12 Karakteristik Kepribadian Anak-anak Terang (Efesus 5:1-21)
Pendahuluan:
Surat Efesus dalam Perjanjian Baru memberikan panduan yang komprehensif bagi umat Kristen tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai anak-anak terang. Efesus 5:1-21 menguraikan dua belas karakteristik kepribadian yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Karakteristik-karakteristik ini mencakup hidup dalam terang, menjauhkan diri dari perbuatan daging, mengucap syukur, tidak disesatkan oleh kata-kata hampa, dan lain-lain. Melalui pemahaman dan penerapan ajaran ini, umat Kristen dapat menjalani hidup yang penuh dengan kebaikan, keadilan, dan kebenaran, serta menjadi terang di tengah dunia yang gelap
Karakteristik Kepribadian Ada dua belas hal yang dikelompokkan sebagai karakteristik kepribadian dalam hidup menjadi anak anak terang menurut Efesus 5:1-21, yakni:
1. Pertama, hidup dalam terang (Efesus 5:8).
Surat Efesus dalam Perjanjian Baru memberikan panduan yang komprehensif bagi umat Kristen tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai anak-anak terang. Efesus 5:1-21 menguraikan dua belas karakteristik kepribadian yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Karakteristik-karakteristik ini mencakup hidup dalam terang, menjauhkan diri dari perbuatan daging, mengucap syukur, tidak disesatkan oleh kata-kata hampa, dan lain-lain. Melalui pemahaman dan penerapan ajaran ini, umat Kristen dapat menjalani hidup yang penuh dengan kebaikan, keadilan, dan kebenaran, serta menjadi terang di tengah dunia yang gelap
Karakteristik Kepribadian Ada dua belas hal yang dikelompokkan sebagai karakteristik kepribadian dalam hidup menjadi anak anak terang menurut Efesus 5:1-21, yakni:
1. Pertama, hidup dalam terang (Efesus 5:8).
Paulus menjelaskan bahwa orang yang telah diselamatkan karena iman kepada Kristus Yesus bukan sekedar mengalami perbaikan, melainkan sebuah transformasi radikal dari gelap menjadi terang. Transformasi radikal ini seharusnya berdampak radikal pula perilaku orang yang sudah diselamatkan. Orang percaya seharusnya tidak lagi ambil bagian dalam perbuatan kegelapan, melainkan harus hidup dalam terang.
Paulus pada bagian ini tidak sekadar bicara sebuah identitas, sebuah perubahan kontras identitas, tapi juga menunjukkan konsekuensi atas identitas orang yang percaya kepada Kristus. Tidak sekadar bicara soal perpindahan dari gelap menuju terang, tapi juga petunjuk tegas, bagaimana hidup dalam terang tidak lagi bisa bercampur dengan gelap. Kalau sekarang ada di dalam gelap, hal yang patut dilakukan menurut Paulus adalah: hidupnya harus betul-betul di dalam terang.
2. Kedua, menjauhkan diri dari perbuatan daging (Efesus 5:3-5).
Paulus pada bagian ini tidak sekadar bicara sebuah identitas, sebuah perubahan kontras identitas, tapi juga menunjukkan konsekuensi atas identitas orang yang percaya kepada Kristus. Tidak sekadar bicara soal perpindahan dari gelap menuju terang, tapi juga petunjuk tegas, bagaimana hidup dalam terang tidak lagi bisa bercampur dengan gelap. Kalau sekarang ada di dalam gelap, hal yang patut dilakukan menurut Paulus adalah: hidupnya harus betul-betul di dalam terang.
2. Kedua, menjauhkan diri dari perbuatan daging (Efesus 5:3-5).
Paulus menegaskan bahwa yang harus dimiliki sebagai anak-anak terang adalah hidup dalam kekudusan. Hidup dalam kekudusan yang dimaksudkan Rasul Paulus adalah berpusat kepada meninggalkan sikap hidup yang negatif, yang di antaranya adalah percabulan, kecemaran dan keserakahan. Secara tegas Rasul Paulus mengatakan bahwa perilaku-perilaku tersebut diperkatakan atau disebut saja pun tidak bisa.
Peter O’brien mengatakan bahwa Rasul Paulus memberikan peringatan baru terhadap perilaku yang sepenuhnya bertentangan dengan gaya hidup Kristen. Peter juga menambahkan bahwa peringatan tersebut merujuk kepada dosa seksual yang sesungguhnya mendominasi bagian ini.
3. Ketiga, mengucap syukur (Efesus 5:4,20).
Peter O’brien mengatakan bahwa Rasul Paulus memberikan peringatan baru terhadap perilaku yang sepenuhnya bertentangan dengan gaya hidup Kristen. Peter juga menambahkan bahwa peringatan tersebut merujuk kepada dosa seksual yang sesungguhnya mendominasi bagian ini.
3. Ketiga, mengucap syukur (Efesus 5:4,20).
Paulus mengatakan bahwa salah satu bukti bahwa seseorang dipenuhi Roh Kudus ialah kegembiraan luar biasa di dalam hidupnya yang tampak dari sukacita dan rasa terima kasih yang berkesinambungan kepada Allah. Hal inilah yang menjadi tujuan akhir dari seluruh kehidupan anak-anak terang yang dikuasai oleh Roh, di mana mereka selalu berada dalam persekutuan kepada Tuhan dengan ucapan syukur atas segala sesuatu dalam nama Tuhan Yesus Kristus kepada Allah Bapa.
Beberapa ahli seperti Abineno mengatakan bahwa bagi Rasul Paulus (ucapan syukur) adalah suatu pengertian yang fundamental, di mana ini bersesuaian dengan Kolose 2:7 yang mengarahkan mereka (penurut-penurut Allah) untuk mengucap syukur dalam segala hal.
4. Keempat, tidak disesatkan dari kata-kata hampa (Efesus 5:6).
4. Keempat, tidak disesatkan dari kata-kata hampa (Efesus 5:6).
Paulus tahu bahwa ada guru-guru palsu yang akan mengajar jemaat Efesus bahwa mereka tidak perlu takut akan murka Allah atas kebejatan mereka. Karena itu ia menasihati, janganlah kamu disesatkan orang. Jelas di sini bahwa orang dapat ditipu untuk percaya bahwa orang yang amoral dan tidak suci hidupnya mempunyai bagian di dalam kerajaan Kristus. Rasul Paulus tidak sedang melarang semua kontak atau hubungan dengan orangnya, tetapi lebih kepada sifat buruknya. Dengan demikian Rasul Paulus tidak bersikap permisif dalam hal kompromi terhadap kata-kata yang menyesatkan, karena hal tersebut mendatangkan murka Allah
5. Kelima, tidak berkawan dengan kejahatan (Efesus 5:7).
5. Kelima, tidak berkawan dengan kejahatan (Efesus 5:7).
Paulus menganggap penting agar jemaat yang dikirimi surat tidak berkawan dengan mereka yang melakukan kejahatan. Ini tidak melulu diartikan menghindar secara sosial dengan para pelakunya, yang dimaksud “tidak berkawan” berarti tidak menyetujui apa yang dilakukan; Tapi juga bisa berarti tidak menjadi bagian atau ikut serta dengan apa yang dilakukan
6. Keenam, berbuah kebaikan, keadilan dan kebenaran (Efesus 5:9).
6. Keenam, berbuah kebaikan, keadilan dan kebenaran (Efesus 5:9).
Yesus Kristus adalah terang dunia, siapa saja yang menyebut dirinya pengikut Kristus harus hidup di dalam terang. Karakter terang akan nyata melalui kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Dengan perkataan lain, secara sederhana dapat diibaratkan seperti sebuah pohon, sebut saja pohon apel maka pohon itu akan menghasilkan buah apel. Demikianlah halnya dengan anak-anak terang akan menghasilkan buah terang (kebaikan, keadilan dan kebenaran).
7. Ketujuh, tidak hidup dalam kegelapan (Efesus 5:11-13).
7. Ketujuh, tidak hidup dalam kegelapan (Efesus 5:11-13).
Penekanan Paulus di sini adalah bahwa perubahan kondisi dari gelap menjadi terang seharusnya berbanding lurus dengan perubahan hidup. Oleh karena itu perbuatan kegelapan seharusnya ditelanjangi agar orang lain pun tahu dan kemudian menghindarinya. Dengan demikian, ini mengarah kepada perintah untuk tidak menyembunyikan kegelapan tersebut, tetapi sebaliknya membawa kepada terang, sehingga kegelapan itu akan sirna.
William Barclay mengatakan, selama sesuatu perbuatan dilakukan sembunyi-sembunyi, kejahatan itu akan berjalan terus; tetapi jika dibawa ke dalam terang maka perbuatan jahat itu akan musnah secara alamiah
8. Kedelapan, bangkit dari tidur rohani (Efesus 5:14).
8. Kedelapan, bangkit dari tidur rohani (Efesus 5:14).
Yang dimaksudkan Paulus di sini adalah bahwa bangun dari tidur berarti meninggalkan dosa dan Kristus akan bercahaya atas kamu yaitu hidup dalam terang Kristus. Kata “bangunlah dan bangkitlah” menurut Abineno adalah suatu nyanyian-baptisan yang terkenal, hal itu terlihat dari cara Rasul Paulus memakainya, di mana terdiri dari dua baris yang mengandung nasihat.”
Di pihak lain, hal ini juga dilihat sebagai kutipan dari suatu nyanyian rohani yang dinyanyikan pada hari paskah atau dalam upacara pembaptisan, yang kemungkinan merupakan ringkasan dari Perjanjian Lama (Yesaya 60:1).” Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa menjadi anak-anak terang adalah sama halnya bangun dari tidur dan bangkit dari kematian, di mana Kristuslah cahaya atau terangnya.
9. Kesembilan, tidak hidup sebagai orang bebal tapi orang arif (Efesus 5:15).
9. Kesembilan, tidak hidup sebagai orang bebal tapi orang arif (Efesus 5:15).
Anak-anak terang memiliki hikmat untuk hidup sebagai anak-anak terang. Menjadi orang berhikmat berarti mengutamakan kehendak Allah di dalam seluruh hidup. Perbuatan amoral dan kecemaran bukan kehendak Allah. Pada Efesus 5:15 ini ada dua istilah, yakni orang bebal dan orang arif.
Jadi orang yang bebal itu adalah orang bodoh yang hidup dalam rupa-rupa dosa, dan orang arif adalah orang yang hidup menurut kehendak Tuhan sebab dia mengerti kehendak Tuhan dalam hidupnya. Tuhan menginginkan kita untuk hidup bukan menjadi orang bodoh yang terus menerus hidup dalam perbuatan dosa, melainkan menjadi orang arif yang menuruti kehendak Tuhan sebagai anak-anak terang. Dengan hidup menurut kehendak Tuhan maka kita akan dibentuk menjadi pribadi yang bijaksana dalam menjalani kehidupan
10. Kesepuluh, mempergunakan waktu dengan baik (Efesus 5:16). Waktu adalah kata yang sulit untuk didefinisikan. Akan tetapi, waktu adalah pencatat tercepat yang ada di dunia ini. Waktu mencatat detik demi detik setiap peristiwa sekecil apa pun yang dikerjakan oleh anak-anak terang atau anak-anak gelap.
Sutoyo dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa konteks Paulius mengucapkan kalimat ini adalah untuk memperingatkan orang-orang Kristen di Efesus untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya karena kemungkinan saat-saat itu mereka sedang menghadapi masa aniaya (Kis. 19:23; 20:1).25 Dengan kesadaran waktu yang sangat tinggi, Paulus memberikan perbandingan kontras antara anak-anak terang dan anak-anak gelap berkaitan dengan moral dan etika mereka yaitu hidup dalam percabulan dan pencemaran dengan hidup sebagai orang kudus. Melalui perbandingan ini Paulus memberitahukan bahwa orang-orang durhaka atau anak-anak yang hidup dalam kegelapan mendapatkan murka Allah, dan anak-anak terang mendapatkan bagian dalam kerajaan Kristus dan Allah.
Tujuan dari perbandingan ini adalah, pertama, Paulus tidak ingin jemaat di Efesus tercatat oleh waktu sebagai anak-anak terang yang hidup dalam kegelapan; dan, kedua, Paulus ingin agar jemaat Efesus menebus waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat. Pengertiannya adalah menggunakan waktu dengan efisien dan efektif untuk pekerjaan dan pelayanan Tuhan, bukan untuk hidup dalam berbagai kecemaran dosa yang menyesatkan dan membawa kepada kebinasaan.
11. Kesebelas, memuji Tuhan dengan segenap hati (Efesus 5:19).
Jadi orang yang bebal itu adalah orang bodoh yang hidup dalam rupa-rupa dosa, dan orang arif adalah orang yang hidup menurut kehendak Tuhan sebab dia mengerti kehendak Tuhan dalam hidupnya. Tuhan menginginkan kita untuk hidup bukan menjadi orang bodoh yang terus menerus hidup dalam perbuatan dosa, melainkan menjadi orang arif yang menuruti kehendak Tuhan sebagai anak-anak terang. Dengan hidup menurut kehendak Tuhan maka kita akan dibentuk menjadi pribadi yang bijaksana dalam menjalani kehidupan
10. Kesepuluh, mempergunakan waktu dengan baik (Efesus 5:16). Waktu adalah kata yang sulit untuk didefinisikan. Akan tetapi, waktu adalah pencatat tercepat yang ada di dunia ini. Waktu mencatat detik demi detik setiap peristiwa sekecil apa pun yang dikerjakan oleh anak-anak terang atau anak-anak gelap.
Sutoyo dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa konteks Paulius mengucapkan kalimat ini adalah untuk memperingatkan orang-orang Kristen di Efesus untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya karena kemungkinan saat-saat itu mereka sedang menghadapi masa aniaya (Kis. 19:23; 20:1).25 Dengan kesadaran waktu yang sangat tinggi, Paulus memberikan perbandingan kontras antara anak-anak terang dan anak-anak gelap berkaitan dengan moral dan etika mereka yaitu hidup dalam percabulan dan pencemaran dengan hidup sebagai orang kudus. Melalui perbandingan ini Paulus memberitahukan bahwa orang-orang durhaka atau anak-anak yang hidup dalam kegelapan mendapatkan murka Allah, dan anak-anak terang mendapatkan bagian dalam kerajaan Kristus dan Allah.
Tujuan dari perbandingan ini adalah, pertama, Paulus tidak ingin jemaat di Efesus tercatat oleh waktu sebagai anak-anak terang yang hidup dalam kegelapan; dan, kedua, Paulus ingin agar jemaat Efesus menebus waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat. Pengertiannya adalah menggunakan waktu dengan efisien dan efektif untuk pekerjaan dan pelayanan Tuhan, bukan untuk hidup dalam berbagai kecemaran dosa yang menyesatkan dan membawa kepada kebinasaan.
11. Kesebelas, memuji Tuhan dengan segenap hati (Efesus 5:19).
Setelah kehidupan anak-anak terang itu di kuasi oleh Roh, maka Rasul Paulus memerintahkan mereka untuk berkata-kata dalam mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani dengan ucapan syukur atas segala sesuatu dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Paulus mengatakan bahwa salah satu bukti bahwa seseorang dipenuhi Roh Kudus ialah kegembiraan luar biasa di dalam hidupnya yang tampak dari sukacita dan rasa terima kasih yang berkesinambungan kepada Allah.
Dengan perkataan lain, ini menggambarkan sebuah persekutuan di antara anak-anak terang yang dipenuhi oleh Roh itu sendiri. Pengucapan syukur dalam nama Tuhan Yesus Kristus juga mengandung makna mengucap syukur dalam iman. Jadi, bukan asal-asalan. Ada kesadaran iman bahwa Yesus Kristus adalah mediator kepada Allah Bapa di hari penghakiman.
12. Keduabelas, merendahkan diri di hadapan sesama (Efesus 5:21).
12. Keduabelas, merendahkan diri di hadapan sesama (Efesus 5:21).
Bagian ini mengajarkan untuk merendahkan diri antara satu dengan yang lain serta selalu mengandalkan Allah dengan memiliki rasa takut dan hormat kepada Yesus Kristus. Orang yang mau merendahkan diri adalah orang yang tidak pernah merasa hebat walau ia pintar, walau ia punya jabatan tinggi, walau ia punya banyak harta, karena ia sadar semua itu hanya dapat terjadi karena kebaikan Allah. Orang yang mau merendahkan diri sudah pasti mau dan selalu mengucap syukur kepada Allah dalam segala hal, kapan dan di mana pun.
Kesimpulan:
Efesus 5:1-21 memberikan dua belas karakteristik kepribadian yang harus dimiliki oleh anak-anak terang. Karakteristik ini mencakup hidup dalam terang, menjauhkan diri dari perbuatan daging, mengucap syukur, tidak disesatkan oleh kata-kata hampa, tidak berkawan dengan kejahatan, berbuah kebaikan, keadilan, dan kebenaran, serta merendahkan diri di hadapan sesama. Dengan menerapkan ajaran ini, umat Kristen dapat menjalani kehidupan yang mencerminkan kasih dan kebenaran Tuhan, serta menjadi saksi terang di dunia yang membutuhkan.
Kesimpulan:
Efesus 5:1-21 memberikan dua belas karakteristik kepribadian yang harus dimiliki oleh anak-anak terang. Karakteristik ini mencakup hidup dalam terang, menjauhkan diri dari perbuatan daging, mengucap syukur, tidak disesatkan oleh kata-kata hampa, tidak berkawan dengan kejahatan, berbuah kebaikan, keadilan, dan kebenaran, serta merendahkan diri di hadapan sesama. Dengan menerapkan ajaran ini, umat Kristen dapat menjalani kehidupan yang mencerminkan kasih dan kebenaran Tuhan, serta menjadi saksi terang di dunia yang membutuhkan.