Kristus: Sumber Hikmat Kita (1 Korintus 1:30)
1 Korintus 1:30 (TB LAI) Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.
1 Kristus 1:30 (BIS LAI) Allah sendirilah yang membuat sehingga saudara bersatu dengan Kristus Yesus. Melalui Kristus, kita dijadikan bijaksana, dan melalui Dia juga Allah membuat kita berbaik kembali dengan diri-Nya, menjadikan kita umat-Nya yang khusus, dan membebaskan kita.
Hikmat tidak hanya sekedar pengetahuan, tapi ‘tahu bagaimana caranya’ Hikmat Allah memampukan Dia untuk ‘tahu melakukan’ apa pun (lih. 2 Petrus 2:9). Hikmat diikuti keahlian untuk merumuskan suatu rencana dan menjalankan itu dalam cara yang terbaik dan paling efektif. Bezalel adalah seorang pemahat, seorang yang memiliki ‘hikmat’ yang luar biasa dalam seni memahat bagi Tabernakel (lih. Keluaran 31:1-5). Yosua diberikan hikmat untuk tahu bagaimana memimpin bangsa Israel (Ulangan 34:9). Salomo meminta hikmat dan pengetahuan yang diperlukan untuk memerintah Israel (2 Raja-Raja 1:7-12).
A. W. Tozer dan J. I. Packer mendefinisikan hikmat sebagai berikut: “Di dalam hikmat Kitab Suci, saat digunakan pada Tuhan dan manusia yang baik, selalu mengandung konotasi moral yang kuat. Itu dibayangkan sebagai kemurnian, kasih, dan baik … Hikmat, di antara hal lainnya, adalah kemampuan membuat akhir yang sempurna dan mencapai akhir itu melalui cara yang paling sempurna. Itu melihat akhir dari permulaan, sehingga tidak perlu menebak atau menerka. Hikmat melihat segala sesuatu terfokus, setiap bagian dalam hubungan yang benar dengan semua, dan mampu mencapai tujuan dengan ketepatan yang sempurna.”2 “Hikmat adalah kekuatan untuk melihat, dan kecenderungan untuk memilih, sisi praktis dari kebaikan moral. Hal seperti itu hanya ditemukan kepenuhannya di dalam Tuhan. Dia saja yang secara alami dan sepenuhnya berhikmat.
1. Secara Teknis; hikmat adalah keahlian yang dikaruniakan Allah untuk mengerjakan sesuatu dengan sempurna (Keluaran 31:3) Talenta, keunggulan, dan keahlian Anda terhadap sesuatu, adalah Hikmat yang dikaruniakan Allah kepada Anda, dan dengan mengembangkannya, Anda akan terkejut bahwa ternyata Anda bisa berhasil. Hikmat adalah keahlian yang dikaruniakan Tuhan kepada seseorang.
1 Kristus 1:30 (BIS LAI) Allah sendirilah yang membuat sehingga saudara bersatu dengan Kristus Yesus. Melalui Kristus, kita dijadikan bijaksana, dan melalui Dia juga Allah membuat kita berbaik kembali dengan diri-Nya, menjadikan kita umat-Nya yang khusus, dan membebaskan kita.
Hikmat dalam konteks Ibrani dikenal dengan kata “Khokhma” yang mengandung arti “Pengertian”, “Kebijakan”, yang selalu dihubungkan dengan hal-hal praktis, bukan teoritis. Pada dasarnya Hikmat itu bisa didefinisikan singkat dengan “Kepintaran mencapai hasil, menyusun rencana yang benar untuk memperoleh hasil yang dikehendaki”.
Tempat kedudukan Hikmat adalah hati, yakni pusat keputusan moral dan intelektual (Bnd 1 Raja-raja 3:9,12). Bagian ini merupakan kutipan doa Raja Salomo “Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?”
Dalam konsep Ibrani Kata “Hikmat” sendiri berbentuk “feminim”, dan dalam pengkhotbah pasal 9 Hikmat dipersonifikasikan dengan wanita, yang harus dikasihi, dimuliakan dan dinikahi. Sedangkan dalam konsep Yunani, kata “Hikmat” dibaca “Sophia” yang juga bersifat praktis artinya kemuliaan atau kebijaksanaan. Hikmat sendiri jarang berbentuk Netral. Ia adalah karunia Allah…..untuk mengajarkan dan melakukan yang baik.. Kalau untuk melakukan dan mengajarkan yang jahat, itu bukanlah Hikmat, Amsal menyebutnya “pelacur” atau “Wanita Bodoh”, saya lebih setuju dengan sebutan “Licik”.
Menurut Robert Alden, penulis Buku Perilaku Yang Bijak sana, di sana dikatakan bahwa menurut beberapa pakar teologi mereka mencoba memberikan penjelasan tentang Hikmat yang rinci mengenai personifikasi dan lukisan ciptaan alam (khususnya 1 Kristus 1:22-31), tetapi tidak ada teori yang meyakinkan. Salah kalau kita juga mengira bahwa Hikmat merupakan Oknum Tritunggal Allah, Tuhan atau isteri Tuhan. Agama lain kemungkinan ada yang percaya Tuhan bersuami atau beristri, tetapi di dalam Perjanjian Lama tidak ada.
Dalam konsep Ibrani Kata “Hikmat” sendiri berbentuk “feminim”, dan dalam pengkhotbah pasal 9 Hikmat dipersonifikasikan dengan wanita, yang harus dikasihi, dimuliakan dan dinikahi. Sedangkan dalam konsep Yunani, kata “Hikmat” dibaca “Sophia” yang juga bersifat praktis artinya kemuliaan atau kebijaksanaan. Hikmat sendiri jarang berbentuk Netral. Ia adalah karunia Allah…..untuk mengajarkan dan melakukan yang baik.. Kalau untuk melakukan dan mengajarkan yang jahat, itu bukanlah Hikmat, Amsal menyebutnya “pelacur” atau “Wanita Bodoh”, saya lebih setuju dengan sebutan “Licik”.
Menurut Robert Alden, penulis Buku Perilaku Yang Bijak sana, di sana dikatakan bahwa menurut beberapa pakar teologi mereka mencoba memberikan penjelasan tentang Hikmat yang rinci mengenai personifikasi dan lukisan ciptaan alam (khususnya 1 Kristus 1:22-31), tetapi tidak ada teori yang meyakinkan. Salah kalau kita juga mengira bahwa Hikmat merupakan Oknum Tritunggal Allah, Tuhan atau isteri Tuhan. Agama lain kemungkinan ada yang percaya Tuhan bersuami atau beristri, tetapi di dalam Perjanjian Lama tidak ada.
Beberapa orang mencoba menyamakan Hikmat dengan Tuhan Yesus, dengan memakai 1 Kristus 1: 22 dan seterusnya - sebagai dukungan dan membandingkannya dengan Yohanes 1:1 dan seterusnya Atau mencoba membandingkan ayat 30 dengan Ibrani 1:2. Saya berpendapat bahwa Hikmat itu adalah salah-satu atribut Tuhan yang dipersonifikasikan sekadar ilustrasi. Hikmat tidak bisa dipisahkan dari Tuhan, karena Hikmat adalah bagian dari Tuhan.
Hikmat tidak hanya sekedar pengetahuan, tapi ‘tahu bagaimana caranya’ Hikmat Allah memampukan Dia untuk ‘tahu melakukan’ apa pun (lih. 2 Petrus 2:9). Hikmat diikuti keahlian untuk merumuskan suatu rencana dan menjalankan itu dalam cara yang terbaik dan paling efektif. Bezalel adalah seorang pemahat, seorang yang memiliki ‘hikmat’ yang luar biasa dalam seni memahat bagi Tabernakel (lih. Keluaran 31:1-5). Yosua diberikan hikmat untuk tahu bagaimana memimpin bangsa Israel (Ulangan 34:9). Salomo meminta hikmat dan pengetahuan yang diperlukan untuk memerintah Israel (2 Raja-Raja 1:7-12).
A. W. Tozer dan J. I. Packer mendefinisikan hikmat sebagai berikut: “Di dalam hikmat Kitab Suci, saat digunakan pada Tuhan dan manusia yang baik, selalu mengandung konotasi moral yang kuat. Itu dibayangkan sebagai kemurnian, kasih, dan baik … Hikmat, di antara hal lainnya, adalah kemampuan membuat akhir yang sempurna dan mencapai akhir itu melalui cara yang paling sempurna. Itu melihat akhir dari permulaan, sehingga tidak perlu menebak atau menerka. Hikmat melihat segala sesuatu terfokus, setiap bagian dalam hubungan yang benar dengan semua, dan mampu mencapai tujuan dengan ketepatan yang sempurna.”2 “Hikmat adalah kekuatan untuk melihat, dan kecenderungan untuk memilih, sisi praktis dari kebaikan moral. Hal seperti itu hanya ditemukan kepenuhannya di dalam Tuhan. Dia saja yang secara alami dan sepenuhnya berhikmat.
1. Secara Teknis; hikmat adalah keahlian yang dikaruniakan Allah untuk mengerjakan sesuatu dengan sempurna (Keluaran 31:3) Talenta, keunggulan, dan keahlian Anda terhadap sesuatu, adalah Hikmat yang dikaruniakan Allah kepada Anda, dan dengan mengembangkannya, Anda akan terkejut bahwa ternyata Anda bisa berhasil. Hikmat adalah keahlian yang dikaruniakan Tuhan kepada seseorang.
Dan semua orang memiliki jenis hikmat ini. Itulah sebabnya entah orang berdosa atau orang kudus bisa berhasil jika ia menggunakan talenta dan keahliannya. Tuhan telah memberikan talenta dan keahlian kepada tiap-tiap orang, sesuai kemampuan kita masing-masing. Persoalannya adalah apakah kita menyadarinya, menghargainya, mengembangkannya dan menggunakannya? Tanyakan diri Anda sendiri!
2. Secara Intelektual; hikmat adalah kemampuan menyusun rencana yang benar dan cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang dikehendaki (Kejadian 41:39). Jenis kemampuan ini disebut kebijaksanaan. Hikmat adalah kemampuan menyusun cara untuk memperoleh hasil yang dikehendaki. Persoalan sering kali kita menunda untuk melakukan sesuatu yang membaikkan hidup kita ialah, karena kita kekurangan hikmat. Kita tidak tahu bagaimana caranya. Namun dengan kebijaksanaan, kita bisa berhasil.
3. Secara Rohani; Hikmat adalah pengetahuan yang dikaruniakan Allah (1 Korintus 12: 8) untuk mengenal Allah dan menyelami karya Allah di dalam diri kita (1 Korintus 1:20,21, Efesus 1:17); untuk memecahkan persoalan yang rumit, yang supranatural dan yang tidak dapat terselami oleh akal manusia (Kejadian 40-41; 1 Raja 3; Dan 2,). Suatu hal yang sering kali membuat kita kalah, gagal, rugi, kecewa, ialah bahwa kita tidak tahu apa yang Allah mau kita lakukan di antara setumpuk hal yang kita anggap baik.
2. Secara Intelektual; hikmat adalah kemampuan menyusun rencana yang benar dan cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang dikehendaki (Kejadian 41:39). Jenis kemampuan ini disebut kebijaksanaan. Hikmat adalah kemampuan menyusun cara untuk memperoleh hasil yang dikehendaki. Persoalan sering kali kita menunda untuk melakukan sesuatu yang membaikkan hidup kita ialah, karena kita kekurangan hikmat. Kita tidak tahu bagaimana caranya. Namun dengan kebijaksanaan, kita bisa berhasil.
3. Secara Rohani; Hikmat adalah pengetahuan yang dikaruniakan Allah (1 Korintus 12: 8) untuk mengenal Allah dan menyelami karya Allah di dalam diri kita (1 Korintus 1:20,21, Efesus 1:17); untuk memecahkan persoalan yang rumit, yang supranatural dan yang tidak dapat terselami oleh akal manusia (Kejadian 40-41; 1 Raja 3; Dan 2,). Suatu hal yang sering kali membuat kita kalah, gagal, rugi, kecewa, ialah bahwa kita tidak tahu apa yang Allah mau kita lakukan di antara setumpuk hal yang kita anggap baik.
Hikmat adalah pengetahuan tentang apa yang Allah mau untuk kita lakukan. Hal ini termasuk suatu karunia, yang boleh dimiliki oleh semua orang, tetapi tidak semua orang telah memilikinya. Manusia memerlukan hikmat untuk dapat mengenal Penciptanya dengan benar (Efesus 1:17), untuk dapat mengerjakan sesuatu seperti yang Tuhan mau (Keluaran 31: 3) dan untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit (I Raja-raja 3:9, 24).
Kita melihat juga di dalam Roma 11:33-36, yang juga merupakan salah satu doxology Paulus, Paulus menekankan hikmat Allah “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak ter selidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! “ Itulah hikmat daripada Allah yang melampaui segala sesuatu.
Masing-masing kita memiliki hikmat yang terbatas, karena itu kita perlu melihat perspektif dari orang lain. Tetapi di sini, Firman berkata Allah adalah satu-satunya yang penuh hikmat, yang mengetahui segala sesuatu, yang mengetahui cara yang terbaik untuk menggenapi segala rencana-Nya. Dia telah mengerjakannya, sedang mengerjakannya dan akan menggenapi rencana-Nya. Dia mengetahui di dalam segala situasi, goal yang terutama dan cara yang terbaik untuk menggenapi goal tersebut
Kali ini saya akan memfokuskan akan bagaimana hikmat Allah di dalam cara-Nya untuk menyelamatkan orang yang berdosa. Secara khusus 1 Kor 1 mengaitkan pemberitaan Injil dengan hikmat daripada Allah (1 Korintus 1:21-24) “Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.
Kita melihat juga di dalam Roma 11:33-36, yang juga merupakan salah satu doxology Paulus, Paulus menekankan hikmat Allah “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak ter selidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! “ Itulah hikmat daripada Allah yang melampaui segala sesuatu.
Masing-masing kita memiliki hikmat yang terbatas, karena itu kita perlu melihat perspektif dari orang lain. Tetapi di sini, Firman berkata Allah adalah satu-satunya yang penuh hikmat, yang mengetahui segala sesuatu, yang mengetahui cara yang terbaik untuk menggenapi segala rencana-Nya. Dia telah mengerjakannya, sedang mengerjakannya dan akan menggenapi rencana-Nya. Dia mengetahui di dalam segala situasi, goal yang terutama dan cara yang terbaik untuk menggenapi goal tersebut
Kali ini saya akan memfokuskan akan bagaimana hikmat Allah di dalam cara-Nya untuk menyelamatkan orang yang berdosa. Secara khusus 1 Kor 1 mengaitkan pemberitaan Injil dengan hikmat daripada Allah (1 Korintus 1:21-24) “Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.
Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.” Bagian ini menarik sekali karena membedakan hikmat dunia dan hikmat Allah; dan bagaimana hikmat Allah tidak dimengerti oleh oleh dunia. Hikmat dunia di hadapan Allah adalah suatu kebodohan, sebaliknya juga hikmat Allah di hadapan dunia adalah suatu kebodohan
Mengapa bisa demikian? Dunia ini oleh hikmatnya sendiri tidak akan mengenal Allah (lihat 1 Korintus 1:21), karena persoalan manusia bukan hanya di dalam pengetahuan, tetapi di dalam hatinya yang melawan Tuhan, yang tidak mau percaya kepada Tuhan. Ada suatu ilustrasi tentang seorang detektif yang sedang menyelidiki bandar narkoba di Meksiko. Akhirnya detektif tersebut menemukan orang ini di suatu bar, dia bertanya kepadanya di mana dia menyembunyikan uang dan narkoba tersebut.
Mengapa bisa demikian? Dunia ini oleh hikmatnya sendiri tidak akan mengenal Allah (lihat 1 Korintus 1:21), karena persoalan manusia bukan hanya di dalam pengetahuan, tetapi di dalam hatinya yang melawan Tuhan, yang tidak mau percaya kepada Tuhan. Ada suatu ilustrasi tentang seorang detektif yang sedang menyelidiki bandar narkoba di Meksiko. Akhirnya detektif tersebut menemukan orang ini di suatu bar, dia bertanya kepadanya di mana dia menyembunyikan uang dan narkoba tersebut.
Namun dia tidak mengerti bahasa Inggris, dan ada seorang yang bisa menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Sang penerjemah menerjemahkan interogasi sang detektif “di mana kamu menyimpan uang dan narkoba itu, kalau tidak saya tembak kamu”, dan setelah berkali-kali bertanya pada akhirnya sang bandar narkoba menyerah dan memberi tahu lokasinya kepada sang penerjemah. Namun si penerjemah menerjemahkan “saya tidak akan pernah memberikan lokasinya, tembak saya saja”. Ditembaklah bandar narkoba tersebut dan sang penerjemah mengambil uangnya
Ini adalah suatu contoh bahwa pengetahuan itu hanya melayani motivasi. Kalau motivasinya salah, kalau hatinya tidak beres, maka pengetahuan/kebenaran apa pun, maka manusia tidak akan menaatinya, manusia akan gagal terus. Itulah perbedaan Injil Kristus dengan agama apa pun. Agama lain mengajarkan perbuatan baik, tetapi persoalannya adalah bagaimana manusia bisa melakukan akan hal itu. Semua agama setuju dengan seluruh perintah Allah, tetapi persoalannya bagaimana manusia bisa melakukan hal itu.
Ini adalah suatu contoh bahwa pengetahuan itu hanya melayani motivasi. Kalau motivasinya salah, kalau hatinya tidak beres, maka pengetahuan/kebenaran apa pun, maka manusia tidak akan menaatinya, manusia akan gagal terus. Itulah perbedaan Injil Kristus dengan agama apa pun. Agama lain mengajarkan perbuatan baik, tetapi persoalannya adalah bagaimana manusia bisa melakukan akan hal itu. Semua agama setuju dengan seluruh perintah Allah, tetapi persoalannya bagaimana manusia bisa melakukan hal itu.
Karena persoalan manusia adalah jauh lebih dalam, Alkitab memberi hikmat yang menerobos persoalan manusia. Persoalan manusia bukan di dalam perbuatannya, karena mereka sudah tahu tentang itu, tetapi di dalam hatinya ada kuasa yang menguasainya. Alkitab mengajarkan masalah manusia bukan di dalam perbuatannya. Alkitab menggambarkan masalah itu seperti sebuah pohon dan buahnya. Permasalahan manusia bukan di dalam buahnya tetapi di dalam pohonnya itu sendiri. Kalau pohonnya tidak beres maka buahnya pasti tidak beres.
Alkitab mengajarkan bagaimana memberikan pohon yang baru. Tetapi manusia tetap tidak mengerti, seperti di dalam 1 Korintus 1:18, mereka menganggap apa yang dikerjakan Tuhan adalah suatu kebodohan. Maka kita memerlukan anugerah Tuhan untuk membongkar kebodohan manusia. Ketika orang dunia melihat salib mereka melihat suatu kebodohan. Mereka mengatakan bagaimana mungkin seorang menyelamatkan orang lain kalau dia tidak bisa menyelamatkan diri dia sendiri. Juga di jaman ini banyak orang mengatakan “Bagaimana mungkin kamu percaya kepada orang yang sudah mati 2000 tahun yang lalu”
Kristus yang disalibkan adalah fokus dari pemberitaan Injil. Namun ejekan dari dunia adalah turunlah dari salib, selamatkan dirimu sendiri, kamu baru bisa menyelamatkan orang lain. Bagi orang Yahudi adalah satu batu sandungan karena orang yang disalib adalah orang yang kalah, yang dikutuk oleh Allah, bagaimana mungkin engkau memuliakan Tuhan, karena engkau sendiri disalibkan.
Tetapi Alkitab mengatakan kepada kita, itulah hikmat Allah, karena justru melalui kematian Kristus adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan manusia, untuk memecahkan persoalan manusia. Bukan hanya dengan perintah-perintah, walaupun perintah-perintah Tuhan itu tidak salah, perintah-perintah diberikan oleh Allah justru salah satu tujuan utamanya adalah supaya manusia sadar bahwa manusia tidak bisa melakukan perintah-perintah tersebut.
Alkitab mengajarkan bagaimana memberikan pohon yang baru. Tetapi manusia tetap tidak mengerti, seperti di dalam 1 Korintus 1:18, mereka menganggap apa yang dikerjakan Tuhan adalah suatu kebodohan. Maka kita memerlukan anugerah Tuhan untuk membongkar kebodohan manusia. Ketika orang dunia melihat salib mereka melihat suatu kebodohan. Mereka mengatakan bagaimana mungkin seorang menyelamatkan orang lain kalau dia tidak bisa menyelamatkan diri dia sendiri. Juga di jaman ini banyak orang mengatakan “Bagaimana mungkin kamu percaya kepada orang yang sudah mati 2000 tahun yang lalu”
Kristus yang disalibkan adalah fokus dari pemberitaan Injil. Namun ejekan dari dunia adalah turunlah dari salib, selamatkan dirimu sendiri, kamu baru bisa menyelamatkan orang lain. Bagi orang Yahudi adalah satu batu sandungan karena orang yang disalib adalah orang yang kalah, yang dikutuk oleh Allah, bagaimana mungkin engkau memuliakan Tuhan, karena engkau sendiri disalibkan.
Tetapi Alkitab mengatakan kepada kita, itulah hikmat Allah, karena justru melalui kematian Kristus adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan manusia, untuk memecahkan persoalan manusia. Bukan hanya dengan perintah-perintah, walaupun perintah-perintah Tuhan itu tidak salah, perintah-perintah diberikan oleh Allah justru salah satu tujuan utamanya adalah supaya manusia sadar bahwa manusia tidak bisa melakukan perintah-perintah tersebut.
Jika saudara betul-betul mengerti perintah-perintah tersebut, maka saudara sudah melanggarnya, dan sadar bahwa saudara tidak bisa melakukan semuanya itu. Sehingga saudara boleh dan datang kepada Tuhan dan mengerti bahwa bukan karena apa yang saudara bisa lakukan, bukan karena hikmat manusia, saudara boleh diselamatkan. Tetapi karena Kristus yang sudah mati yang menggantikan saya. Saya yang seharusnya dihukum karena melanggar hukum Tuhan; Tetapi Kristuslah yang menyelesaikan dosa kita; Dia yang tidak berdosa dijadikan dosa karena kita sehingga kebenaran Kristus boleh ditimpakan kepada kita yang percaya kepada-Nya.
1 Korintus 1:24-28 mengatakan “tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti
Mengapa Allah mengatakan demikian, memilih menyelamatkan dunia melalui Kristus? Jawabannya adalah penting, dan bisa dilihat di ayat-ayat selanjutnya 1 Korintus 1:29-31 “supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah. Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: "Barang siapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”
1 Korintus 1:24-28 mengatakan “tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti
Mengapa Allah mengatakan demikian, memilih menyelamatkan dunia melalui Kristus? Jawabannya adalah penting, dan bisa dilihat di ayat-ayat selanjutnya 1 Korintus 1:29-31 “supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah. Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: "Barang siapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”
Inilah yang menjadi inti Gereja Kristen, Salib menjadi pusat, walaupun bagi dunia salib adalah suatu kebodohan dan kehinaan. Ayat 1 Korintus 1:29 memberikan kita kesimpulan supaya tidak ada seorang pun yang dapat bermegah di hadapan Allah. Saya bisa diselamatkan hanya karena anugerah Allah, tidak ada seorang pun yang boleh memegahkan kita. Aku ada sebagaimana aku ada hanya karena anugerah Tuhan. Itulah hikmat Allah yang melampaui segala pikiran manusia, hikmat-Nya bertujuan supaya hanya Tuhan saja yang dimuliakan, dan tidak ada seorang pun yang boleh memegahkan diri di hadapan-Nya
Karakter Kristen yang paling dasar adalah orang yang miskin di hadapan Allah, kita tidak memiliki apa-apa, tidak mampu berbuat apa-apa secara rohani. Hanya karena anugerah di dalam Kristus, kita boleh percaya dan beriman. Hikmat Allah ini menyatakan itulah satu-satunya cara engkau boleh diselamatkan. Tanpa engkau menyadari bahwa engkau miskin di hadapan Allah, memerlukan Tuhan , maka engkau tidak mungkin diselamatkan.
Itulah cara Allah yang ajaib, menghancurkan kecongkakan manusia, dan memuliakan Tuhan saja. Karena berdebat masalah hikmat, jemaat di Korintus jadi terpecah. Ada konflik di Jemaat Korintus mengenai golongan Jemaat mana yang lebih benar dan berhikmat. Mereka juga berdebat antar golongan Yahudi dan Yunani yang menjadi Kristen. Menurut orang Yahudi, mereka lebih berhikmat daripada orang Yunani karena mereka adalah bangsa pilihan.
Karakter Kristen yang paling dasar adalah orang yang miskin di hadapan Allah, kita tidak memiliki apa-apa, tidak mampu berbuat apa-apa secara rohani. Hanya karena anugerah di dalam Kristus, kita boleh percaya dan beriman. Hikmat Allah ini menyatakan itulah satu-satunya cara engkau boleh diselamatkan. Tanpa engkau menyadari bahwa engkau miskin di hadapan Allah, memerlukan Tuhan , maka engkau tidak mungkin diselamatkan.
Itulah cara Allah yang ajaib, menghancurkan kecongkakan manusia, dan memuliakan Tuhan saja. Karena berdebat masalah hikmat, jemaat di Korintus jadi terpecah. Ada konflik di Jemaat Korintus mengenai golongan Jemaat mana yang lebih benar dan berhikmat. Mereka juga berdebat antar golongan Yahudi dan Yunani yang menjadi Kristen. Menurut orang Yahudi, mereka lebih berhikmat daripada orang Yunani karena mereka adalah bangsa pilihan.
Paulus menulis surat ini untuk menasihati bahwa manusia dipanggil oleh Allah bukan karena hikmat berdasarkan ukuran manusia. Paulus mengingatkan mereka bahwa “apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”(1 Korintus 1:28-29).
Ada satu peringatan yang ingin Paulus sampaikan kepada Jemaat yang menghadapi masalah seperti ini. Paulus ingin mengajarkan orang untuk berserah kepada Allah dan membiarkan hikmat Allah yang mengambil alih dan berkuasa. Hikmat manusia tidak berarti jika dibanding dengan hikmat yang dari Allah. Paulus menekankan bahwa dia datang kepada Jemaat di Korintus bukan dengan hikmat, melainkan “dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah (1 Korintus 2:4-5).” Intinya Paulus menginginkan kita untuk bergantung kepada kekuatan dan hikmat Allah di dalam Kristus Yesus.
Pertanyaan buat kita memang adalah bagaimana kita bisa melihat hikmat Allah? Bagaimana kita bisa mengenali sesuatu sebagai sebuah hikmat atau kebodohan. Bagaimana kita bisa mengerti jalan pikiran Allah ketika kita sendiri tidak bisa sepenuhnya mengerti jalan pikiran pasangan kita? Atau, jangankan hikmat Allah, bagaimana kita bisa tahu bahwa seseorang lebih berhikmat dari yang lain? Atau, bagaimana Anda tahu bahwa Anda sendiri berhikmat? Saudara-saudara, konflik terjadi bukan karena seseorang lebih berhikmat dari yang lain. Tidak. Hikmat setiap orang bisa berbeda-beda. Konflik terjadi ketika orang yang berhikmat merasa dirinya lebih dekat dengan Allah, atau lebih berguna bagi Allah, dan kemudian memandang rendah orang yang dianggapnya tidak berhikmat
Hal ini akan terjadi ketika kita mengandalkan hikmat manusia. Ketika manusia mengandalkan hikmatnya sendiri, dan menyamakannya dengan hikmat Allah, maka manusia akan menjadi sesat dan bisa menyesatkan orang lain. Siapakah manusia sehingga kita bisa mengetahui apa kehendak Allah? Keadaan menjadi lebih sulit ketika seseorang berkata dengan otoritas penuh bahwa dia mewakili Allah dan perkataannya adalah perkataan Allah. Kita sudah melihat sendiri sepanjang sejarah banyak sekte yang mengklaim bahwa mereka mendapat perintah langsung dari Allah untuk menjual semua harta mereka; memberikan kepada pemimpin mereka; atau bahkan bunuh diri beramai-ramai. Bagaimana kita bisa melihat hikmat Allah?
Banyak orang yang menjadi tidak percaya kepada Allah karena buat mereka penderitaan adalah sesuatu yang konyol. Kalau memang Allah ada, dan Allah adalah baik dan pengasih, kenapa Allah membiarkan penderitaan terjadi kepada orang-orang yang dikasihi-Nya? Orang menjadi jauh dari Allah ketika tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan ini dengan baik. Hikmat manusia menghalangi kita melihat rencana Allah yang memang tidak bisa kita mengerti selain dengan iman.
Ada satu peringatan yang ingin Paulus sampaikan kepada Jemaat yang menghadapi masalah seperti ini. Paulus ingin mengajarkan orang untuk berserah kepada Allah dan membiarkan hikmat Allah yang mengambil alih dan berkuasa. Hikmat manusia tidak berarti jika dibanding dengan hikmat yang dari Allah. Paulus menekankan bahwa dia datang kepada Jemaat di Korintus bukan dengan hikmat, melainkan “dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah (1 Korintus 2:4-5).” Intinya Paulus menginginkan kita untuk bergantung kepada kekuatan dan hikmat Allah di dalam Kristus Yesus.
Pertanyaan buat kita memang adalah bagaimana kita bisa melihat hikmat Allah? Bagaimana kita bisa mengenali sesuatu sebagai sebuah hikmat atau kebodohan. Bagaimana kita bisa mengerti jalan pikiran Allah ketika kita sendiri tidak bisa sepenuhnya mengerti jalan pikiran pasangan kita? Atau, jangankan hikmat Allah, bagaimana kita bisa tahu bahwa seseorang lebih berhikmat dari yang lain? Atau, bagaimana Anda tahu bahwa Anda sendiri berhikmat? Saudara-saudara, konflik terjadi bukan karena seseorang lebih berhikmat dari yang lain. Tidak. Hikmat setiap orang bisa berbeda-beda. Konflik terjadi ketika orang yang berhikmat merasa dirinya lebih dekat dengan Allah, atau lebih berguna bagi Allah, dan kemudian memandang rendah orang yang dianggapnya tidak berhikmat
Hal ini akan terjadi ketika kita mengandalkan hikmat manusia. Ketika manusia mengandalkan hikmatnya sendiri, dan menyamakannya dengan hikmat Allah, maka manusia akan menjadi sesat dan bisa menyesatkan orang lain. Siapakah manusia sehingga kita bisa mengetahui apa kehendak Allah? Keadaan menjadi lebih sulit ketika seseorang berkata dengan otoritas penuh bahwa dia mewakili Allah dan perkataannya adalah perkataan Allah. Kita sudah melihat sendiri sepanjang sejarah banyak sekte yang mengklaim bahwa mereka mendapat perintah langsung dari Allah untuk menjual semua harta mereka; memberikan kepada pemimpin mereka; atau bahkan bunuh diri beramai-ramai. Bagaimana kita bisa melihat hikmat Allah?
Banyak orang yang menjadi tidak percaya kepada Allah karena buat mereka penderitaan adalah sesuatu yang konyol. Kalau memang Allah ada, dan Allah adalah baik dan pengasih, kenapa Allah membiarkan penderitaan terjadi kepada orang-orang yang dikasihi-Nya? Orang menjadi jauh dari Allah ketika tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan ini dengan baik. Hikmat manusia menghalangi kita melihat rencana Allah yang memang tidak bisa kita mengerti selain dengan iman.
Hikmat manusia menghalangi kita melihat penyertaan Allah yang luar biasa yang terjadi selama ini dalam kehidupan kita. Ketika sesuatu yang buruk terjadi kita bertanya di manakah Allah. Ketika sesuatu yang baik terjadi kita tidak berkata bahwa Allah ada di situ. Artinya, hikmat kita adalah terbatas kepada hal yang ingin kita percayai atau kita lihat. Hikmat manusia adalah terbatas. Inilah bahaya yang Paulus lihat, yang dapat menimbulkan perpecahan dalam Jemaat
Kalau begitu apa pesan Paulus bagi kehidupan kita?
Pertama, bergantunglah kepada kekuatan Allah dan bukan hikmat manusia. Bagaimana kita bisa menerima hikmat Allah?
Kedua, Paulus mengungkapkan logika ini: kita hanya bisa menerima hikmat Allah ketika kita menerima Roh Allah untuk masuk ke dalam kita. Tidak ada yang lebih mengetahui hikmat Allah selain Roh Allah sendiri. Karena itu mengundang Roh Allah masuk ke dalam kita juga mengundang hikmat Allah untuk berkuasa dalam hidup kita. “Saya sudah menerima Allah, tapi saya masih tidak tahu apa maksud Allah dalam hidup saya. Saya tidak bisa mengenali hikmat Allah dalam hidup saya.”
Ketiga, yang kita butuh kan adalah latihan mendengar apa kehendak Allah dalam kehidupan kita. Mendengar membutuhkan keterampilan khusus. Bagaimana kita bisa tahu kehendak Allah kalau kita sibuk dengan diri sendiri, dengan pekerjaan kita, dengan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Dunia ini adalah tempat yang bising, penuh hiruk pikuk. Bagaimana kita bisa mendengarkan hikmat Allah? Bagaimana Anda bisa mendengar seorang guru yang menjelaskan pertanyaan Anda di kelas, kalau Anda sibuk bicara sendiri atau tertidur ketika mendengar penjelasan?
Ada sebuah kisah nyata yang saya baca. Sekelompok orang sibuk menimbun es dengan jerami. Balok es yang dikumpulkan dalam gudang ini digunakan sebagai sarana penyimpan makanan ketika kulkas belum diciptakan. Seorang pekerja kehilangan jamnya, dan jam itu merupakan pemberian dari kakeknya yang sudah meninggal. Sekitar 10 orang turut membantunya mencari jam itu di dalam gudang yang penuh dengan jerami dan es. Setelah beberapa jam mereka menyerah. Seorang anak laki-laki kecil berkata bahwa dia akan mencarikan jam itu untuk mereka. Dia menyuruh semua orang keluar dan menutup pintu gudangnya. Setelah 5 menit dia berhasil menemukan jamnya. Orang bertanya bagaimana dia bisa melakukannya. Dia berkata, “Aku hanya diam dan mendengarkan dengan keras, dan aku bisa menemukannya.”
Kalau begitu apa pesan Paulus bagi kehidupan kita?
Pertama, bergantunglah kepada kekuatan Allah dan bukan hikmat manusia. Bagaimana kita bisa menerima hikmat Allah?
Kedua, Paulus mengungkapkan logika ini: kita hanya bisa menerima hikmat Allah ketika kita menerima Roh Allah untuk masuk ke dalam kita. Tidak ada yang lebih mengetahui hikmat Allah selain Roh Allah sendiri. Karena itu mengundang Roh Allah masuk ke dalam kita juga mengundang hikmat Allah untuk berkuasa dalam hidup kita. “Saya sudah menerima Allah, tapi saya masih tidak tahu apa maksud Allah dalam hidup saya. Saya tidak bisa mengenali hikmat Allah dalam hidup saya.”
Ketiga, yang kita butuh kan adalah latihan mendengar apa kehendak Allah dalam kehidupan kita. Mendengar membutuhkan keterampilan khusus. Bagaimana kita bisa tahu kehendak Allah kalau kita sibuk dengan diri sendiri, dengan pekerjaan kita, dengan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Dunia ini adalah tempat yang bising, penuh hiruk pikuk. Bagaimana kita bisa mendengarkan hikmat Allah? Bagaimana Anda bisa mendengar seorang guru yang menjelaskan pertanyaan Anda di kelas, kalau Anda sibuk bicara sendiri atau tertidur ketika mendengar penjelasan?
Ada sebuah kisah nyata yang saya baca. Sekelompok orang sibuk menimbun es dengan jerami. Balok es yang dikumpulkan dalam gudang ini digunakan sebagai sarana penyimpan makanan ketika kulkas belum diciptakan. Seorang pekerja kehilangan jamnya, dan jam itu merupakan pemberian dari kakeknya yang sudah meninggal. Sekitar 10 orang turut membantunya mencari jam itu di dalam gudang yang penuh dengan jerami dan es. Setelah beberapa jam mereka menyerah. Seorang anak laki-laki kecil berkata bahwa dia akan mencarikan jam itu untuk mereka. Dia menyuruh semua orang keluar dan menutup pintu gudangnya. Setelah 5 menit dia berhasil menemukan jamnya. Orang bertanya bagaimana dia bisa melakukannya. Dia berkata, “Aku hanya diam dan mendengarkan dengan keras, dan aku bisa menemukannya.”
Apabila saudara masih mencari jawaban atas pertanyaan saudara, cobalah diam, dengarlah apa hikmat yang ditunjukkan Tuhan Yesus Kristus dalam hidupmu, dan lakukanlah! Amin.