Kolose 3:18: Arti Penundukan Istri Dalam Pernikahan Kristen
Pengantar:
Kolose 3:18, yang berbunyi, "Istri-istri, tunduklah kepada suamimu sebagaimana seharusnya dalam Tuhan" (AYT), adalah salah satu ayat yang sering dibahas dalam konteks peran istri dalam pernikahan Kristen. Ayat ini berbicara tentang tanggung jawab seorang istri untuk tunduk kepada suaminya, tetapi Paulus juga memberi penekanan pada bagaimana penundukan ini harus dilakukan "sebagaimana seharusnya dalam Tuhan." Ini bukan tentang penundukan yang otoriter atau tanpa pertimbangan, tetapi penundukan yang sejalan dengan prinsip-prinsip Tuhan tentang cinta, hormat, dan keharmonisan dalam pernikahan.Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih mendalam mengenai arti penundukan yang dimaksud dalam Kolose 3:18, bagaimana nasihat ini harus dipahami dalam konteks iman Kristen, serta bagaimana penerapannya dalam kehidupan pernikahan Kristen masa kini.
1. Penundukan yang Berasal dari Kasih
Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa penundukan yang dibicarakan dalam Kolose 3:18 bukanlah tentang kekuasaan yang menindas atau hubungan yang tidak seimbang antara suami dan istri. Sebaliknya, penundukan yang dimaksudkan adalah wujud kasih dan komitmen yang berasal dari hubungan yang saling menghormati. Dalam Efesus 5:21, Paulus juga menasihati suami dan istri untuk saling tunduk dalam takut akan Kristus, yang menunjukkan bahwa penundukan ini adalah bagian dari hubungan yang lebih luas, di mana kedua belah pihak menghormati satu sama lain di bawah otoritas Tuhan.
Dalam konteks Kolose 3:18, istri dipanggil untuk tunduk kepada suaminya sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan, bukan karena inferioritas, melainkan karena adanya peran yang berbeda dalam pernikahan Kristen. Penundukan ini adalah respons terhadap kasih suami, yang diharapkan mencintai istrinya dengan pengorbanan seperti yang dinyatakan dalam Efesus 5:25-28, di mana suami dipanggil untuk mengasihi istri seperti Kristus mengasihi gereja.
2. Penundukan yang Sejalan dengan Tuhan
Paulus menambahkan bahwa penundukan istri kepada suami harus dilakukan "sebagaimana seharusnya dalam Tuhan." Frasa ini sangat penting karena menekankan bahwa penundukan yang diminta bukanlah penundukan yang buta atau tanpa batas. Penundukan yang seharusnya adalah penundukan yang berada di bawah otoritas Tuhan dan selaras dengan ajaran-Nya. Ini berarti bahwa istri tidak diwajibkan untuk tunduk pada hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Tuhan atau moralitas yang benar. Jika suami meminta sesuatu yang melanggar firman Tuhan, istri harus lebih patuh kepada Tuhan daripada manusia (Kisah Para Rasul 5:29).
Penundukan dalam konteks ini juga adalah bentuk pelayanan kepada Tuhan. Dengan tunduk kepada suami, istri sebenarnya menghormati Tuhan karena menjalankan peran yang telah ditetapkan oleh Tuhan dalam pernikahan. Namun, suami juga memiliki tanggung jawab untuk memimpin dengan penuh kasih dan penghormatan, yang memastikan bahwa penundukan ini adalah wujud kasih dan bukan paksaan.
3. Penundukan dalam Keharmonisan Pernikahan
Penundukan yang dimaksud dalam Kolose 3:18 harus dilihat sebagai cara untuk menciptakan keharmonisan dalam pernikahan. Dalam setiap hubungan, terutama dalam pernikahan, diperlukan adanya peran dan tanggung jawab yang jelas agar tercipta keseimbangan. Dalam pernikahan Kristen, suami dipanggil untuk memimpin keluarganya dengan bijaksana, sementara istri dipanggil untuk mendukung kepemimpinan ini dengan kasih dan kerendahan hati.
Hal ini tidak berarti bahwa istri tidak memiliki suara dalam pernikahan atau bahwa pendapatnya tidak penting. Sebaliknya, pernikahan Kristen adalah kemitraan di mana suami dan istri bekerja bersama-sama dalam kasih dan saling menghormati. Penundukan istri adalah respons alami terhadap kasih suami yang memimpin dengan penuh tanggung jawab dan kepedulian. Ketika kedua belah pihak menjalankan perannya dengan benar, pernikahan akan menjadi hubungan yang harmonis dan penuh berkat.
4. Penundukan Bukan Berarti Ketidakberdayaan
Penundukan yang dimaksudkan dalam Kolose 3:18 sering kali disalahpahami sebagai tanda ketidakberdayaan atau inferioritas. Namun, Alkitab tidak mengajarkan bahwa istri lebih rendah dari suami dalam hal martabat atau nilai di hadapan Tuhan. Penundukan di sini adalah bagian dari tata tertib yang telah Tuhan tetapkan dalam keluarga, di mana suami bertindak sebagai kepala rumah tangga, sementara istri mendukung dan bekerja sama dengan suami untuk membangun rumah tangga yang berlandaskan iman dan kasih.
Sebagai contoh, dalam Amsal 31, kita melihat gambaran istri yang kuat, bijaksana, dan dihormati, yang menjalankan perannya dengan penuh integritas dan tanggung jawab. Istri ini bukanlah seseorang yang pasif atau tidak berdaya, melainkan seorang wanita yang berperan aktif dalam keluarga dan masyarakat. Penundukan yang bijaksana adalah bagian dari kehidupan yang saling mendukung dan menghormati, bukan penyerahan diri yang tanpa pertimbangan.
5. Penundukan sebagai Tanda Kedewasaan Rohani
Penundukan yang sejati memerlukan kedewasaan rohani. Dalam dunia yang sering kali mengajarkan kesetaraan yang salah dimengerti, banyak orang mungkin melihat penundukan sebagai kelemahan atau ketidakadilan. Namun, dalam perspektif Alkitab, penundukan yang bijaksana menunjukkan kedewasaan iman dan ketaatan kepada Tuhan. Istri yang tunduk kepada suaminya sebagaimana seharusnya dalam Tuhan menunjukkan bahwa dia memahami dan menghargai rencana Allah untuk pernikahan.
Tunduk kepada suami bukan berarti istri kehilangan identitas atau otonominya. Sebaliknya, istri yang tunduk kepada suaminya sebenarnya mengakui peran dan tanggung jawab yang diberikan Tuhan dalam pernikahan dan berkomitmen untuk menjalankan peran tersebut dengan kasih dan kesetiaan.
6. Penundukan dalam Konteks Budaya pada Zaman Paulus
Untuk lebih memahami makna dari Kolose 3:18, kita juga harus melihat konteks budaya pada zaman Paulus. Dalam budaya Romawi dan Yahudi pada saat itu, perempuan umumnya diperlakukan sebagai pihak yang lebih rendah dalam masyarakat. Mereka sering kali tidak memiliki banyak kebebasan atau hak, dan diharapkan untuk tunduk kepada suami mereka secara absolut.
Namun, ketika Paulus menulis tentang penundukan, ia mengubah pandangan ini dengan menekankan bahwa penundukan dalam pernikahan Kristen harus dilakukan "sebagaimana seharusnya dalam Tuhan." Hal ini memberikan perspektif baru bahwa penundukan bukanlah bentuk perbudakan atau ketidakadilan, tetapi sebuah panggilan untuk menghormati tatanan yang Allah tetapkan, dengan kasih dan pengorbanan dari kedua belah pihak.
7. Penerapan Penundukan dalam Pernikahan Kristen Masa Kini
Dalam dunia modern, konsep penundukan sering kali ditentang karena dianggap tidak relevan atau bertentangan dengan nilai-nilai kesetaraan gender. Namun, jika dipahami dengan benar, ajaran Paulus dalam Kolose 3:18 tetap relevan dan memberikan pedoman penting bagi kehidupan pernikahan Kristen. Penundukan bukan berarti istri harus menempatkan diri di bawah kontrol otoriter suami, melainkan bagian dari kemitraan yang penuh kasih, di mana istri dengan rela mendukung kepemimpinan suami, dan suami memimpin dengan kasih yang tulus.
Di masa kini, penting bagi suami dan istri untuk saling berbicara dengan terbuka tentang peran dan tanggung jawab mereka dalam pernikahan. Penundukan harus dilihat sebagai bagian dari komitmen untuk saling menghormati dan saling mendukung, di mana istri merasa dihargai dan diberi kesempatan untuk memberikan masukan dan berkontribusi dalam keputusan-keputusan penting.
Suami juga harus memastikan bahwa kepemimpinan mereka mencerminkan kasih Kristus yang penuh pengorbanan, bukan sebagai pemaksaan atau dominasi. Ketika suami dan istri sama-sama mengikuti prinsip-prinsip Alkitab tentang pernikahan, mereka akan menemukan keharmonisan dan kebahagiaan yang berpusat pada kasih Tuhan.
Kesimpulan
Kolose 3:18 memberikan nasihat yang sangat penting bagi para istri dalam pernikahan Kristen, yaitu untuk tunduk kepada suami mereka sebagaimana seharusnya dalam Tuhan. Penundukan ini tidak boleh dipahami sebagai bentuk penindasan atau ketidakadilan, melainkan sebagai respons kasih yang sejalan dengan kehendak Allah untuk menciptakan keharmonisan dalam keluarga. Penundukan yang dilakukan dalam kasih dan di bawah otoritas Tuhan mencerminkan ketaatan kepada Kristus dan menciptakan hubungan pernikahan yang saling menghormati dan mendukung.
Dalam pernikahan Kristen, suami dipanggil untuk memimpin dengan kasih dan pengorbanan, sementara istri dipanggil untuk mendukung dan menghormati kepemimpinan suami. Ketika kedua belah pihak menjalankan peran mereka dengan benar, pernikahan akan menjadi hubungan yang penuh berkat, di mana Tuhan dimuliakan melalui kasih, ketaatan, dan kerendahan hati yang ditunjukkan oleh suami dan istri.
Dengan memahami Kolose 3:18 dalam konteks kasih Kristus dan kehendak Tuhan, kita dapat melihat bahwa tugas istri untuk tunduk kepada suaminya adalah bagian dari panggilan yang mulia dan penuh kasih untuk membangun pernikahan yang kuat dan berpusat pada Tuhan.