13 BUKTI ALKITAB YESUS KRISTUS ADALAH ALLAH SEJATI
Pdt. Yakub Tri Handoko.
Alkitab sebagai Firman Allah telah memberikan landasan yang kuat untuk mempercayai bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Dalam edisi kali ini kita akan melihat bukti-bukti Alkitab yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang sejati. Ada banyak bukti, namun kita akan membahas beberapa saja untuk hari ini.
1. Bukti pertama, pernyataan Alkitab yang eksplisit bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Ada beberapa teks yang perlu kita simak secara khusus. Di dalam Yohanes 1:1 dikatakan bahwa “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Kemudian dalam Yohanes 20:28 ketika Tomas melihat Yesus yang bangkit dan mendengar apa yang dikatakan oleh Yesus kepadanya maka Tomas menjawab Dia dengan sebuah pengakuan: “Ya Tuhanku dan Allahku!”
Alkitab sebagai Firman Allah telah memberikan landasan yang kuat untuk mempercayai bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Dalam edisi kali ini kita akan melihat bukti-bukti Alkitab yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang sejati. Ada banyak bukti, namun kita akan membahas beberapa saja untuk hari ini.
1. Bukti pertama, pernyataan Alkitab yang eksplisit bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Ada beberapa teks yang perlu kita simak secara khusus. Di dalam Yohanes 1:1 dikatakan bahwa “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Kemudian dalam Yohanes 20:28 ketika Tomas melihat Yesus yang bangkit dan mendengar apa yang dikatakan oleh Yesus kepadanya maka Tomas menjawab Dia dengan sebuah pengakuan: “Ya Tuhanku dan Allahku!”
Lalu di dalam Yohanes 1:18 dikatakan: “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Terjemahan Bahasa Indonesia dan beberapa versi bahasa Inggris yang lain menerjemahkannya “Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa”. Tetapi kalau kita melihat pada versi-versi bahasa Inggris yang terbaru, pada umumnya tidak menggunakan terjemahan “Anak Tunggal Bapa”, tetapi “Allah yang tunggal”.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan salinan. Manuskrip-manuskrip yang lebih tua dan bisa dipercaya menggunakan “Allah yang tunggal” (monogenes theos), tetapi beberapa manuskrip lainnya menggunakan “Anak yang tunggal” (monogenes huios). Setelah mengamati semua perdebatan tentang mana yang lebih bisa dipercayai, maka sebagian besar teolog memilih “Allah yang tunggal”, bukan “Anak yang tunggal”. Mungkin penafsir-penafsir yang lain bingung dengan “Allah yang tunggal’, yang bisa ada di pangkuan Bapa, maka para penyalin Alkitab itu lalu mengubahnya menjadi “Anak yang tunggal”. Jadi yang lebih asli sebetulnya adalah “Allah yang tunggal”.
Ketiga teks di atas cukup untuk meyakinkan kita bahwa memang ada pernyataan eksplisit bahwa Yesus adalah Allah. Mungkin bentuk eksplisit di sini berbeda dengan yang dituntut oleh beberapa orang. Misalnya penganut Saksi Yehuwa atau Unitarian, atau orang di luar kekristenan. Mereka biasanya meminta kepada kita pernyataan eksplisit bahwa Yesus adalah Allah yang muncul dari mulut Yesus Kristus sendiri. Kita akan membahas hal itu di sesi-sesi berikutnya. Kali ini kita fokus pada pernyataan Alkitab, yang walaupun tidak keluar dari mulut Yesus Kristus sendiri, tetapi pernyataan itu cukup eksplisit memberitahu kita bahwa Yesus adalah Allah.
2. Bukti kedua, penggunaan sebutan “Tuhan” atau “Kurios” untuk Kristus. Beberapa orang menganggap bahwa sebutan “Kurios” yang disematkan kepada Kristus adalah sebutan yang biasa saja. Bagi mereka, sebutan “Kurios” adalah sebutan umum yang tidak membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Mereka menganggap bahwa kata “Kurios” itu bisa digunakan dalam berbagai macam konteks. Kata ini bisa hanya berupa sapaan untuk menghargai orang lain, karena kata “Kurios” itu memang bisa berarti “Tuhan” atau juga bisa berarti “tuan”. Mereka yang tidak mempercayai ke-Allah-an Yesus Kristus, umumnya memahami sebutan “Tuhan” di sana hanya di dalam konteks penghormatan yang biasa. Tetapi saya yakin pandangan semacam itu tidak cocok dengan banyak ayat yang menyebut Yesus sebagai “Tuhan” di dalam arti yang sangat spesifik sekali.
Misalnya, di dalam Lukas 2:11 pada saat para malaikat memberitahu para gembala tentang kelahiran Yesus Kristus, malaikat itu berkata: “Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” Bukan cuma Kristus atau Mesias, tetapi Mesias itu disebut “Tuhan”. Kalau ini hanya semacam sebutan penghormatan kepada Yesus Kristus, bagaimana kita bisa memahaminya,? Karena Dia baru saja lahir, orang menghormati Dia sebagai apa? Dia hanya seorang bayi yang kecil saja. Kecuali kalau kita memahami penghormatan-Nya secara berbeda, yaitu bahwa yang lahir adalah Tuhan dalam arti Allah yang sejati.
Kemudian di dalam Roma 1:4 dikatakan: “Yesus Kristus itu sebagai Anak Allah yang berkuasa“, lalu ada tambahannya: “Tuhan kita”. Anak Allah yang berkuasa, Tuhan kita. Berarti jelas, dari sini pengertian “Tuhan” di sana bukan sekadar sapaan gelar penghormatan, tetapi dikaitkan dengan ke-Allah-an Tuhan.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan salinan. Manuskrip-manuskrip yang lebih tua dan bisa dipercaya menggunakan “Allah yang tunggal” (monogenes theos), tetapi beberapa manuskrip lainnya menggunakan “Anak yang tunggal” (monogenes huios). Setelah mengamati semua perdebatan tentang mana yang lebih bisa dipercayai, maka sebagian besar teolog memilih “Allah yang tunggal”, bukan “Anak yang tunggal”. Mungkin penafsir-penafsir yang lain bingung dengan “Allah yang tunggal’, yang bisa ada di pangkuan Bapa, maka para penyalin Alkitab itu lalu mengubahnya menjadi “Anak yang tunggal”. Jadi yang lebih asli sebetulnya adalah “Allah yang tunggal”.
Ketiga teks di atas cukup untuk meyakinkan kita bahwa memang ada pernyataan eksplisit bahwa Yesus adalah Allah. Mungkin bentuk eksplisit di sini berbeda dengan yang dituntut oleh beberapa orang. Misalnya penganut Saksi Yehuwa atau Unitarian, atau orang di luar kekristenan. Mereka biasanya meminta kepada kita pernyataan eksplisit bahwa Yesus adalah Allah yang muncul dari mulut Yesus Kristus sendiri. Kita akan membahas hal itu di sesi-sesi berikutnya. Kali ini kita fokus pada pernyataan Alkitab, yang walaupun tidak keluar dari mulut Yesus Kristus sendiri, tetapi pernyataan itu cukup eksplisit memberitahu kita bahwa Yesus adalah Allah.
2. Bukti kedua, penggunaan sebutan “Tuhan” atau “Kurios” untuk Kristus. Beberapa orang menganggap bahwa sebutan “Kurios” yang disematkan kepada Kristus adalah sebutan yang biasa saja. Bagi mereka, sebutan “Kurios” adalah sebutan umum yang tidak membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Mereka menganggap bahwa kata “Kurios” itu bisa digunakan dalam berbagai macam konteks. Kata ini bisa hanya berupa sapaan untuk menghargai orang lain, karena kata “Kurios” itu memang bisa berarti “Tuhan” atau juga bisa berarti “tuan”. Mereka yang tidak mempercayai ke-Allah-an Yesus Kristus, umumnya memahami sebutan “Tuhan” di sana hanya di dalam konteks penghormatan yang biasa. Tetapi saya yakin pandangan semacam itu tidak cocok dengan banyak ayat yang menyebut Yesus sebagai “Tuhan” di dalam arti yang sangat spesifik sekali.
Misalnya, di dalam Lukas 2:11 pada saat para malaikat memberitahu para gembala tentang kelahiran Yesus Kristus, malaikat itu berkata: “Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” Bukan cuma Kristus atau Mesias, tetapi Mesias itu disebut “Tuhan”. Kalau ini hanya semacam sebutan penghormatan kepada Yesus Kristus, bagaimana kita bisa memahaminya,? Karena Dia baru saja lahir, orang menghormati Dia sebagai apa? Dia hanya seorang bayi yang kecil saja. Kecuali kalau kita memahami penghormatan-Nya secara berbeda, yaitu bahwa yang lahir adalah Tuhan dalam arti Allah yang sejati.
Kemudian di dalam Roma 1:4 dikatakan: “Yesus Kristus itu sebagai Anak Allah yang berkuasa“, lalu ada tambahannya: “Tuhan kita”. Anak Allah yang berkuasa, Tuhan kita. Berarti jelas, dari sini pengertian “Tuhan” di sana bukan sekadar sapaan gelar penghormatan, tetapi dikaitkan dengan ke-Allah-an Tuhan.
Roma 10:9-10 menyatakan: “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Menariknya di ayat-ayat berikutnya dikatakan ada kutipan dari PL “Barang siapa berseru kepada Tuhan, maka dia akan diselamatkan” (Roma 10:13).
Kata “Tuhan” di ayat ini merujuk kepada TUHAN YHWH yang ada di Perjanjian Lama. Intinya adalah pada saat Alkitab menyematkan “Tuhan” kepada Yesus, maka hal ini harus dilihat dalam konteks orang-orang Yahudi, di mana mereka menganggap Tuhan dalam arti yang luar biasa itu, hanya layak diberikan kepada YHWH, dan sebutan yang sama diberikan kepada Kristus. Itu menunjukkan bahwa Dia sungguh-sungguh Allah. Kiranya Tuhan memberkati kita.
3. Bukti ketiga, beberapa kutipan Perjanjian Lama yang menggunakan kata “TUHAN” (YHWH) ternyata dikenakan kepada Yesus Kristus. Ada beberapa ayat di dalam Perjanjian Lama yang dikutip di dalam Perjanjian Baru. Menariknya, apa yang di dalam Perjanjian Lama dikenakan pada TUHAN (YHWH), di dalam Perjanjian Baru dikenakan kepada Yesus Kristus.
Salah satu contoh yang paling jelas terdapat di dalam Yohanes 12:37-41. Di sana penulis Injil Yohanes berbicara tentang orang-orang Yahudi yang menolak pemberitaan yang disampaikan oleh Yesus Kristus. Walaupun Yesus Kristus sudah menyatakan begitu banyak mukjizat dan kemuliaan-Nya di hadapan mereka, tetapi mereka tetap tidak percaya kepada-Nya. Penulis Injil Yohanes lalu mengaitkan situasi itu sebagai penggenapan dari apa yang sudah disampaikan Allah melalui Yesaya. Nabi Yesaya dipanggil oleh Tuhan untuk menyampaikan berita kebenaran dan juga ditolak oleh orang-orang pada waktu itu. Tetapi hal itu bukan merupakan bukti yang paling kentara.
3. Bukti ketiga, beberapa kutipan Perjanjian Lama yang menggunakan kata “TUHAN” (YHWH) ternyata dikenakan kepada Yesus Kristus. Ada beberapa ayat di dalam Perjanjian Lama yang dikutip di dalam Perjanjian Baru. Menariknya, apa yang di dalam Perjanjian Lama dikenakan pada TUHAN (YHWH), di dalam Perjanjian Baru dikenakan kepada Yesus Kristus.
Salah satu contoh yang paling jelas terdapat di dalam Yohanes 12:37-41. Di sana penulis Injil Yohanes berbicara tentang orang-orang Yahudi yang menolak pemberitaan yang disampaikan oleh Yesus Kristus. Walaupun Yesus Kristus sudah menyatakan begitu banyak mukjizat dan kemuliaan-Nya di hadapan mereka, tetapi mereka tetap tidak percaya kepada-Nya. Penulis Injil Yohanes lalu mengaitkan situasi itu sebagai penggenapan dari apa yang sudah disampaikan Allah melalui Yesaya. Nabi Yesaya dipanggil oleh Tuhan untuk menyampaikan berita kebenaran dan juga ditolak oleh orang-orang pada waktu itu. Tetapi hal itu bukan merupakan bukti yang paling kentara.
Bukti yang sangat jelas terdapat di Yohanes 12:41 di mana secara eksplisit disebutkan, “Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang Dia.” (Yohanes 12:41) Ayat ini menjelaskan bahwa Yesaya berbicara tentang Yesus Kristus. Dengan kata lain, sebetulnya TUHAN yang dilihat oleh Yesaya di dalam penglihatannya, yaitu di dalam Yesaya 6, dipahami oleh penulis Injil Yohanes sebagai Yesus Kristus. Ada banyak contoh lagi di dalam Alkitab, tetapi contoh ini adalah contoh yang saya anggap cukup jelas untuk memberitahukan bahwa rujukan-rujukan Alkitab di dalam Perjanjian Lama yang dikenakan kepada YHWH, ternyata dikenakan untuk Yesus Kristus di dalam Perjanjian Baru.
4. Bukti Keempat, kesetaraan yang dimiliki Kristus dengan Allah. Beberapa kali Alkitab menyatakan tentang kesetaraan ini. Misalnya di dalam Amanat Agung (Matius 28:19-20) dikatakan, “…dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Ada tiga Pribadi yang disebutkan di sana. Tetapi menariknya, kata “nama” di sini dalam teks Yunani berbentuk tunggal, bukan “nama-nama” (jamak), seolah-olah masing-masing memiliki nama tersendiri, tetapi hanya satu nama: di dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bagaimanapun kita menafsirkannya, maka kita akan mendapati adanya kesetaraan di sana.
Demikian juga di dalam Filipi 2:5-8 dikatakan bahwa Yesus Kristus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai hal yang harus dipertahankan. Ia tidak menganggap bahwa kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai hal yang harus dipegang terus menerus. Tetapi Dia mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia, bahkan menjadi hamba dan mati di kayu salib bagi kita. Di sana ada kata “kesetaraan dengan Allah” dan “dalam rupa Allah”. Kata “rupa” di sana bukan hanya penampakan di luar, tetapi benar-benar Dia adalah Allah. Sama seperti dalam rupa hamba di teks yang sama juga menunjukkan bahwa Dia sungguh-sungguh hamba.
Selanjutnya di dalam 1 Korintus 12:4-6 juga dikatakan bahwa Allah, Roh dan Tuhan; tiga Pribadi di dalam Allah Tritunggal sama-sama adalah sumber dari hal-hal yang ajaib, sumber dari segala pekerjaan yang hebat, dan sumber dari semua karunia rohani. Semua itu menunjukkan bahwa ada kesetaraan di antara tiga Pribadi di dalam Allah Tritunggal. Bagi orang-orang Yahudi, kesetaraan ini jelas merupakan sesuatu yang sangat mengagetkan, karena mereka menganut paham monoteisme yang sangat ketat. Tidak ada Allah lain selain YHWH.
4. Bukti Keempat, kesetaraan yang dimiliki Kristus dengan Allah. Beberapa kali Alkitab menyatakan tentang kesetaraan ini. Misalnya di dalam Amanat Agung (Matius 28:19-20) dikatakan, “…dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Ada tiga Pribadi yang disebutkan di sana. Tetapi menariknya, kata “nama” di sini dalam teks Yunani berbentuk tunggal, bukan “nama-nama” (jamak), seolah-olah masing-masing memiliki nama tersendiri, tetapi hanya satu nama: di dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bagaimanapun kita menafsirkannya, maka kita akan mendapati adanya kesetaraan di sana.
Demikian juga di dalam Filipi 2:5-8 dikatakan bahwa Yesus Kristus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai hal yang harus dipertahankan. Ia tidak menganggap bahwa kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai hal yang harus dipegang terus menerus. Tetapi Dia mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia, bahkan menjadi hamba dan mati di kayu salib bagi kita. Di sana ada kata “kesetaraan dengan Allah” dan “dalam rupa Allah”. Kata “rupa” di sana bukan hanya penampakan di luar, tetapi benar-benar Dia adalah Allah. Sama seperti dalam rupa hamba di teks yang sama juga menunjukkan bahwa Dia sungguh-sungguh hamba.
Selanjutnya di dalam 1 Korintus 12:4-6 juga dikatakan bahwa Allah, Roh dan Tuhan; tiga Pribadi di dalam Allah Tritunggal sama-sama adalah sumber dari hal-hal yang ajaib, sumber dari segala pekerjaan yang hebat, dan sumber dari semua karunia rohani. Semua itu menunjukkan bahwa ada kesetaraan di antara tiga Pribadi di dalam Allah Tritunggal. Bagi orang-orang Yahudi, kesetaraan ini jelas merupakan sesuatu yang sangat mengagetkan, karena mereka menganut paham monoteisme yang sangat ketat. Tidak ada Allah lain selain YHWH.
Tidak ada yang bisa dibandingkan dengan YHWH. Perjanjian Lama berkali-kali mengajarkan hal itu. Dalam Kitab Yesaya, Allah berkali-kali mengatakan: “Dengan siapa engkau akan membandingkan Aku? Aku adalah Allah yang awal dan yang akhir. Tidak ada yang seperti Aku.” Tetapi kenyataannya di dalam Perjanjian Baru, di dalam konteks orang-orang Yahudi, justru kesetaraan antara Kristus dengan Allah diajarkan beberapa kali.
Sekali lagi, bagi orang-orang Yahudi kesetaraan Kristus dengan Allah merupakan sesuatu yang luar biasa. Entah mereka mempercayainya atau menolaknya.
5. Bukti kelima, Kekekalan Yesus Kristus. Manusia memang kekal, tetapi kekekalan manusia ada permulaannya dan tidak ada akhirnya. Namun kekekalan Allah tidak ada permulaan dan tidak ada akhir. Itulah yang dikenakan Alkitab kepada Yesus Kristus. Contoh yang paling jelas misalnya di dalam Yohanes 8:58, pada saat Tuhan Yesus mengatakan “sebelum Abraham ada, Aku sudah ada”. Di dalam bahasa Yunani, kata yang dipakai di sana jauh lebih jelas, yaitu “sebelum Abraham menjadi, Aku terus menerus ada”.
Sekali lagi, bagi orang-orang Yahudi kesetaraan Kristus dengan Allah merupakan sesuatu yang luar biasa. Entah mereka mempercayainya atau menolaknya.
5. Bukti kelima, Kekekalan Yesus Kristus. Manusia memang kekal, tetapi kekekalan manusia ada permulaannya dan tidak ada akhirnya. Namun kekekalan Allah tidak ada permulaan dan tidak ada akhir. Itulah yang dikenakan Alkitab kepada Yesus Kristus. Contoh yang paling jelas misalnya di dalam Yohanes 8:58, pada saat Tuhan Yesus mengatakan “sebelum Abraham ada, Aku sudah ada”. Di dalam bahasa Yunani, kata yang dipakai di sana jauh lebih jelas, yaitu “sebelum Abraham menjadi, Aku terus menerus ada”.
Bukan hanya Yesus Kristus sudah ada sebelum Abraham, tetapi Dia terus menerus ada sebelum Abraham jadi atau dilahirkan. Tidak heran perkataan ini dipandang oleh orang-orang Yahudi sebagai bentuk penghujatan, karena mereka langsung menangkap betapa eksplisitnya Yesus mengklaim diri-Nya sebagai Allah melalui pernyataan ini. Di dalam Yohanes 1:1-2 kita tahu bahwa: Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Inilah sifat yang pertama, yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah, yaitu Dia bersifat kekal.
6. Bukti keenam, Yesus Mahatahu. Di dalam Yohanes 2:23-25 dikatakan bahwa selama perayaan Paskah di Yerusalem, Yesus melakukan begitu banyak mukjizat yang membuat banyak orang percaya kepada-Nya. Tetapi yang luar biasa adalah walaupun mereka percaya kepada-Nya, Ia tidak memercayakan diri kepada mereka. Sungguh situasi yang sangat ironis sekali. Ada banyak orang yang memercayakan diri kepada Yesus Kristus, tetapi Ia tidak mau memercayakan diri kepada mereka. Mengapa? Karena Alkitab mengatakan bahwa Yesus Kristus mengenal hati setiap manusia. Tidak ada orang yang perlu memberi kesaksian tentang hati manusia.
6. Bukti keenam, Yesus Mahatahu. Di dalam Yohanes 2:23-25 dikatakan bahwa selama perayaan Paskah di Yerusalem, Yesus melakukan begitu banyak mukjizat yang membuat banyak orang percaya kepada-Nya. Tetapi yang luar biasa adalah walaupun mereka percaya kepada-Nya, Ia tidak memercayakan diri kepada mereka. Sungguh situasi yang sangat ironis sekali. Ada banyak orang yang memercayakan diri kepada Yesus Kristus, tetapi Ia tidak mau memercayakan diri kepada mereka. Mengapa? Karena Alkitab mengatakan bahwa Yesus Kristus mengenal hati setiap manusia. Tidak ada orang yang perlu memberi kesaksian tentang hati manusia.
Dengan kata lain, Tuhan Yesus mengetahui setiap motivasi orang. Tuhan Yesus bisa tahu satu demi satu bahwa motivasi mereka mengikut Dia bukanlah motivasi yang benar. Tuhan Yesus tidak memerlukan kesaksian dari orang lain. Di dalam Roma 2:16 juga dikatakan bahwa Yesus Kristus nanti akan menghakimi semua orang di akhir zaman. Bahkan di sana ada keterangan: hal-hal yang tersembunyi di dalam diri manusia pun turut dihakimi oleh Yesus Kristus. Artinya, apa yang dihakimi oleh Yesus bukan hanya tindakan manusia, tetapi maksud di dalam hati dan juga pikiran manusia dihakimi oleh Yesus Kristus. Dia tidak mungkin bisa menjadi hakim yang adil yang bisa mengadili manusia jikalau Dia sendiri tidak Mahatahu.
7. Bukti ketujuh, Yesus Maha hadir. Di dalam Matius 18:20 Tuhan Yesus berjanji bahwa “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Jadi ketika dua-tiga orang berkumpul dalam nama Yesus Yesus, maka Ia hadir di sana. Nah, kita bisa bayangkan berapa banyak orang Kristen tersebar di seluruh dunia, di semua tempat. Ketika mereka masing-masing berdoa dan Tuhan Yesus memenuhi janji-Nya, maka itu mengharuskan Dia untuk Maha hadir. Dia tidak bisa membuat janji untuk hadir di satu tempat lalu tidak bisa hadir di tempat yang lain. Janji-Nya tidak mungkin terpenuhi kalau Dia tidak Maha hadir.
7. Bukti ketujuh, Yesus Maha hadir. Di dalam Matius 18:20 Tuhan Yesus berjanji bahwa “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Jadi ketika dua-tiga orang berkumpul dalam nama Yesus Yesus, maka Ia hadir di sana. Nah, kita bisa bayangkan berapa banyak orang Kristen tersebar di seluruh dunia, di semua tempat. Ketika mereka masing-masing berdoa dan Tuhan Yesus memenuhi janji-Nya, maka itu mengharuskan Dia untuk Maha hadir. Dia tidak bisa membuat janji untuk hadir di satu tempat lalu tidak bisa hadir di tempat yang lain. Janji-Nya tidak mungkin terpenuhi kalau Dia tidak Maha hadir.
Juga di dalam Matius 28:20 kita tahu Tuhan Yesus memberikan janji bahwa murid-murid yang diutus pergi memberitakan Injil kepada segala bangsa dan memuridkan mereka, maka Tuhan Yesus menutup dengan sebuah janji “ketahuilah Aku menyertai kamu sampai kesudahan zaman.” Di mana pun para murid memberitakan Injil, tidak peduli kapan dan di mana, Yesus akan hadir untuk menyertai mereka. Ini mewajibkan Dia untuk Maha hadir, untuk memenuhi janji itu. Jika Dia tidak Maha hadir maka janji itu akan menjadi janji yang kosong dan tidak layak untuk dipercayai.
8. Bukti kedelapan, Yesus Kristus Mahakuasa. Tuhan Yesus sering membuat mukjizat. Ada mujizat-mujizat yang luar biasa, misalnya ketika Dia membangkitkan orang mati seperti Lazarus yang sudah mati empat hari. Saya akan menyoroti secara khusus tentang kebangkitan Yesus Kristus sendiri. Di dalam Yohanes 2:19 Tuhan Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Bait Allah yang dimaksudkan-Nya adalah tubuh-Nya sendiri. Dengan kata lain, Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa kalau pun Dia mati, dalam tiga hari Dia akan bangkit kembali. Orang-orang Yahudi akan menghukum mati Tuhan Yesus di kayu salib, tetapi dalam tiga hari Ia akan bangkit kembali.
8. Bukti kedelapan, Yesus Kristus Mahakuasa. Tuhan Yesus sering membuat mukjizat. Ada mujizat-mujizat yang luar biasa, misalnya ketika Dia membangkitkan orang mati seperti Lazarus yang sudah mati empat hari. Saya akan menyoroti secara khusus tentang kebangkitan Yesus Kristus sendiri. Di dalam Yohanes 2:19 Tuhan Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Bait Allah yang dimaksudkan-Nya adalah tubuh-Nya sendiri. Dengan kata lain, Tuhan Yesus ingin mengatakan bahwa kalau pun Dia mati, dalam tiga hari Dia akan bangkit kembali. Orang-orang Yahudi akan menghukum mati Tuhan Yesus di kayu salib, tetapi dalam tiga hari Ia akan bangkit kembali.
Di dalam Yohanes 10:18 Tuhan Yesus mengatakan, “Aku berkuasa untuk memberikan nyawa-Ku dan Aku juga berkuasa untuk mengambilnya kembali.” Yesus Kristus bukan cuma membangkitkan orang lain yang mati, tetapi Dia juga membangkitkan diri-Nya sendiri yang mati. Itu menunjukkan kemahakuasaan-Nya.
Dia Kekal, Dia maha hadir, Dia Mahatahu, dan Dia Mahakuasa. Inilah yang meyakinkan kita bahwa Dia sungguh-sungguh Allah bagi kita.
9. Bukti kesembilan, Yesus mengampuni dosa. Di dalam Markus 2:5-7, ketika Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh, Dia mengatakan: “Dosamu sudah diampuni.” Di telinga orang-orang Yahudi, kalimat ini adalah kalimat yang sangat keras sekali karena mereka menganggap Tuhan Yesus sedang menghujat Allah. Bagi mereka, yang berkuasa untuk mengampuni dosa hanyalah Allah sendiri.
Dia Kekal, Dia maha hadir, Dia Mahatahu, dan Dia Mahakuasa. Inilah yang meyakinkan kita bahwa Dia sungguh-sungguh Allah bagi kita.
9. Bukti kesembilan, Yesus mengampuni dosa. Di dalam Markus 2:5-7, ketika Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh, Dia mengatakan: “Dosamu sudah diampuni.” Di telinga orang-orang Yahudi, kalimat ini adalah kalimat yang sangat keras sekali karena mereka menganggap Tuhan Yesus sedang menghujat Allah. Bagi mereka, yang berkuasa untuk mengampuni dosa hanyalah Allah sendiri.
Tetapi mengapa Yesus Kristus memberikan pengampunan kepada orang lain, padahal orang itu tidak bersalah secara khusus kepada-Nya, dan mengapa Dia mengatakan: “Dosamu sudah diampuni?” Tatkala orang-orang Yahudi punya pikiran negatif terhadap hal itu dan menganggap Tuhan Yesus telah menghujat Allah, Tuhan Yesus tidak meminta maaf kepada mereka, juga tidak membuat klarifikasi supaya tidak dianggap demikian. Tuhan Yesus tetap bersikeras bahwa Dia memang punya kuasa untuk mengampuni dosa. Ini adalah klaim yang eksplisit sekali di telinga orang Yahudi bahwa Yesus Kristus adalah Allah.
10. Bukti kesepuluh, Yesus menciptakan segala sesuatu. Di dalam Yohanes 1:3 dikatakan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Firman dan tanpa Firman, tanpa Dia, tidak ada satu pun yang jadi dari segala yang telah dijadikan. Beberapa orang menganggap bahwa di dalam konteks ini Tuhan Yesus bukan sebagai Pencipta, tetapi Dia hanya sebagai agen di dalam penciptaan. Bapalah yang bertindak sebagai Pencipta tetap dan Tuhan Yesus hanya sebagai sarana penciptaan. Tetapi bagaimanapun kita memahami ayat ini, kita harus mengetahui cara berpikir orang-orang Yahudi.
10. Bukti kesepuluh, Yesus menciptakan segala sesuatu. Di dalam Yohanes 1:3 dikatakan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Firman dan tanpa Firman, tanpa Dia, tidak ada satu pun yang jadi dari segala yang telah dijadikan. Beberapa orang menganggap bahwa di dalam konteks ini Tuhan Yesus bukan sebagai Pencipta, tetapi Dia hanya sebagai agen di dalam penciptaan. Bapalah yang bertindak sebagai Pencipta tetap dan Tuhan Yesus hanya sebagai sarana penciptaan. Tetapi bagaimanapun kita memahami ayat ini, kita harus mengetahui cara berpikir orang-orang Yahudi.
Semua orang Yahudi memiliki pemikiran bahwa yang terlibat di dalam penciptaan hanyalah Tuhan sendiri, YHWH, tidak ada yang lain yang terlibat di dalam penciptaan. Contoh paling jelas ada di dalam Yesaya 44:24 ketika YHWH mengatakan, ketika Dia menciptakan langit dan bumi, siapa yang mendampingi Dia? Dia seorang diri menciptakan segala sesuatu. Jadi entah orang lain menganggap Yesus sebagai Pencipta atau sebagai sarana penciptaan, orang itu tetap akan mengalami kesulitan untuk menafsirkan Yesaya 44:24 ketika dikatakan YHWH seorang diri saja menciptakan segala sesuatu. Yesus Kristus menciptakan segala sesuatu, berarti Dia adalah Allah.
11. Bukti kesebelas, Yesus memberikan firman dengan penuh otoritas. Di dalam Matius 5:17-44 dikatakan bahwa Tuhan Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya. Menariknya adalah setelah itu Tuhan Yesus mengatakan begini: “Engkau telah mendengar ini dan itu, tetapi Aku berkata kepadamu.” Dalam teks Yunani bahkan ada penekanan, “tetapi Aku, Aku berkata kepadamu”. Kadang kala yang Yesus kutip adalah pandangan orang Farisi yang kemudian Dia koreksi.
11. Bukti kesebelas, Yesus memberikan firman dengan penuh otoritas. Di dalam Matius 5:17-44 dikatakan bahwa Tuhan Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya. Menariknya adalah setelah itu Tuhan Yesus mengatakan begini: “Engkau telah mendengar ini dan itu, tetapi Aku berkata kepadamu.” Dalam teks Yunani bahkan ada penekanan, “tetapi Aku, Aku berkata kepadamu”. Kadang kala yang Yesus kutip adalah pandangan orang Farisi yang kemudian Dia koreksi.
Tetapi kadang kala Dia juga mengutip perintah dari hukum Taurat, “Engkau telah mendengar ini dan itu (dari hukum Taurat), tetapi Aku berkata kepadamu.” Tuhan Yesus bukan hanya menafsirkan hukum Taurat, tetapi Dia memberikan firman secara otoritatif. Hal ini berbeda dengan Musa yang hanya menyampaikan pesan Tuhan. Tuhan Yesus justru memberikan firman dengan otoritas-Nya sendiri.
12. Bukti kedua belas, Yesus menyatakan kemuliaan-Nya melalui Mujizat. Di dalam Yohanes 2:11 setelah Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur, maka di situ dikatakan murid-murid-Nya melihat kemuliaan-Nya. Lalu di bagian lain yang menarik adalah Matius 8:27 pada saat Tuhan Yesus meredakan angin ribut maka murid-murid yang ada di dalam perahu itu mengatakan “Orang seperti apakah Dia ini?” Murid-murid langsung menangkap bahwa ada sesuatu yang berbeda dari tindakan itu. Tuhan Yesus melakukan mukjizat bukan hanya dalam hal-hal yang “sepele,” seperti menyembuhkan orang sakit. Tetapi Mujizat ini berkaitan dengan alam, angin ribut yang diredakan dan orang mati yang dibangkitkan.
13. Bukti ketiga belas, Yesus menerima sembah. Di dalam Filipi 2:9-11 dituliskan Yesus Kristus diberi nama di atas segala nama, yang kepada-Nya segala sesuatu, segala makhluk bertelut. Di dalam Ibrani 1:6 dikatakan bahwa seluruh malaikat Allah harus datang untuk menyembah Dia. Ini merupakan sesuatu yang luar biasa, karena Alkitab yang sama juga mencatat bahwa para malaikat menolak untuk disembah.
12. Bukti kedua belas, Yesus menyatakan kemuliaan-Nya melalui Mujizat. Di dalam Yohanes 2:11 setelah Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur, maka di situ dikatakan murid-murid-Nya melihat kemuliaan-Nya. Lalu di bagian lain yang menarik adalah Matius 8:27 pada saat Tuhan Yesus meredakan angin ribut maka murid-murid yang ada di dalam perahu itu mengatakan “Orang seperti apakah Dia ini?” Murid-murid langsung menangkap bahwa ada sesuatu yang berbeda dari tindakan itu. Tuhan Yesus melakukan mukjizat bukan hanya dalam hal-hal yang “sepele,” seperti menyembuhkan orang sakit. Tetapi Mujizat ini berkaitan dengan alam, angin ribut yang diredakan dan orang mati yang dibangkitkan.
13. Bukti ketiga belas, Yesus menerima sembah. Di dalam Filipi 2:9-11 dituliskan Yesus Kristus diberi nama di atas segala nama, yang kepada-Nya segala sesuatu, segala makhluk bertelut. Di dalam Ibrani 1:6 dikatakan bahwa seluruh malaikat Allah harus datang untuk menyembah Dia. Ini merupakan sesuatu yang luar biasa, karena Alkitab yang sama juga mencatat bahwa para malaikat menolak untuk disembah.
Di dalam Wahyu 19:10 dan 22:8-9 dituliskan bahwa di tengah kekaguman dan kebingungan mendapatkan penglihatan, Rasul Yohanes berusaha untuk menyembah malaikat itu. Tetapi malaikat melarang dengan mengatakan “Jangan menyembah aku, karena aku hanyalah ciptaan sama seperti engkau.” Kalau Tuhan Yesus menerima sembah, bahkan di Ibrani 1 dikatakan bahwa seluruh malaikat diperintahkan untuk menyembah Dia, maka ini adalah bukti yang kuat bahwa Dia adalah Allah. Kalau Dia bukan Allah, Dia tidak berhak menerima sembah.