Iman Tanpa Perbuatan adalah Iman yang Mati
1. Definisi Iman dalam Konteks Kristen
Iman dalam Alkitab sering kali dijelaskan sebagai keyakinan penuh dan kepercayaan yang teguh kepada Tuhan. Dalam Ibrani 11:1, dikatakan bahwa iman adalah “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Iman bukan hanya sekadar pengakuan terhadap keberadaan Tuhan, tetapi juga keyakinan akan kebenaran dan janji-Nya yang diungkapkan melalui Firman-Nya.
Menurut teolog J.I. Packer dalam bukunya "Knowing God," iman adalah respons hati dan pikiran manusia kepada wahyu Allah. Iman melibatkan penerimaan total kepada Tuhan dan penyerahan diri kepada kehendak-Nya. Namun, Packer menekankan bahwa iman yang sejati tidak dapat dipisahkan dari perbuatan baik, karena iman yang hidup selalu menghasilkan perubahan dalam karakter dan perilaku.
2. Iman yang Hidup Memproduksi Perbuatan Baik (Yakobus 2:14-17)
Yakobus menekankan bahwa iman yang tidak menghasilkan perbuatan baik adalah iman yang kosong atau mati. Dalam Yakobus 2:14-17, ia bertanya secara retoris, “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan?” (Yakobus 2:14 TB). Pertanyaan ini menunjukkan bahwa pengakuan iman tanpa disertai tindakan adalah tidak berarti.
Ayat penting:
“Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yakobus 2:17 TB)
Dalam "The Epistle of James," Douglas J. Moo menjelaskan bahwa Yakobus menekankan bahwa perbuatan bukanlah dasar keselamatan, tetapi bukti dari iman yang sejati. Moo menegaskan bahwa iman yang sejati menghasilkan transformasi hidup yang nyata dan diwujudkan dalam tindakan kasih dan ketaatan kepada Allah. Bagi Yakobus, iman yang tidak memiliki perbuatan adalah iman yang kosong, seperti pohon yang tidak menghasilkan buah.
Menurut John Stott dalam "The Radical Disciple," iman tanpa perbuatan adalah bentuk penyangkalan terhadap natur sejati dari iman Kristen. Stott menjelaskan bahwa perbuatan baik yang lahir dari iman adalah respons dari kasih karunia Allah yang kita terima. Oleh karena itu, perbuatan baik menjadi tanda bahwa seseorang benar-benar hidup di dalam iman yang sejati.
3. Iman dan Perbuatan: Hubungan yang Tak Terpisahkan
Dalam ajaran Kristen, iman dan perbuatan bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan dua elemen yang saling melengkapi. Iman adalah akar dari perbuatan baik, sedangkan perbuatan baik adalah buah dari iman yang sejati. Tanpa iman, perbuatan baik tidak dapat menyelamatkan, dan tanpa perbuatan, iman menjadi kosong.
Dalam "The Cost of Discipleship," Dietrich Bonhoeffer menguraikan bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang hampa, yang tidak memiliki kekuatan untuk membawa perubahan dalam kehidupan seseorang. Bonhoeffer menekankan bahwa iman yang hidup menghasilkan ketaatan kepada Tuhan dan kehidupan yang mencerminkan kehendak Allah. Ia menyebutkan bahwa iman tanpa perbuatan adalah seperti bangunan tanpa fondasi yang akhirnya akan runtuh.
Menurut C.S. Lewis dalam "Mere Christianity," iman yang sejati bukan hanya tentang “percaya” secara mental, tetapi melibatkan tindakan konkret yang mencerminkan iman tersebut. Lewis menyatakan bahwa iman yang hidup selalu mendorong kita untuk menunjukkan kasih kepada Tuhan dan kepada sesama. Tanpa tindakan, iman itu seperti benih yang tidak pernah tumbuh dan menghasilkan buah.
4. Perbuatan Baik sebagai Tanda Iman yang Sejati
Perbuatan baik bukanlah sarana untuk mendapatkan keselamatan, tetapi bukti dari iman yang hidup. Ketika seseorang benar-benar percaya kepada Tuhan, kehidupan mereka akan memancarkan perbuatan yang mencerminkan kebenaran, kasih, dan keadilan Allah. Dalam Matius 7:16, Yesus mengatakan bahwa kita akan mengenali mereka “dari buahnya.”
"Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik." (Matius 7:17 TB)
Dalam "The Pursuit of Holiness," Jerry Bridges menjelaskan bahwa perbuatan baik adalah buah dari pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang percaya. Bridges menekankan bahwa hidup yang penuh dengan perbuatan baik adalah bukti nyata dari iman yang hidup dan pengudusan yang Tuhan kerjakan dalam diri setiap orang percaya. Hidup dalam iman menghasilkan karakter yang semakin serupa dengan Kristus.
Timothy Keller dalam "Every Good Endeavor" menekankan bahwa perbuatan baik yang lahir dari iman adalah cara untuk memuliakan Allah dan menunjukkan kasih kepada sesama. Keller menjelaskan bahwa iman Kristen menginspirasi orang percaya untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat melalui tindakan kasih, keadilan, dan pelayanan yang tulus.
5. Contoh Alkitab tentang Iman yang Disertai Perbuatan
Alkitab dipenuhi dengan contoh-contoh tokoh yang menunjukkan iman mereka melalui perbuatan yang nyata. Iman mereka diwujudkan dalam tindakan, bahkan dalam situasi yang sulit atau berbahaya.
a) Abraham: Iman yang Taat
Dalam Yakobus 2:21-22, Abraham disebut sebagai contoh iman yang diwujudkan dalam perbuatan. Ketika Tuhan memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan Ishak, Abraham menunjukkan ketaatannya tanpa ragu. Tindakan ini menunjukkan bahwa imannya tidak hanya berupa keyakinan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan ketaatan.
"Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?" (Yakobus 2:21 TB)
Menurut John MacArthur dalam "Faith Works: The Gospel According to the Apostles," iman Abraham adalah iman yang sejati karena dilengkapi dengan ketaatan kepada perintah Tuhan. MacArthur menegaskan bahwa iman yang tidak disertai ketaatan bukanlah iman yang sejati, dan Abraham menjadi contoh bagaimana iman yang benar selalu menghasilkan tindakan yang sesuai dengan kehendak Allah.
b) Rahab: Iman yang Berani
Rahab adalah seorang wanita di Yerikho yang menyembunyikan para pengintai Israel dan membantu mereka melarikan diri. Tindakannya adalah bukti dari imannya kepada Tuhan Israel, yang ia yakini akan memberikan tanah itu kepada umat-Nya. Dalam Yakobus 2:25, Rahab disebut sebagai contoh iman yang diwujudkan dalam perbuatan.
"Demikian juga Rahab, pelacur itu, bukankah ia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh mengintai itu di dalam rumahnya?" (Yakobus 2:25 TB)
Menurut F.F. Bruce dalam "The Epistle of James," tindakan Rahab menunjukkan bahwa iman yang sejati tidak terbatas pada kondisi atau latar belakang seseorang. Bruce menjelaskan bahwa tindakan Rahab adalah hasil dari keyakinannya pada Tuhan yang besar dan perkasa. Ia menekankan bahwa iman yang sejati melibatkan keberanian untuk bertindak sesuai dengan kebenaran, bahkan dalam risiko yang besar.
6. Menghindari “Iman Kosong” dalam Kehidupan Kristen
Yakobus 2:19 memperingatkan bahwa iman yang hanya percaya pada Allah, tetapi tidak menghasilkan perbuatan, tidak berbeda dengan iman setan-setan yang “percaya” tetapi tidak menaati Allah. Hal ini menunjukkan bahwa iman yang hanya berupa pengakuan tanpa perbuatan adalah iman yang kosong.
"Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar." (Yakobus 2:19 TB)
Dalam "The Pursuit of God," A.W. Tozer menyatakan bahwa iman yang sejati selalu menghasilkan perubahan hidup. Menurut Tozer, iman yang tidak menghasilkan perbuatan adalah iman yang mati dan tidak memiliki kekuatan untuk membawa seseorang lebih dekat kepada Allah. Ia mengingatkan bahwa orang Kristen harus berusaha untuk memiliki iman yang hidup dan produktif.
John Piper dalam "Desiring God" juga memperingatkan bahwa iman yang tidak diwujudkan dalam perbuatan adalah tanda ketidaktaatan dan ketidakpercayaan yang sebenarnya kepada Allah. Piper menekankan bahwa iman yang sejati menghasilkan buah yang nyata, yang menunjukkan bahwa seseorang benar-benar hidup dalam ketaatan kepada Tuhan.
7. Iman yang Hidup Menghasilkan Kehidupan yang Mengasihi dan Melayani Sesama
Iman Kristen mendorong orang percaya untuk mengasihi dan melayani sesama. Yesus menegaskan bahwa kasih kepada sesama adalah perintah utama dalam kehidupan Kristen, dan iman yang sejati akan menghasilkan tindakan kasih yang nyata.
"Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta; karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya." (1 Yohanes 4:20 TB)
C.S. Lewis dalam "The Four Loves" menekankan bahwa iman Kristen bukan hanya soal hubungan pribadi dengan Tuhan, tetapi juga mengundang kita untuk menunjukkan kasih kepada sesama sebagai wujud nyata dari iman kita. Menurut Lewis, tindakan kasih dan pelayanan kepada orang lain adalah cerminan dari kasih kita kepada Allah.
Baca Juga: Gelar-gelar Kristus
Dalam "The Purpose Driven Life," Rick Warren menjelaskan bahwa iman yang hidup memanggil kita untuk melayani, mengasihi, dan memberikan hidup kita bagi orang lain. Warren menegaskan bahwa orang Kristen yang benar-benar hidup dalam iman tidak akan puas hanya dengan menyimpan keyakinan mereka untuk diri sendiri, tetapi akan mencari cara untuk menunjukkan kasih Allah kepada dunia melalui perbuatan baik.
Kesimpulan: Iman Sejati dalam Tindakan yang Nyata
Yakobus 2:17 memberikan peringatan yang jelas bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati. Iman yang sejati selalu diwujudkan dalam tindakan yang mencerminkan kasih, ketaatan, dan pengabdian kepada Allah. Perbuatan bukanlah syarat keselamatan, tetapi buah dari iman yang sejati dan hidup di dalam Kristus.
Para pakar teologi seperti J.I. Packer, John Stott, Dietrich Bonhoeffer, dan C.S. Lewis menekankan bahwa iman Kristen yang sejati tidak pernah terpisah dari perbuatan baik. Hidup dalam iman kepada Tuhan akan menghasilkan perubahan nyata dalam karakter, perilaku, dan hubungan kita dengan sesama. Iman sejati akan menginspirasi orang percaya untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah, mengasihi sesama, dan menjadi saksi Kristus di dunia.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghidupi iman kita dalam tindakan sehari-hari, menjadikan hidup kita sebagai cerminan kasih dan kebenaran Allah. Dengan memiliki iman yang hidup, kita dapat membawa kemuliaan kepada Tuhan dan memberi dampak yang nyata bagi orang-orang di sekitar kita.