Amsal 16:1-9 - Kedaulatan Pemeliharaan Ilahi

Matthew Henry (1662 – 1714)

BAHASAN : Amsal 16:1-9 - Kedaulatan Pemeliharaan Ilahi

Amsal 16:1.“Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.”
Amsal 16:1-9 - Kedaulatan Pemeliharaan Ilahi
Ketika membaca ayat ini, kita diajarkan tentang suatu kebenaran agung, bahwa kita tidak punya kemampuan sendiri untuk memikirkan atau mengatakan apa pun yang bijaksana dan baik tentang diri kita sendiri. Sebaliknya, segala kemampuan kita berasal dari Allah, yang menyertai hati dan mulut kita, dan yang mengerjakan di dalam kita baik kemauan maupun pekerjaan (Filipi 2:13; Mazmur 10:17).
Tetapi sebagian besar orang membaca ayat ini secara lain: manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati (boleh saja ia berencana dan merancangkan ini dan itu) tetapi jawaban lidah, bukan hanya penyampaian dari apa yang hendak dikatakannya, melainkan juga hasil dan keberhasilan dari apa yang hendak dilakukannya, berasal dari pada TUHAN. Maksudnya, secara singkat,
1. Manusia berencana. Ia memiliki kebebasan berpikir, dan kebebasan berkehendak diperbolehkan untuknya. Biarlah ia membentuk rancangan-rancangannya, dan menyusun rencana-rencananya, sebaik mungkin seperti yang dipikirkannya: tetapi, bagaimanapun juga,
2. Tuhan yang menentukan. Manusia tidak bisa terus bekerja tanpa bantuan dan berkat dari Allah, yang menciptakan mulut manusia dan mengajarkan kepada kita apa yang harus kita katakan. Bahkan, Allah dengan mudah dapat, dan sering kali, menggagalkan tujuan-tujuan manusia, dan mengacaukan perhitungan-perhitungan mereka. Kutuklah yang diniatkan Bileam di dalam hatinya, tetapi jawaban lidahnya adalah berkat.
KEDAULATAN PEMELIHARAAN ILAHI.

Amsal 16:2. “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHAN nlah yang menguji hati.”
Perhatikanlah:
1. Kita semua cenderung berat sebelah dalam menilai diri kita sendiri: segala jalan orang, segala rancangannya, segala tindakannya, bersih menurut pandangannya sendiri, dan ia tidak melihat apa pun yang salah di dalamnya, tidak melihat ada sesuatu untuk menghukum dirinya. Ia menilai segala rancangannya pasti berjalan baik.

Oleh sebab itu ia yakin akan keberhasilannya, dan jawaban lidahnya akan sesuai dengan harapan-harapan hatinya. Akan tetapi, sebenarnya ada begitu banyak hambatan yang menghadang jalan-jalan kita, yang tidak kita sadari, atau yang tidak begitu kita anggap buruk seperti seharusnya.
2. Penghakiman Allah berkenaan dengan kita, pastilah, sesuai dengan kebenaran: Ia menguji hati dan menimbangnya dalam timbangan yang adil dan tidak keliru. Ia mengetahui apa yang ada di dalam diri kita, dan memberikan penghakiman kepada kita sesuai dengan yang diketahui-Nya itu, dengan menuliskan Tekél pada hasil timbangan kita yang kurang penuh – Ia menimbang dengan neraca dan mendapati kita terlalu ringan. Oleh penghakiman-Nya kita akan berdiri tegak atau jatuh. Ia tidak hanya melihat jalan-jalan manusia, tetapi juga menguji hati mereka, dan kita ini adalah diri yang sesuai dengan hati kita.
----------
KEDAULATAN PEMELIHARAAN ILAHI.
Amsal 16:3.“Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.”
Perhatikanlah:
1. Sangatlah baik bila niat-niat atau rencana-rencana kita diteguhkan, dan tidak diombang-ambingkan, dibuat dengan tergesa-gesa oleh karena segala kekhawatiran dan ketakutan yang menggelisahkan. Sangatlah baik bila kita terus berjalan di jalan kejujuran dan kesalehan, tanpa henti karena gangguan, atau harus keluar jalur karena peristiwa atau perubahan apa pun juga. Sangatlah baik bila kita berpuas hati memikirkan bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan baik dan pada akhirnya akan berhasil, dan oleh karena itu senantiasa merasa ringan dan tenang.
2. Satu-satunya cara agar segala rencana kita terlaksana adalah dengan menyerahkan perbuatan kita kepada TUHAN. Segala sesuatu yang menjadi keprihatinan besar dari jiwa kita haruslah kita serahkan kepada anugerah Allah, dengan bergantung dan berserah kepada pimpinan anugerah-Nya itu (2 Timotius 1:12). Segala keprihatinan lahiriah kita haruslah kita serahkan kepada pemeliharaan Allah, dan kepada pengaturan yang berdaulat, bijaksana, serta penuh rahmat dari pemeliharaan itu.
Gulingkanlah pekerjaan-pekerjaanmu kepada Tuhan (begitu kata yang digunakan di sini). Gulingkanlah beban kekhawatiranmu dari dirimu, dan letakkanlah semuanya kepada Allah. Bentangkan permasalahanmu di hadapan Dia dengan doa. Nyatakanlah pekerjaan-pekerjaanmu kepada Tuhan (begitu sebagian orang membaca ayat ini), bukan hanya pekerjaan-pekerjaan tanganmu, melainkan juga pekerjaan-pekerjaan hatimu.

Setelah itu, tinggalkan semuanya itu pada-Nya, dengan iman dan kebergantungan kepada-Nya, dengan penyerahan diri dan kepasrahan hati kepada-Nya. Kehendak Tuhan jadilah. Kita akan merasa tenang jika sudah bertekad bahwa apa saja yang menyenangkan Allah pasti akan menyenangkan kita pula.
----------
KEDAULATAN PEMELIHARAAN ILAHI.
Amsal 16:4. “TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka.”
Perhatikanlah:
1. Bahwa Allah adalah Penyebab pertama. Dialah yang membentuk segala sesuatu dan semua manusia, sumber segala keberadaan. Ia memberikan keberadaan kepada semua makhluk dan menentukan tempat mereka masing-masing. Bahkan orang-orang fasik sekalipun adalah makhluk-makhluk ciptaan-Nya, biarpun mereka pemberontak. Ia memberi mereka kekuatan-kekuatan yang mereka pakai untuk berperang melawan Dia. Ini semakin memperberat kefasikan mereka, bahwa mereka tidak menginginkan Dia yang menjadikan mereka untuk memerintah atas mereka. Oleh sebab itu, walaupun menjadikan mereka, Ia tidak akan menyelamatkan mereka.
2. Bahwa Allah adalah tujuan terakhir. Segala sesuatu berasal dari Dia dan datang dari-Nya, dan oleh sebab itu segala sesuatu adalah bagi Dia dan untuk-Nya. Ia menjadikan segala sesuatu menurut kehendak-Nya dan untuk puji-pujian bagi-Nya. Ia hendak memenuhi tujuan-tujuan-Nya sendiri melalui semua ciptaan-Nya, dan Ia tidak akan gagal dalam melaksanakan rancangan-rancangan-Nya. Semuanya adalah hamba-hamba-Nya. Oleh orang fasik Ia tidak akan dipermuliakan, tetapi atas mereka Ia akan dipermuliakan.
Ia tidak menjadikan siapa pun fasik, tetapi Ia menjadikan orang-orang yang sudah diketahui-Nya akan menjadi fasik: sekalipun begitu, Ia tetap menjadikan mereka (Kejadian 6:6), karena Ia tahu bagaimana men-datangkan kehormatan bagi diri-Nya sendiri atas mereka (Roma 9:22).

Atau (sebagaimana yang dipahami oleh sebagian orang) Ia menjadikan orang fasik untuk digunakan-Nya sebagai alat-alat murka-Nya pada hari yang jahat, ketika Ia mendatangkan penghakiman-penghakiman atas dunia. Bahkan orang-orang fasik sekalipun sedikit banyak dimanfaatkan-Nya, seperti Ia memanfaatkan hal-hal lain, untuk menjadi pedang-Nya, tangan-Nya (Mazmur 17:13-14), ‘flagellum Dei’ – cambuk Allah. Raja Babel disebut sebagai hamba-Nya.
----------
KEDAULATAN PEMELIHARAAN ILAHI.
Amsal 16:5. “Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.”
Perhatikanlah:
1. Kesombongan orang berdosa membuat Allah melawan mereka. Orang yang, karena banyaknya hartanya menjadi tinggi hati, yang jiwanya meninggi bersama keadaannya, sehingga ia menjadi kurang ajar terhadap Allah dan manusia, biarlah ia tahu bahwa meskipun ia menyanjung dirinya sendiri, dan orang lain memuji-muji dia, ia merupakan kekejian bagi TUHAN. Allah yang maha besar merendahkan dia. Allah yang kudus membencinya.
2. Kekuatan orang-orang berdosa tidak bisa menjamin bahwa mereka aman dari Allah, sekalipun mereka memperkuat diri sekuat tenaga. Meskipun mereka bisa memperkuat satu sama lain dengan bersatu dan bekerja sama, serta menggabungkan segenap kekuatan untuk melawan Allah, mereka tidak akan luput dari penghakiman-Nya yang adil. Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya (Amsal 11:21; Yesaya 45:9).
----------
KEDAULATAN PEMELIHARAAN ILAHI.
Amsal 16:6. “Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan.”
Lihatlah di sini:
1. Bagaimana kesalahan dosa dihapuskan dari kita – dengan kasih dan kesetiaan Allah, kasih yang dijanjikan, kesetiaan dalam melaksanakan, kasih dan kesetiaan yang saling berpadu manis di dalam Yesus Kristus Sang Pengantara – dengan kovenan anugerah, yang di dalamnya kasih dan kesetiaan bersinar dengan begitu terang – dengan kasih dan kesetiaan kita, sebagai prasyarat untuk mendapatkan pengampunan, dan syarat penting untuk menerimanya – dengan semua ini, dan bukan dengan korban-korban persembahan hukum Taurat (Mikha 6:7-8).
2. Bagaimana kuasa dosa dihancurkan di dalam diri kita. Dengan asas-asas kasih dan kesetiaan yang berkuasa di dalam diri kita, kecenderungan-kecenderungan yang rusak dibersihkan (begitu kita bisa mengartikan bagian pertama dari ayat ini). Namun, bagaimanapun juga, karena takut akan TUHAN, dan kuasa dari rasa takut itu, orang menjauhi kejahatan. Orang-orang yang senantiasa menjaga dalam pikiran mereka rasa takut dan hormat yang kudus akan Allah tidak akan berani berdosa melawan Dia.
----------
KEDAULATAN PEMELIHARAAN ILAHI.
Amsal 16:7. “. Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itu pun didamaikan-Nya dengan dia.”
Perhatikanlah:
1. Allah dapat mengubah lawan menjadi kawan bilamana Ia berkenan. Dia yang empunya semua hati di dalam tangan-Nya pasti bisa masuk ke dalam roh manusia dan berkuasa atasnya. Ia bekerja di sana tanpa diketahui, dan tanpa bisa dihindari. Ia bisa menjadikan musuh seseorang berdamai dengan dia, dapat mengubah pikiran mereka, atau membuat mereka terpaksa tunduk. Ia dapat membunuh semua musuh, dan mengumpulkan kembali orang-orang yang sudah terpisah amat jauh satu sama lain.
2. Ia akan melakukannya bagi kita apabila kita menyenangkan hati-Nya. Jika kita ambil peduli untuk berdamai dengan Allah, dan untuk menjaga diri kita agar tetap di dalam kasih-Nya, maka Ia akan mencondongkan orang-orang yang selama ini iri hati terhadap kita dan menyusahkan kita, untuk memikirkan hal-hal yang baik terhadap kita dan menjadi teman-teman kita. Allah membuat Esau berdamai dengan Yakub, Abimelekh dengan Ishak, dan membuat musuh-musuh Daud memohon perkenanannya dan ingin bersekutu dengan Israel. Citra Allah yang tampak pada orang benar, dan kasih setia-Nya yang istimewa terhadap mereka, sudah cukup untuk membuat mereka dihormati oleh semua orang, bahkan oleh orang-orang yang paling berprasangka buruk terhadap mereka.
----------
KEDAULATAN PEMELIHARAAN ILAHI.
Amsal 16:8. “Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada peng-hasilan banyak tanpa keadilan.”
Di sini:
1. Dianggap bahwa orang yang jujur dan baik bisa saja memiliki sedikit kekayaan dari dunia ini (tidak semua orang benar itu kaya). Bisa saja orang memiliki sedikit harta, namun ia jujur (walaupun kemiskinan merupakan godaan untuk berbuat tidak jujur, 30:9, ini bukanlah godaan yang tidak bisa diatasi). Sebaliknya, bisa saja orang bertambah kaya, untuk sementara waktu, dengan cara menipu dan menindas, bisa saja ia memperoleh penghasilan banyak, yang diperoleh dan disimpan tanpa keadilan, namun ia tidak bisa berhak atasnya, atau tidak bisa memanfaatkannya dengan baik.
2. Ditegaskan di sini bahwa harta yang sedikit, yang diperoleh dengan jujur, yang dengannya orang merasa puas, yang dinikmatinya dengan nyaman, dipakainya untuk melayani Tuhan dengan riang hati, dan dimanfaatkannya dengan benar, adalah jauh lebih baik dan lebih berharga daripada harta melimpah yang diperoleh dengan tidak benar, dan kemudian disimpan atau dihabiskan dengan cara yang tidak benar.

Harta yang sedikit itu membawa kepuasan batin yang lebih besar, reputasi yang lebih baik dalam pandangan semua orang bijak dan baik. Harta yang sedikit itu akan bertahan lebih lama, dan akan memberikan manfaat yang lebih baik pada hari agung itu, ketika manusia akan dihakimi, bukan menurut apa yang mereka miliki, melainkan menurut apa yang mereka telah kerjakan.
----------
KEDAULATAN PEMELIHARAAN ILAHI.
Amsal 16:9. “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya.”
Di sini manusia digambarkan kepada kita,
1. Sebagai makhluk yang berakal budi, yang memiliki kemampuan untuk membuat rencana bagi dirinya sendiri: hatinya memikir-mikirkan jalannya, merancangkan suatu tujuan, dan menyusun cara-cara dan sarana-sarana untuk mencapai tujuan itu, yang tidak bisa dilakukan oleh makhluk-makhluk yang lebih rendah, yang hanya diatur oleh indra-indra dan naluri alamiah. Hal ini semakin mempermalukan orang jika ia tidak merancangkan cara untuk menyenangkan Allah, dan mengumpulkan persediaan bagi kehidupan kekalnya kelak.
2. Namun juga sebagai makhluk yang bergantung, yang tunduk pada pimpinan dan kedaulatan Penciptanya. Jika manusia memikir-mikirkan jalan mereka, untuk membuat kemuliaan Allah sebagai tujuan mereka dan kehendak-Nya sebagai pedoman hidup mereka, maka mereka bisa berharap bahwa Ia akan menentukan arah langkah mereka dengan Roh dan anugerah-Nya, sehingga mereka tidak akan kehilangan jalan dan tidak pula gagal mencapai tujuan mereka.
Tetapi sekalipun orang-orang merancangkan perkara-perkara duniawi mereka dengan begitu rapi, dan dengan kemungkinan yang begitu besar untuk berhasil, namun Allah-lah yang menentukan segala sesuatunya, dan kadang-kadang Ia menentukan arah langkah mereka ke tempat yang paling tidak mereka kehendaki. Ayat ini bermaksud mengajar kita untuk berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (Yakobus 4:14-15).

Juga, untuk mengajarkan kita agar senantiasa mengarahkan pandangan kita kepada Allah, bukan hanya di persimpangan-persimpangan jalan hidup kita, melainkan juga di dalam setiap jejak langkah yang kita ambil. Tuhan, bukakan kami jalan (1 Tesalonika 3:11).
Next Post Previous Post