Menjadi Kudus Seperti yang Dikehendaki Tuhan:1 Petrus 1:13-16

Sebagai gembala umat Tuhan, Petrus mengingatkan agar terus-menerus hidup kudus dengan menjaga akan tiga hal penting.
Menjadi Kudus Seperti yang Dikehendaki Tuhan:1 Petrus 1:13-16
otomotif, gadget, bisnis
1. Pertama ialah akal budi yang melingkupi dalam diri orang percaya di mana kekudusan berawal dari akal budi yang merupakan perintah bukan saran. 1 Petrus 1:13 menyebutkan akal budi, yang dalam Bahasa Yunani ialah διανοι ας (tes dianoias) mengarah pada pengertian waspada dan berdoa dengan tujuan dialog bersama Tuhan terkonsentrasi dalam pemikiran rasa takut serta hormat penuh kekudusan. 

Melalui akal budi, Petrus memberikan perintah agar orang Kristen mengendalikan diri yang menunjukkan kekudusan dalam kehendak seperti uraian lanjutannya dalam 1 Petrus 4:7, ”Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.”

2. Bagian kedua ialah taat seperti yang tertulis dalam 1 Petrus 1:14, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat.” Ungkapan anak-anak yang taat tertulis dalam bahasa Yunani ialah τέκνα ὑπακοῆς (tekna hupakoes) memberi petunjuk keberadaan mereka sebagai orang Kristen petobat baru sekaligus memiliki keyakinan terhadap Tuhan sebagai Bapa mereka. 

Bila merujuk pada kata dasar ὑπακοῇ --- (hupakoe)  merupakan kata benda kasus genitive bentuk feminin tunggal memberikan arti ketundukan. Tentu saja kata taat ini berhubungan dengan kualitas ketaatan terhadap kebenaran Injil. Ketaatan mutlak harus terus-menerus terjadi dalam diri orang yang baru bertobat dengan prinsip disiplin pembacaan Alkitab, permohonan doa serta menjalin persekutuan antar saudara seiman.

3. Bagian ketiga ialah kudus dalam 1 Petrus 1:15. Pada dasarnya kekudusan mengacu pada kualitas hakiki Tuhan dan manusia, supremasi Allah yang kudus merupakan sumber kesempurnaan rohani dan moral. Hidup kudus sesuai 1 Petrus 1:15, menunjukkan bahwa “hendaklah kamu menjadi kudus ” sebenarnya memberi pengertian “hendaklah kamu dikuduskan” bukan menguduskan. 

Sangat berbeda artinya karena pada kenyataannya orang Kristen tidak mampu menguduskan dirinya sendiri dengan kekuatannya, sebab itu hanya membutuhkan pertolongan Tuhan yang mampu menguduskannya. Pada akhirnya Petrus memerintahkan bahwa setiap orang percaya harus memiliki kekudusan dalam hati. 1 Petrus 3:15, “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!”

Dari ketiga bagian ini yaitu akal budi, taat, dan kudus menghantar kepada pemahaman 1 Petrus 1:16 mengenai kudus yang sesungguhnya merupakan kata kunci surat 1 Petrus. “Sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” 1 Petrus 1:16, kata “sebab” adalah kata penting yang menunjukkan tanda peralihan dengan sebuah tujuan dari pemikiran Petrus yang sebelumnya. 

Dalam 1Petrus 1:1-2 dan 1 Petrus 1:3-10 rasul Petrus secara sederhana menjelaskan tentang keselamatan di dalam Kristus, selanjutnya membicarakan kelahiran baru, hingga orang-orang percaya menerima bagian di Surga (1 Petrus 1:4,8) kemudian beralih pada pokok bahasan perihal kekudusan. Penggunaan kata Kudus dalam Imamat 11:44, ָ שׁדֶֹֹק) Qadosh) Artinya : Kudus, maha kudus atau terpisah dengan merujuk pada pengertian dikhususkan menjadi milik Allah sekaligus dipisahkan dari hal-hal duniawi yang bertentangan dengan kehendak Allah. 

Sedangkan dalam bahasa Yunani ἅγιός (1Petrus 1:16 ) hagios artinya memisahkan dan menjadikan milik Allah yang menunjuk pada sikap kesetiaan manusia terhadap Allah atau keserasian dunia ciptaan terhadap hukum Ilahi. Pengertian kudus dari bahasa Ibrani dan dari bahasa Yunani mempunyai konsep yang sama.

Tampak jelas sekali bahwa kekudusan berawal karya Allah khususnya Roh Kudus dalam diri orang percaya. Kemudian tersalurkan keluar melalui hubungan pribadi dengan firman Tuhan dan berlanjut dengan pemerintahan di dunia. Lalu berkaitan erat dengan pekerjaan terikat melalui hubungan suami istri dan berakhir hingga kedatangan hari Tuhan. 

Sebagaimana Petrus mengingatkan orang-orang Yahudi Kristen yang hidup menjadi perantau maupun pendatang, penekanan kekudusan telah melekat dalam ingatan mereka perihal tatanan yang sedemikian teratur mulai lembaga  terkecil yaitu keluarga hingga lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan kerajaan.

Seperti para leluhur mereka terdahulu sebelum masuk ke tanah kanaan, hukum kekudusan tertulis lengkap dalam kitab Taurat. Mereka menyadari sebagai bangsa yang terkecil di antara bangsa-bangsa lainnya menuntun pemikiran awal dari para leluhur mereka yang hidup mengembara di antara bangsa-bangsa yang sudah ada sebelum mereka. 

Apalagi sejarah pembuangan mereka baik di negeri Asyur maupun Babel tetap mengendap dalam pikiran mereka betapa tanpa kekudusan harus dibayar dengan konsekwensi tersebar di antara banyak bangsa. Dalam Perjanjian Lama, Allah memindahkan status umat pilihan-Nya yaitu Israel dengan membersihkan serta membuat mereka berkembang ke seluruh dunia sekaligus menunjukkan Diri-Nya bahwa Dia yang kudus atas segala bangsa

Uraian surat Petrus, kekudusan merujuk kepada gereja yang telah dipanggil Allah melalui Roh Allah yang terlebih dahulu melahir barukan hidup orang percaya, memperbaharui orang tersebut menjadi serupa Kristus. 

Pengertian Perjanjian Lama mengenai istilah “orang/bangsa pilihan” menjelaskan Israel (Ulangan 7:6; 14:2; Mazmur 105:6,43; Yesaya 45:4) hanya saja mereka menolak serta membunuh Tuhan Yesus Kristus, maka istilah tersebut dialihkan kepada gereja (Matius 21:41; Markus 12:9; Lukas 20:16). Perbedaan pemilihan Allah terhadap gereja dengan pemilihan Allah terhadap Israel terpusat pada Kristus

Israel dipilih sebagai bangsa yang menurunkan Yesus Kristus sedangkan pemilihan keselamatan bagi kita yang menerima Kristus Yesus sekarang ini, tidak bisa gagal atau dialihkan kepada orang lain apapun alasannya (Kis 13:48; Roma 8:29- 30). Alkitab menegaskan bahwa “Kamulah bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan kllah.” (1 Petrus 2:9) Petrus menjelaskan dengan kalimat tersebut karena perjanjian Allah pada bangsa Israel sudah digagalkan. 

Inilah yang dimaksud dengan kalimat “orang-orang yang dipilih” (1 Petrus 1:2) yaitu setiap orang yang menerima Kristus Yesus sebagai juru selamat dalam hidupnya. Berpijak dari pengertian ini terdapat tiga bagian mengenai kekudusan yaitu kekudusan secara posisi, kekudusan secara praktik, dan kekudusan secara final.

1. Kekudusan secara Posisi

Pada kenyataannya, rasul Petrus mengawali dan menyimpulkan nasehat mengenai kekudusan dengan menjelaskan Allah yang kudus . Setiap orang Kristen sudah seharusnya menjadi kudus, baik karena mereka telah diubahkan maupun juga karena mereka adalah anak-anak Allah. Penjelasan Petrus pada penulisan awal suratnya yang pertama, dia berbicara perihal kekudusan secara posisi. 

Sudah pasti yang mengerjakan bagian posisi kekudusan hanyalah Allah yang berdasarkan pengorbanan Kristus. Kekudusan secara posisi merupakan pembenaran ketika Allah sendiri menyatakan kita sebagai orang benar di hadapan-Nya. Pengudusan secara posisi hanya terjadi sekali dalam sepanjang hidup orang percaya dan tidak ada campur tangan dari manusia. Oleh sebab itulah kita disebut kudus yang berarti kita telah dipisahkan.

2. Kekudusan secara Praktik

Pengudusan merupakan tindakan yang mengarah untuk hidup benar sesuai perintah Kristus. Peristiwa tersebut terjadi pada masa kini saat orang Kristen berjalan bersama Tuhan. Bagian inilah merupakan keindahan dalam kekudusan di mana ada kerjasama antara yang harus dikerjakan oleh orang Kristen sebagai tanggung jawab karena telah diselamatkan dan Roh kudus menolong kita untuk melakukan tindakan kekudusan. 

Pada dasarnya kekudusan memiliki dua sisi. Pasa sisi pertama Allah telah memilih umat-Nya sebab itu Dia telah memanggil mereka keluar dan mereka telah menanggapi panggilan itu dan di sisi lain mereka telah dipisahkan dari dunia, berniat untuk gaya hidup yang berbeda dan dianggap oleh rekan-rekan mereka.

Pengudusan berlangsung hari ini dan terus menerus terjadi setiap hari dalam hidup umat Tuhan. Orang Kristen tidak mungkin hidup sempurna karena mereka masih hidup dalam sifat dosa. Tetapi dalam satu hari nanti, sifat dosa ini akan dilenyapkan dan kita akan menjadi serupa dengan Kristus. 

Ini sesuai dengan petikan kata dari 1 Petrus 1:3, “kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,” kata “pengharapan” merujuk pada penjelasan iman Kristen dengan sendirinya menyatakan bahwa iman juga adalah pemberian Allah (2Tesalonika 3:2) maka pengudusan sejati yang terjadi setiap hari hingga serupa Kristus, semuanya dikerjakan oleh Allah walaupun terlihat seperti ada kerja sama manusia dalam prosesnya yang terus menerus.

Proses pengudusan bisa digambarkan seperti anak kecil yang belajar merangkak hanya fokus pada kebutuhan kesenangannya yaitu minum susu, namun dari sisi sang Ibu yang sedang mengiming-imingi susu, fokus pada rancangan perkembangan anaknya agar belajar berdiri dan berjalan.

3. Kekudusan secara final

Rasul Petrus berkali-kali dalam suratnya memerintahkan kepada umat pilihan Allah untuk terus menerus hidup kudus di tengah-tengah masyarakat pada zamannya. Hingga begitu pentingnya mengerjakan pengudusan sampai Petrus menjelaskan dengan satu kesimpulan “Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup” 2 Petrus 3:11. 

Satu-satunya alasan bahwa setiap orang Kristen harus hidup dalam pengudusan sampai akhir adalah menyatakan karya keselamatan Allah sedemikian mulia dan layak untuk diterima dengan pengucapan syukur melalui hidup kudus yang terus menerus di dunia ini sebagai kesaksian hidup hingga berakhir disempurnakan oleh Roh Kudus.

Petrus berbicara tentang keselamatan dengan tiga tensis, dalam waktu yang lampau (past tense) Dia (Tuhan) telah memercikkan darah Kristus, di masa sekarang (present tense) Dia mengatakan bahwa kita telah disucikan oleh Roh Kudus, namun di masa mendatang (future tense) Dia berbicara akhir dari keselamatan kita yang akan menjadi milik kita saat kedatangan Yesus Kristus. Melalui hidup kudus menyatakan bahwa orang tersebut telah diselamatkan.

Karakter Kristen Masa Kini Dalam Proses Pengudusan Tidak diragukan lagi, proses pengudusan terus menerus terjadi mulai dari orang Kristen yang telah lahir baru hingga akhir hidup mereka. Ada banyak cara dalam proses pengudusan namun secara prinsip proses ini pun merupakan tindakan dari Tuhan sesuai konteks keberadaan orang Kristen menjalani kehidupan sehari-hari. Surat Petrus lebih menekankan karakter yang tampak dalam menyatakan kekudusan. Di antaranya adalah ketundukan yang terpusat pada Kristus sebagai contoh mutlak dalam melaksanakan kehendak Bapa di Surga. Ketundukan Kristus pada Bapa merupakan teladan hidup bagi orang Kristen.

Surat Petrus menuliskan ketundukan dengan padanan kata lainnya sebanyak 5 kali menunjukkan perintah yang serius. Tunduk pada lembaga pemerintah adalah perintah mutlak dilaksanakan sepanjang pemerintahan tersebut merupakan wakil Allah di dunia yang menjunjung kebenaran Allah secara umum. 

Selanjutnya ketundukkan terpantul melalui kehidupan suami istri sebagai jawaban langsung di tengah masyarakat non Kristen. Ketundukkan ini bukan sekedar aturan yang terpisah-pisah, melainkan menunjukkan bahwa ketundukkan istri terhadap suami memiliki arti penting yaitu berkaitan dengan tatanan pemerintahan masyarakat yang dihormati oleh warga ditunjukkan oleh ketundukkan lembaga terkecil yang tidak lain adalah keluarga

Ketundukkan para istri Kristen berbeda dengan istri-istri non Kristen, sekalipun pertobatan istri tersebut terjadi setelah menikah dengan suami non Kristen, justru ketundukkan  terhadap suaminya merupakan bukti kekudusan yang terlihat jelas sebagai kesaksian hidup yang mungkin memenangkan suaminya melalui perbuatannya yaitu tunduk pada suaminya

Karakter selanjutnya adalah perbuatan baik yang turut meyakinkan dalam proses kekudusan, sebab Petrus menulis perbuatan baik bukan berdasarkan standar moral umum di zamannya melainkan standard yang bersifat ilahi. 

Perbuatan baik yang dimaksudkan oleh Petrus adalah perbuatan baik yang bersifat “walaupun” yang menuntut kesadaran akal budi melalui pembaharuan dari Roh Kudus yang sebelumnya telah melahir barukan orang percaya sehingga menunjukkan moral yang melebihi standar moral dunia. Kata perbuatan baik tertulis hanya tiga ayat yaitu dalam 1 Petrus 2:15, 1 Petrus 3:17, dan 1 Petrus 4:19.

Kedua karakter yaitu ketundukan dan perbuatan baik, sama-sama mengalami proses yang sulit dengan menanggung beban penderitaan sebagai konsekuensi orang Kristen agar serupa Kristus yang menjadi teladan serta titik pusat dalam hidup mereka. Petrus mengambil subjek yang luas ini dan menyuling ke satu titik manusia. Berkat mengikuti penderitaan dengan berbuat baik. Hal ini membuat murid tertua memikirkan satu orang yang digambarkan itu yang terbaik, Dialah Yesus Sang Guru yang dikasihinya.

Pernyataan Petrus saat menyebut orang-orang Kristen yang sedang mengalami penderitaan dengan sebutan “saudara-saudara yang kekasih” dalam 1 Petrus 4:12, sedang menunjuk kepada orang kristen sejati32. Yesus Kristus mati tidak hanya bagi dosa melainkan untuk mengutuk dosa di dalam daging. Selama masa hidup-Nya secara langsung bersinggungan dengan pemikiran tanpa dosa. Berdasarkan Kristus yang menderita dalam tubuh-Nya selama Ia hidup hingga mati di atas kayu salib serta bangkit dari kematian-Nya menjadikan Yesus satu-satunya teladan dalam hal kekudusan.

Penutup

Allah itu kudus, apa pun alasan hidup orang Kristen sejati dalam dunia, kekudusan merupakan sasaran dengan maksud meyakinkan pemilihan orang percaya hanya kepada Kristus Yesus. Dalam proses pengudusan semuanya bergantung pada inisiatif Allah sendiri hingga pada akhirnya Allah juga yang menyempurnakan seperti maksud dari semula sebelum dunia dijadikan. 

Pemikiran hidup kudus merupakan tanggung jawab orang Kristen dengan menerapkannya hanya bergantung sepenuhnya pada pimpinan Roh Kudus yang berdiam dalam keseluruhan hidup orang Kristen.

Sebagai manusia milik Tuhan yang tentu penuh kelemahan dan keterbatasan, menunjukkan ketidakmampuan dalam mengusahakan kekudusan menurut kekuatan dan kehendak sendiri hanya bisa berharap pada pertolongan Tuhan agar melalui kuasa-Nya menyempurnakan kekudusan dalam hidup orang Kristen masa kini yang sesungguhnya menurut Tuhan sendiri, Wahyudi. -Kesehatan
Next Post Previous Post