Amsal 15:18-25 - Kebijaksanaan dan Kebodohan (2)

Matthew Henry (1662 – 1714)

BAHASAN : Amsal 15:18-25 - Kebijaksanaan dan Kebodohan (2)

Amsal 15:18. “Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.”
Amsal 15:18-25 - Kebijaksanaan dan Kebodohan (2)
Di sini kita membaca perihal :
1. Nafsu amarah yang besar. Dari sanalah datangnya sengketa dan pertengkaran. Amarah menyulut api yang membakar kota-kota dan gereja-gereja. Si pemarah, dengan celaan kejengkelan yang penuh hawa nafsu, membangkitkan pertengkaran, dan membakar hati banyak orang melalui telinga mereka.

Ia memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbantah dan mengambil kesempatan yang diberikan oleh orang lain, meskipun untuk hal-hal yang begitu sepele. Pada waktu orang terlampau jauh memperturutkan kemarahannya, satu pertengkaran akan menimbulkan pertengkaran lainnya.
2. Kelembutan hati adalah pembawa damai yang terbesar. Orang yang lambat untuk marah bukan saja mencegah perselisihan supaya tidak berkobar, tetapi memadamkan api jika terlanjur menyala, menyiram air ke dalam kobaran api, menyatukan kembali mereka yang telah berselisih dan dengan cara-cara lembut membawa mereka kepada kesepakatan bersama demi perdamaian.
----------
KEBIJAKSANAAN DAN KEBODOHAN
Amsal 15:19. “Jalan si pemalas seperti pagar duri, tetapi jalan orang jujur adalah rata.”
Lihatlah di sini:
1. Dari mana datangnya kesukaran yang dihadapi orang dalam melaksanakan tanggung jawab, yang tidak dapat diatasi olehnya. Kesukaran itu bukan datang karena ada sesuatu yang salah dengan tugas dan tanggung jawab tersebut, tetapi berasal dari kemalasan mereka yang benar-benar tidak menaruh perhatian terhadap tugas itu.

Orang-orang yang tidak menaruh perhatian kepada pekerjaan mereka merasa seolah-olah jalan mereka dipenuhi dengan pagar duri, sehingga mereka tidak dapat melakukan pekerjaan mereka sama sekali (seolah-olah Allah adalah Majikan yang kejam, yang menuai di tempat di mana Ia tidak menanam).

Setidaknya mereka merasa bahwa jalan mereka ditaburi duri, bahwa mereka tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa kesulitan dan berada dalam bahaya yang besar. Karena itu mereka memulai pekerjaan mereka dengan penuh keengganan, seolah-olah mereka harus bertelanjang kaki melalui pagar berduri itu.
2. Bagaimana kesukaran-kesukaran yang mengada-ada itu dapat ditaklukkan. Hasrat yang jujur dan usaha keras untuk melaksanakan tugas kita, dengan disertai anugerah Tuhan akan membuat pekerjaan itu menjadi mudah, dan kita akan menjumpai bahwa jalan itu ditaburi dengan bunga-bunga mawar. Jalan orang jujur adalah rata, mudah untuk dijalani dan tidak rusak, mudah ditemukan dan tidak rumit.
----------
KEBIJAKSANAAN DAN KEBODOHAN
Amsal 15:20. “Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang bebal menghina ibunya.”
Amatilah di sini:
1. Pujian untuk anak-anak yang baik, bahwa anak-anak itu adalah sukacita bagi orang tua mereka. Sudah sepantasnya orang tua bersukacita atas anak-anak mereka, karena mereka telah memelihara dan menanggung banyak jerih payah dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak itu. Akan menambah kepuasan anak-anak yang baik jika mereka memiliki alasan untuk merenung pada masa tua mereka bahwa mereka telah menjadi penghiburan bagi orang tua mereka, ketika tiba hari-hari yang malang.
2. Aib yang ditimbulkan oleh anak-anak yang jahat. Bahwa oleh kejahatan mereka, mereka telah mempermalukan orang tua mereka, menganggap ringan wewenang mereka, membalas dengan buruk semua kebaikan orang tua mereka. Orang yang bebal menghina ibunya, yang telah banyak menderita karena anak itu dan mungkin sudah terlampau banyak menuruti kemauannya. Perbuatan menghina ibu membuat dosa anak itu semakin besar dan membuat penderitaan ibunya semakin pedih.
----------
KEBIJAKSANAAN DAN KEBODOHAN
Amsal 15:21. “Kebodohan adalah kesukaan bagi yang tidak berakal budi, tetapi orang yang pandai berjalan lurus.”
Perhatikanlah:
1. Adalah ciri orang jahat bahwa ia bersenang-senang di dalam dosa. Ia begitu bernafsu melihat umpan yang terpasang dan melahapnya dengan rakus, dan tidak merasa takut akan adanya mata kail di dalam umpan itu, juga tidak merasakannya ketika telah menelannya: kebodohan adalah kesukaannya.

Kebodohan orang lain juga seperti itu, dan kebodohannya jauh lebih besar. Ia telah berbuat dosa, bukan saja tanpa penyesalan, tetapi dilakukannya dengan bersukacita, bukannya bertobat atas kebodohannya, malah membanggakannya. Ini adalah tanda khas orang yang tidak memiliki anugerah ilahi.
2. Adalah ciri orang bijak dan baik untuk menyadari tugas dan tanggung jawabnya. Orang bebal hidup bebas, berkeliaran, tanpa aturan, dan bertindak tanpa ketulusan atau kepastian. Tetapi orang yang pandai, mata mereka diterangi oleh Roh (dan mereka yang tidak memiliki pengertian yang baik berarti sama sekali tidak memiliki pengertian), berjalan lurus, hidup bijaksana, hidup dengan tertib, hidup teratur, dan belajar untuk memenuhi kehendak Tuhan dalam segala sesuatu.

Hal ini menjadi kesenangannya yang tetap dan kesukaan baginya. Tetapi kebodohan yang ada atau yang terus berlanjut di dalam dirinya sewaktu-waktu, menjadi kesedihannya, dan ia merasa malu karena hal itu. Dengan ciri-ciri ini kita dapat menguji diri kita sendiri.
----------
KEBIJAKSANAAN DAN KEBODOHAN
Amsal 15:22. “Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.”
Lihatlah di sini:
1. Akibat buruk yang dapat timbul karena sikap tergesa-gesa dan gegabah dan bertindak tanpa nasihat: rancangan manusia akan gagal, rencana-rencana mereka hancur, jauh dari tujuan, dan tidak mencapai akhirnya, karena mereka tidak mau meminta pertimbangan tentang jalan itu. Jika orang tidak mau meluangkan waktu dan bersusah payah untuk menimbang-nimbang, atau terlampau percaya diri sampai menolak meminta nasihat orang lain, kecil kemungkinan mereka akan menghasilkan sesuatu yang berarti.
Keadaan sekitar mengalahkan mereka, padahal dengan sedikit meminta pertimbangan, mungkin sebelumnya mereka dapat melihat hambatan itu dan menyingkirkannya. Sungguh merupakan aturan yang baik, baik untuk urusan masyarakat luas maupun urusan keluarga, untuk tidak melaksanakan sesuatu dengan gegabah dan hanya mengandalkan pertimbangan sendiri. ‘Plus vident oculi quam oculus’ – Banyak mata dapat melihat lebih banyak daripada satu mata. Hal ini sering terbukti benar setidaknya untuk perbuatan kita sendiri.
2. Betapa bermanfaatnya bagi kita untuk meminta nasihat dari sahabat-sahabat kita: kalau banyak penasihat (asal saja para penasihat itu berhati-hati, jujur, dan tidak ingin membuat pertentangan di dalamnya) rancangan akan terlaksana. Putra Salomo tidak mengguna-kan amsal ini dengan baik ketika ia mengabaikan nasihat para tua-tua. Ia lebih menekankan banyak penasihat dalam hal jumlah daripada dalam hal mutu para penasihat, dan karena itu ia memilih mendengarkan nasihat orang-orang muda.
----------
KEBIJAKSANAAN DAN KEBODOHAN
Amsal 15:23. “Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!”
Perhatikanlah:
1. Kita berbicara dengan bijaksana ketika kita berbicara pada waktunya: jawaban yang diberikan akan menjadi keuntungan dan sukacita kita ketika jawaban itu berkaitan dengan pokok masalah dan tujuan, dan dikatakan tepat pada waktunya, ketika dibutuhkan dan akan diperhatikan, seperti yang lazim kita katakan, kena sasaran.

Banyak perkataan yang baik menjadi tidak berguna, karena diucapkan pada waktu yang kurang tepat. Juga tidak ada percakapan yang lebih indah selain siap dengan jawaban yang tepat ketika kesempatan itu datang. Dengan begitu semuanya menjadi baik.
2. Jika kita berbicara dengan bijaksana dan baik, hal itu akan menghibur kita sendiri dan memberikan manfaat bagi orang lain: seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya. Ia boleh merasa senang tetapi sama sekali tidak boleh menyombongkan diri karena telah berbicara dengan begitu baik hingga para pendengar bisa menerimanya, mengagumi dia, dan berkata, “Alangkah baiknya perkataannya, dan betapa bermanfaatnya perkataan itu!”
----------
KEBIJAKSANAAN DAN KEBODOHAN
Amsal 15:24. “Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati di bawah.”
Jalan kebijaksanaan dan kekudusan di sini dianjurkan bagi kita :
1. Sebagai jalan yang sangat aman dan menyenangkan: inilah jalan kehidupan, jalan yang membawa kepada kehidupan kekal, yang di dalamnya kita akan menemukan sukacita dan kepuasan, yang akan menjadi kehidupan bagi jiwa, dan pada ujungnya kita akan menemukan kesempurnaan kebahagiaan.

Jadilah bijak dan hiduplah. Inilah jalan untuk meloloskan diri dari kesengsaraan yang dapat mencelakakan kita dan membawa kita kepada bahaya. Inilah jalan untuk menjauhi dunia orang mati di bawah, dari jerat neraka, godaan Setan dan semua tipu muslihatnya, serta dari kepedihan neraka, kebinasaan kekal yang pantas bagi dosa-dosa kita.
2. Sebagai jalan yang sangat luhur dan mulia: Jalan itu menuju ke atas. Orang yang baik memikirkan perkara yang di atas, dan berurusan dengan perkara-perkara itu. Kewargaannya adalah di dalam sorga, jalannya langsung menuju ke sana, di sanalah tempat hartanya berada, di atas, jauh dari jangkauan musuh, mengatasi segala perubahan yang terjadi di dunia bawah ini.

Orang yang baik adalah benar-benar orang mulia dan besar. Hasrat dan rancangan-rancangannya tinggi, dan ia hidup di atas tingkat rata-rata orang lain. Tingkat yang berada jauh di atas kemampuan dan jauh dari penglihatan orang bodoh.
----------
ORANG BENAR DAN ORANG JAHAT DIPERBANDINGKAN.
Amsal 15:25. “Rumah orang congkak dirombak TUHAN, tetapi batas tanah seorang janda dijadikan-Nya tetap.”
Perhatikanlah:
1. Allah suka merendahkan orang-orang yang meninggikan diri, dan pada umumnya Ia melakukan itu sejalan dengan arah pemeliharaan-Nya: Orang congkak yang membesarkan diri menentang Allah yang di atas mereka dan menginjak-injak semua yang ada di sekitar mereka.

Orang-orang seperti itu akan ditolak Allah, dan akan dirombak Allah. Bukan mereka saja, tetapi juga rumah mereka, yaitu rumah yang mereka bangga-banggakan dan yang mereka yakini kelangsungan dan kelanggengannya. Kecongkakan adalah kehancuran orang banyak.
2. Allah suka mendukung orang-orang yang patah hati, dan sering kali melakukannya dengan ajaib: Tetapi batas tanah seorang janda dijadikan-Nya tetap, yaitu batas tanah yang dirusak orang congkak yang berbahaya. Janda itu tidak mampu mempertahankan sendiri batas tanah itu sehingga berhasil dirusak. Adalah suatu kehormatan bagi Allah untuk melindungi yang lemah dan tampil membela yang tertindas.
Next Post Previous Post