BERSATU DENGAN MENELADANI KRISTUS (EKSPOSISI FILIPI 1:27-2:11)
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
Rasul Paulus setelah dalam Filipi 1:1-26 berbicara tentang dirinya sendiri (baik situasi, pengalaman, kerinduan dan harapannya) selama ia berada dalam penjara (Filipi 1:7, kemungkinan di Roma, bdk Kisah Para Rasul 28:16-31), maka ia kemudian menasihati jemaat Filipi supaya mereka bertekun dalam iman (Filipi 1:27-30) dan tetap bersatu dengan meneladani Kristus (Filipi 2:1-11).
Rasul Paulus setelah dalam Filipi 1:1-26 berbicara tentang dirinya sendiri (baik situasi, pengalaman, kerinduan dan harapannya) selama ia berada dalam penjara (Filipi 1:7, kemungkinan di Roma, bdk Kisah Para Rasul 28:16-31), maka ia kemudian menasihati jemaat Filipi supaya mereka bertekun dalam iman (Filipi 1:27-30) dan tetap bersatu dengan meneladani Kristus (Filipi 2:1-11).
gadget, otomotif, bisnis |
Rasul Paulus menasihati jemaat Filipi agar tetap teguh berdiri dalam satu roh dan bersama-sama berjuang bagi Berita Injil (Filipi 1:27). Di tengah ancaman yang datang dari luar (eksternal) berupa penganiayaan, jemaat Filipi perlu bersatu sehingga dapat saling menguatkan satu sama lain (Filipi 1: Namun, kesatuan juga diperlukan ketika menghadapi bahaya dari dalam (internal).
Dua bahaya dari dalam ini berhubungan dengan:
(1) Pertikaian atau perselisihan yang mungkin sudah mulai muncul di antara jemaat Filipi, sehingga Paulus perlu mengingatkan beberapa pemimpin di sana untuk bersatu, dengan sehati sepikir (Filipi 4:2); dan
(2) Agitasi atau propaganda dari Penyesat-penyesat Yahudi, yaitu orang-orang Yahudi yang menjadi anggota jemaat (Filipi 3:2-4).
Secara khusus peringatan terhadap Penyesat ini begitu serius sehingga rasul Paulus harus mengulangi kata Yunani “blepete” sebanyak 3 kali. Kata ini berarti “perhatikanlah dengan baik; amatilah dengan seksama; berhati-hatilah”.
Paulus menyebut para Penyesat ini dengan sebutan: “kokoi ergatai” atau “pekerja-pekerja yang jahat” “kunes” atau “anjing-anjing” yang berkonotasi kotor dan najis), “katatome” atau penyunat palsu yang mengajarkan keselamatan melakukan melakukan sunat lahiriah dan terlepas dari indikasi Injil Kristus. (Semacam legalisme yang ditentang rasul Paulus dalam Galatia 1:7-9).
Di masa lalu jemaat di Filipi menghadapai legalisme dari Penyesat-penyesat Yahudi, maka Kekristenan saat ini menghadapi penyesat-penyesat kenotisisme yang salah paham tentang hakikat pengosongan diri Kristus saat inkarnasinya.
Para Penyesat adalah musuh bagi Kekristenan dan sangat berbahaya bagi Kekristenan karena menyerang Kekristenan dari dalam (Kisah Para Rasul 20:28-31). Karena itu Alkitab memerintahkan orang Kristen untuk waspada terhadap Penyesat-Penyesat dan bersatu untuk melawan ajaran dari para Penyesat (Galatia 1:7-9; 1 Timotius 4:1-2; 6:11-12; Titus 1:10-11; 1 Petrus 2:1-3; 1 Yohanes 4:1-3; Yudas 1:4).
Jadi, jemaat yang bersatu akan dapat saling melindungi dalam menghadapi bahaya yang datang dari luar jemaat (berupa penganiayaan) dan bahaya dari dalam jemaat itu sendiri (berupa Penyesat-penyesat).
Namun memelihara kesatuanlah tidaklah mudah karena perbedaan pendapat dan pilihan di antara anggota jemaat dapat menjadi masalah dan sumber perpecahan. Jadi bagaimana jemaat dapat tetap bersatu di dalam keragaman dan perbedaan? Inilah yang rasul Paulus bicarakan dalam teks-teks yang akan kita bicarakan berikut ini, yaitu Filipi 1:27-30 dan Filipi 2:1-11.