Filipi 1:20-24: Penyerahan Diri Kristen dalam Hidup atau Mati
Pengantar:
Filipi 1:20-24 menggambarkan pemikiran dan perasaan Rasul Paulus tentang kehidupan dan kematian dalam terang panggilan Kristennya. Dalam ayat-ayat ini, Paulus menyatakan bagaimana hidupnya sepenuhnya diserahkan kepada Kristus, dan bagaimana kematian baginya bukanlah kekalahan, melainkan keuntungan.Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai konsep penyerahan diri Kristen (Christian consecration) dalam hidup maupun mati, berdasarkan pandangan Paulus dalam Filipi 1:20-24.
1. Harapan dan Keberanian Paulus untuk Memuliakan Kristus (Filipi 1:20)
Paulus membuka bagian ini dengan menyatakan bahwa ia memiliki harapan yang kuat, yakni agar ia tidak mendapat malu. Di sini, "tidak mendapat malu" merujuk pada keyakinannya bahwa ia tidak akan merasa gagal dalam misi penginjilan dan pelayanannya, baik dalam hidup maupun dalam menghadapi kematian. Paulus berharap bahwa apapun yang terjadi, Kristus akan dimuliakan melalui tubuhnya, baik ketika ia hidup maupun mati.
A. Memuliakan Kristus Melalui Hidup dan Mati
Bagi Paulus, hidup dan mati bukanlah dua pilihan yang terpisah dari imannya. Keduanya adalah kesempatan untuk memuliakan Kristus. Ini adalah puncak dari penyerahan diri Kristen—hidup bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk kemuliaan Tuhan. Dalam setiap aspek kehidupan, Paulus ingin agar Kristus dimuliakan, dan ini menjadi landasan dari setiap keputusannya, termasuk bagaimana ia melihat kematian.
B. Keberanian dalam Menghadapi Kematian
Paulus juga menekankan bahwa ia memiliki "keberanian penuh" (Filipi 1:20). Keberanian ini tidak muncul dari situasi atau kekuatannya sendiri, tetapi dari pengertiannya akan panggilan ilahi dalam hidupnya. Karena ia percaya bahwa Tuhan yang memanggilnya adalah Tuhan yang setia, ia bisa menghadapi segala sesuatu dengan keberanian, termasuk kematian.
Bagi banyak orang, kematian sering kali dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan atau bahkan akhir dari semua harapan. Namun, bagi Paulus, kematian tidak menakutkan karena itu adalah bagian dari rencana Allah, dan ia percaya bahwa melalui kematian, ia akan semakin memuliakan Kristus. Sikap ini adalah bukti nyata dari penyerahan total kepada kehendak Tuhan.
2. Hidup adalah Kristus, Mati adalah Keuntungan (Filipi 1:21)
Filipi 1:21 mungkin adalah salah satu pernyataan paling terkenal dari Paulus: "Karena bagiku, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Ini adalah inti dari pemikiran Paulus mengenai hidup dan mati, serta dasar dari seluruh konsep penyerahan diri Kristen.
A. Hidup adalah Kristus
Bagi Paulus, hidupnya sepenuhnya berpusat pada Kristus. Seluruh hidupnya, pekerjaannya, dan tujuannya di dunia adalah untuk mengenal, melayani, dan memuliakan Kristus. Ini adalah esensi dari penyerahan diri Kristen—hidup yang tidak lagi berpusat pada keinginan diri sendiri, tetapi pada kehendak dan rencana Tuhan.
Paulus tidak melihat hidupnya sebagai kesempatan untuk mencapai ambisi pribadi atau tujuan duniawi. Sebaliknya, hidup baginya adalah kesempatan untuk semakin dekat dengan Kristus, melayani umat-Nya, dan menyebarkan Injil. Inilah arti sebenarnya dari kehidupan yang diserahkan kepada Kristus.
B. Mati adalah Keuntungan
Kematian, yang biasanya dipandang sebagai akhir yang tragis oleh dunia, dilihat oleh Paulus sebagai keuntungan. Mengapa demikian? Karena bagi Paulus, kematian berarti bersatu dengan Kristus secara penuh dan sempurna. Di dunia ini, Paulus hidup untuk Kristus, tetapi melalui kematian, ia akan mengalami persekutuan abadi dengan Kristus di surga. Itulah sebabnya ia bisa menyebut kematian sebagai keuntungan.
Pernyataan Paulus ini mengingatkan kita akan pentingnya memiliki perspektif yang kekal. Hidup di dunia ini adalah sementara, dan kita dipanggil untuk memanfaatkannya bagi kemuliaan Tuhan. Tetapi pada saat yang sama, kita tidak perlu takut akan kematian, karena kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan kekal bersama Kristus.
3. Bekerja untuk Menghasilkan Buah dalam Hidup (Filipi 1:22)
Setelah menyatakan bahwa mati adalah keuntungan, Paulus kemudian merenungkan kemungkinan tetap hidup. Ia berkata, "Akan tetapi, jika aku harus hidup dalam tubuh ini, berarti aku akan bekerja menghasilkan buah" (Filipi 1:22). Paulus memahami bahwa selama ia masih hidup, ada pekerjaan yang harus dilakukan dan buah yang harus dihasilkan.
A. Hidup untuk Menghasilkan Buah
Penyerahan diri kepada Kristus tidak hanya berarti siap untuk mati bagi-Nya, tetapi juga berarti hidup secara aktif untuk menghasilkan buah dalam kehidupan ini. Paulus mengerti bahwa selama Tuhan masih memberinya kehidupan, ia memiliki tanggung jawab untuk bekerja dalam pelayanan dan menghasilkan buah rohani.
Buah yang dihasilkan bisa berupa pertobatan orang lain melalui penginjilan, membangun iman jemaat, atau menumbuhkan karakter rohani dalam kehidupan pribadi. Dalam Yohanes 15:8, Yesus berkata, "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak." Paulus hidup sesuai dengan prinsip ini—bahwa hidup yang diserahkan kepada Kristus harus menghasilkan buah yang memuliakan Tuhan.
B. Ketidakpastian Pilihan antara Hidup dan Mati
Paulus kemudian menyatakan, "Lalu, mana yang harus aku pilih, aku tidak tahu" (Filipi 1:22). Ini menunjukkan bahwa Paulus sedang dihadapkan pada dua pilihan yang sangat baik—tetap hidup dan melayani Kristus di dunia, atau meninggal dunia dan bersama Kristus di surga. Kedua pilihan ini sama-sama menguntungkan bagi Paulus karena keduanya terfokus pada Kristus.
Namun, Paulus mengakui bahwa ia tidak tahu mana yang harus dipilih. Ini bukan karena kebingungan atau ketakutan, tetapi karena kerinduannya yang mendalam untuk melayani Kristus, baik dalam hidup maupun mati. Ini adalah sikap yang harus kita contoh, yakni menyerahkan segala keputusan kepada Tuhan, karena hanya Tuhan yang tahu rencana terbaik bagi hidup kita.
4. Keinginan Paulus untuk Bersama dengan Kristus (Filipi 1:23)
Paulus melanjutkan dengan berkata, "Keinginanku adalah meninggalkan hidup ini dan bersama Kristus, karena itu jauh lebih baik" (Filipi 1:23). Bagi Paulus, berada bersama Kristus di surga adalah hal terbaik yang dapat terjadi. Ia merindukan saat di mana ia bisa meninggalkan dunia ini dan menikmati kehadiran Tuhan secara langsung.
A. Kerinduan akan Kehadiran Kristus
Penyerahan diri Kristen bukan hanya tentang menjalani kehidupan yang baik di dunia ini, tetapi juga tentang merindukan kehadiran Tuhan di kekekalan. Bagi Paulus, hidup di dunia ini adalah kesempatan untuk melayani Tuhan, tetapi pada akhirnya, kerinduannya adalah untuk bersama Kristus di surga. Inilah yang mendorong motivasi dan hasrat Paulus—bukan kesuksesan duniawi, tetapi hubungan yang mendalam dengan Kristus.
B. Surga sebagai Tujuan Akhir
Paulus mengajarkan bahwa sebagai orang percaya, kita harus memiliki pandangan yang berorientasi pada surga. Kematian bukanlah sesuatu yang ditakuti, tetapi sesuatu yang diharapkan karena itu membawa kita lebih dekat kepada Kristus. Namun, sementara kita masih di dunia ini, kita dipanggil untuk menjalani hidup kita dengan penuh pengabdian kepada Tuhan.
5. Kehidupan untuk Manfaat Orang Lain (Filipi 1:24)
Meskipun Paulus memiliki kerinduan yang mendalam untuk bersama Kristus, ia juga menyadari bahwa hidupnya masih memiliki manfaat besar bagi jemaat. Ia berkata, "Akan tetapi, untuk kamu, akan lebih berguna jika aku tetap hidup dalam tubuh ini" (Filipi 1:24). Paulus memahami bahwa keberadaannya di dunia ini masih dibutuhkan untuk membangun iman dan mendukung pertumbuhan rohani orang lain.
A. Penyerahan Diri untuk Pelayanan kepada Sesama
Penyerahan diri Kristen juga berarti hidup bagi orang lain. Paulus tidak hanya berpikir tentang dirinya sendiri atau keinginannya untuk bersama Kristus. Ia juga mempertimbangkan kebutuhan jemaat, dan menyadari bahwa kehadirannya masih penting untuk pertumbuhan mereka dalam iman.
Baca Juga: Filipi 1:25-26: Pembebasan dan Keberlanjutan Pelayanan Paulus
Ini adalah salah satu aspek penting dari penyerahan diri Kristen: kita hidup bukan untuk diri kita sendiri, tetapi untuk melayani orang lain. Hidup kita harus menjadi saluran berkat dan kekuatan bagi orang-orang di sekitar kita, terutama bagi saudara seiman.
B. Pelayanan yang Terus Berjalan
Paulus melihat bahwa selama Tuhan masih memberinya hidup, ada pelayanan yang harus dilakukan. Ini menunjukkan sikap Paulus yang rela menunda keinginannya untuk bersama Kristus demi manfaat orang lain. Sikap ini mencerminkan kasih dan kerendahan hati yang mendalam, serta komitmen untuk menjalankan panggilan Tuhan sampai akhir hidupnya di dunia.
Kesimpulan: Penyerahan Diri Kristen dalam Hidup dan Mati
Filipi 1:20-24 memberikan pelajaran penting tentang apa artinya menyerahkan diri kepada Kristus, baik dalam hidup maupun mati. Bagi Paulus, hidup adalah kesempatan untuk melayani dan memuliakan Kristus, sementara kematian adalah keuntungan karena itu membawa kita kepada persekutuan yang lebih sempurna dengan Kristus di surga.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk meniru sikap Paulus—hidup dengan fokus yang penuh pada Kristus, menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya, dan melayani orang lain dengan kasih. Baik kita hidup atau mati, tujuan kita adalah untuk memuliakan Tuhan dalam segala hal.