Khotbah Memiliki Hati Misi: Menghidupi Amanat Agung

Pendahuluan:

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam dunia yang semakin berkembang dan global ini, banyak orang di sekitar kita yang masih belum mengenal Yesus Kristus sebagai Juru selamat. Namun, Allah telah memanggil kita untuk menjadi saksi-Nya, untuk membawa terang kepada bangsa-bangsa, dan untuk memperkenalkan Yesus kepada setiap manusia. Panggilan ini dikenal sebagai “Misi”. Dalam khotbah hari ini, saya ingin mengajak kita untuk merenungkan tentang apa artinya memiliki hati misi dan bagaimana kita, sebagai umat Tuhan, dapat hidup dengan memiliki hati yang berfokus pada misi, baik di lingkungan kita maupun di seluruh dunia.

Khotbah Memiliki Hati Misi: Menghidupi Amanat Agung
Misi adalah pusat dari Injil Yesus Kristus. Allah Bapa mengutus Anak-Nya ke dunia ini dengan satu tujuan: untuk menyelamatkan dunia. Yesus, Sang Juru selamat, datang bukan hanya untuk umat Israel, tetapi untuk semua orang, dari segala suku, bangsa, dan bahasa. Pekerjaan misi adalah melanjutkan karya penyelamatan yang telah dimulai oleh Yesus dan dilanjutkan oleh gereja-Nya. Namun, misi bukanlah hanya tugas tertentu bagi segelintir orang saja, melainkan panggilan bagi setiap orang percaya. Mari kita membuka hati kita untuk memahami mengapa dan bagaimana kita dapat memiliki hati yang berorientasi pada misi.

1. Misi adalah Hati Allah

Saudara, jika kita melihat secara mendalam dalam Alkitab, kita akan menemukan bahwa misi bukanlah ide yang baru atau sekadar tugas tambahan bagi gereja. Misi adalah inti dari hati Allah. Dalam Yohanes 3:16, Alkitab dengan jelas menyatakan:

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Kasih Allah tidak terbatas hanya untuk satu kelompok orang. Kasih-Nya melampaui batasan-batasan budaya, geografis, bahasa, dan suku. Ia mengasihi dunia ini secara utuh. Ini berarti bahwa setiap manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah adalah objek kasih-Nya, dan Ia menginginkan mereka semua diselamatkan.

Dalam Perjanjian Lama, kita juga melihat jejak misi dalam rencana Allah. Allah memanggil Abraham dan berkata kepadanya bahwa melalui keturunannya, semua bangsa di bumi akan diberkati (Kejadian 12:3). Ini menunjukkan bahwa sejak awal, Allah merencanakan bahwa keselamatan tidak hanya untuk Israel, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain.

2. Yesus: Teladan Hati Misi

Yesus Kristus adalah teladan kita dalam misi. Dari hidup dan pelayanan-Nya, kita dapat melihat hati-Nya yang penuh belas kasihan kepada mereka yang terhilang. Dalam Markus 6:34, kita membaca:

"Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala; lalu mulailah Ia mengajar mereka banyak hal."

Hati Yesus selalu dipenuhi dengan belas kasihan bagi orang-orang yang membutuhkan-Nya, baik secara rohani maupun jasmani. Belas kasihan inilah yang mendorong-Nya untuk memberitakan Injil, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan mengorbankan diri-Nya di kayu salib demi keselamatan kita. Ketika kita memiliki hati misi, kita mengikuti teladan Kristus yang berbelas kasihan kepada orang-orang yang terhilang dan yang sangat membutuhkan kasih Allah.

Yesus juga secara langsung memberikan perintah kepada murid-murid-Nya sebelum Ia naik ke surga. Dalam Matius 28:19-20, kita mengenal Amanat Agung:

"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Perintah ini bukanlah saran atau pilihan. Yesus dengan jelas menyuruh kita untuk pergi ke segala bangsa dan memberitakan Injil. Inilah mandat misi yang diberikan kepada gereja-Nya. Setiap orang yang telah menerima kasih karunia keselamatan melalui Yesus dipanggil untuk menjadi bagian dari pekerjaan misi ini.

3. Misi Dimulai dari Hati yang Diubahkan

Sebelum kita dapat melangkah dalam misi, hati kita harus terlebih dahulu diubahkan oleh Injil. Misi bukanlah sekadar aktivitas atau tugas yang bisa kita jalani dengan kekuatan sendiri. Misi adalah tanggapan kita terhadap kasih Allah yang telah kita alami. Ketika kita benar-benar mengerti betapa besarnya kasih dan pengampunan yang telah kita terima dari Yesus, hati kita akan terbakar dengan keinginan untuk membagikan berita baik ini kepada orang lain.

Dalam Yesaya 6:8, kita membaca panggilan Nabi Yesaya. Setelah Yesaya mengalami perjumpaan yang luar biasa dengan Allah, ia mendengar suara Tuhan berkata:

"Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"

Yesaya menanggapi panggilan Tuhan dengan sukacita dan kesediaan, karena hatinya telah diubahkan oleh pengalaman akan kemuliaan dan pengampunan Allah. Demikian juga kita, ketika kita mengalami kasih Allah secara pribadi, kita akan merasakan dorongan yang sama untuk mengatakan, "Ini aku, utuslah aku!"

4. Menghidupi Hati Misi dalam Kehidupan Sehari-hari

Saudara-saudari, memiliki hati misi tidak berarti kita semua harus pergi ke ujung bumi untuk menjadi misionaris. Misi dapat dan harus dimulai dari kehidupan sehari-hari kita, di lingkungan kita sendiri. Ada banyak orang di sekitar kita yang belum mengenal Yesus. Mungkin itu adalah tetangga kita, rekan kerja, teman sekolah, atau bahkan anggota keluarga kita sendiri.

Bagaimana kita dapat hidup dengan hati misi dalam kehidupan sehari-hari? Pertama-tama, kita perlu peka terhadap kebutuhan rohani orang-orang di sekitar kita. Jangan hanya melihat mereka dari luarnya saja, tetapi lihatlah dengan mata kasih Kristus. Ada banyak orang yang tampak baik-baik saja di luar, tetapi di dalam hati mereka mengalami kekosongan, kebingungan, atau rasa sakit. Kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam bagi mereka.

Kedua, kita perlu berani berbicara tentang Yesus. Seringkali, kita merasa takut atau malu untuk berbicara tentang iman kita kepada orang lain. Namun, jika kita benar-benar percaya bahwa Injil adalah kabar baik yang membawa hidup, kita tidak boleh menyimpannya sendiri. Rasul Paulus berkata dalam Roma 1:16,

"Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya."

Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan! Jangan takut untuk berbicara tentang Yesus. Mintalah hikmat dari Roh Kudus untuk memberi tahu kita kapan dan bagaimana kita bisa membagikan Injil dengan cara yang penuh kasih dan bijaksana.

Ketiga, kita dapat mendukung pekerjaan misi global. Walaupun tidak semua dari kita dipanggil untuk pergi ke ladang misi di luar negeri, kita dapat mendukung mereka yang pergi melalui doa dan pemberian. Gereja-gereja dan organisasi misi membutuhkan dukungan kita untuk membawa Injil ke tempat-tempat yang sulit dijangkau. Kita dapat menjadi bagian dari pekerjaan besar ini dengan menjadi pendukung dalam doa dan dana.

5. Tantangan dalam Pekerjaan Misi

Misi bukanlah tugas yang mudah. Dalam melaksanakan Amanat Agung, kita pasti akan menghadapi tantangan dan kesulitan. Yesus sendiri telah mengingatkan kita bahwa mengikut Dia berarti kita harus memikul salib. Dalam Yohanes 15:20, Yesus berkata,

"Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidak lebih tinggi dari tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu."

Pekerjaan misi dapat menghadapi perlawanan, baik secara spiritual maupun fisik. Banyak misionaris di seluruh dunia menghadapi penganiayaan, penolakan, dan kesulitan besar dalam membawa Injil ke tempat-tempat yang belum terjangkau. Namun, kita dapat yakin bahwa Tuhan menyertai kita dalam setiap langkah yang kita ambil. Janji Yesus adalah bahwa Dia akan menyertai kita sampai akhir zaman (Matius 28:20).

Selain itu, kita juga harus sadar bahwa misi membutuhkan kesabaran. Menginjili bukanlah pekerjaan yang langsung terlihat hasilnya. Sering kali, kita harus menabur benih Injil dan menunggu dalam doa untuk melihat hasilnya. Tetapi kita tidak boleh putus asa, karena pekerjaan misi adalah pekerjaan Tuhan. Kita hanya dipanggil untuk setia dalam menabur, dan Tuhan yang akan memberi pertumbuhan (1 Korintus 3:6-7).

6. Roh Kudus dan Misi

Roh Kudus adalah kekuatan yang menggerakkan misi. Ketika Yesus naik ke surga, Dia berjanji akan mengirimkan Roh Kudus untuk menyertai dan memampukan murid-murid-Nya dalam tugas misi mereka. Dalam Kisah Para Rasul 1:8, Yesus berkata,

"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Tanpa kuasa Roh Kudus, kita tidak akan mampu melaksanakan misi yang telah Tuhan berikan kepada kita. Roh Kudus yang memberi kita kekuatan, hikmat, dan keberanian untuk menjadi saksi Kristus. Dia juga yang membuka hati orang-orang yang kita injili, sehingga mereka dapat menerima Injil dengan iman. Oleh karena itu, kita harus selalu bergantung pada Roh Kudus dalam setiap langkah misi kita.

Penutup

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, memiliki hati misi berarti memiliki hati yang seirama dengan hati Allah. Allah mengasihi dunia ini dan menginginkan semua orang diselamatkan. Dia telah memanggil kita, gereja-Nya, untuk melanjutkan pekerjaan misi-Nya di dunia ini. Mari kita tanggapi panggilan ini dengan sukacita, kesediaan, dan keberanian.

Misi bukan hanya tugas orang-orang tertentu, tetapi panggilan bagi setiap orang percaya. Dimulai dari lingkungan sekitar kita, sampai ke bangsa-bangsa yang jauh, kita dipanggil untuk membawa Injil Kristus. Dengan hati yang diubahkan oleh kasih Allah, dengan kuasa Roh Kudus, dan dengan keberanian yang berasal dari iman, mari kita hidup sebagai umat yang memiliki hati misi.

Berdoalah dan bertanyalah kepada Tuhan: "Tuhan, apa yang Engkau ingin aku lakukan untuk membawa Injil-Mu kepada dunia ini?" Tuhan memberkati!

Next Post Previous Post