Makna Tubuhmu adalah Bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19)

 Pendahuluan:

Kajian teologis mengenai makna Tubuhmu adalah Bait Roh Kudus merupakan suatu upaya untuk memahami kedalaman pesan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 6:19. Pada saat surat ini ditulis, jemaat di Korintus tengah bergulat dengan isu-isu moral yang serius, termasuk pelacuran dan perilaku seksual yang tidak bermoral. Mereka memandang tubuh hanya sebagai alat pemenuhan nafsu ke daging-an tanpa mempertimbangkan nilai spiritualnya.
Makna Tubuhmu adalah Bait Roh Kudus - 1 Korintus 6:19
Melalui suratnya, Paulus menegaskan bahwa tubuh orang percaya bukan sekadar entitas fisik, melainkan tempat kediaman Roh Kudus yang kudus. Pemahaman ini menuntut perubahan mendasar dalam cara pandang dan perilaku jemaat terhadap tubuh mereka. Kajian ini akan menggali makna teologis dari konsep "Tubuhmu adalah Bait Roh Kudus," meliputi aspek ciptaan baru, kepemilikan tubuh oleh Kristus, dan kekudusan tubuh sebagai panggilan hidup orang percaya.

Dalam kajian teologis ini, penulis akan memaparkan beberapa makna "Tubuhmu adalah Bait Roh Kudus" berdasarkan pandangan teologis.

Tubuh Adalah Ciptaan Baru

Alkitab menjelaskan tentang manusia baru dalam Efesus 4:17-32 dan Kolose 3:5-17. Manusia baru tidak lagi hidup dalam dosa, tidak tergantung pada keinginan daging, dan tidak lagi hidup dalam nafsu duniawi. Contoh manusia baru termasuk tidak memfitnah, tidak marah, tidak berkata-kata kotor, tidak hidup dalam percabulan, kenajisan, hawa nafsu, keserakahan, penyembahan berhala, mabuk-mabukan, pelecehan, dan hal-hal yang tidak sesuai dengan Alkitab.

Setiap orang yang percaya kepada Kristus harus siap meninggalkan dosanya, meninggalkan manusia lamanya serta kelakuannya yang tidak baik, dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui (Efesus 4:23-24; Kolose 3:9-10) di dalam Kristus.

Menurut Ferguson, orang-orang yang percaya dalam Kristus diperbarui secara terus-menerus menurut sifat mereka yang semula sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Mereka diberikan kebenaran, kesucian, dan pengetahuan yang benar, yang semuanya hilang pada saat kejatuhan. Manusia tidak diselamatkan untuk sekadar berada dalam keadaan yang manis dan menyenangkan, tetapi diperbarui sebagai ciptaan baru dan dikembalikan kepada asal mula keberadaan manusia sebagai gambar Allah melalui kelahiran baru.

Penulis setuju dengan Ferguson bahwa orang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat akan terus-menerus mengalami perubahan hidup yang lebih baik. Namun, kenyataannya, manusia tetap jatuh dalam dosa dan terus hidup dalam keinginannya sendiri.

Menurut Ferguson, gereja yang hidup dalam kesenangan dosa dan tidak sungguh-sungguh hidup sebagai ciptaan baru di dalam Kristus masih banyak terdapat. Banyak orang Kristen yang belum sungguh-sungguh meninggalkan kehidupan lama yang penuh dosa dan tidak mengenakan kehidupan baru di dalam Kristus.

Penulis setuju bahwa banyak orang Kristen saat ini hanya sekadar percaya, tetapi kehidupan moral mereka tidak baik. Mereka tidak secara mutlak meninggalkan masa lalunya karena keinginan duniawi masih ada dalam dirinya. Paulus mengontraskan manusia lama yang berdosa dengan manusia baru yang telah mengenakan kehidupan baru di dalam Kristus.

Sebagian besar pandangan teolog Reformed berpendapat bahwa manusia lama dan baru adalah aspek-aspek yang bisa dibedakan dari orang percaya. Sebelum konversi, orang percaya hanya memiliki manusia lama; namun, pada saat konversi, mereka mengenakan manusia baru tetapi belum menghilangkan manusia lama secara total. Penulis berkomentar bahwa "manusia yang penuh dosa mengandung segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan, penyembahan berhala, amarah, geram, kejahatan, fitnah, kata-kata kotor." Rasul Paulus menekankan agar setiap orang percaya tidak lagi hidup dalam dosa.

Tubuh adalah Milik Kristus

Berbicara tentang 'milik' secara harafiah berarti kepunyaan, hak, dan otoritas. Tubuh manusia diciptakan Allah bukan untuk manusia memiliki wewenang terhadap tubuhnya atau melakukan hal-hal yang jahat. Tubuh adalah milik Allah karena Dia yang menciptakan manusia sesuai dengan kehendak-Nya, menurut gambar dan serupa dengan Allah (Kejadian 1:27; 2:7), serta Dia juga yang menebus manusia dari dosa melalui karya Kristus di kayu salib.

1 Korintus 6:20a menyatakan: "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar," menunjukkan bahwa tubuh telah dibeli dan ditebus oleh Kristus melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Simanjuntak menyatakan bahwa "dibeli" menunjuk kepada perbuatan Kristus, satu kali untuk semua dan yang paling menentukan, yang terjadi di salib. Pembebasan kita oleh Kristus dari perbudakan dosa bukanlah khayalan yang saleh, melainkan dengan harga korban-Nya (1 Petrus 1:18-19; Galatia 5:1; Titus 2:14).

Penulis setuju bahwa tubuh adalah milik Kristus karena Dia telah membayar dan melunasi dosa manusia lama melalui pengorbanan-Nya, sehingga tubuh lama yang penuh dosa telah menjadi tubuh yang kudus dan diperbaharui menjadi tubuh yang mulia. Filipi 3:21 menyatakan bahwa Kristus akan mengubah tubuh kita yang hina ini menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.

Prince menulis bahwa dosa adalah sikap hati yang memberontak melawan Allah, yang dinyatakan melalui tindakan melanggar perintah Allah. Tak ada manusia yang tidak berdosa dalam arti ini. Karena manusia hidup dalam dosa, ia telah mencuri kemuliaan Allah yang seharusnya diberikan kepada-Nya. Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dan melepaskan tubuh dari belenggu dosa. Meskipun Ia sendiri tidak berdosa, Ia bersedia menanggung semua dosa dan kejahatan kita. Ia mati menjalani hukuman yang seharusnya menimpa kita, namun setelah mati Ia bangkit dan hidup kembali, sehingga dosa kita diampuni dan kita menerima kehidupan yang kekal.

Penulis setuju bahwa dosa adalah sikap ketidaktaatan kepada Tuhan. Menurut Silva Delgado, tubuh harus dikendalikan dalam arti mengendalikan tubuh terhadap segala bentuk dosa; tubuh harus dipakai demi kemuliaan Allah, artinya menjaga anggota-anggota tubuh dari seks bebas, minuman keras, percabulan, dan tidak menyalahgunakan tubuh. Roma 3:13-15; Yakobus 3:6-8; 1 Petrus 2:14. 

Menjaga kesehatan tubuh juga penting, karena tubuh yang sehat mendatangkan hormat dan kemuliaan bagi Allah serta lebih baik untuk melayani-Nya. Ini termasuk makan sehat, berolahraga, cukup istirahat, dan menjaga kebersihan. Selain itu, menjaga keamanan tubuh dari kerusakan seperti kecelakaan dan menjauhi kebiasaan buruk seperti merokok dan narkotika adalah penting karena tubuh kita adalah tempat Bait Roh Kudus yang kudus dan suci.

Setiap orang percaya harus berusaha agar tubuhnya selalu dalam kondisi fisik terbaik dan berada di bawah pengaruh rohani yang benar. Hidup dengan bersih dan sehat adalah modal kehidupan yang tepat bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan.

Tubuh Adalah Ciptaan Kudus

Kekudusan adalah karya Allah menebus manusia dari dosa, di mana manusia lama telah ditebus oleh Allah dan dikuduskan melalui darah-Nya yang kudus. Karena kasih karunia Tuhan, manusia diampuni dari semua dosa, diselamatkan dari kematian kekal, diberikan warisan surga, dijadikan satu dengan Kristus, di impartasi kodrat Ilahi-Nya, diberkati dengan semua berkat rohani, dan diberikan Roh-Nya.

Ciptaan baru tidak lagi hidup dalam keinginan nafsu duniawi (Efesus 4:17-32; Kolose 3:5-9), artinya setiap orang percaya telah ditebus Kristus Yesus dan telah dikuduskan dengan darah-Nya yang tercurah di kayu salib.

Paulus menulis bahwa kita harus berpikir jernih dan mengendalikan diri, tidak kembali pada jalan lama yang penuh kejahatan, tetapi harus kudus dalam segala sesuatu yang kita lakukan sama seperti Allah yang memilih kita untuk menjadi anak-anak-Nya adalah kudus.

Penulis setuju bahwa setiap orang percaya harus mampu mengendalikan diri terhadap hal-hal duniawi. Kekudusan adalah nilai sakral yang terlekat erat pada Bait Allah. Karena Allah adalah kudus, maka ketika Ia hadir di Bait-Nya, Bait Allah itu menjadi kudus karena-Nya. Sebagaimana Bait Allah fisik kudus, demikian pula Bait Allah rohani terkait erat dengan kekudusan. Kekudusan merupakan pokok penting yang diajarkan dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dan selalu diungkapkan secara tersirat atau tersurat. 

Kekudusan bukan saja menjadi pokok penting di masa lalu, tetapi juga di masa kini dan masa yang akan datang. Kekudusan berarti keterpisahan dari kecemaran. Dalam konteks penebusan, Kristus adalah dasar dan teladan kekudusan orang-orang percaya. Kekudusan orang percaya dimulai dari Kristus sendiri. Perjanjian Baru menyatakan bahwa orang-orang percaya adalah orang-orang kudus, umat Allah, dan semua orang percaya dipandang sebagai orang yang dikuduskan di dalam Kristus.

Morris menyatakan bahwa istilah ini cocok dengan gambaran orang-orang beriman sebagai "orang-orang kudus" (Paulus tidak pernah berbicara mengenai seorang individu sebagai seorang kudus; ia melihat seluruh kelompok sebagai orang kudus). Tidak diragukan lagi bahwa setiap orang percaya terpanggil untuk hidup dalam kekudusan.

Panggilan untuk hidup dalam kekudusan berlaku sepanjang masa dalam kehidupan umat Allah. Dosa-dosa yang ada dalam jemaat di Korintus pada saat itu masih sering muncul dalam komunitas Kristen masa kini. Gereja masa kini belum luput dari dosa perpecahan, perselisihan, masalah-masalah perkawinan dan percabulan, ketidakadilan, dan lain sebagainya. Ini berarti, hidup dalam kekudusan menjadi urgensi yang berlaku bukan saja bagi umat Allah zaman dulu tetapi juga umat Allah masa kini. Pengudusan mengandung sasaran eskatologis.

Ryle menulis bahwa pengudusan adalah suatu gerakan dalam jiwa kita; pengudusan bertumbuh dan bertambah sepanjang hidup kita di dunia. Pembenaran memberi kita kuasa untuk masuk ke Surga, pengudusan mempersiapkan kita untuk menikmati kehidupan di surga. Panggilan untuk hidup dalam kekudusan adalah panggilan yang berawal dari Allah di dalam Kristus. Allah memanggil orang-orang yang percaya kepada-Nya untuk hidup dalam kekudusan, bukan saja hari ini, tetapi juga esok dan seterusnya sampai Kristus datang kedua kali.

Penulis setuju bahwa pengudusan adalah pembenaran untuk mempersiapkan diri orang percaya masuk ke dalam kerajaan Surga. Allah sendiri yang memanggil setiap umat percaya untuk hidup kudus dan Ia menghendaki supaya setiap orang percaya kudus, karena Dia adalah kudus. Tanpa kekudusan, tidak mungkin setiap orang percaya berkenan kepada-Nya. Tanpa kekudusan, setiap orang percaya tidak mungkin memenuhi tujuan Allah menciptakan manusia.

Kesimpulan

Kajian teologis tentang makna Tubuhmu adalah Bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19) menekankan pentingnya menjaga kekudusan dan integritas tubuh bagi setiap orang percaya. Rasul Paulus, melalui suratnya kepada jemaat di Korintus, mengingatkan bahwa tubuh bukan hanya entitas fisik, tetapi tempat kediaman Roh Kudus yang kudus. 

Oleh karena itu, setiap orang percaya dipanggil untuk hidup sebagai ciptaan baru yang meninggalkan dosa dan mengenakan kekudusan. Tubuh yang telah ditebus oleh Kristus harus diperlakukan dengan hormat dan digunakan untuk memuliakan Allah. Kesadaran akan hakikat tubuh sebagai bait Roh Kudus mendorong perubahan hidup yang terus-menerus menuju keserupaan dengan Kristus, yang menjadi dasar dan teladan kekudusan bagi umat Allah.

Next Post Previous Post