IMAN DARI ALLAH TRITUNGGAL (3): IMAN DARI ALLAH ROH KUDUS

Pdt. DR.Stephen Tong.

IMAN DARI ALLAH TRITUNGGAL (3): IMAN DARI ALLAH ROH KUDUS 

Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya. (1Korintus 12:7-11)
IMAN DARI ALLAH TRITUNGGAL (3): IMAN DARI ALLAH ROH KUDUS
Di dalam 1 Korintus 12:7-11 ini, kita melihat bahwa Roh Kudus memberikan berbagai karunia kepada umat Allah, kepada setiap orang percaya. Ini yang kemudian dikenal sebagai karunia Roh Kudus. Setiap orang percaya dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Karunia Roh diberikan “seperti yang dikehendaki-Nya” yaitu seturut kehendak Roh Kudus, bukan menurut kehendak kita, doa kita, ataupun ambisi kita. 

Karunia Roh Kudus hanya berasal dari Roh Kudus dan atas kehendak Roh Kudus. Di sini dinyatakan bahwa Roh Kudus yang memberikan iman kepada umat-Nya. Ayat ini adalah satu-satunya ayat yang menyatakan bahwa iman berasal dari Roh Kudus, dan sekaligus satu-satunya ayat yang menyatakan bahwa iman adalah karunia.

Allah Tritunggal dan Iman

Allah Bapa memberikan iman dasar; Allah Kristus memberikan iman keselamatan; dan Allah Roh Kudus memberikan iman pelayanan sebagai karunia. Allah Bapa menanamkan iman kepada kita sehingga kita bisa mengetahui adanya Tuhan Allah dan Dialah yang memberikan anugerah kepada manusia. 

Melalui Kristus, kita mengetahui bahwa Allah menciptakan kita dan menyelamatkan kita dengan Kristus mati dan bangkit bagi kita. Melalui iman yang ditanamkan oleh Roh Kudus, kita percaya kepada Tuhan dan bersandar kepada-Nya sambil berani melakukan banyak hal yang dianggap sulit atau tidak mungkin bagi orang lain. 

Jikalau ketiga macam iman yang diberikan oleh Allah Tritunggal ini ada di dalam diri kita, maka kita akan menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman. Orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman adalah orang yang tidak menghasilkan iman dari diri sendiri yang berdosa, tidak mengandalkan diri yang hanya ciptaan ini, melainkan yang mendapatkan imannya dari Allah Tritunggal - Dialah satu-satunya dan yang paling berhak memberikan iman yang benar kepada manusia. 

Hal ini mengungkapkan apa yang dikenal sebagai theologi yang theosentris, yaitu theologi yang berpusat pada Allah, yaitu iman dimulai dan didasarkan pada Allah sendiri. Theosentris berarti berpusat pada Allah, bukan pada diri. Ada dua macam agama, yaitu agama yang dari Allah dan agama yang dari manusia; demikian juga ada dua macam gereja, yaitu Gereja yang dari Allah dan gereja yang dari manusia.

Jika ada manusia yang pandai, mempunyai banyak uang, dan kemampuan manajemen mendirikan gereja, maka gereja itu menjadi gereja yang antroposentris, yaitu gereja yang berpusat pada manusia, bukan pada Allah. Gereja yang berpusat pada manusia akan selalu mengandalkan kekuatan manusia, mengandalkan orang pandai, orang kaya, atau orang-orang yang mempunyai pengaruh sosial atau politik di masyarakat. Gereja yang berpusat pada Allah adalah Gereja yang mengandalkan kuasa Allah, anugerah Allah, pimpinan Allah, dan berjalan berdasarkan gerakan Roh Kudus yang memimpin seluruh Gereja-Nya untuk memuliakan Allah, bukan diri.

Demikian juga ada dua macam theologi, yaitu theologi yang berpusat pada Allah (theologi theosentris) dan theologi yang berpusat pada manusia (theologi antroposentris). Theologi antroposentris menggunakan pendekatan psikologis untuk menjelaskan Alkitab, memakai pengalaman manusia untuk menafsirkan Alkitab, dan memakai rasio manusia untuk membuat tafsiran Alkitab. 

Diri manusia menjadi pusat, kemudian memperalat firman Tuhan dan memanipulasi firman Tuhan agar sesuai dengan pengalaman, rasio, dan pergumulan manusia yang salah. Theologi theosentris berdasarkan pada wahyu Tuhan, percaya penuh akan kebenaran firman Tuhan - bahwa Alkitab tidak mengandung kesalahan, dan percaya pada Allah yang memberikan Firman.

Iman Palsu

“Siapa yang percaya kepada Tuhan Yesus pasti diselamatkan.” Benarkah pernyataan ini? Pernyataan ini baru benar sebagian karena firman Tuhan mengatakan, “Barangsiapa ditarik oleh Bapa akan datang kepada Kristus.” Barulah kalimat berikutnya adalah kalimat yang di atas. Di sini kita melihat perlunya mengerti kebenaran firman Tuhan secara penuh.

Saat ini, ada begitu banyak orang yang mengajarkan iman yang berpusat pada manusia. Mereka berkata, “Asal percaya saja, nanti engkau pasti sembuh.” Banyak orang senang mendengar pengkhotbah seperti Benny Hinn, Reinhard Bonnke, dan lain-lain, yang berbicara tentang iman yang berbeda dari ajaran Alkitab. Iman yang bukan kembali kepada Allah dan kebenaran-Nya, tetapi kepada keinginan dan kepentingan manusia. 

Kalau saya mau berkhotbah seperti ini, tentu pendengar saya akan menjadi jauh lebih banyak, karena lebih menyenangkan bagi manusia. Akan tetapi saya harus taat kepada Allah dan Firman-Nya, karena ini bukan untuk kepentingan ataupun kenikmatan manusia. Theologi sejati adalah theologi yang theosentris bukan antroposentris. Theologi sejati menyenangkan Allah bukan manusia. Saat ini, semua yang menyenangkan Allah tetapi merugikan dan tidak menguntungkan manusia, dibuang.

Saluran Iman


Dengan jalur apakah Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus memberikan iman kepada kita?

Pertama, iman datang dari pendengaran. 

Ini prinsip Alkitab yang pertama

Di dalam Roma 10:17, “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Khotbah tentang Kristus yang menyatakan kerahasiaan Kristologi adalah khotbah yang paling penting untuk menimbulkan iman. Orang yang sungguh-sungguh memberitakan Firman dengan benar, berkatnya besar sekali dari Tuhan. Tetapi orang yang terus-menerus mengkhotbahkan berkat yang besar, mungkin akan mendapat pukulan yang berat sekali dari Tuhan. 

Jikalau engkau memberitakan tentang Kristus dan terus memuliakan Kristus, maka tidak mungkin Roh Kudus tidak bekerja untuk mendukung engkau. Di mana ada seorang pemuda, seorang hamba Tuhan, seorang pengkhotbah, yang membicarakan Kristologi dengan sungguh-sungguh, di situ Roh Kudus mengurapi, memenuhi, mendampingi, memberi kekuatan, mengesahkan, dan mengkonfirmasikan apa yang dikhotbahkan, karena Roh dikirim untuk itu. Oleh karena itu, anak muda tidak boleh takut bersaksi tentang Kristus.

Saya menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan pada usia 17 tahun dan selalu bersaksi. Saya menggunakan sekitar 20% dari pendapatan saya untuk membeli dan membagikan traktat penginjilan, serta 40% untuk pelayanan pekerjaan Tuhan. Suatu waktu ketika menginjili di kereta api, saya takut menginjili seorang polisi yang galak sekali wajahnya. Saya takut ia marah, tetapi akhirnya saya memberanikan diri. 

Saya katakan, “Pak, silahkan percaya kepada Tuhan Yesus.” Sambil menerima traktat, Ia menjawab, “Oh, terima kasih.” dan tersenyum. Saya baru tahu orang galak kalau tersenyum manis juga. Itu membuat saya lebih berani membagikan traktat kepada orang lain. Saya bersyukur Tuhan terus memberkati saya hingga saat ini, semakin banyak orang yang menghadiri khotbah penginjilan yang saya kerjakan setiap tahun. 

Puji Tuhan! Jika engkau betul-betul mengabarkan Injil, betul-betul memberitakan Kristus, betul-betul mencintai Tuhan dan jiwa sesama, maka Tuhan akan memberkati. Orang beriman akan sungguh-sungguh meninggikan Kristus. Jika orang meninggikan diri, Tuhan tidak akan memberkati dan orang lain akan melihat bahwa motivasinya tidak beres.

Kedua, iman datang dari tuntutan doa yang sungguh-sungguh. 

Murid Tuhan Yesus berkata, “Tuhan, iman kami tidak cukup, tambahkanlah iman kepada kami.” Itu berarti doa yang meminta iman tidaklah salah. Banyak orang berdoa minta uang, minta kekayaan, minta kesembuhan, minta kesuksesan, tetapi jarang sekali yang berdoa meminta iman, minta mengerti kehendak Tuhan, dan minta diberi kekuatan untuk menjalankan kehendak Tuhan. 

Doa yang baik adalah berdoa untuk kemuliaan Tuhan, kerajaan Tuhan, kehendak Tuhan, dan kebesaran nama Tuhan. Doa untuk diri sendiri cukup satu kalimat saja yaitu, minta makanan yang secukupnya untuk hari itu. 

Itu saja tidak ada yang lain. Iman datang dari mana? Iman datang dari permohonan doa yang sungguh - permohonan untuk mau mengenal Allah, mau mengerti kehendak-Nya dengan benar, minta kekuatan untuk mengerjakan kehendak-Nya dengan benar, itulah permohonan yang benar. Tidaklah salah seseorang berdoa meminta iman. Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semua yang lain akan ditambahkan kepadamu. 

Saya jarang berdoa untuk kesehatan saya, terus terang saya jarang berdoa untuk keamanan diri saya. Saya tidak pernah berdoa minta uang, minta kesehatan, ataupun minta keamanan, tetapi saya berdoa minta agar firman Tuhan dapat saya jelaskan dengan baik, minta agar Injil dapat dikabarkan, minta agar banyak pemuda menyerahkan diri, minta agar Tuhan memberkati orang yang memberitakan Injil dengan berani, serta minta agar Tuhan memberkati dan menolong para misionaris. Saya berdoa agar saya dapat menjalankan kehendak-Nya dan hanya kehendak-Nya sajalah yang jadi.

Ketiga, iman datang dari ujian. 

Mereka yang mengalami ujian iman akan menjadi lebih berharga daripada emas yang murni. Kalimat ini muncul dua kali, pertama di Perjanjian Lama yaitu, kitab Ayub: “Setelah aku diuji, aku akan menjadi seperti emas murni.” Lalu di Perjanjian Baru yaitu, surat Petrus: “Tidak tahukah kamu, imanmu setelah diuji akan lebih berharga dari emas yang murni?” 

Dalam dua perjanjian ini, secara konsisten dikatakan bahwa iman diperkuat bagaikan emas yang diuji, makin dibakar dan dicairkan, semakin murni. Pada mulanya iman kita tidak murni karena banyak si “aku” dan “keuntunganku”, tetapi akhirnya iman bisa menjadi murni. Pemurnian ini hanya dapat dilakukan oleh Tuhan. Jika kita melayani bagi kepentingan diri kita sendiri, bagi kemuliaan kita, profit kita, keluarga kita, maka kita tidak bisa dipakai oleh Tuhan. Jika kita melayani bagi kemuliaan Allah dan bagi Kristus, maka pelayanan kita akan diperkenan oleh Tuhan.

Iman datang dari ujian. Setelah diuji melalui api, maka cairan yang kotor dapat dibuang sehingga emas menjadi semakin murni. Ketika Sadrakh, Mesakh, dan Abednego diperintahkan untuk menyembah berhala yang dibuat dari emas, mereka berada di dalam ujian. Jika mereka menolak, maka dapur api yang sedemikian panas menanti mereka. Ini adalah ujian. 

Akhirnya, bukan saja tidak mati, tetapi ketika mereka keluar, sama sekali tidak ada bau terbakar ataupun bekas api. Hal ini membuat saya kagum. Banyak orang saat ini masih berbau hangus ketika baru keluar dari ujian, sehingga semua orang tahu bahwa dia baru saja susah. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego berbeda, mereka tidak ada bau terbakar sama sekali. Banyak orang berpuasa tapi membuat orang lain tahu bahwa dia sedang susah dan mengharuskan orang lain ikut susah. 

Sudah lelah, tidak terlihat lelah; sudah susah, tidak terlihat susah, sudah menderita tidak terlihat menderita, inilah sikap orang Kristen. Orang yang melayani Tuhan dengan beriman tidak bisa dilelehkan oleh api, karena “api” mereka lebih dari itu. Setelah melampaui ujian, aku menjadi lebih murni dari emas murni. Inilah kesaksian Alkitab.

Di sorga nanti, yang paling keras bukanlah berlian, melainkan orang Kristen yang pernah dilatih, yang pernah pikul salib, yang pernah dianiaya, yang pernah diumpat, difitnah, ditekan, maupun disalah mengerti. Ketika semua ujian sudah dilewati namun ia masih tetap berdiri tegak, maka saat itulah ia akan melebihi berhala. Berhala dibuat dari emas yang dicairkan dan akhirnya menjadi cair oleh api. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tidak bisa dicairkan oleh api, karena mereka jauh lebih keras dari api yang mau membakarnya. 


Jika demikian, mengapa kita mau menyembah apa yang bisa dicairkan? Maukah engkau menjadi manusia beriman? Iman yang sejati adalah iman yang lebih keras dari berlian, platinum, ruby, atau batu apapun. Iman yang sudah teruji lebih kuat, lebih tinggi, lebih bernilai, dan lebih berharga daripada emas murni. Siapakah mereka? Mereka adalah orang beriman yang sudah lewat ujian.

Maka, pertama, iman datang dari Firman; kedua, iman datang dari tuntutan doa yang sungguh-sungguh; dan ketiga, iman yang mengalahkan ujian. Kiranya kita boleh menjadi orang yang beriman. Amin.
Next Post Previous Post