Arti Iman Dalam Alkitab: Teladan dan Kehidupan Abraham

Pendahuluan:

Dalam Alkitab, iman adalah sebuah konsep yang sangat penting. Kitab Ibrani Pasal 11 memberikan gambaran yang mendalam tentang arti sebenarnya dari iman, serta contoh konkret dalam kehidupan salah satu tokoh terpenting dalam sejarah iman: Abraham. Iman bukan sekadar keyakinan atau harapan kosong, tetapi sebuah ketaatan yang tulus kepada Allah, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Arti Iman Dalam Alkitab: Teladan dan Kehidupan Abraham
Mari kita menjelajahi pemahaman mendalam tentang iman ini melalui cerita dan teladan dari kehidupan Abraham, seorang yang diakui sebagai bapa iman bagi setiap umat manusia.

1. Arti Iman Dalam Ibrani Pasal 11

Dalam Alkitab, kita diajarkan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Iman dalam arti yang sebenarnya adalah percaya dan menaati Firman Allah. Sejarah Alkitab memberi contoh tentang iman Abraham, yang telah menjadi bapa iman bagi setiap umat manusia. Iman Abraham ialah ketaatannya kepada Allah dan kesetiaannya kepada Firman-Nya. Abraham tidak mengabaikan perkataan atau perintah Allah; dia terus setia dan taat sampai dia mengakhiri hidupnya.

Pengertian Iman

Kata "iman" secara etimologis dalam bahasa Arab berarti percaya dan merasa aman. Dalam pengertian keagamaan, pengertian iman adalah yakin, percaya dalam hati, pasti tentang Tuhan dan wahyu-Nya. Umumnya, iman dipahami sebagai berada di dalam hati, dan tidak seorang pun yang tahu, kecuali Tuhan saja. Iman juga dapat berarti penyerahan diri. Singkatnya, pengertian iman adalah percaya, membenarkan sesuatu dalam hati, diucapkan oleh lisan, dan dikerjakan dengan perbuatan.

Di dalam Perjanjian Lama, kata iman berasal dari kata kerja "aman", yang berarti "memegang teguh". Kata ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti "memegang teguh kepada janji" seseorang, karena janji itu dianggap teguh atau kuat, sehingga dapat diamini dan dipercaya. Ketika diterapkan kepada Tuhan Allah, maka kata iman berarti bahwa Allah harus dianggap sebagai yang teguh dan kuat.

Pengertian Iman di Perjanjian Baru

Iman di Perjanjian Baru berarti mengamini dengan segenap kepribadian dan cara hidup kepada janji Allah. Ini berarti bahwa Kristus telah mendamaikan orang berdosa dengan diri-Nya sendiri, sehingga segenap hidup orang yang beriman dikuasai oleh keyakinan. Beriman adalah mempercayai Firman-Nya, dan kemudian melaksanakan Firman itu tidak peduli bagaimanapun keadaannya atau apa pun akibatnya, sekalipun menakutkan namun tetap menaati perintah Tuhan dan percaya bahwa Ia akan melakukan apa yang benar dan baik.

Penjelasan Kitab Ibrani Pasal 11

Dalam kitab Ibrani pasal 11, kita diberikan pemahaman yang dalam tentang iman. Ibrani 11:1 menyatakan bahwa iman pada hakekatnya adalah kenyataan dan kepastian dari apa yang belum kita alami. Ibrani 11:2 mengatakan bahwa iman membawa kehormatan istimewa bagi tokoh-tokoh sejarah Israel. Ibrani 11:3 menyatakan bahwa iman merupakan suatu pandangan hidup yang khusus, yang mempengaruhi setiap pikiran dan kegiatan kita di dalam dunia ini, karena dengan iman kita menyadari bahwa dunia ini didahului dengan "apa yang tidak dapat dilihat".

Mengenai Menyenangkan Allah dengan Iman

Kitab Ibrani 11 mengatakan kepada kita bahwa kita tidak bisa menyenangkan Allah tanpa iman. Kita harus mencari iman untuk menyenangkan Tuhan. Lalu, apa itu iman? Itu adalah pengetahuan tentang Tuhan. Jumlah iman seseorang dalam hubungan langsung dengan pengalaman dan pengetahuan tentang Tuhan. Jelas bahwa iman membawa keyakinan orang Kristen terhadap janji Allah. Keyakinan akan janji Allah merupakan bukti dari kesabaran dan kesetiaan orang-orang yang percaya serta kesediaan mereka menunggu suatu janji Allah. Karena janji Allah pasti nyata. Iman adalah kepastian bahwa apa yang dikatakan Allah itu benar. 

Jadi, iman dalam hal ini adalah suatu pekerjaan Allah yang nyata, supaya setiap umatnya mengetahui kesetiaan-Nya bahwa Allah benar-benar menggenapi janji-Nya. Allah pasti mengerjakan bagi setiap orang Kristen sesuai dengan apa yang telah dikatakan-Nya. Maka, setiap orang yang percaya harus berpegang teguh kepada firman-Nya.

2. Menuruti Allah Meninggalkan Negerinya

Panggilan Allah kepada Abraham, sebagaimana tercatat dalam Kejadian 12:1-9, mengawali babak baru dalam pernyataan Perjanjian Lama tentang maksud Allah untuk menebus dan menyelamatkan umat manusia. Allah bermaksud memiliki seseorang yang mengenal dan melayani-Nya dengan iman yang tulus. Dari orang ini akan tampil keluarga yang mengenal, mengajarkan, dan memelihara jalan-jalan Tuhan.

Saat Abraham memenuhi panggilan Allah ini, yakni pergi dari negerinya dan dari sanak saudaranya dan dari rumah bapanya ke negeri yang akan Allah tunjukkan kepadanya, kepergiannya tidak berangkat sendirian. Abraham membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, serta orang-orang yang diperolehnya di Haran (Kejadian 12:5). 

Keputusan Abraham memenuhi panggilan Allah ini sekaligus berarti keputusan untuk meninggalkan kekayaan dan kenyamanan di negeri asalnya. Dari sudut pandang manusia, keuntungan untuk tetap tinggal di negeri asalnya jauh lebih banyak daripada keuntungan pergi ke suatu tempat yang belum jelas tempatnya. Namun, pergi inilah yang menjadi panggilan iman.

Perintah Tuhan kepada Abraham

Perintah Tuhan kepada Abraham untuk meninggalkan negerinya, sanak saudaranya, rumah bapanya, dan pergi ke negeri yang akan ditunjukkan Tuhan kepadanya (Kejadian 12:1-3) merupakan dasar dari perjanjian Allah dengan Abraham. Perjanjian itu bertitik tolak pada panggilannya. Panggilan Abraham merupakan babak baru dalam pelaksanaan misi Allah bagi dunia ini. Allah menyatakan diri dengan jelas akan berhubungan dengan bangsa-bangsa melalui Abraham, dan keturunannya akan menjadi bangsa pilihan untuk meneruskan berkat Abraham.

Penggenapan nubuatan itu dimulai dengan meninggalkan masa lalu. Abram meninggalkan semua yang dia kenal, keluarganya, dan negerinya, bahkan sebagian dirinya sendiri. Intensitas perjalanan ini tercermin dalam pengulangan kata kunci "pergilah", yang muncul tujuh kali dalam konteks ini. Abram pertama-tama harus meninggalkan negerinya, "Ur-Kasdim," yang juga merupakan Babel (Kejadian 11: 31, Yesaya 13: 19). 

Kota adalah bentuk tertinggi dari keberadaan beradab pada masa itu, menunjukkan tempat tinggal permanen. Namun, sebagai seorang yang sanggup mempertaruhkan kenyamanan dan keamanan tersebut, Abraham memilih untuk mengikuti apa yang Tuhan katakan kepadanya untuk pergi dari tempat tinggalnya.

Penggenapan Nubuatan

Sejak awal Allah telah berfirman dan menjanjikan sesuatu kepada Abraham, yaitu bahwa ia akan mendapatkan keturunan yang tak terbilang banyaknya. Untuk pemenuhan janji itu, Abraham harus diawali dengan langkah-langkah yang radikal. Ia harus meninggalkan kampung halamannya, sanak saudaranya (Kejadian 12:1), dan pergi ke suatu negeri yang akan ditunjukkan Tuhan kepadanya. Abraham menuruti panggilan Allah ini dengan sepenuh hati, mengikuti kehendak-Nya meskipun bertentangan dengan logika manusia.

3. Mempersembahkan Anaknya Ishak

Abraham, Ishak, dan Yakub adalah nenek moyang bangsa Israel. Ishak adalah anak yang dijanjikan Allah kepada Abraham. Saat Allah menguji Abraham dengan memerintahkan untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran di tanah Moria, Abraham tidak ragu. Ia menuruti perintah Tuhan dengan sepenuh hati, bahkan ketika itu berarti harus melepaskan anak yang dicintainya.

Baca Juga: Kunci Iman Kristen: Percaya, Melayani, dan Takut akan Tuhan

Saat mereka sampai di bukit Moria, tempat yang ditunjukkan Tuhan, Abraham dengan tegar mempersiapkan segala sesuatu untuk memenuhi perintah-Nya. Ketika Ishak bertanya tentang anak domba untuk dikorbankan, Abraham dengan keyakinan menjawab bahwa Allah akan menyediakan domba untuk dikorbankan. Ini adalah puncak dari iman Abraham, yang mengarah pada penggenapan nubuatan Allah.

Penutup

Dalam penjelasan ini, kita mendapatkan pemahaman mendalam tentang arti iman dalam kehidupan seorang Kristen. Iman adalah pondasi yang kokoh, keyakinan yang menggerakkan orang untuk taat kepada Allah. Ketika kita berpegang teguh kepada Firman-Nya, kita menyenangkan hati-Nya. Inilah yang terjadi pada Abraham, yang dengan iman yang tulus menuruti panggilan dan perintah Allah, meskipun menghadapi cobaan dan tantangan yang besar.

Kita dapat belajar banyak dari kisah iman Abraham. Iman yang mendorong kita untuk bertindak sesuai dengan kehendak Allah, bahkan jika itu berarti meninggalkan kenyamanan dan keamanan yang kita kenal. Mari kita terus memperkuat iman kita, seperti yang telah ditunjukkan oleh Abraham, sehingga kita juga dapat menjadi teladan iman bagi orang lain.
Next Post Previous Post