaan dan kehendak. Pertobatan adalah tindakan berbalik 180° dari kehidupan lama.

‘Kerajaan Surga sudah dekat’.

Kerajaan surga bisa berarti bermacam-macam:

  • Pemerintahan Allah.

  • keselamatan yang sempurna.

  • gereja.

  • semua yang sudah ditebus.


Dalam ay 2 ini Kerajaan Surga itu kelihatannya masih akan datang. Dalam Mat 12:28 Kerajaan Surga itu sudah datang. Dalam Mat 25:34 dan Mat 26:29 kelihatannya masih akan datang. Jadi Kerajaan Surga itu mempunyai sifat ‘present’ (= sekarang) dan ‘future’ (= akan datang) sekaligus. Kerajaan Surga itu sudah ada pada waktu Kristus hidup di dunia, tetapi terus berkembang sampai mencapai puncaknya pada kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

b) Ia memberitakan Firman Tuhan kepada orang-orang Farisi dan Saduki (ay 7-10).

1. Matius 3:7 - “Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: ‘Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?”.

Tetapi kata-kata ‘datang untuk dibaptis’ dalam Mat 3:7 ini diterjemahkan berbeda-beda.

KJV: ‘come to his baptism’ (= datang pada baptisannya).

RSV/NASB: ‘coming for baptism’ (= datang untuk baptisan).

NIV: ‘coming to where he was baptizing’ (= datang ke mana ia sedang membaptis).

Lit: ‘coming to the baptism’ (= datang ke baptisan).

Jadi sebetulnya tidak terlihat bahwa orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki itu datang untuk dibaptis! Mungkin sekali mereka hanya datang ke tempat di mana Yohanes Pembaptis membaptis. Tetapi bdk. ay 11: ‘Aku membaptis kamu dengan air ...’. Kalau kata-kata ini masih ditujukan kepada orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki, maka ini menunjukkan bahwa mereka juga dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.

2. Yohanes Pembaptis menegur dosa orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki itu dengan cara yang sangat keras, padahal namanya berarti ‘Tuhan itu baik / penuh kasih karunia’. Ini bukanlah sesuatu yang bertentangan, karena kebaikan / kasih kepada seseorang harus ditunjukkan dengan suatu keberanian menegur dosa orang itu. Jadi, peneguran dosa adalah wujud kasih. Bandingkan dengan Amsal 27:5-6 yang berbunyi: “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium dengan berlimpah-limpah”.

Penerapan: gereja / orang kristen yang anti pengkhotbah keras, jelas bukanlah gereja / orang kristen yang baik! Mereka harus ingat bahwa Yohanes Pembaptis, rasul-rasul, nabi-nabi Perjanjian Lama, dan bahkan Yesus sendiri (bdk. Yoh 6:60 Mat 23:1-36) adalah pengkhotbah-pengkhotbah keras.

3. Yohanes Pembaptis menegur golongan tertentu (orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki) di depan umum. Mat 18:15-17 mengatakan bahwa peneguran dosa harus dilakukan di bawah empat mata, tetapi 1Tim 5:20 mengatakan bahwa peneguran dosa harus dilakukan di depan semua orang supaya semua menjadi takut (bdk. Gal 2:11-14 dimana Paulus menegur Petrus di depan umum). Dari ayat-ayat itu bisa ditarik kesimpulan bahwa ada dosa-dosa yang penegurannya harus dilakukan secara pribadi dan ada dosa-dosa yang penegurannya harus dilakukan di depan umum.

4. Tegurannya:

-mereka tidak bisa lari dari murka Allah kecuali mereka bertobat (ay 7). Memang kita hanya bisa lari dari murka Allah dengan cara lari kepada Allah!

-orang yang bertobat harus mengeluarkan buah pertobatan yaitu perubahan hidup (ay 8).

-pertobatan bersifat individuil.

-Sekalipun mereka adalah ‘keturunan Abraham’ tetapi hal itu tidak ada artinya kalau mereka sendiri tidak bertobat (ay 9). Karena itu jangan bersandar pada iman nenek moyang (orang tua yang adalah pendeta, kakek / nenek yang adalah majelis, dsb).

-kalau tidak betul-betul bertobat, hukuman akan segera datang, bahkan sudah di ambang pintu (ay 10).

Penerapan: lagi-lagi kita lihat bahwa dalam pemberitaan Injil, kita boleh dan seharusnya memberitakan hukuman / ancaman dari Tuhan bagi orang yang tak mau bertobat!

3) Membaptis.

a) Baptisan Yohanes adalah untuk pertobatan dan pengampunan dosa (ay 11 Mark 1:4 Luk 3:3). Ini tidak berarti bahwa baptisan itu sendiri bisa mengampuni dosa! Tanpa adanya iman dan penyesalan dosa, kita tidak mungkin bisa diampuni.

b) Yohanes melakukan baptisan dengan menggunakan air. Ini hanya merupakan tanda lahiriah saja. Yang bisa melakukan baptisan rohani adalah Kristus sendiri (ay 11).

1. Baptisan Roh.

a. Baptisan Roh berarti pemberian Roh Kudus, dan ini terjadi pada saat seseorang percaya kepada Kristus.

Ef 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu” (bdk. Yoh 7:38-39 Gal 3:2-5,14).

Karena itu kalau saudara sudah betul-betul percaya kepada Yesus, saudara tidak perlu mencari baptisan Roh Kudus. Saudara sudah mendapatkannya!

b. Ada banyak ajaran yang mengatakan bahwa Baptisan Roh harus disertai dengan bahasa lidah / Roh. Tetapi pada saat Stefanus dipenuhi Roh Kudus (Kis 6:5), ia tidak berbahasa lidah / Roh. Juga pada waktu Saulus / Paulus menerima / dipenuhi Roh Kudus pertama kalinya, ia tidak berbahasa lidah / Roh (Kis 9:17). Kis 2:1-11 merupakan penggambaran / penceritaan tentang apa yang terjadi pada hari Pentakosta. Tetapi itu bukan hukum / rumus! Jadi bisa saja ada orang yang menerima / dipenuhi Roh Kudus lalu berbicara dalam bahasa lidah / Roh, tetapi itu bukan merupakan suatu keharusan!

2. Baptisan api.

‘Api’ bisa berarti:

a. Hukuman (bdk. ay 10,12).

b. Alat pemurni (bdk. Mal 3:2-3 - “Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatanganNya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN”).

Kalau ‘api’ diartikan sebagai ‘hukuman’, maka:

a. Cocok dengan arti ‘api’ dalam kontexnya, yaitu ay 10,12.

b. Ay 11 artinya jadi: Yang percaya akan diberi Roh Kudus sedang yang tidak percaya akan dihukum. Ini cocok dengan ay 12.

Tetapi arti ini tidak cocok dengan Mal 3:2-3.

Kalau ‘api’ diartikan sebagai ‘alat pemurni’, maka:

a. Cocok dengan Mal 3:2-3.

b. Tidak cocok dengan ay 10,12.

Karena itu ada orang yang mengambil kedua arti tersebut. Jadi, orang yang percaya akan menerima Roh Kudus dan disucikan, sedangkan orang yang tidak percaya akan dihukum.

3. Adanya baptisan api dan baptisan Roh ini dijadikan dasar oleh orang-orang Bala Keselamatan untuk melakukan baptisan dengan bendera. Argumentasi mereka adalah sebagai berikut: adanya baptisan api dan baptisan Roh menunjukkan bahwa baptisan tidak harus dilakukan dengan air, dan karena itu boleh juga dilakukan dengan bendera.

Jawab: ‘Baptisan api’ maupun ‘baptisan Roh’ tidak menunjuk pada sakramen baptisan. Dalam Kitab Suci sakramen baptisan tidak pernah dilakukan dengan menggunakan zat lain selain air! Karena itu melakukan sakramen baptisan dengan menggunakan bendera adalah tidak sah!

c) Baptisan Yohanes dan baptisan Kristen.

1. Persamaannya:

-dua-duanya diperintahkan oleh Allah .

-dua-duanya menggunakan air.

-dua-duanya berhubungan dengan perubahan hidup.

-dua-duanya adalah sakramen yang berhubungan dengan pengampunan dosa.

2. Perbedaannya:

Baptisan Yohanes melihat ke depan karena Kristus belum disalib; baptisan Kristen melihat ke belakang kepada Kristus yang sudah tersalib.

-Baptisan Yohanes menekankan pertobatan; baptisan Kristen menekankan iman.

-Baptisan Yohanes untuk orang Yahudi saja; baptisan Kristen untuk segala bangsa (Mat 28:19).

-Baptisan Yohanes tidak berhubungan dengan penerimaan Roh Kudus (bdk. Kis 19:2-3); baptisan Kristen berhubungan dengan penerimaan Roh Kudus. Ini tak berarti bahwa baptisan Kristen menjamin penerimaan Roh Kudus. Tetapi kalau seseorang betul-betul percaya kepada Yesus, dan ia memberikan diri untuk dibaptis, maka ia pasti menerima Roh Kudus, dan juga karunia-karuniaNya (Louis Berkhof, ‘Systematic Theology’, hal 624).

Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.

Catatan: kata-kata ‘karunia Roh Kudus’ di sini tidak berarti ‘karunia dari Roh Kudus’, tetapi ‘karunia berupa Roh Kudus’.

Adanya perbedaan-perbedaan ini menyebabkan orang yang telah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis bisa dibaptis ulang dengan menggunakan baptisan kristen (bdk. Kis 19:3-5). Tetapi baptisan kristen sendiri tidak boleh diulang, karena pengulangan baptisan kristen merupakan penghinaan terhadap baptisan yang pertama.

-o0o-

MATIUS 3:13-17

I) Orang yang membaptis (Yohanes).

1) Apakah Yohanes Pembaptis mengenal Yesus atau tidak?

Matius 3: 14: “Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: ‘Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?’”.

Dilihat dari ay 14 ini, kelihatannya ia mengenal Yesus. Tetapi Yoh 1:31-34 mengatakan bahwa ia tidak mengenal Yesus.

Yoh 1:31-34 - “Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.’ Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya. Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.’”.

Pengharmonisan: Kata-kata ‘tidak mengenalNya’ dalam Yoh 1:31-34 harus diartikan ‘tidak pernah bertemu’, atau ‘tidak mengenalNya melalui pernyataan ilahi’.

Ia baru mengenal Yesus melalui pernyataan ilahi pada saat Yesus dibaptis, dimana Roh Kudus turun dalam bentuk burung merpati, dan ada suara Bapa dari surga, yang menyatakan Yesus sebagai AnakNya yang dikasihiNya (Mat 3:16-17).

2) Mula-mula Yohanes keberatan untuk membaptis Yesus (ay 14).

Alasannya cukup logis, yaitu karena Yesus jauh lebih besar dari dirinya (bdk. Mat 3:11). Tetapi setelah Yesus menjelaskan, Yohanes tunduk (ay 15).

Contoh lain yang mirip dengan hal ini adalah:

a) Yoh 13:8-dst dimana Petrus tidak mau Yesus membiarkan Yesus membasuh kakinya. Tetapi setelah Yesus menjelaskan, akhirnya ia mau membiarkan Yesus membasuh kakinya.

b) Ananias dalam Kis 9:10-17 yang mula-mula keberatan untuk melayani Saulus / Paulus, tetapi setelah Tuhan menjelaskan, akhirnya ia tunduk.

Penerapan: kadang-kadang kita keberatan untuk mentaati Tuhan karena kita kurang mengerti. Tetapi kalau sudah diberi penjelasan, kita seharusnya tunduk. Misalnya:

-dalam persoalan persembahan persepuluhan (Im 27:30 Mal 3:8-11). Banyak orang keberatan memberi perpuluhan karena takut hidupnya tidak cukup. Setelah diberi penjelasan bahwa Tuhan pasti akan mencukupi kalau kita mentaatiNya (Mat 6:25-34) maka mereka harus taat! Tetapi kenyataannya, ada banyak orang yang setelah dijelaskanpun tetap menolak untuk memberikan persembahan persepuluhan.

-dalam persoalan Sabat (Kel 20:8 34:21). Banyak orang tidak mempedulikan larangan bekerja dan mempekerjakan orang pada hari Sabat. Dan sekalipun sudah dijelaskan alasannya, mereka tetap berkeras untuk bekerja / mempekerjakan orang pada hari Sabat.

-dalam persoalan kawin campur (2Kor 6:14). Banyak orang kristen yang pacaran dengan orang yang tidak seiman, dan sekalipun sudah dijelaskan, mereka tetap berkeras.

II) Orang yang dibaptis (Yesus).

1) Yesus menganggap baptisan / sakramen itu penting.

Hal ini terlihat dari maunya Ia menempuh jarak jauh, yaitu dari Galilea ke Yordan, untuk itu (ay 13).

Penerapan:

-Apakah saudara menganggap Baptisan (dan juga Perjamuan Kudus) itu penting? Atau saudara sering menunda / mengabaikan pelaksanaannya? Ini bisa saudara lakukan bagi diri saudara sendiri ataupun bagi anak saudara (baptisan anak / bayi).

-Yesus menempuh jarak jauh untuk mentaati kehendak BapaNya. Maukah saudara berkorban untuk mentaati Tuhan? Ada banyak orang yang hanya mau mentaati Tuhan selama ketaatan itu tidak menuntut pengorbanan. Ini bukan ketaatan!

2) Yesus dicegah (oleh Yohanes Pembaptis) pada waktu mau dibaptis (ay 14). Tetapi Ia tahu apa yang benar dan Ia tidak membiarkan diriNya dicegah (ay 15). Juga pada waktu Ia mau pergi ke Yerusalem untuk menderita dan mati di sana, Ia dicegah oleh Petrus, tetapi Ia tidak membiarkan Petrus mencegahNya (Mat 16:21-23). Memang kalau kita mau mentaati Tuhan, selalu ada halangan. Setan sering memakai orang-orang disekitar kita, bahkan orang-orang yang rohani sekalipun, untuk menghalangi kita mentaati Tuhan. Tetapi kalau kita betul-betul yakin akan kehendak Tuhan, kita tidak boleh membiarkan diri kita dicegah.

3) Yesus tidak mengaku dosa pada saat dibaptis. Orang-orang lain dibaptis sambil mengaku dosa (Mat 3:6), tetapi Yesus tidak mengaku dosa karena Ia memang tidak berdosa. Kalau Ia berdosa, Ia tidak bisa menjadi Penebus / Juruselamat kita.

III) Baptisan.

A) Tujuan:

Baptisan Yohanes tujuannya adalah pertobatan dan pengampunan dosa. Tetapi pada waktu Yesus dibaptis, tujuannya berbeda. Tujuannya adalah:

1) Menggenapkan ‘seluruh kebenaran’.

a) Ay 15: “Lalu Yesus menjawab, kataNya kepadanya: ‘Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.’ Dan Yohanespun menurutiNya”.

Terjemahannya hurufiahnya seharusnya adalah ‘kebenaran’ bukan ‘kehendak Allah’. Tetapi ‘kebenaran’ memang bisa diartikan ‘kehendak Allah’ atau ‘perintah Allah’, dan Allah memang menghendaki / memerintahkan supaya semua orang dibaptis (Mark 1:4).

b) Perhatikan kata ‘seluruh’. Ini menunjukkan bahwa kita harus taat pada semua perintah Allah, tidak boleh pilih-pilih. Banyak orang menyamakan perintah-perintah Allah dengan makan di restoran Padang, dimana kita boleh mengambil mana yang kita sukai dan mengembalikan yang tidak kita sukai. Ini jelas salah. Kita harus mentaati seluruh perintah Allah.

2) Penyamaan diri dengan manusia yang berdosa (bdk. Fil 2:5-7). Ini menunjukkan kerendahan hati Tuhan Yesus.

3) Menggenapi janji Allah kepada Yohanes Pembaptis (Yoh 1:31-34).

Ay 16 berkata ‘Ia melihat Roh Allah’. Kata ‘Ia’ di sini tidak seharusnya dimulai dengan huruf besar karena kata ini menunjuk kepada Yohanes Pembaptis, bukan kepada Yesus! Melalui pernyataan ilahi tentang diri Yesus ini, Yohanes lebih dikuatkan dalam iman dan bisa melayani Tuhan dengan lebih baik.

Penerapan: Apakah saudara juga ingin melihat mujijat supaya bisa percaya kepada Kristus? Ingatlah kata-kata Yesus kepada Thomas dalam Yoh 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.

B) Cara baptisan.

Banyak orang menganggap ay 16 sebagai dasar baptisan selam. Disamping itu orang-orang yang mengharuskan baptisan selam mengatakan bahwa kata Yunani BAPTO / BAPTIZO artinya adalah ‘merendam’ / ‘mencelupkan’. Tetapi semua ini salah, karena:

1) Kata bahasa Yunani BAPTO / BAPTIZO tidak selalu berarti ‘mencelupkan’ / ‘merendam’ seperti dalam:

a) Mark 7:4 - “dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (BAPTISMOUS) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.

KJV: ‘And when they come from the market, except they wash, they eat not. And many other things there be, which they have received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and of tables’ (= Dan pada waktu mereka pulang dari pasar, kecuali mereka mencuci, mereka tidak makan. Dan banyak hal-hal lain yang mereka terima untuk dipegang, seperti pencucian cawan, belanga / panci, bejana / tempat dari tembaga, dan meja-meja).

Kata-kata ‘and of tables’ (= dan meja-meja) tidak ada dalam terjemahan-terjemahan yang lain, tetapi footnote NIV memberikan keterangan bahwa ada beberapa manuscripts yang kuno yang memberikan kata-kata itu.

Kalau kata-kata itu memang orisinil, maka itu makin jelas membuktikan bahwa pembaptisan / pencucian dalam ayat ini tidak dilakukan dengan merendam, karena bagaimana mungkin orang merendam meja? Berapa besarnya bak cuci yang dibutuhkan? Jauh lebih masuk akal, bahwa pencucian dilakukan dengan mencurahkan air ke benda yang akan dicuci tersebut. Dan kalau kata-kata itu tidak orisinil, tetap aneh bahwa orang mencuci belanga, dsb dengan cara merendam. Biasanya orang mencuci barang-barang itu dengan mencurahkan air ke benda tersebut.

b) Luk 11:38 - “Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci (EBAPTISTHE) tanganNya sebelum makan”.

Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.

c) Ibr 9:10 - “karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (BAPTISMOIS), hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan”.

Catatan: ada edisi Kitab Suci Indonesia yang mengatakan ‘pelbagai macam persembahan’. Ini salah cetak, dan dalam edisi yang baru sudah diperbaiki.

Terjemahan Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.

NASB: various washings (= bermacam-macam pembasuhan).

NIV: various ceremonial washings (= bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan).

RSV: various ablutions (= bermacam-macam pembersihan / pencucian)

KJV: divers washings (= bermacam-macam pembasuhan).

Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’.

Kalau kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup, tetapi percik.

d) 1Kor 10:2 - “Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis (EBAPTISANTO) dalam awan dan dalam laut”.

Dua hal yang harus diperhatikan:

Orang Israel berjalan di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir!

Awan tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan percik, bukan selam.

Jadi jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!

Barnes’ Notes: “This passage is a very important one to prove that the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither the cloud nor the waters touched them” (= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka).

2) Ini adalah bagian yang bersifat descriptive (= menggambarkan).

Bagian ini hanya menggambarkan apa yang terjadi, dan karena itu bukan merupakan suatu hukum / norma. Sama halnya dengan kalau Kristus mempunyai 12 murid, Kristus tidak pernah kawin, Kristus berpuasa 40 hari, dan sebagainya. Semua itu bukan hukum / norma.

3) Kata-kata ‘keluar dari air’ tidak harus berarti bahwa Yesus direndam dalam air lalu keluar dari air. Kata-kata itu bisa berarti bahwa Yesus berdiri di sungai (hanya kakiNya yang terendam), lalu keluar dari air / sungai.

Sekarang mari bandingkan peristiwa ini dengan baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:

a) Kis 8:36 - ‘ada air’.

Yunani: TI HUDOR (a certain water / some water). Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

Charles Hodge: “He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’. There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia] - ‘Systematic Theology’, vol III, p 535.

b) Kis 8:38-39 berkata ‘turun ke dalam air ... keluar dari air’.

Apakah ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini mempunyai 2 kemungkinan arti, yaitu:

-sida-sida itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.

-sida-sida itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu keluar dari air.

Untuk mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.

Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas, yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point a) di atas yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

Jadi jelas bahwa Mat 3:16 tidak bisa dijadikan dasar bahwa cara membaptis yang benar adalah dengan menggunakan baptisan selam. Disamping itu ada banyak contoh dalam Alkitab dimana baptisan dilakukan bukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41 Kis 9:13 Kis 10:47-48 Kis 16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyelaman, karena hal itu terjadi di dalam penjara!

IV) Allah Tritunggal pada waktu baptisan.

A) Pada peristiwa baptisan Yesus ini, ketiga pribadi dari Allah Tritunggal muncul.

1) Allah Bapa: berbicara dari surga (ay 17).

Ay 17 = Maz 2:7 + Yes 42:1.

Maz 2:7 (NIV): ‘You are my Son’ (= Engkau adalah AnakKu).

2) Yesus (Allah Anak).

Yesus adalah Anak Allah dari kekekalan.

Ada ajaran yang bernama Dynamic Monarchianism / Adoptionism. Ajaran ini menyatakan bahwa Yesus adalah manusia biasa, tetapi pada saat baptisan, Ia menerima Roh Kudus (yaitu kuasa / pengaruh ilahi), dan diangkat menjadi semacam Allah.

Kita tidak menerima ajaran semacam itu. Apa yang bukan Allah tidak bisa berkembang menjadi Allah. Disamping itu Kitab Suci mengatakan bahwa Yesus sudah adalah Anak Allah sebelum Ia berinkarnasi.

Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat”.

Yang perlu disoroti adalah: pada saat ini Yesus belum berinkarnasi, tetapi sudah disebut sebagai ‘Anak’.

3) Roh Kudus.

a) Roh Kudus ‘turun’ (ay 16). Ingat, bahwa Roh Kudus adalah Allah yang maha ada. Jadi kata-kata tersebut di atas adalah bahasa Anthropomorphic (= bahasa yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia).

b) Roh Kudus turun ke atas Yesus dan tinggal atasNya / padaNya (Yoh 1:32-33). Ini tidak berarti bahwa sebelum itu Yesus tidak mempunyai Roh Kudus. Roh Kudus terus menjaga Yesus sejak dari pembuahan dalam kandungan supaya Ia bebas dari dosa (Maz 45:8 Yes 11:2,3 Yes 61:1 Yoh 3:34).

Jadi, kalau pada saat baptisan dikatakan bahwa Roh Kudus turun ke atas Yesus, tujuanNya adalah untuk melengkapi Yesus untuk tugas pelayananNya (Yes 42:1 Yes 61:1).

c) Roh Kudus bisa dilihat oleh Yohanes karena Ia menampakkan diri dalam bentuk burung merpati.

d) Mengapa Roh Kudus tidak menampakkan diri dalam bentuk api seperti pada Pentakosta (Kis 2:1-11)? Karena Perjanjian Lama menggambarkan Yesus lemah lembut (bdk. Yes 42:2-3), sehingga merpati lebih cocok.

B) Ke tiga pribadi dari Allah Tritunggal ini muncul pada saat yang sama.

Ajaran Sabellianisme mengajarkan bahwa Allah menyatakan diri dalam penciptaan sebagai Bapa, dalam penebusan sebagai Anak, dan dalam pengudusan sebagai Roh Kudus. Jadi, Allah mempunyai 3 perwujudan / manifestasi, bukan 3 pribadi.

Kita tidak mempercayai ajaran Sabellianisme tersebut di atas, karena kalau Allah mempunyai 3 perwujudan, dan bukannya 3 pribadi, maka ke 3 perwujudan itu tidak bisa muncul pada saat yang bersamaan. Sedangkan dalam peristiwa baptisan ini, jelas bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus muncul pada saat yang bersamaan. Kita percaya bahwa Allah Tritunggal, sekalipun hanya punya 1 hakekat / essence, tetapi mempunyai 3 pribadi. Ke tiga pribadi tersebut berbeda (distinct) satu dengan yang lain, tapi bersatu.

Bandingkan dengan Pengakuan Iman Athanasius, no 3-25, yang berbunyi sebagai berikut:

3. Tetapi iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan. 4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat. 5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain. 6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan yang sama kekalnya. 7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus. 8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan. 9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar. 10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal. 11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal. 12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha besar. 13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa. 14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa. 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah. 17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan. 19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan. 20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan. 21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan. 22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar. 23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus. 24. Dan dalam tritunggal ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil. 25. Tetapi ketiga pribadi yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal, maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah.

-o0o-

MATIUS 4:1-11

Pendahuluan:

1) Letak konteks:

-setelah baptisan dan pernyataan Allah Bapa (Matius 3:17).

-pada saat Ia mau terjun ke dalam pelayanan.

Ini menunjukkan bahwa setelah kita menerima suatu pernyataan dari Tuhan, atau kalau kita mau menyenangkan Tuhan, melalui pelayanan kepada Tuhan, belajar Firman Tuhan, lebih banyak berdoa, dsb, setan pasti menyerang.

2) Roh Kudus dan setan sama-sama bekerja sehingga pencobaan terjadi.

a) Yesus penuh dengan Roh Kudus (Lukas 4:1).

Jadi, orang yang penuh dengan Roh Kudus / dekat dengan Tuhan justru akan diserang setan. Ini bertentangan dengan ajaran populer saat ini, yang mengatakan bahwa kalau kita beriman dan taat, maka segala problem akan beres, semua penyakit akan sembuh, yang miskin akan menjadi kaya, dan sebagainya.

b) Roh Kudus memimpin Yesus ke padang gurun untuk dicobai Iblis (Matius 4: 1).

Ini seperti seorang pelatih tinju yang memberikan sparring partner kepada petinjunya. Tetapi pada saat yang sama Roh Kudus memenuhi Yesus untuk menjagaNya agar tidak jatuh dalam menghadapi pencobaan tersebut. Tujuan Roh Kudus adalah supaya Yesus menang!

Karena itu kalau saudara mengikuti pimpinan Roh Kudus dan ternyata saudara mendapatkan serangan / pencobaan dari setan, jangan terlalu heran / kecewa. Kalau Ia memimpin saudara ke sana, Ia juga akan memperlengkapi saudara. Jadi, bersandarlah kepadaNya, dan lawanlah serangan / pencobaan setan tersebut.

3) Yesus berpuasa 40 hari 40 malam.

Dalam Kitab Suci orang lain yang pernah melakukan hal itu adalah Musa dan Elia. Dalam puasa ini, saya tidak setuju dengan pandangan Calvin yang mengatakan bahwa ini adalah puasa total. Saya berpendapat, seperti kebanyakan penafsir, bahwa Yesus hanya berpuasa terhadap makanan, bukan terhadap air / minuman. Ini bisa dilihat dari:

Matius 4: 2 mengatakan ‘lapar’, bukan ‘haus’.

Ay 3 mengatakan bahwa Iblis mencobai dengan roti, bukan dengan air. Kalau Yesus juga berpuasa terhadap air, pasti setan akan mencobai dengan air, bukan dengan roti.

Luk 4:2 mengatakan bahwa Yesus ‘tidak makan apa-apa’.

Bahwa Yesus berpuasa 40 hari 40 malam, tidak berarti bahwa kita juga harus berpuasa seperti itu! Ini sama seperti kalau Yesus berjalan di atas air, tentu juga tidak berarti bahwa kita juga harus berjalan di atas air. Ingat bahwa bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive (= menggambarkan), bukanlah rumus / norma / hukum dalam kehidupan kita.

Calvin bahkan beranggapan bahwa kalau pada jaman sekarang ada orang yang melakukan hal itu, itu merupakan suatu ketololan. Tetapi saya sendiri tidak berani mengatakan kata-kata seperti itu, karena bisa saja untuk tujuan tertentu Tuhan menyuruh seseorang untuk melakukan puasa seperti itu.

I) Pencobaan I (ay 3).

A) Hal-hal yang bisa kita pelajari dari pencobaan I ini:

1) Ada yang mengatakan bahwa pencobaan ini diberikan Iblis untuk meragukan keilahian Yesus (‘Jika Engkau Anak Allah ...’). Tetapi ada banyak yang mengatakan bahwa pencobaan I ini tidak dilakukan untuk meragukan keilahian Yesus. Alasannya: kata bahasa Yunani EI, sekalipun memang bisa diterjemahkan ‘jika’, bisa juga diterjemahkan ‘karena’. Kalau diterjemahkan ‘karena’, jelaslah bahwa pencobaan pertama ini tidak meragukan keilahian Yesus, tetapi mungkin bisa dikatakan sebagai ‘mbombongi’. Bdk. Mat 27:40b,42-43 Luk 23:35.

Penerapan: setan juga sering menyerang kita dengan cara mbombongi. Misalnya dengan mengatakan:

-kalau kamu memang jantan, maka pukullah orang yang menghina kamu itu.

-kalau kamu bukan pengecut, ngebutlah dengan kecepatan setinggi mungkin.

-kalau kamu memang jantan, buktikanlah dengan berzinah.

-kalau kamu bukan pemuda / remaja yang ketinggalan jaman, gunakanlah ecstasy / pil koplo dan anutlah free sex.

-kalau kamu memang kaya, buktikanlah itu dengan membeli barang mewah sebanyak mungkin.

2) Pencobaan ini bertujuan untuk mengalihkan Yesus dari hal rohani (puasa) kepada hal jasmani (makanan / roti).

Penerapan:

-Setan juga sering mengalihkan perhatian kita dari hal rohani (doa, Firman Tuhan, saat teduh, kebaktian, pelayanan) kepada hal jasmani (bisnis, piknik, TV, pesta, arisan, dsb)! Kalau Pemahaman Alkitab yang datang sedikit, kalau pesta yang datang banyak!

-Setan juga mengalihkan gereja / kekristenan masa kini dari hal rohani kepada hal jasmani. Ini terbukti dengan begitu banyaknya penekanan hal jasmani dalam gereja / keristenan masa kini, seperti Theologia Kemakmuran yang menekankan kekayaan duniawi, penekanan kesembuhan jasmani / mujijat, Social Gospel (= penginjilan yang hanya memberikan bantuan sosial), dsb.

-Setan juga sering mengalihkan pikiran kita dari Tuhan / Firman Tuhan pada saat kebaktian, sehingga kita memikirkan pekerjaan / keuangan.

Amos 8:4-6 - “Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini dan berpikir: ‘Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?’”.

Dan memang jaman sekarang makin lama makin banyak orang yang pergi ke gereja pada hari Minggu dengan tujuan bisnis!

3) Pencobaan ini bertujuan supaya Yesus tidak mempercayakan diri kepada BapaNya, tetapi menangani sendiri persoalan lapar itu dengan cara yang tidak halal yaitu dengan menggunakan keilahianNya. Perlu diketahui bahwa dalam kehidupanNya sebagai manusia, Yesus tidak pernah menggunakan kuasa / keilahianNya bagi diriNya sendiri.

Penerapan: Setan juga selalu menyerang kita supaya kita tidak mempercayakan diri kita kepada Allah, tetapi menanganinya sendiri dengan menggunakan cara yang tidak halal, seperti mencuri, korupsi, nyogok, berdusta, menggunakan kuasa gelap / dukun, dsb.

4) Seperti Adam, Yesus dicobai dengan menggunakan makanan. Tetapi kalau Adam I kalah, maka Adam ke II (Kristus) menang! Padahal Adam I tidak puasa, bisa makan buah-buahan yang lain yang ada di taman Eden. Jadi pencobaan bagi Kristus jauh lebih berat.

5) Setan menyerang titik lemah (lapar), dan ia menyerang pada saat yang tepat.

Seorang yang bernama Arthur Wallis, dalam bukunya yang berjudul ‘God’s Chosen Fast’ (= Puasa Pilihan Allah) hal 77-78, menjelaskan adanya 3 tahap yang dialami seseorang kalau melakukan puasa jangka panjang (tanpa makanan sama sekali, tetapi minum air putih):

-tahap I yang biasanya berlangsung sekitar 2-3 hari (lamanya tahap-tahap ini bisa berbeda untuk tiap orang), dimana orangnya merasa sangat lapar.

-tahap II yang biasanya juga berlangsung sekitar 2-3 hari, dimana orangnya tidak lagi merasa terlalu lapar, tetapi merasa badannya lemas, kepalanya pusing dan ia malas untuk bergerak. Ini dikatakannya sebagai bagian yang terberat dalam melakukan puasa jangka panjang.

-tahap III.

Pada tahap III ini orang yang tadinya lemas itu mulai pulih kekuatannya, dan ia tidak lapar lagi. Pada tahap ini orangnya merasa bahwa ia bisa puasa terus tanpa problem. Tetapi kalau puasa ini diteruskan, maka pada saat tertentu, rasa lapar tahu-tahu muncul lagi dengan sangat hebatnya. Ini menunjukkan bahwa lemak tubuh sudah habis, dan kalau puasa itu tetap diteruskan, ini menjurus pada starvation (= mati kelaparan), dan ini sama dengan bunuh diri. Beberapa waktu yang lalu diceritakan di TV tentang orang-orang yang melakukan mogok makan. Mereka tidak apa-apa sampai pada titik ini. Tetapi pada titik ini, kalau mereka tetap mogok makan, mereka akan mati dalam waktu kira-kira 1 minggu.

Lamanya tahap III ini tentu saja sangat berbeda untuk setiap orang, karena sangat tergantung pada gemuk / kurusnya orang yang berpuasa. Orang gemuk, karena cadangan lemak yang banyak, bisa bertahan lebih dari 40 hari, sedangkan orang kurus mungkin hanya bertahan 20 hari.

Dari pengertian tentang ketiga tahap puasa ini, tidak aneh / tidak salah kalau dikatakan bahwa ‘setelah berpuasa 40 hari dan 40 malam, akhirnya laparlah Yesus’ (ay 2). Ini menunjukkan bahwa Yesus sudah sampai pada akhir dari tahap III.

Setan tentu juga tahu akan hal ini, dan ia tahu bahwa pada saat itu Yesus sangat lapar, dan Ia harus makan kecuali Ia mau bunuh diri. Pada saat itulah setan menyerang menggunakan roti!

Penerapan: Setan tahu titik lemah kita dan setan juga menyerang titik lemah kita pada saat yang tepat. Misalnya:

-saudara lemah dalam persoalan sex. Maka setan bukan hanya akan menyerang titik lemah itu, tetapi juga menyerangnya pada saat yang tepat, misalnya pada waktu saudara sedang bertengkar dengan istri saudara.

-saudara adalah seorang yang tamak. Maka setan terus akan memanfaatkan titik lemah itu, dan ia mungkin sekali bahkan akan memberikan saudara kesempatan bisnis yang saatnya bertepatan dengan kebaktian / Pemahaman Alkitab. Ini sekaligus akan memberikan serangan dobel kepada saudara.

-saudara adalah seorang pemarah. Maka setan akan memberikan banyak orang / hal yang menjengkelkan saudara, dan itu mungkin sekali diberikannya pada saat yang tepat, yaitu pada saat saudara memang sudah sumpek. Ini membuat saudara meledak dalam kemarahan!

-anak saudara sedang sakit berat dan hampir mati, dan lalu ada orang yang cerita tentang dukun yang hebat.

-saudara sedang malas untuk kebaktian, ada teman datang dan mengajak piknik.

-saudara sedang sangat butuh uang, lalu ada kesempatan untuk korupsi / mencuri.

B) Jawaban Yesus terhadap pencobaan I (Matius 4: 4).

1) Yesus menangkis serangan setan dengan menggunakan Firman Tuhan yang Ia kutip dari Ul 8:3. Di sini kita lihat pentingnya pengertian dan ingatan terhadap Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah senjata / pedang Roh (Efesus 6:17) yang harus kita gunakan pada saat setan menyerang. Karena itu, jangan mengabaikan Pemahaman Alkitab / Saat Teduh, dan banyaklah membaca buku-buku rohani yang baik!

Calvin (tentang Mat 4:4): “Those who voluntarily throw away that armour, and do not laboriously exercise themselves in the school of God, deserve to be strangled, at every instant, by Satan, into whose hands they give themselves up unarmed” (= Mereka yang secara sukarela membuang senjata itu, dan tidak melatih diri mereka sendiri dengan susah payah dalam sekolah Allah, layak dijerat, pada setiap saat, oleh Iblis, kedalam tangan siapa mereka menyerahkan diri mereka sendiri tanpa senjata) - hal 214.

2) Ada 2 penafsiran tentang arti dari kata-kata ‘setiap firman yang keluar dari mulut Allah’:

a) Ini menunjuk pada Firman Allah atau pengajaran Kitab Suci.

Kalau diambil arti ini, maka seluruh jawaban Yesus itu maksudnya adalah: karena manusia terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, maka manusia hidup bukan dari roti saja (makanan jasmani), tetapi juga dari Firman Allah / pengajaran Kitab Suci (makanan rohani).

Tetapi penafsiran ini rasanya tidak cocok dengan:

konteks Matius 4:3-4 / Luk 4:3-4.

Setan menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti, dan Yesus menjawab: manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari pengajaran Kitab Suci. Ini rasanya aneh / tidak cocok!

Ul 8:3 (dari mana Yesus mengutip kata-kata itu), yang berbunyi: “Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN”.

Kalau kata-kata ‘segala yang diucapkan TUHAN’ itu diartikan pengajaran Kitab Suci, maka Ul 8:3 itu juga menjadi kacau artinya.

b) Ini menunjuk pada kehendak Allah (Calvin).

Jadi maksud Yesus adalah: sekalipun tidak ada roti, kalau Allah menghendaki Ia hidup, Ia akan hidup. Penafsiran ini lebih cocok dengan konteks Matius 4:3-4 / Lukas 4:3-4 maupun Ul 8:3!

Calvin: “In like manner, the Apostle says, that he ‘upholdeth all things by his powerful word’ (Heb i. 3); that is, the whole world is preserved, and every part of it keeps its place, by the will and decree of Him, whose power, above and below, is everywhere diffused” [= Dengan cara yang sama, sang rasul berkata bahwa Ia ‘menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan’ (Ibr 1:3); artinya, seluruh dunia / alam semesta dipelihara, dan setiap bagiannya dijaga pada tempatnya, oleh kehendak dan ketetapanNya, yang kuasaNya, di atas dan di bawah, tersebar dimana-mana].

Maksud Calvin adalah: kalau kata ‘firman’ dalam Ibr 1:3 itu bisa diartikan ‘kehendak Allah’, maka tentu dalam Mat 4:4 ini juga bisa.

Penerapan: dalam keadaan terjepit / krisis yang bagaimanapun hebatnya, yang mengancam nyawa sekalipun, ingatlah bahwa hidup / mati tergantung kehendak Tuhan!

3) Jawaban Yesus ini mengarah kepada hal rohani (kehendak Allah). Setan mengarahkanNya pada hal jasmani, tetapi Yesus tetap mengarah pada hal rohani.

Ini harus kita turuti / teladani. Ingat kata-kata Yesus dalam Matius 16:26 - “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”.

4) Jawaban ini menunjukkan kepercayaan Yesus kepada BapaNya. Ia tidak mau menggunakan keilahianNya dan Ia percaya BapaNya akan memeliharaNya.

II) Pencobaan II (Matius 4: 5-6).

A) Hal-hal yang bisa kita pelajari dari pencobaan II ini:

1) Urut-urutan pencobaan / letak pencobaan II ini.

Pencobaan ke II dalam Matius ditempatkan dalam urutan ke III dalam Lukas 4. Yang benar adalah urut-urutan dalam Matius, karena setelah pencobaan ke III dalam Matius, Iblis diusir. Ini bukan suatu kontradiksi, dan Lukas bukannya salah, hanya saja ia tidak menulis berdasarkan urut-urutan waktu (tidak chronologis).

2) Kalau pencobaan I mencobai Yesus supaya tidak percaya kepada BapaNya, maka pencobaan II mencobai Yesus untuk terlalu ‘percaya’ kepada BapaNya, sehingga mencari bahaya dengan cara meloncat dari bubungan Bait Allah. Memang setan sering menyerang kita, atau dengan extrim kiri, atau dengan extrim kanan.

Penerapan: Setan juga sering mencobai kita untuk menjadi terlalu ‘percaya’ kepada Allah. Misalnya:

-sengaja berbuat dosa, karena percaya keselamatan tidak bisa hilang.

-sengaja berurusan dengan kuasa gelap, karena ‘percaya’ Allah bisa melindungi.

3) Pencobaan I ditolak oleh Yesus dengan menggunakan Firman Tuhan, maka sekarang setan juga menggunakan Firman Tuhan (Maz 91:11-12) yang disalah-tafsirkan. Karena itu kita perlu waspada; tidak setiap orang yang menggunakan Kitab Suci memberikan pengajaran yang benar. Semua orang sesat bisa mencari-cari dasar Kitab Suci untuk mendukung pandangan mereka. Contoh:

Para Saksi Yehuwa menggunakan Yoh 14:28 untuk mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari pada Bapa, padahal ayat itu jelas menyoroti Yesus sebagai manusia. Dalam Yoh 10:30, yang menyoroti Yesus sebagai Allah, dikatakan bahwa Yesus dan Bapa adalah satu.

Theologia Kemakmuran menggunakan 2Kor 8:9 untuk menekankan bahwa orang kristen harus kaya, padahal kalau kita membaca kontext dari ayat tersebut, jelas bahwa yang dimaksudkan adalah kaya rohani, bukan kaya jasmani.

Satu hal yang harus ditekankan di sini adalah bahwa setan juga tahu dan hafal Kitab Suci. Karena itu kalau kita tidak mau belajar dan menghafal Kitab Suci, kita akan dengan mudah ditipunya!

B) Jawaban Yesus terhadap pencobaan II (Matius 4: 7).

1) Ay 7 ini dikutip oleh Yesus dari Ul 6:16 yang jelas berhubungan dengan ajaran setan yang menyalahtafsirkan Mazmur 91:11-12 itu. Di sini kita lihat lagi pentingnya mempelajari Firman Tuhan dan menghafalkannya. Kita membutuhkannya pada waktu kita mendengar pemberitaan Firman Tuhan dari siapa saja. Kita harus mengecek setiap khotbah dengan Firman Tuhan apakah khotbah itu bertentangan dengan bagian lain dari Kitab Suci atau tidak.

Bdk. Kis 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian”.

Perhatikan bahwa dalam ayat ini orang Yahudi di Berea dipuji karena mengecheck khotbah Paulus, yang adalah seorang rasul, dengan menggunakan Kitab Suci! Karena itu kalau saudara adalah orang yang mengaminkan segala kata-kata pendeta tanpa mengechecknya dengan Kitab Suci, itu jelas merupakan sikap yang salah dan bahkan berbahaya!

2) Arti ‘mencobai Allah’ dalam Matius 4:7.

Calvin: “In this passage, the word ‘tempt’ denotes the neglect of those means which he puts into our hands, ... In short, whoever desires to make an experiment of the divine power, when there is no necessity for it, tempts God by subjecting his promises to an unfair trial” (= Dalam bagian ini, kata ‘mencobai’ menunjukkan pengabaian sarana yang Ia letakkan dalam tangan kita, ... Singkatnya, siapapun yang ingin membuat percobaan dengan kuasa ilahi, pada saat tidak ada keperluan untuk itu, mencobai Allah dengan meletakkan janjiNya pada ujian yang tidak fair).

Contoh:

Banyak orang kristen tidak mau membeli obat atau pergi ke dokter pada waktu sakit, padahal mereka bisa melakukan hal itu. Dan mereka menganggap bahwa dengan tidak pergi ke dokter dan tidak membeli obat, tetapi hanya berdoa saja, mereka beriman kepada Allah. Ini bukan beriman kepada Allah, tetapi mencobai Allah!

-ada gempa bumi tetapi tidak mau keluar rumah, karena percaya Allah bisa melindungi.

-ada ujian tetapi tidak mau belajar karena percaya Allah bisa memberkati.

-sudah tahu banyak rampok, sengaja keluar malam-malam ke daerah yang rawan.

III) Pencobaan III (Matius 4: 8-9).

A) Hal-hal yang bisa kita pelajari dari pencobaan III ini:

1) Bagaimana terjadinya pencobaan-pencobaan (1-3) ini?

a) William Barclay berkata bahwa pencobaan-pencobaan ini terjadi dalam pikiran Yesus. Tetapi ini jelas salah, karena kalau Yesus berpikir seperti itu, Ia sudah berdosa!

b) Hal ini sungguh-sungguh terjadi.

Jadi Yesus betul-betul dibawa oleh Iblis ke bubungan Bait Allah (pencobaan 2), dan lalu ke puncak gunung (pencobaan 3). Pandangan ini juga rasanya tidak benar karena:

1. Sukar terbayangkan Yesus betul-betul pergi bersama-sama / jalan-jalan dengan setan.

2. Matius 4: 8 (bdk. Luk 4:5) mengatakan bahwa dalam sekejap mata setan memperlihatkan semua kerajaan dunia kepada Yesus. Ini tidak mungkin bisa terjadi! Di gunung yang mana saudara bisa melihat semua kerajaan dunia?

c) Calvin menganggap terjadinya adalah melalui vision / penglihatan.

Bandingkan dengan Yeh 40:1b-2, yang berbunyi: “... pada hari itu juga kekuasaan TUHAN meliputi aku dan dibawaNya aku dalam penglihatan-penglihatan ilahi ke tanah Israel dan menempatkan aku di atas sebuah gunung yang tinggi sekali”.

Bandingkan juga dengan Wahyu 21:10 yang berbunyi: “di dalam roh ia membawa aku ke gunung yang tinggi”.

2) Apakah kata-kata setan dalam ay 9 (bdk Luk 4:6-7) itu benar?

a) Ada yang berkata ‘ya’ dengan alasan:

-Ef 2:2 Ef 6:12 1Yoh 5:19.

-Yesus sendiri menyebut Iblis sebagai ‘penguasa dunia’ (Yoh 12:31 14:30 16:11).

-Yesus tidak membantah claim dari setan itu.

b) Jawaban yang benar adalah ‘tidak’ karena:

-Ef 2:2 Ef 6:12 1Yoh 5:19 hanya menunjukkan bahwa setan punya kuasa / pengaruh yang besar di dunia, khususnya di antara orang yang tidak percaya.

-Dalam Yoh 12:31 14:30 16:11 Yesus memang menyebut Iblis sebagai ‘penguasa dunia’, tetapi ini tidak dalam arti mutlak.

-Maz 2 menunjukkan bahwa Allah / Yesus yang berkuasa.

-Yesus berkali-kali mengusir setan.

-Setan adalah pendusta (Yoh 8:44).

Jadi, penguasa / pemilik alam semesta adalah Allah (Maz 24:1-2), bukan setan! Allah tidak pernah kehilangan kontrol atas seluruh alam semesta!

Bdk. Maz 103:19 - “TUHAN sudah menegakkan takhtaNya di sorga dan kerajaanNya berkuasa atas segala sesuatu”.

Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa dalam menggoda, setan sering berdusta (bdk. Kej 3:4-5). Karena itu, hati-hati dengan dusta setan yang menawarkan hal-hal yang indah kepada saudara!

3) Tujuan pencobaan III ini adalah:

a) Supaya Yesus mendapatkan mahkota tanpa salib.

Kalau Yesus menggunakan cara yang seharusnya, maka Ia harus menderita dan mati disalib, baru bisa mengumpulkan orang-orang untuk datang kepadaNya. Tetapi dengan cara setan ini, Ia hanya perlu tunduk kepada setan, dan seluruh dunia akan diberikan kepadaNya.

Penerapan:

-Bandingkan ini dengan ajaran Theologia Kemakmuran, atau banyak ajaran lain dalam kalangan Kharismatik yang mengatakan bahwa kalau ikut Yesus semua problem bakal beres. Ini menjanjikan mahkota tanpa salib!

-Semua ajaran yang mengijinkan kompromi supaya terhindar dari kesukaran / penderitaan, sejalan dengan godaan setan ini. Misalnya: seorang sekretaris boleh menuruti perintah bossnya untuk berdusta, misalnya dengan mengatakan bossnya tidak ada padahal ada. Ini lagi-lagi merupakan ajaran yang menghendaki mahkota tanpa salib.

-nyogok, ngerpek / nyontek, dan korupsi termasuk tindakan yang menginginkan hasil cepat tanpa salib.

Supaya Yesus mendapat hasil yang banyak dan cepat tetapi:

-tunduk kepada setan.

-bekerja sama dengan setan.

-menggunakan cara yang tidak halal.

-Setan juga mencobai manusia dengan cara ini, misalnya:

-pergi ke dukun untuk dapatkan ‘pesogen’ (jimat untuk menjadikan kaya), atau menggunakan kuasa gelap / jimat supaya usahanya sukses.
Kalau saudara adalah orang yang senang menggunakan kuasa gelap untuk mendapatkan keinginan saudara, perhatikan kata-kata dalam Yes 47:9b - “Kepunahan dan kejandaan dengan sepenuhnya akan menimpa engkau, sekalipun banyak sihirmu dan sangat kuat manteramu”.

-korupsi, mencuri, nyogok, ngerpek.

-bekerja pada hari Sabat.

-melakukan pelayanan gereja dengan menggunakan kuasa gelap (seperti nggeblak, dan mungkin juga kesembuhan)!

-menggodai hamba Tuhan supaya memberitakan khotbah yang enak di telinga.

Pokoknya setan berusaha supaya manusia mau mencapai ambisinya dengan menggunakan cara yang tidak halal, atau bahkan dengan menggunakan kuasa setan.

B) Jawaban Yesus terhadap pencobaan III (Matius 4: 10):

1) Yesus mengusir setan. Ini menunjukkan Yesus lebih besar / berkuasa dari setan.

2) Yesus mengutip Ul 6:13.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

a) Lagi-lagi Ia menggunakan Firman Tuhan! Jadi, Yesus tidak pernah mengganti senjataNya! Tiga kali Ia diserang, dan tiga kali Ia menggunakan Firman Tuhan untuk menangkis serangan setan!

b) Ada perbedaan antara Ul 6:13 dengan Mat 4:10.

Ul 6:13 - “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah”.

Tetapi dalam terjemahan NIV ada kata ‘only’ (= hanya).

NIV: ‘Fear the LORD your God, serve him only and take your oaths in his name’ (= Takutlah kepada TUHAN, Allahmu, beribadahlah hanya kepada Dia dan bersumpahlah dalam namaNya).

Terjemahan NIV ini salah, karena sebetulnya kata ‘only’ (= hanya) itu tidak ada.

Memang secara implicit, kalau kita harus beribadah kepada Yahweh, maka jelas kita hanya boleh beribadah kepada Dia. Tetapi secara explicit, tidak ada kata ‘hanya’. Tetapi pada waktu Yesus mengutip Ul 6:13 ini dalam Mat 4:10, Ia menjadikan kata ‘hanya’ itu menjadi explicit.

Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Mat 4:10): “‎Once more the word ‘only,’ in the second clause - not expressed in the Hebrew and Septuagint - is here added to bring out emphatically the negative and prohibitory feature of the command.” [= Sekali lagi kata ‘hanya’ dalam anak kalimat yang kedua - tidak dinyatakan dalam Ibrani dan Septuaginta - di sini ditambahkan untuk menyatakan secara menekankan karakteristik negatif dan bersifat melarang dari perintah itu.].

1Sam 7:3 - “Lalu berkatalah Samuel kepada seluruh kaum Israel demikian: ‘Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada TUHAN dan beribadahlah HANYA kepadaNya; maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan orang Filistin.’”.

3) Ay 10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

Ayat ini menunjukkan bahwa hanya Allahlah yang boleh disembah!

Kita tidak boleh menyembah apapun / siapapun selain Allah, seperti:

setan. Misalnya: gereja setan.

-malaikat (Wah 19:10 Wah 22:8-9).

-manusia (Kis 10:25-26 Kis 14:14-18). Ini termasuk sungkem dan paikwi kepada orang tua / kakek / nenek. Memang dalam Perjanjian Lama ada banyak penyembahan yang dilakukan terhadap manusia seperti raja, nabi dan sebagainya. Tetapi ingat bahwa pada jaman Perjanjian Lama kata-kata Yesus dalam Mat 4:10 ini belum diucapkan. Ul 6:13 memang sudah ada, tetapi ingat bahwa dalam Ul 6:13 kata ‘hanya’ itu tidak ada. Baru pada waktu Yesus mengutipnya dalam Mat 4:10 kata ‘hanya’ itu ditambahkan. Jadi sejak Mat 4:10 itu diucapkan, tidak boleh lagi ada penyembahan terhadap manusia, sekalipun motivasi / tujuannya hanya untuk penghormatan. Ini terlihat dengan jelas misalnya dalam Kis 10:25-26 dimana Petrus menolak penyembahan dari Kornelius, sekalipun jelas bahwa Kornelius bukan menyembahnya sebagai Allah, tetapi hanya sekedar sebagai penghormatan saja.

-orang mati, baik itu orang tua, nenek moyang atau Maria / ‘orang suci’.

-berhala (Kel 20:4-6).

Tetapi Yesus mengijinkan orang menyembah diriNya sendiri (Mat 14:33 Mat 28:9,17 Yoh 9:38 Yoh 20:28), karena Ia memang adalah Allah sendiri.

Penutup.

1) Iblis pergi dan menunggu saat yang baik.

Luk 4:13 - “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari padaNya dan menunggu waktu yang baik”.

Sekalipun di sini ia sudah dikalahkan, dan ia tidak berhasil menjatuhkan Yesus ke dalam dosa, tetapi ia bukannya lalu pergi selama-lamanya. Ia memang pergi, tetapi ia menunggu saat yang baik untuk menyerang / mencobai lagi. Ada 2 hal yang bisa kita dapatkan dari sini:

a) Setan mempunyai ketekunan yang luar biasa dalam mencobai, baik dalam mencobai Yesus maupun dalam mencobai kita.

Apakah saudara tekun dalam:

-belajar Firman Tuhan?

-berdoa?

-berjuang melawan pencobaan / dosa? Bdk. Ibr 12:1-4.

Kalau setannya tekun dalam mencobai, sedangkan kita tidak tekun dalam belajar Firman Tuhan, berdoa dan berjuang melawan pencobaan, maka bagaimana kita bisa menang?

b) Kalau saudara berhasil mengatasi serangan / pencobaan setan, jangan lalu ‘mabuk / lupa daratan’ oleh kemenangan itu. Ingat bahwa ia menunggu saat yang baik untuk menyerang saudara lagi! Jadi tetaplah waspada dan berjaga-jaga.

2) Malaikat-malaikat melayani Yesus (ay 11 Mark 1:13b).

Ini pasti termasuk memberi Yesus makan. Yesus tidak mau menggunakan cara yang tidak halal untuk mendapatkan makanan, dan sekarang Ia mendapatkan makanan dari malaikat!

Penerapan: Kalau saudara mempunyai kebutuhan yang hebat, misalnya kesembuhan atau uang atau pasangan hidup, dan setan menawarkan kepada saudara untuk bisa mendapatkan hal-hal itu secara salah, misalnya dengan mendapatkan kesembuhan melalui dukun, mendapatkan uang dengan korupsi, mendapatkan pasangan hidup yang tidak seiman, dsb, maka jangan turuti tawaran setan itu. Sekalipun tawaran setan itu kelihatannya adalah satu-satunya jalan keluar, saudara tetap harus menolaknya! Kalau saudara menolak tawaran setan itu, dan Tuhan menganggap bahwa apa yang saudara inginkan itu memang merupakan kebutuhan saudara, maka Tuhan sendiri akan menyediakan kebutuhan saudara itu pada saatNya dan dengan caraNya sendiri!

-o0o-

MATIUS 4:12-25

I) Yesus mulai dengan pelayananNya (Matius 4: 12-17).

A) Yesus pindah ke Galilea setelah mendengar bahwa Yohanes Pembaptis ditangkap (ay 12).

Ini Ia lakukan bukan karena takut tetapi karena Ia tahu bahwa saatnya untuk mati belum tiba. Pada waktu Ia tahu bahwa saatnya untuk mati sudah tiba, Ia bahkan sengaja melangkahkan kakiNya ke Yerusalem (Mat 16:21-23 Mat 17:22-23 Mat 20:17-19 Mat 26:1-2).

B) Yesus tinggal di Kapernaum, di daerah Zebulon dan Naftali untuk menggenapi Firman Tuhan (ay 13-16).

Matius 4: 15-16 adalah kutipan bebas dari Yesaya 9:1. Tuhan Yesus memang datang untuk menggenapi Perjanjian Lama (Mat 5:17).

C) Yesus mulai dengan pelayananNya (ay 17).

Dia adalah Allah sendiri tetapi Ia datang untuk melayani, bukan untuk dilayani.

Mat 20:28 - “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.

Bagaimana dengan saudara?

Penerapan:

-Apakah saudara merasa terlalu tinggi untuk melayani? Kalau Yesus yang adalah Allah itu mau melayani, maka jelas bahwa kita tidak boleh merasa gengsi untuk menjadi seorang ‘pelayan’ dalam gereja!

-Apakah saudara hanya mau dilayani dan tidak mau melayani?

D) Inti pemberitaan Firman Tuhan yang diberitakan oleh Yesus sama dengan inti khotbah Yohanes Pembaptis (ay 17 bdk. Mat 3:2).

II) Yesus memanggil murid-muridNya (Matius 4: 18-22).

A) Panggilan Tuhan Yesus (ay 19).

1) Mengikut Yesus (ay 19 - ‘Ikutlah Aku’).

Kalau saudara menjadi orang kristen, pastikanlah bahwa saudara bukan sekedar mengikuti suami, istri, orang tua, teman, pendeta, ataupun merk / aliran gereja tertentu, tetapi betul-betul mengikut Yesusnya!

Mengikut Yesus ini mencakup beberapa hal:

a) Saudara harus percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan. Saudara tidak bisa mengikuti Dia tanpa mempercayai Dia.

1. Kalau saudara sekedar sudah dibaptis atau rajin ke gereja, atau bahkan rajin melayani, tetapi hati saudara sebetulnya belum percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sebetulnya saudara bukan pengikut Kristus!

2. Kalau saudara percaya kepada Yesus sebagai dokter, pemberi berkat, pelaku mujijat, pemberi kekayaan, dsb, tetapi tidak sebagai Juruselamat dan Tuhan, maka saudara juga bukan pengikut Kristus!

3. Ini adalah langkah pertama dan terutama. Tanpa langkah ini semua langkah yang lain tidak ada gunanya!

b) Belajar Firman Tuhan.

Bagaimana saudara bisa mengikut Dia, kalau saudara tidak tahu apa yang Ia inginkan? Dan untuk bisa tahu apa yang Ia inginkan, saudara harus belajar Firman Tuhan dengan rajin dan tekun. Untuk itu bacalah seluruh Kitab Suci, ikutlah Pemahaman Alkitab yang baik, dan bacalah buku-buku rohani yang baik.

c) Persekutuan dengan Tuhan / saat teduh.

Saat teduh, dimana saudara bisa berdoa secara pribadi dan membaca Firman Tuhan secara pribadi, adalah sesuatu yang sangat penting dalam mengikut Kristus, dan karenanya hal itu harus saudara lakukan dengan tekun! Bdk. Yoh 15:1-8.

d) Ketaatan.

Tidak ada gunanya saudara belajar Firman Tuhan, kalau saudara tidak mentaatinya. Jadi, setiap kali mendengar, membaca atau belajar Firman Tuhan, selalu perhatikan apakah ada dosa yang harus saudara buang, atau hal baik yang harus saudara lakukan!

2) Menjadi penjala manusia.

Ada banyak kemiripan antara penjala manusia dengan penjala ikan, misalnya:

a) Penjala ikan tidak bisa menunggu supaya ikannya datang kepadanya, tetapi ia yang harus pergi ke tempat dimana ada ikan.

Demikian juga kalau kita mau menjadi penjala manusia. Kita tidak boleh hanya menunggu di gereja dengan harapan semua orang akan datang ke gereja, tetapi kita harus pergi mencari jiwa (Mat 28:19). Kita harus pergi kepada orang yang belum percaya kepada Yesus, dan memberitakan Injil kepada mereka, supaya mereka bisa percaya kepada Yesus dan diselamatkan!

Penerapan: ada pendeta-pendeta yang tidak mau berkhotbah di gereja-gereja yang sesat, dan ia menghendaki supaya orang-orang di gereja-gereja itu yang datang kepadanya. Ini jelas merupakan sikap sombong yang tidak pada tempatnya, dan bertentangan dengan jiwa penginjilan.

b) Penjala ikan harus mempunyai ketekunan, dan mereka harus terus berjuang sekalipun mereka berkali-kali menarik jala yang kosong.

Demikian juga dengan penjala manusia. Ingat bahwa Pemberitaan Injil adalah suatu pekerjaan yang paling membutuhkan ketekunan. Pada waktu memberitakan Injil, saudara bisa tidak digubris, tetapi sebaliknya diejek, dibantah, atau bahkan dianiaya dan dibunuh. Sering juga terjadi bahwa kita kelihatannya berhasil mempertobatkan seseorang, tetapi setelah beberapa minggu / bulan, orang itu mundur dan terhilang. Menghadapi semua ini, kita harus tetap tekun dalam memberitakan Injil!

Illustrasi: seorang bernama Bob Wieland (40 tahun), ikut lomba lari marathon, sekalipun ia tidak mempunyai kaki gara-gara perang Vietnam. Ia masuk finish terakhir dengan catatan waktu 4 hari, 2 jam, 48 menit, 17 detik, mulai 2 November 1986 - 6 November 1986! Inilah ketekunan! Dalam pemberitaan Injil, tirulah ketekunannya!

1Kor 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”. Kitab Suci Indonesia salah terjemahannya, karena kata-kata ‘persekutuan dengan’ itu seharusnya tidak ada.

KJV: ‘Therefore, my beloved brethren, be ye stedfast, unmoveable, always abounding in the work of the Lord, forasmuch as ye know that your labour is not in vain in the Lord’ (= Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan selalulah berlimpah-limpah dalam pekerjaan Tuhan, karena engkau tahu bahwa pekerjaanmu tidaklah sia-sia dalam Tuhan).

c) Penjala ikan harus mempunyai keberanian.

Khususnya di danau Galilea, setiap saat angin ribut bisa datang dengan mendadak tanpa ada tanda-tanda lebih dulu.

Bdk. Matius 8:24 - “Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur.”.

Jadi, penjala ikan di sana menghadapi resiko yang sangat besar.

Demikian juga dengan menjadi penjala manusia. Kalau kita memberitakan Injil / Firman Tuhan, maka ada resiko yang harus berani kita ambil. Bagaimanapun bijaksananya dan benarnya cara yang kita lakukan dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan, hal itu selalu bisa menimbulkan kemarahan, kebencian, permusuhan, penganiayaan terhadap diri kita (bdk. ay 12 yang menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis ditangkap karena menegur Herodes).

B) Orang-orang yang dipanggil oleh Yesus.

1) Mereka sedang sibuk (Matius 4: 18,21).

Dan kesibukan mereka ini bukanlah kesibukan yang berdosa, seperti sibuk merampok, sibuk berzinah, dsb. Kesibukan mereka adalah kesibukan yang positif / baik karena mereka sibuk melakukan pekerjaan yang halal. Tetapi mereka tetap dipanggil oleh Yesus untuk mengikut Dia dan melayani Dia.

Penerapan: jangan menolak panggilan Tuhan (baik untuk ikut Pemahaman Alkitab maupun pelayanan) dengan alasan sibuk! Kalau saudara melakukan hal itu, dan suatu kali saudara membutuhkan Tuhan dan berdoa kepadaNya, jangan salahkan Tuhan kalau Ia berkata: “Aku terlalu sibuk untuk mendengar ataupun mengabulkan doamu!”.

Bdk. Amsal 1:24-28 - “(24) Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, (25) bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku, (26) maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, (27) apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu. (28) Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku.”.

2) Mereka adalah orang-orang yang tidak berpendidikan.

a) Tuhan memanggil orang-orang bodoh untuk mempermalukan orang-orang pandai.

1Korintus 1:27-29 - “(27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”.

Karena itu kalau saudara adalah orang yang bodoh / tidak berpendidikan, jangan merasa bahwa Tuhan tidak mau dan tidak bisa memakai saudara. Sebetulnya yang memegang peranan penting bukan diri kita sebagai alat, tetapi Tuhannya sebagai pemakai alat tersebut.

Ilustrasi: senjata yang sederhana di tangan Bruce Lee bisa menjadi sesuatu yang hebat. Demikian juga sekedar pensil dan kertas di tangan seorang pelukis bisa menghasilkan gambar yang bagus.

Tetapi di sisi lain, jangan menjadi orang fanatik yang bodoh, yang senang dan bangga akan kebodohan mereka.

Calvin (tentang Luk 5:10): “When our Lord chose persons of this description it was not because he preferred ignorance to learning: as some fanatics do, who are delighted with their ignorance, and fancy that, in proportion as they hate literature, they approach the nearer to the apostles.” [= Pada waktu Tuhan kita memilih orang-orang seperti ini itu bukanlah karena Ia lebih senang orang bodoh dari pada yang terpelajar, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang fanatik, yang senang dengan kebodohan mereka, dan berkhayal bahwa makin mereka membenci literatur makin mereka mirip dengan rasul-rasul.].

Dalam persoalan pemanggilan orang bodoh / tak terpelajar ini, kita perlu mengingat bahwa pada waktu Yesus memanggil orang bodoh / tak berpendidikan, Ia bukannya lalu membiarkan mereka bodoh / tak berpendidikan terus. Sebaliknya Yesus mengajar mereka sehingga menjadi pandai (dalam hal rohani).

Perlu juga diingat bahwa dalam Kitab Suci orang kristen sering disebut dengan istilah ‘murid’. Mengapa? Karena ‘murid’ adalah seorang yang belajar!

Jadi, keadaan bodoh / tak berpendidikan bukan halangan untuk melayani Tuhan, tetapi bagaimanapun ia harus mau belajar!

b) Ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak mau memakai orang yang pandai. Paulus adalah orang pandai dan iapun dipakai oleh Tuhan. Jadi yang penting bukan orangnya, tetapi Tuhan yang memakai orang itu.

C) Sikap terhadap panggilan Tuhan:

1) Segera (Matius 4: 20,22).

Yesus tidak senang dengan penundaan.

Yoh 4:35-36 - “(35) Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. (36) Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita.”.

Luk 9:59-60 - “(59) Lalu Ia berkata kepada seorang lain: ‘Ikutlah Aku!’ Tetapi orang itu berkata: ‘Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.’ (60) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.’”.

Mengapa Yesus tidak senang dengan penundaan? Karena:

a) Pelayanan / pemberitaan Injil adalah suatu tindakan penyelamatan terhadap orang yang setiap saat bisa masuk ke neraka. Jadi, ini merupakan sesuatu yang bersifat mendesak!

b) Pada saat menunda, kita sudah tidak taat!

Kalau suatu saat saudara berkata kepada pembantu saudara: ‘Ambilkan saya minum’, dan ia menjawab: ‘Besok saja saya ambilkan’, apakah saudara menganggap bahwa ia mentaati saudara?

c) Dari penundaan biasanya datang pembatalan.

2) Rela meninggalkan apa saja (ay 20,22).

Mereka meninggalkan pekerjaan dan keluarganya (bdk. Mat 10:37). Memang tidak semua orang dipanggil Tuhan untuk meninggalkan keluarga / pekerjaan (contoh: Mark 5:18-20), tetapi kalau saudara diminta meninggalkan keluarga / pekerjaan / study, maukah saudara taat?

Catatan: Tuhan bisa memanggil seseorang untuk meninggalkan orang tua, kakak, adik. Ini yang saya maksud dengan ‘keluarga’. Tetapi Tuhan tidak mungkin memanggil seseorang untuk meninggalkan istrinya / suaminya!

3) Mereka menanggapi panggilan Tuhan secara keseluruhan.

a) Ada orang yang mau ikut Yesus, tetapi tidak mau menjala manusia.

b) Ada orang yang mau menjala manusia, tetapi dirinya sendiri tidak mau ikut Yesus (tidak mau belajar Firman Tuhan dsb).

Ini adalah orang yang menanggapi hanya sebagian dari panggilan Yesus. Tetapi murid-murid Yesus mengikut Yesus dan juga menjala manusia. Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara menanggapi panggilan Tuhan secara keseluruhan atau hanya sebagian?
EKSPOSISI MATIUS PASAL 1-4
III) Pelayanan Yesus dan murid-muridNya (Matius 4: 23-25).

1) Murid-murid belajar melayani dengan melihat Yesus melayani.

a) Bagi kita yang sudah bisa melayani, harus mengajak orang yang belum bisa melayani dalam pelayanan, supaya mereka bisa melayani.

b) Bagi kita yang belum bisa melayani, harus mau belajar melayani, baik dari buku-buku, Pemahaman Alkitab, maupun dari orang-orang yang sudah bisa melayani.

Awas! Ada beda antara orang yang tidak bisa melayani dalam suatu pelayanan tertentu karena memang ia tidak berkarunia di situ dan orang yang tidak bisa karena belum / tidak mau belajar melayani!

2) Tuhan Yesus melayani dalam rumah ibadat / synagogue (Matius 4: 23).

Baik Tuhan Yesus maupun rasul-rasul sangat menekankan pelayanan dalam rumah ibadat / synagogue dan Bait Allah (Matius 9:35 Matius 13:54 Mark 1:39 Lukas 4:15-33 Lukas 13:10 Yoh 18:20 Kis 3:11-dst Kis 4:2 Kis 5:20-dst Kis 9:20 Kis 13:5-44 Kis 14:1 Kis 17:2,10 Kis 18:4,19,26).

Memang Tuhan Yesus juga melakukan pelayanan di luar Bait Allah / rumah ibadat, misalnya dalam Yoh 4 pada waktu Ia melayani perempuan Samaria. Tetapi bagaimanapun jelaslah bahwa Yesus sangat menekankan pelayanan dalam rumah ibadat / Bait Allah. Ini mengajar kita untuk juga menekankan pelayanan di dalam gereja.

BACA JUGA: EKSPOSISI MATIUS 5:1-48

Penerapan: Apakah saudara menekankan pelayanan di dalam gereja? Pelayanan apa yang saudara lakukan di dalam gereja? Adalah merupakan sesuatu yang aneh bahwa jaman sekarang ada banyak orang mau aktif dalam persekutuan-persekutuan, tetapi sama sekali tidak aktif di gereja!

3) Tuhan Yesus melayani secara rohani dan jasmani (Matius 4: 23).

Tetapi dalam ay 23 itu pelayanan rohani disebut lebih dahulu (bdk. Matius 4: 9:1-8 - pengampunan dosa didahulukan dari pada penyembuhannya). Jadi kitapun harus lebih menekankan pelayanan rohani, tanpa mengabaikan pelayanan jasmani.

Penerapan:

Banyak gereja-gereja yang penekanan pelayanannya sering lebih dititik-beratkan pada kesembuhan, yang jelas merupakan pelayanan jasmani. Ini salah!

Dalam kalangan gereja-gereja Protestan yang liberal, pelayanan yang sering ditekankan adalah memberikan bantuan sosial bagi orang yang menderita seperti yatim piatu, korban bencana alam, dsb. Ini lagi-lagi hanya pelayanan jasmani, dan ini merupakan sesuatu yang salah. Gereja harus menekankan pemberitaan Injil / Firman Tuhan dan bukannya berubah menjadi suatu badan sosial belaka!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post