Penderitaan sebagai Karunia Allah (Filipi 1:29)

Pendahuluan:

Ayat Filipi 1:29 menyampaikan pesan yang mendalam tentang penderitaan sebagai bagian dari kasih karunia yang diberikan oleh Allah. Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, menggambarkan bagaimana penderitaan bukanlah sekadar ujian atau malapetaka, melainkan karunia yang luar biasa bagi orang percaya. Dalam konteks ini, kita akan menjelajahi makna dari ayat tersebut, menyoroti bagaimana penderitaan dapat menjadi bukti kasih karunia Allah bagi umat-Nya.
Penderitaan sebagai Karunia Allah (Filipi 1:29)
Penderitaan sebagai Karunia Allah

Kebenaran ini penting untuk ditegaskan di tengah penderitaan dan kesukaran. Ketika menghadapi kesulitan, sebagian orang mudah mengalami keraguan. Mengapa Allah seolah-olah berdiam diri saja? Mengapa Dia membiarkan semua hal buruk ini terjadi? Perumusan teologis ini menjadi semakin berat jika penderitaan tersebut bukan muncul dari kesalahan, melainkan justru karena melakukan kebenaran. Itulah yang dialami oleh jemaat Filipi. Mereka mengalami tekanan dan penderitaan karena iman.

Paulus ingin menguatkan mereka bahwa semua itu datangnya dari Allah (Filipi 1:28c). Jadi, Allah tidak pasif. Allah bukan hanya berpangku tangan sebagai penonton. Dia justru sedang bekerja. Dia bukan hanya mengawasi, tapi memang mengontrol dan mengarahkan semuanya. Sekali lagi, semua yang terjadi – penandatanganan yang datang dan sikap jemaat Filipi yang benar – datang dari Allah.

Nah, Filipi 1:29 merupakan penjelasan untuk frase tadi “itu datangnya dari Allah”. Mengapa hal itu dikatakan datangnya dari Allah? Karena hal itu adalah pemberian Allah!

Pemberian Karunia untuk Menderita

Secara hurufiah Filipi 1:29 ini dapat diterjemahkan sebagai berikut: “karena kepada kalian dikaruniakan, demi Kristus, bukan saja untuk percaya kepada-Nya tetapi juga, demi Dia, untuk menderita”. Dari terjemahan hurufiah ini kita dapat melihat beberapa penekanan yang ingin disampaikan oleh Paulus.

Penerjemah LAI:TB secara tepat mempertahankan “kepada kalian” (hymin) di bagian posisi awal. Apa yang diberikan oleh Allah bukan untuk semua orang. Para musuh mereka tidak memilikinya. Itu adalah kehormatan bagi jemaat Filipi.

Apa yang diberikan oleh Allah di sini adalah menderita. Karunia untuk menderita bagi Kristus. Untuk memahami betapa mulianya karunia ini, Paulus membuat sebuah perbandingan: “bukan saja untuk percaya…melainkan juga untuk menderita…” Iman merupakan anugerah Allah. Jemaat Filipi pasti ingat bagaimana Allah melembutkan hati Lidia, salah satu petobat mula-mula di kota itu, sehingga seluruh keluarganya juga akhirnya menyelamatkan (Kisah Para Rasul 16:14-15). Mereka juga mengingat pertobatan dramatis dari kepala penjara dan seluruh anggota keluarganya (Kisah Para Rasul 16:27-34). 

Keselamatan tidak mungkin terjadi tanpa campur tangan Allah yang supranatural, terlepas dari seberapa spektakuler obat-obatan yang terjadi. Dalam kasus Lidia, pengobatan yang terjadi biasa saja. Dalam kasus kepala penjara perlu diawali dengan mujizat kelepasan.

Sama dengan keselamatan adalah pemberian kepada Allah yang luar biasa, demikian pula dengan penderitaan. Bentuk kata kerja present untuk “percaya” (pisteuein) dan “menderita” (paschein) mungkin menyiratkan bahwa Allah mengaruniakan kepada jemaat Filipi bukan hanya iman, melainkan iman yang terus bertahan bahkan di tengah penderita. Percayalah adalah karunia. Menderita bagi Kristus adalah karunia. Tetap percaya di tengah penderitaan bagi Kristus merupakan berkat ganda. Jadi, mereka bukan hanya percaya, tapi menderita; bukan hanya menderita, tapi juga tetap percaya meski menderita.

Sentralitas Kristus dalam Penderitaan

Lebih jauh lagi, pemberian ini diberikan “demi Kristus” (hyper Christou). Sayangnya, frasa ini tidak muncul dalam terjemahan LAI:TB (ESV “Sebab itu telah dianugerahkan kepadamu demi Kristus”, Filipi 1:29a). Ide yang sama diulang lagi di akhir Filipi 1:29 (hyper autou, LAI:TB “untuk Dia”). 

Pemunculan sebanyak dua kali ini menyiratkan sentralitas Kristus dalam semua proses yang terjadi. Dari A sampai Z berbicara tentang Dia. Kristus adalah alasan dan tujuan dibalik semua pemberian dari Allah. Mengapa kita dikaruniakan sesuatu oleh Allah? Demi Kristus (hiper Christou)! Untuk apa karunia itu diberikan? Demi Dia (hiper otomatis)!

Kehidupan yang berpusat pada Kristus ini (Kristosentris) memampukan Paulus untuk melihat segala sesuatu dengan tepat. Tujuan hidup Paulus adalah untuk mengalami persekutuan dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Filipi 3:10). Perspektif ini mengubah segala sesuatu (Filipi 3:7-8). Apa yang dulunya dianggap sebagai kebanggaan, sekarang dianggap sebagai sampah. Apa yang dulu disebut keuntungan, sekarang terlihat sebagai kerugian.

Kesimpulan

Ayat Filipi 1:29 mengajarkan kita bahwa penderitaan bukanlah hal yang sia-sia atau malapetaka belaka. Sebaliknya, penderitaan adalah bagian dari karunia yang luar biasa yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Karunia untuk menderita bagi Kristus adalah sebuah kehormatan, karena itu menunjukkan kesetiaan kita kepada-Nya bahkan di tengah kesulitan.

Penderitaan bukanlah tanda bahwa Allah tidak peduli atau tidak berkuasa. Sebaliknya, penderitaan adalah cara di mana kita dapat lebih dekat dengan Kristus, mengalami persekutuan dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Kita tidak sendiri dalam penderitaan, karena Kristus sendiri telah mengalami penderitaan yang jauh lebih besar bagi kita.

Jadi, mari kita pandang penderitaan dengan perspektif yang benar. Bukan sebagai kehinaan, tetapi sebagai kehormatan. Bukan sebagai malapetaka, tapi sebagai kasih karunia. Karena Kristus kita menderita, dan karena Kristus kita menderita, setiap langkah penderitaan yang kita jalani memiliki nilai dan makna yang dalam.
Next Post Previous Post