Amsal 16:10-15 - Kewajiban-kewajiban Raja

Matthew Henry (1662 – 1714).

BAHASAN : Amsal 16:10-15 - Kewajiban-kewajiban Raja

Amsal 16:10 “Keputusan dari Allah ada di bibir raja, kalau ia mengadili mulutnya tidak berbuat salah.”
Amsal 16:10-15 - Kewajiban-kewajiban Raja
Betapa kita berharap agar apa yang dikatakan dalam ayat di atas selalu benar sebagai pernyataan, dan kita harus menjadikannya sebagai doa bagi para raja, dan bagi semua pihak yang berkuasa, agar keputusan dari Allah ada di bibir mereka.
Hendaklah itu ada di bibir mereka, baik dalam memberikan perintah, supaya mereka melakukannya dengan hikmat, maupun dalam memberikan hukuman, supaya mereka melakukannya dengan adil, yang keduanya tercakup dalam keputusan, dan supaya mulut mereka pun tidak berbuat salah (1 Timotius 2:1). Namun, yang sering kali terjadi justru sebaliknya. Dan oleh sebab itu,
1. Ayat di atas dapat dibaca sebagai perintah kepada raja-raja dan hakim-hakim di bumi untuk bersikap bijak dan terdidik. Hendaklah mereka adil, dan memerintah dengan takut akan Allah. Hendaklah mereka bertindak dengan hikmat dan hati nurani yang begitu murni sehingga tampaklah keilahian yang kudus dalam segala sesuatu yang mereka katakan dan lakukan, dan agar mereka dipimpin oleh asas-asas yang bersifat adikodrati: hendaklah mulut mereka tidak berbuat salah dalam menghakimi, karena itu adalah penghakiman Allah.
2. Ayat itu bisa dipandang sebagai sebuah janji kepada semua raja yang baik, bahwa jika mereka dengan tulus bertujuan mendatangkan kemuliaan bagi Allah, dan mencari bimbingan dari-Nya, maka Ia akan memperlengkapi mereka dengan hikmat dan anugerah melebihi orang lain, sesuai dengan kedudukan tinggi dan kepercayaan-kepercayaan yang diserahkan ke dalam tangan mereka. Saul sendiri ketika diangkat menjadi raja dianugerahi roh lain oleh Allah.
3. Hal itu benar berkenaan dengan Salomo yang menulis ayat ini. Ia memiliki hikmat yang luar biasa, sesuai dengan janji yang telah diucapkan Allah kepadanya (1 Raja-raja 3:28).
----------
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN RAJA.
Amsal 16:11. “Timbangan dan neraca yang betul adalah kepunyaan TUHAN, segala batu timbangan di dalam pundi-pundi adalah buatan-Nya.”
Perhatikanlah:
1. Pelaksanaan keadilan umum oleh hakim merupakan ketetapan Allah. Di dalamnya timbangan-timbangan dijunjung, dan harus dijunjung oleh tangan yang teguh dan tidak berat sebelah. Kita harus berserah kepada hakim, demi Tuhan, untuk melihat kewenangan-Nya di dalam kewe-nangan hakim (Roma 13:1; 1 Petrus 2:13).
2. Demikian pula, pelaksanaan keadilan dalam urusan dagang di antara sesama manusia juga merupakan ketentuan ilahi. Allah mengajarkan kebijaksanaan kepada manusia untuk menggunakan timbangan dan neraca guna menentukan hak di antara pembeli dan penjual, supaya tidak ada yang dirugikan. Dan semua alat temuan yang bermanfaat untuk menjaga hak orang berasal dari Dia. Ia juga sudah menentukan dengan hukum-Nya agar semua sarana itu adil.
Oleh karena itu, adalah penghinaan besar bagi-Nya, dan bagi peme-rintahan-Nya, jika orang berdusta, dan dengan demikian merugikan orang lain dengan berpura-pura dan berdalih berbuat benar. Ini sama saja dengan melakukan ketidakadilan di tempat pengadilan.
----------
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN RAJA.
Amsal 16:12. “Melakukan kefasikan adalah kekejian bagi raja, karena takhta menjadi kokoh oleh kebenaran.”
Di sini kita mendapati :
1. Sifat seorang raja yang baik, yang dimaksudkan Salomo bukan untuk memuji dirinya sendiri, melainkan untuk mendidik para penerusnya, sesama raja, dan para raja muda yang memerintah di bawah dia. Seorang raja yang baik tidak hanya berbuat adil, tetapi juga merupakan kekejian bagi dirinya untuk berbuat sesuatu yang sebaliknya. Ia benci membayangkan berbuat tidak adil dan menyelewengkan keadilan. Ia tidak hanya membenci kefasikan yang dilakukan orang lain, tetapi juga benci melakukannya sendiri, meskipun, karena mempunyai kekuasaan, ia bisa saja melakukannya dengan mudah dan aman.
2. Penghiburan bagi seorang raja yang baik: takhtanya menjadi kokoh oleh kebenaran. Orang yang dengan penuh kesadaran hati nurani menggunakan kuasanya secara benar pasti akan mendapatinya sebagai hal terbaik yang melindungi pemerintahannya. Ini terjadi baik karena hal itu akan membuat orang berutang budi, membuat mereka tenang, dan tetap melayani kepentingannya, maupun karena hal itu akan mendatangkan berkat Allah, yang akan menjadi dasar yang kokoh bagi takhta kerajaan dan pengawal yang kuat di sekelilingnya.
----------
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN RAJA.
Amsal 16:13. “Bibir yang benar dikenan raja, dan orang yang berbicara jujur dikasihi-Nya.”
Di sini ada lagi satu sifat dari raja-raja yang baik, yaitu bahwa mereka bersuka dan berkenan pada orang-orang yang berbicara jujur.
1. Mereka membenci benalu-benalu dan orang-orang yang menyanjung mereka. Mereka begitu ingin agar semua orang di sekeliling mereka berhubungan dengan mereka secara jujur, dan memberi tahu mereka apa yang benar, entah itu menyenangkan atau tidak, baik yang menyangkut manusia maupun benda-benda. Mereka ingin agar segala sesuatunya diperlihatkan secara terang-terangan, dan tidak satu pun yang tersembunyi (Amsal 29:12).
2. Mereka tidak hanya melakukan kebenaran itu sendiri, tetapi juga ambil peduli untuk mempekerjakan orang-orang di bawah mereka yang juga melakukan kebenaran itu. Sebab itu membawa dampak besar bagi rakyat banyak, yang harus tunduk bukan hanya kepada raja sebagai penguasa tertinggi, melainkan juga kepada wali-wali yang diutus olehnya (1 Petrus 2:14). Oleh sebab itu, seorang raja yang baik akan menempatkan ke dalam kekuasaan orang-orang yang bertindak ber-dasarkan hati nurani, dan selalu mengatakan apa yang adil dan bijaksana, dan tahu bagaimana berbicara dengan benar dan tepat.
----------
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN RAJA.
Amsal 16:14-15. “Kegeraman raja adalah bentara maut, tetapi orang bijak memadam-kannya. Wajah raja yang bercahaya memberi hidup dan kebaikannya seperti awan hujan musim semi.”
Kedua ayat ini menunjukkan kekuasaan raja-raja, yang sungguh besar di mana-mana, dan terutama di negeri-negeri timur di mana mereka memiliki kuasa yang mutlak dan bisa berbuat sesuka hati. Yang ingin mereka bunuh akan dibunuh, dan yang ingin mereka biarkan hidup akan dibiarkan hidup. Kehendak mereka adalah hukum.
Sungguh beralasan bagi kita untuk memuji Allah atas baiknya perundang-undangan dari pemerintahan yang sekarang kita hidup di bawahnya, karena perundang-undangan itu menjaga agar hak istimewa raja itu tidak sampai melukai kebebasan rakyat. Tetapi di sini tersirat,
1. Betapa menakutkannya kegeraman seorang raja: kegeraman itu seperti bentara maut. Kegeraman Ahasyweros kepada Haman seperti itu adanya. Satu kata amarah dari seorang raja yang berang telah menjadi bentara maut bagi banyak orang, dan telah menimbulkan kengerian yang begitu besar pada sebagian orang, seolah-olah hukuman mati telah dijatuhkan ke atas mereka.
Sungguh bijaklah orang yang tahu cara memadamkan kegeraman seorang raja dengan satu perkataan yang diucapkan secara tepat, sebagaimana Yonatan pernah memadamkan amarah ayahnya terhadap Daud (1 Samuel 19:6). Adakalanya seorang bawahan yang bijak memberikan sebuah saran kepada raja yang sedang marah, yang dapat mendinginkan kebencian-kebenciannya.
2. Betapa berharga dan diinginkannya perkenanan raja oleh orang-orang yang telah membangkitkan amarahnya. Seperti hidup dari antara orang mati jika raja didamaikan dengan mereka. Bagi sebagian yang lain, itu seperti awan hujan musim semi, yang amat menyegarkan tanah. Salomo mengingatkan rakyatnya akan hal ini, agar mereka jangan pernah melakukan apa saja yang bisa membangkitkan kegeramannya, tetapi harus berusaha dengan hati-hati untuk membuat diri mereka berkenan kepadanya.
Melalui hal ini kita patut diingatkan betapa kita harus ambil peduli untuk menghindar dari kegeraman, dan mendapat perkenanan, dari Raja segala raja. Kernyit dahi-Nya lebih buruk daripada maut, dan perkenanan-Nya lebih baik daripada hidup. Oleh sebab itu, bodohlah orang-orang yang berusaha menghindari kegeraman dan mendapat perkenanan dari seorang raja di bumi, tetapi membiarkan diri mereka ter campakkan dari perkenanan Allah dan menjadi sasaran murka-Nya.
Next Post Previous Post