Khotbah: Kornelius - Teladan Kesalehan dan Ketaatan dalam Kristus

Pembacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 10:1-48

Saudara-saudara yang dikasihi dalam Tuhan,
Hari ini, kita akan merenungkan tentang salah satu tokoh penting dalam Perjanjian Baru yang seringkali menjadi contoh ketaatan dan iman yang luar biasa, yaitu Kornelius. Dalam Kisah Para Rasul pasal 10, kita melihat perjalanan hidup Kornelius, seorang perwira Romawi yang mengalami pertemuan ilahi dengan Tuhan. Kisah Kornelius bukan hanya sebuah cerita tentang seorang pria, tetapi juga sebuah peristiwa yang menandai titik balik dalam sejarah gereja, yaitu dibukanya pintu keselamatan bagi bangsa-bangsa non-Yahudi.
Khotbah: Kornelius - Teladan Kesalehan dan Ketaatan dalam Kristus
Mari kita mempelajari beberapa hal penting yang bisa kita pelajari dari kisah Kornelius ini. Ada tiga poin utama yang akan kita bahas: karakter Kornelius sebagai orang yang saleh dan takut akan Allah, pertemuannya dengan malaikat yang mengubah hidupnya, dan pertobatannya serta bagaimana Tuhan menggunakan Petrus untuk memberitakan Injil kepada Kornelius dan rumah tangganya.

1. Kornelius: Seorang yang Saleh dan Takut Akan Allah

Kornelius diperkenalkan dalam Kisah Para Rasul 10:1 sebagai seorang perwira pasukan Romawi yang tinggal di Kaisarea. Dia adalah seorang non-Yahudi, seorang kafir dalam pandangan orang Yahudi pada masa itu. Namun, meskipun dia bukan bagian dari umat Israel, Alkitab menyatakan bahwa Kornelius adalah seorang yang “takut akan Allah” (Kisah 10:2). Apa artinya ini?

Menjadi seseorang yang takut akan Allah di kalangan bangsa-bangsa non-Yahudi berarti bahwa Kornelius adalah seorang yang menghormati dan menyembah Tuhan Israel, meskipun dia tidak secara resmi masuk ke dalam agama Yahudi melalui sunat. Orang-orang seperti Kornelius sering disebut "penyembah Allah", mereka menghormati ajaran-ajaran Yahudi, tetapi tidak tunduk pada hukum-hukum ritual seperti sunat.

Kornelius juga digambarkan sebagai seseorang yang saleh dan murah hati. Dia "banyak berbuat amal kepada bangsa Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah" (Kisah 10:2). Ini menunjukkan bahwa meskipun dia bukan orang Yahudi, Kornelius hidup dengan penuh integritas dan iman yang dalam kepada Tuhan. Dia mengasihi sesamanya, menunjukkan belas kasih, dan selalu berdoa. Hidup Kornelius menjadi contoh bagi kita tentang bagaimana seorang bisa mencari Tuhan dengan tulus hati, bahkan ketika dia tidak memiliki semua pengertian yang jelas tentang iman yang benar.

Poin penting di sini adalah bahwa Kornelius bukan hanya beriman secara teoritis. Iman Kornelius diterjemahkan ke dalam tindakan nyata: berdoa dan memberi kepada sesama. Kedua hal ini merupakan pilar dari kehidupan yang saleh. Doa adalah bentuk hubungan kita dengan Tuhan, sedangkan amal adalah bentuk hubungan kita dengan sesama.

Di sinilah kita belajar pelajaran penting: iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17). Kornelius tidak hanya berkata bahwa dia percaya kepada Allah, tetapi dia hidup sesuai dengan keyakinannya. Meskipun dia tidak mengenal Yesus secara pribadi pada awalnya, Tuhan melihat hati Kornelius yang tulus dan takut akan Dia. Ini menjadi pengingat bagi kita bahwa Tuhan melihat hati, bukan hanya tindakan lahiriah atau status agama.

2. Pertemuan Ilahi: Malaikat Tuhan Menyampaikan Kabar Gembira

Kisah Kornelius menjadi semakin menarik ketika Tuhan merespons iman Kornelius dengan cara yang luar biasa. Suatu hari, ketika Kornelius sedang berdoa sekitar jam ketiga sore (waktu yang biasa digunakan untuk berdoa bagi orang Yahudi), tiba-tiba malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya (Kisah 10:3). Malaikat itu memanggil Kornelius dan berkata, "Doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau" (Kisah 10:4).

Bayangkan perasaan Kornelius pada saat itu! Dia adalah seorang non-Yahudi, seorang perwira Romawi, tetapi Allah, Tuhan yang disembah oleh bangsa Yahudi, memperhatikan dia secara pribadi. Tuhan bukan hanya mendengar doanya, tetapi juga mengingat kebaikan-kebaikannya. Ini menunjukkan bahwa tidak peduli siapa kita atau dari latar belakang mana kita berasal, Tuhan selalu memperhatikan hati yang mencari Dia dengan tulus.

Kemudian malaikat tersebut memberi perintah kepada Kornelius untuk mengutus orang-orangnya pergi ke Yope, sebuah kota di tepi laut, dan memanggil seorang pria bernama Petrus (Kisah 10:5-6). Petrus, salah satu rasul utama Yesus, sedang berada di rumah seorang penyamak kulit bernama Simon. Meskipun Kornelius mungkin tidak mengerti sepenuhnya mengapa dia harus melakukan ini, dia taat pada perintah malaikat tanpa ragu-ragu. Ini menunjukkan ketaatan Kornelius. Dia tidak meragukan pesan dari Tuhan, meskipun pesan itu mungkin tidak masuk akal baginya pada saat itu.

Pelajaran bagi kita di sini adalah tentang ketaatan dalam iman. Ketika Tuhan berbicara, apakah kita mendengar dan menaati-Nya, meskipun kita tidak sepenuhnya mengerti apa yang akan terjadi? Kornelius taat, dan ini membuka jalan bagi salah satu peristiwa paling bersejarah dalam penyebaran Injil.

3. Pertobatan Kornelius dan Baptisan Roh Kudus

Ketika utusan-utusan Kornelius tiba di Yope dan menyampaikan pesan mereka kepada Petrus, Tuhan sudah mempersiapkan hati Petrus. Sebelum para utusan tiba, Tuhan memberikan sebuah penglihatan kepada Petrus di mana dia melihat berbagai binatang yang dianggap najis menurut hukum Yahudi, dan Tuhan menyuruh Petrus untuk menyembelih dan makan binatang-binatang itu. Petrus awalnya menolak karena dia tidak pernah makan sesuatu yang najis, tetapi Tuhan menjawab, "Apa yang Allah anggap tahir, jangan engkau anggap najis" (Kisah 10:15).

Penglihatan ini mengajarkan Petrus bahwa Allah tidak memandang orang berdasarkan latar belakang ras atau status agama mereka. Keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus adalah untuk semua orang, baik Yahudi maupun non-Yahudi. Ini adalah awal dari pengertian Petrus bahwa keselamatan dalam Kristus terbuka untuk semua bangsa.

Ketika Petrus tiba di rumah Kornelius, Kornelius menjelaskan bahwa dia telah menerima pesan dari malaikat dan bahwa dia telah memanggil Petrus untuk mendengar apa yang Tuhan ingin katakan melalui dia. Petrus kemudian memberitakan Injil kepada Kornelius dan seluruh keluarganya. Dia menjelaskan tentang Yesus Kristus, bagaimana Dia diutus oleh Allah, mati di kayu salib, bangkit dari kematian, dan bahwa siapa saja yang percaya kepada-Nya akan menerima pengampunan dosa.

Yang luar biasa dari kisah ini adalah bahwa saat Petrus masih berbicara, Roh Kudus turun ke atas Kornelius dan semua orang yang mendengar firman itu (Kisah 10:44). Ini adalah pengulangan dari peristiwa Pentakosta, tetapi kali ini Roh Kudus dicurahkan kepada orang-orang non-Yahudi. Kornelius dan keluarganya mulai berbicara dalam bahasa roh dan memuji Allah, suatu tanda bahwa mereka telah menerima Roh Kudus.

Petrus dan orang-orang Yahudi yang bersamanya tercengang melihat bahwa Roh Kudus juga diberikan kepada bangsa-bangsa lain, bukan hanya kepada orang Yahudi. Petrus kemudian memerintahkan agar Kornelius dan keluarganya dibaptis dalam nama Yesus Kristus (Kisah 10:48). Ini adalah bukti nyata bahwa keselamatan tidak terbatas pada satu bangsa atau kelompok tertentu, tetapi terbuka bagi semua orang yang percaya kepada Kristus.

Aplikasi: Meneladani Iman dan Ketaatan Kornelius

Ada beberapa hal yang bisa kita terapkan dalam hidup kita dari kisah Kornelius ini:

  1. Ketaatan pada panggilan Allah. Kornelius adalah contoh dari seseorang yang taat kepada Allah meskipun dia tidak memiliki semua jawaban. Ketika Tuhan memanggil kita untuk melakukan sesuatu, kita perlu menanggapi dengan iman, bahkan ketika kita tidak mengerti sepenuhnya rencana-Nya.

  2. Hidup dalam kesalehan dan kasih kepada sesama. Kornelius adalah seorang yang hidup dalam doa dan kasih kepada sesama. Dia adalah seseorang yang murah hati dan peduli kepada orang lain. Hidup kita juga seharusnya mencerminkan iman yang nyata melalui perbuatan kasih dan doa.

  3. Terbuka kepada orang lain, tanpa memandang latar belakang mereka. Kisah Kornelius menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan tidak membedakan orang berdasarkan ras, suku, atau latar belakang agama. Keselamatan dalam Kristus terbuka untuk semua orang, dan kita harus bersedia untuk membuka hati kita kepada siapa pun yang ingin mengenal Yesus.

  4. Percaya pada kuasa Roh Kudus. Kornelius dan keluarganya menerima Roh Kudus bahkan sebelum mereka dibaptis. Ini menunjukkan bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang tidak selalu sesuai dengan harapan manusia. Kita harus percaya bahwa Roh Kudus bekerja dengan kuasa yang melampaui batasan kita.

Kesimpulan

Kisah Kornelius mengajarkan kita banyak hal tentang iman, kesalehan, dan ketaatan kepada Allah. Kornelius adalah contoh bagi kita tentang bagaimana seseorang dapat mencari Tuhan dengan segenap hati dan menerima keselamatan, meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda. Tuhan tidak melihat latar belakang, status, atau suku bangsa kita, tetapi Dia melihat hati kita. Seperti Kornelius, marilah kita hidup dalam kesalehan, ketaatan, dan kasih kepada sesama, serta membuka hati kita kepada pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita. Amin.

Next Post Previous Post