RATAPAN 2:1-9 : KEDAHSYATAN MURKA ALLAH TERHADAP SION
Matthew Henry (1662-1714)
---------------------------------
BAHASAN : RATAPAN 2:1-22.
---------------------------------
BAHASAN : RATAPAN 2:1-22.
Nyanyian ratapan kedua yang disusun menurut urutan abjad ini digubah dengan nada pilu yang sama dengan nyanyian sebelumnya. Isinya juga banyak sama. Dimulai dengan kata “Ecah” (seruan dalam bahasa Ibrani untuk mengungkapkan rasa beban yang berat – pen.), sebagaimana dalam nyanyian sebelumnya, “Betapa sedihnya keadaan kami! Celaka bagi kami!”
[I]. Inilah murka Allah Sion yang dinyatakan sebagai penyebab datangnya berbagai malapetaka itu (Ratapan 2: 1-9).
[II]. Inilah kesengsaraan anak-anak Sion yang dinyatakan sebagai akibat dari datangnya berbagai bencana itu (Ratapan 2: 10-19).
[III]. Pengaduan disampaikan kepada Allah dan perkara itu diserahkan kepada pertimbangan-Nya yang penuh belas kasihan (Ratapan 2: 20-22). Tangan yang melukai harus menyembuhkan pula.
Sungguh suatu gambaran sangat menyedihkan yang diberikan mengenai jemaat Allah di sini, mengenai Yakub dan Israel, mengenai Sion dan Yerusalem. Tetapi penekanan dalam ayat-ayat ini tampaknya tertuju semuanya pada campur tangan Allah dalam segala malapetaka yang membuat mereka mengerang di bawahnya.
Kesedihannya tidak seberapa dibanding dengan kenyataan bahwa Allahlah yang telah melakukan semuanya ini terhadap mereka, bahwa Dia menjadi murka kepada mereka. Dialah yang menghajar mereka, menghajar mereka dalam kemurkaan dan dalam kepanasan murka-Nya. Allah telah menjadi seteru mereka, dan berperang melawan mereka. Dan inilah yang menjadi ipuh dan racun dalam penderitaan dan kesengsaraan mereka itu.
[I]. Dahulu ada masa ketika kesukaan Allah ada di dalam jemaat-Nya, dan Ia menyatakan diri, dan tampil baginya seperti seorang sahabat. Tetapi sekarang, ketidaksenangan-Nya bangkit melawannya. Ia marah terhadapnya, dan tampil serta bertindak terhadapnya seperti seorang seteru. Hal ini sering diulang-ulang di sini, dan diratapi dengan penuh kesedihan.
Apa yang sudah Ia lakukan dilakukan-Nya di dalam murka-Nya. Hal ini membuat waktu-waktu sekarang ini menjadi hari yang sangat memilukan bagi kita, bahwa ini adalah hari murka-Nya (ayat 1), dan lagi (Ratapan 2: 2) masa sekarang ini ada dalam murka-Nya, dan (ayat 3) ada dalam murka-Nya yang menyala-nyala, bahwa Ia mencampakkan dan mematahkan, dan dalam kegeraman murka-Nya (Ratapan 2: 6).
Perhatikanlah, bagi orang-orang yang tahu bagaimana menilai kebaikan hati Allah, tidak ada yang lebih mengerikan dari pada murka-Nya. Perbaikan yang dilakukan dalam kasih mudah ditanggung, tetapi hardikan dalam kasih akan menorehkan luka yang mendalam. Murka Allah itulah yang membakar Yakub laksana api yang menyala-nyala (ayat 3), dan itu api yang menghanguskan. Api itu menjilat ke sekeliling, melahap semua kehormatan jemaat dan kesenangannya. Ini adalah geram-Nya yang dimuntahkan seperti api (ayat 4), seperti hujan api dan belerang yang dicurahkan ke atas Sodom dan Gomora.
Akan tetapi, dosa merekalah yang mengobarkan api ini. Allah itu seorang Bapa yang sangat lemah lembut kepada anak-anak-Nya, sehingga kita boleh merasa yakin bahwa Ia tidak akan pernah marah kepada mereka, kecuali mereka menggusarkan Dia, dan menyebabkan Ia menjadi marah. Ia tidak pernah marah kalau tidak ada alasannya. Perjanjian Allah dengan mereka adalah jika mereka sungguh-sungguh mendengarkan perkataan-Nya, Ia akan memusuhi musuh-musuh mereka (Keluaran 23:22), dan Ia akan tetap berlaku seperti itu selama mereka tetap berada di dekat-Nya.
Tetapi sekarang Ia menjadi musuh mereka, setidaknya menjadi seperti seorang seteru (Ratapan 2: 5). Ia mem-bidikkan panah-Nya seperti seorang seteru (ayat 4). Ia berdiri dengan mengacungkan tangan kanan-Nya terhadap mereka, dengan sebilah pedang terhunus seperti seorang lawan. Allah sungguh bukanlah musuh bagi umat-Nya, tidak, juga bukan ketika Ia sedang marah kepada mereka dan memperbaiki mereka di dalam amarah. Dapat saja kita menjadi sangat gusar terhadap sahabat-sahabat dan sanak saudara yang kita kasihi, namun sangat jauh untuk bermusuhan dengan mereka.
Tetapi, kadang-kadang Ia menjadi seperti seteru bagi mereka, ketika semua tindakan penyelenggaraan-Nya bagi mereka tampak secara lahiriah seperti mau menghancurkan mereka, ketika segala sesuatu dibuat menentang mereka dan tidak ada yang baik bagi mereka. Akan tetapi, terpujilah Allah, Kristus adalah damai sejahtera kita, pembawa damai kita, yang telah melenyapkan perseteruan itu, dan di dalam Dia kita dapat berdamai dengan lawan kita, yang sudah semestinya kita lakukan, karena sia-sialah melawan Dia, dan lagi pula Ia menawarkan syarat-syarat perdamaian yang menguntungkan bagi kita.
[II]. Dahulu ada masanya ketika jemaat Allah tampak sangat cemerlang, termasyhur, dan besar di antara bangsa-bangsa. Namun sekarang TUHAN menyelubungi puteri Sion dengan awan (Ratapan 2: 1), awan yang gelap, yang sangat mengerikan bagi diri-Nya sendiri, dan membuat jemaat tidak dapat memandang wajah-Nya. Ini suatu awan yang tebal (begitulah makna firman itu), awan hitam, yang memudarkan semua kemuliaan jemaat dan menyembunyikan keagungannya. Ini bukanlah awan seperti yang digunakan Allah untuk menuntun mereka melintasi padang gurun, atau awan ketika Allah menahbiskan Bait Suci dan memenuhinya dengan kemuliaan-Nya.
Bukan, sisi awan yang sekarang berbalik melawan mereka adalah awan yang tadinya menghadap melawan orang Mesir di Laut Merah. Keagungan Israel dilemparkan-Nya dari langit ke bumi, para pahlawan mereka (2 Samuel 1:19), semua ibadah keagamaan mereka, keagungan kekudusan mereka, semua yang menimbulkan kasih sayang dan rasa hormat para tetangga mereka, dan membuat tetangga itu menjadi ramah, semua hal yang telah mengangkat mereka ke langit, sekarang menjadi layu dan sirna, sebab Allah telah menyelubunginya dengan awan. Ia telah mematahkan segala tanduk Israel (Ratapan 2: 3), segala semarak dan keagungannya (Mazmur 132:17), segala kekayaan dan kelimpahan, dan semua kekuatan dan kekuasaan mereka. Mereka telah meninggikan tanduk-tanduk mereka terhadap Allah dalam keangkuhan, dan oleh karena itu, adillah bagi Allah untuk mematahkan segala tanduk mereka.
Dia akan membuat mereka tidak mampu bertahan dan melawan musuh-musuh mereka, Ia menarik kembali tangan kanan-Nya, supaya mereka tidak mampu melihat arah pukulan musuh atau menghindari pukulannya. Apa yang dapat dilakukan tangan kanan mereka terhadap musuh ketika Allah menarik kembali, membuatnya menjadi lemah, seperti yang pernah Ia lakukan terhadap Yerobeam? Demikian-lah keagungan Israel dilemparkan, ketika bangsa yang dahulunya termasyhur dengan keberaniannya tidak mampu lagi mempertahankan negeri mereka atau memanfaatkan kedudukan mereka.
[III]. Ada masanya dahulu ketika Yerusalem dan kota-kota Yudea masih kuat dan dibentengi dengan baik, yang dipercaya oleh penduduknya dan terlebih lagi dianggap mustahil dapat ditembus oleh musuh. Tetapi sekarang, dalam murka-Nya TUHAN telah memusnahkan mereka, kota-kota itu musnah sama sekali. Benteng-benteng dan berbagai penghalang dirobohkan, dan para penyerbunya tidak menjumpai perlawanan sama sekali. Susunan-susunan bangunan yang megah yang menjadi kekuatan dan keindahan mereka, diruntuhkan menjadi puing-puing berserakan.
1. Dalam murka-Nya TUHAN telah melenyapkan semua pemukiman Yakub (Ratapan 2: 2), baik rumah-rumah di perkotaan maupun di pedesaan. Semuanya dibakar, setidaknya dihancurkan. Benar-benar hancur, sehingga tampak seperti sudah dilenyapkan, tidak ada lagi yang tersisa. TUHAN telah melenyapkan, dan tanpa belas kasihan. Orang mungkin merasa sayang bahwa rumah-rumah yang begitu mewah dan mahal, dibangun dengan begitu baik, dilengkapi dengan berbagai perabot yang bagus, harus dihancurkan sama sekali.
Orang mungkin merasa kasihan dengan penduduk-penduduknya yang sekarang menjadi miskin, tidak berumah dan terpaksa mengembara. Akan tetapi, rasa belas kasihan Allah tampaknya tidak ada lagi, Ia telah menghancurkan Israel, seperti seekor singa melahap mangsanya (ayat 5).
2. TUHAN tidak saja telah menghancurkan pemukiman-pemukiman rakyatnya, tetapi juga puri-purinya, segala purinya, pemukiman-pemukiman kaum bangsawan dan para pemuka (Ratapan 2: 5), meskipun orang-orang itu adalah orang-orang paling mulia, kuat, kaya, dan selalu dikawal dengan ketat. Penghakiman-penghakiman Allah, ketika datang untuk melaksanakan tugas, meratakan segala puri dengan pondok-pondok, dan dengan mudah melenyapkan mereka. Jika puri-puri dicemari oleh dosa, seperti keadaan mereka saat itu, biarlah mereka menantikan datangnya kutukan yang akan memusnahkan mereka semua, baik kayunya maupun batu-batunya (Zakaria 5:4).
3. TUHAN tidak saja telah merusakkan tempat-tempat pemukiman, tetapi juga benteng-benteng, istana-istana, segala tempat perlindungan, dan kubu-kubu pertahanan. Semua ini dihancurkan dalam murka-Nya, dan semua dicampakkan ke atas muka bumi. Sebab dapatkah mereka berdiri menghalang di tengah jalan penghakiman-Nya, dan menghenti-kan kemajuannya? Tidak, biarlah mereka berguguran seperti daun-daun di musim gugur, biarlah mereka ditinggikan sampai ke dasar-dasar tertinggi, dan dicampakkan ke bumi (Ratapan 2: 2).
Dan masih ada lagi ( Ratapan 2: 5), Ia telah mempuingkan benteng-bentengnya, sebab kekuatan apa yang dapat mereka miliki untuk melawan Allah? Dan dengan demikian Ia memperbanyak susah dan kesah pada puteri Yehuda, sebab tidak bisa tidak mereka berada dalam kekhawatiran yang sangat mengerikan ketika melihat semua pertahanan mereka meninggalkan mereka.
Hal ini ditegaskan lagi dalam ayat 7-9. Supaya dapat menghancurkan benteng-bentengnya, Allah telah menyerahkan ke dalam tangan seteru tembok puri-purinya, yang menjadi tempat perlindungan mereka, dan, ketika tembok-tembok itu dihancur-kan, dengan sendirinya puri-puri itu ikut hancur dengan segera. Tembok puri-puri itu tidak dapat melindungi mereka lagi, kecuali Allah sendiri menjadi tembok berapi di sekeliling mereka. Hal ini dilakukan Allah dalam murka-Nya, tetapi dengan penuh kesadaran. Itu adalah hasil dari rancangan sebelumnya, dan dilaksanakan oleh tindakan penyelenggaraan Allah yang bijaksana dan mantap. Sebab, Allah telah bermaksud untuk memuingkan tembok putri Sion (ayat
Dengan sengaja Ia membawa masuk pasukan tentara Kasdim untuk melaksanakan hukuman ini.
Perhatikanlah, penghancuran apa pun yang dikerjakan Allah di dalam jemaat-Nya, semuanya sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan-Nya bagi kita, bahkan hal-hal yang paling melawan kita. Namun, ketika semua sudah dikerjakan, Ia telah mengukur semuanya dengan tali pengukur, untuk melaksanakannya secara tepat dan terukur: sampai di sini penghancuran berjalan, dan tidak boleh berjalan lebih jauh lagi.
Perhatikanlah, penghancuran apa pun yang dikerjakan Allah di dalam jemaat-Nya, semuanya sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan-Nya bagi kita, bahkan hal-hal yang paling melawan kita. Namun, ketika semua sudah dikerjakan, Ia telah mengukur semuanya dengan tali pengukur, untuk melaksanakannya secara tepat dan terukur: sampai di sini penghancuran berjalan, dan tidak boleh berjalan lebih jauh lagi.
Tidak ada lagi penghancuran lebih dari pada yang telah ditandai. Atau mungkin hal itu dimaksudkan sebagai ukuran kekacauan dan kehampaan (Yesaya 34:11, KJV), sebuah ukuran keseimbangan, sebab Ia akan melanjutkan pekerjaan-Nya. Ia tak menahan tangan-Nya untuk menghancurkannya (ayat , .tangan kanan yang Ia acungkan melawan umat-Nya seperti seorang lawan (Ratapan 2: 4).
Sejauh rancangan berjalan, pelaksanaan akan terus berjalan, dan tangan-Nya akan menyelesaikan ketetapan-Nya sampai sepenuh-penuhnya, dan tidak akan ditarik. Itulah sebabnya Ia menjadikan tembok luar dan tembok dalam, tempat orang-orang bergembira di dalam dan di atasnya, yang mungkin juga tempat mereka bersukaria, menjadi tempat untuk berkabung, dan mereka merana semuanya.
Tembok dalam dan tembok luar, atau pelindung di atas mereka, berjatuhan semuanya, dan mereka dibiarkan berdukacita satu sama lain atas kejatuhan mereka. Gapura-gapuranya lenyap dalam waktu yang singkat, sehingga orang akan menyangka gapura-gapura itu terbenam di dalam tanah karena daya beratnya sendiri, dan Ia menghancurkan dan meluluhkan palang-palang pintunya, (Ratapan 2: 9), palang-palang pintu gerbang Yerusalem yang dahulu telah diteguhkan-Nya (Mazmur 147:13). Pintu-pintu gerbang dan palang-palangnya tidak akan ada gunanya bagi kita ketika Allah telah menarik perlindungan-Nya.
[IV]. Ada masanya dahulu ketika pemerintahan mereka berkembang, pemuka-pemuka mereka terkenal, kerajaan mereka menjadi besar di antara bangsa-bangsa, dan kekuasaan ada di pihak mereka. Namun sekarang keadaan sama sekali bertolak belakang: Ia telah mencemarkan kerajaan dan pemimpin-pemimpinnya (ayat 2).
Pada mulanya mereka mencemarkan diri mereka sendiri dengan penyembahan-penyembahan berhala mereka, dan kemudian Allah berurusan dengan mereka seperti berurusan dengan benda-benda yang cemar. Ia melemparkan mereka ke dalam lubang kotoran, tempat paling pantas bagi mereka. Ia telah menyerahkan kemuliaan mereka, yang dipandang sebagai kudus (itulah sifat yang kita berikan kepada kekuasaan tertinggi), untuk diinjak-injak dan dicemarkan.
Dan tidak mengherankan bahwa raja dan imam, yang sifatnya senantiasa dianggap terhormat dan tidak dapat diganggu gugat, dipandang rendah oleh setiap orang, ketika Allah, dalam kegeraman murka-Nya memandang rendah raja dan imam (Ratapan 2: 6). Dia telah meninggalkan mereka. Ia memandang mereka tidak layak lagi menyandang kehormatan yang diberikan kepada mereka melalui perjanjian-perjanjian rajawi dan keimanan, tetapi mereka dipandang sebagai sudah kehilangan keduanya. Dan kemudian Zedekia, sang raja, dipermainkan secara sangat hina, dan Seraya, imam kepala itu, dihukum mati layaknya seorang penjahat.
Mahkota telah berguguran dari kepala-kepala mereka, sebab rajanya dan pemimpin-pemimpinnya berada di antara bangsa-bangsa asing, menjadi tawanan di antara mereka, dihina habis-habisan oleh mereka ( Ratapan 2: 9), dan diperlakukan tidak saja seperti orang-orang kebanyakan, tetapi juga sebagai orang-orang yang paling hina, tanpa peduli dengan latar belakang kedudukan mereka. Perhatikanlah, adil bagi Allah untuk merendahkan derajat orang-orang yang telah berbuat dosa dengan berbagai penghukuman-Nya, karena mereka telah merendahkan derajat mereka sendiri.
[V]. Ada masanya dahulu ketika upacara-upacara yang ditetapkan Allah diselenggarakan di antara mereka dengan penuh kuasa dan kekudusan, dan mereka memiliki tanda-tanda hadirat Allah bersama mereka. Tetapi sekarang semuanya itu telah dirampas dari mereka. Bagian dari kepermaian Israel yang sesungguhnya merupakan kepermaian mereka yang terbesar telah hilang.
1. Tabut Allah adalah tumpuan kaki Allah, di bawah tutup pendamaian, dan di antara dua kerub (1 Tawarikh 28:2; Mazmur 99:5, 132:7), di sanalah Shekinah bersemayam, dan memandang kepada Israel, bangsa yang sering dilindungi dan diselamatkan-Nya. Tetapi sekarang Ia tidak mengingat tumpuan kaki-Nya lagi (ayat 1). Tabut Allah itu sendiri tampaknya dibiarkan jatuh ke tangan orang-orang Kasdim. Allah yang sedang murka mencampakkan tabut itu, sebab barang itu tidak lagi menjadi tumpuan kaki-Nya.
Bumi yang akan menjadi tumpuan kaki-Nya, sebab bumi sudah demikian adanya sebelum tabut Allah sebagai tumpuan kaki-Nya (Yesaya 66:1). Betapa rendahnya nilai tanda-tanda yang menunjuk kehadiran-Nya ketika hadirat-Nya sendiri lenyap! Dan bukan untuk pertama kalinya Allah menyerahkan tabut-Nya ke dalam tawanan (Mazmur 78:61). Allah dan kerajaan-Nya dapat berdiri tanpa tumpuan kaki itu.
2. Orang-orang yang melayani perkara-perkara kudus telah menyenangkan mata dalam kemah puteri Sion (ayat 4). Mereka lebih bersih dari salju dan lebih putih dari susu (Ratapan 4:7). Tidak ada yang lebih menyenangkan di pemandangan semua orang baik selain orang-orang yang melakukan pelayanan di dalam kemah suci itu. Tetapi sekarang orang-orang ini telah dibunuh, dan darah mereka dicampurkan dengan darah korban yang mereka persembahkan.
Demikianlah imam serta raja dihina. Perhatikanlah, ketika orang-orang yang menyenangkan mata dalam kemah putri Sion dibunuh, Allah pasti yang melakukan hal itu. Ia telah melakukannya, dan api yang dinyalakan TUHAN itu harus ditangisi oleh seluruh bangsa Israel, seperti peristiwa yang terjadi pada Nadab dan Abihu (Imamat 10:6).
3. Bait Suci adalah Kemah Suci Allah (ketika Kemah Suci itu masih ada, ia disebut sebagai rumah TUHAN (Mazmur 27:4), dan kemah ini pun diambil-Nya (Ratapan 2: 6). Ia telah mencabut tiang-tiangnya dan memotong tali-talinya. Tempat itu tidak akan menjadi kemah lagi, apalagi sampai menjadi kemah suci-Nya. Ia telah melandanya, seperti seorang penjaga kebun membawa pergi sekopnya atau capingnya, ketika ia sudah menyelesaikan pekerjaannya dan tidak perlu menggunakannya lagi. Allah meruntuhkan kemah itu dengan mudah dan cepat, tanpa ragu dan sesal, seolah-olah itu hanyalah pondok di kebun anggur atau seperti gubuk di kebun mentimun (Yesaya 1:8), hanya sebuah gubuk yang dibuat penjaga (Ayub 27:18).
Ketika manusia mencemarkan kemah suci Allah, maka adil bagi Allah untuk mengambil kembali kemah itu dari mereka. Dengan adil Allah menolak untuk mencium bau segala perkumpulan raya mereka (Amsal 5:21 KJV). Mereka telah menyulut amarah-Nya sehingga Ia menarik diri dari mereka, dan kemudian tidak heran kalau Dia menghancurkan tempat-tempat perkumpulan Raya-Nya. Apa lagi yang harus mereka lakukan dengan tempat-tempat itu ketika kebaktian mereka sudah menjadi kekejian bagi Allah? Ia telah meninggalkan tempat Kudus-Nya (Ratapan 2: 7), tempat itu sudah dicemarkan oleh dosa, satu-satunya hal yang sangat dibenci-Nya, dan demi hal itu pula, Ia bahkan juga membenci tempat Kudus-Nya, tempat yang Ia senangi dan yang disebut sebagai tempat perhentian-Nya untuk selama-lamanya (Mazmur 231:14).
Demikian jugalah yang Ia lakukan kepada Silo. Sekarang musuh-musuh membuat sorakan ramai penuh keriangan dan penghujatan di dalam Bait Allah, seperti keramaian yang biasa dilakukan dahulu dengan lagu-lagu dan musik Bait Suci pada hari perayaan jemaat (Mazmur 74:4). Beberapa orang mengartikan istilah tempat pertemuan-Nya (ayat 6) bukan saja sebagai Bait Allah, melain-kan juga rumah-rumah ibadah, dan sekolah-sekolah para nabi, yang telah dibakar habis oleh musuh (Mazmur 74:8).
4. Perayaan-perayaan khidmat dan hari-hari Sabat telah diperingati dengan cermat, dan orang-orang senantiasa mengingat-ingat hari-hari itu, tetapi sekarang TUHAN telah menyebabkan perayaan-perayaan itu dilupakan, tidak saja di pedesaan, di antara orang-orang yang tinggal di kejauhan, tetapi bahkan juga di Sion sendiri. Sebab tidak ada seorang pun yang tertinggal untuk mengingat-ingat hari-hari itu, dan juga sudah tidak ada lagi tempat-tempat yang tersisa, tempat mereka biasa merayakan hari-hari itu. Sekarang, ketika Sion hanya tinggal reruntuhan, tidak dibedakan lagi antara hari-hari Sabat dan waktu-waktu lainnya, setiap hari adalah hari-hari ratapan, sehingga segala perayaan-perayaan khidmat itu dilupakan.
Perhatikanlah, sungguh adil bagi Allah untuk mencabut manfaat dan penghiburan hari-hari Sabat dan perayaan-perayaan yang khidmat dari orang-orang yang tidak menghargai hari-hari tersebut sebagaimana mestinya, juga tidak merayakan hari-hari itu dengan bersungguh-sungguh, tetapi telah menajiskannya. Ini salah satu dosa yang sering didakwakan kepada orang-orang Yahudi. Orang-orang yang sudah melihat hari-hari Anak Manusia, dan meremehkannya, akan ingin melihat salah satu dari hari-hari itu, tetapi tidak diizinkan untuk melihatnya (Lukas 17:22).
5. Mezbah yang telah menguduskan persembahan-persembahan mereka sekarang sudah dibuang, sebab Allah tidak berkenan lagi menerima persembahan-persembahan mereka, juga tidak bersedia dihormati dengan korban-korban mereka (Ratapan 2: 7). Mezbah itu adalah Meja Tuhan namun Allah tidak berkenan lagi berdiam di antara mereka dan memakainya. Ia juga tidak bersedia menjamu mereka, dan tidak mau merayakan perayaan-perayaan bersama mereka.
6. Mereka telah diberkati dengan nabi-nabi dan guru-guru hukum Taurat, tetapi hukum Taurat itu sudah tidak ada lagi (ayat 9). Kitab itu tidak pernah dibaca lagi oleh kebanyakan orang, tidak lagi dijelaskan secara terperinci oleh ahli-ahli Taurat. Kedua loh batu hukum Allah itu telah lenyap bersama Tabut Allah.
Kitab Taurat sudah diambil dari antara mereka, dan orang dilarang memilikinya. Apa lagi yang harus diperbuat orang dengan Alkitab kalau tidak ada perubahan yang lebih baik dengan orang itu ketika masih memilikinya? Nabi-nabi mereka juga tidak menerima lagi wahyu dari TUHAN, Allah tidak menjawab mereka melalui para nabi dan mimpi-mimpi, yang menjadi perkara menyedihkan bagi Raja Saul (1 Samuel 28:15).
Mereka telah menganiaya nabi-nabi Allah dan memandang rendah penglihatan-penglihatan yang mereka terima dari TUHAN, dan oleh karena itu, adil bagi Allah untuk berfirman bahwa mereka tidak akan memiliki nabi-nabi lagi, tidak ada penglihatan-penglihatan lagi. Biarkanlah mereka datang kepada nabi-nabi yang suka menyanjung-nyanjung dan menipu mereka dengan penglihatan-penglihatan dusta yang berasal dari hati mereka sendiri, sebab mereka tidak akan lagi mendapat nabi dari Allah untuk menghibur mereka, atau untuk memberitahukan berapa lama lagi kepada mereka. Orang-orang yang menyalahgunakan nabi-nabi Allah pantas untuk kehilangan mereka.