Yohanes 4:18: Makna dari Pernyataan Engkau Sudah Mempunyai Lima Suami
1. Konteks Yohanes 4:18: Percakapan di Sumur Yakub
Yesus, dalam perjalanan-Nya dari Yudea ke Galilea, memilih untuk melewati Samaria—sebuah wilayah yang biasanya dihindari oleh orang Yahudi karena ketegangan historis antara kedua bangsa. Di sana, Yesus bertemu seorang wanita Samaria di sumur Yakub. Percakapan ini terjadi di siang hari, waktu yang tidak lazim bagi seorang wanita untuk menimba air, menunjukkan bahwa wanita ini mungkin menghindari pertemuan dengan orang lain karena reputasinya.
Ayat inti:“Sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang sekarang bersama dengan engkau, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” (Yohanes 4:18 TB)
Menurut teolog D.A. Carson dalam "The Gospel According to John," Yesus memilih untuk melewati Samaria bukan hanya karena rute tersebut lebih cepat, tetapi karena Dia memiliki misi ilahi untuk bertemu dengan wanita ini. Carson menekankan bahwa Yesus sengaja memulai percakapan yang mendalam untuk mengungkapkan kebutuhan wanita itu akan penyelamatan dan air hidup yang sejati.
John Stott dalam "Basic Christianity" menekankan bahwa percakapan ini menunjukkan bahwa Yesus tidak menghindari orang yang dianggap rendah oleh masyarakat. Sebaliknya, Dia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang. Dalam kasus wanita Samaria ini, Yesus menembus batas-batas sosial, budaya, dan agama untuk menyampaikan kasih Allah yang melampaui semua penghalang.
2. Makna dari Pernyataan "Engkau Sudah Mempunyai Lima Suami"
Ketika Yesus meminta wanita itu untuk memanggil suaminya, responsnya jujur: “Aku tidak punya suami.” Namun, Yesus kemudian mengungkapkan bahwa dia sudah mempunyai lima suami dan yang sekarang bersamanya bukanlah suaminya. Pernyataan ini mengejutkan wanita tersebut, karena Yesus menunjukkan pengetahuan-Nya tentang kehidupannya yang tersembunyi.
Ayat terkait:
“Karena tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.” (Lukas 12:2 TB)
Menurut R.C. Sproul dalam "The Holiness of God," Yesus menggunakan percakapan ini untuk menunjukkan bahwa tidak ada dosa yang tersembunyi di hadapan Tuhan. Sproul menjelaskan bahwa Yesus tidak bermaksud mempermalukan wanita itu, tetapi membawa kebenaran dengan kasih untuk menuntunnya kepada pertobatan. Yesus menyingkapkan kehidupan wanita itu sebagai cara untuk menyatakan bahwa Dia mengetahui segala hal tentang kita, namun tetap mengasihi dan ingin memulihkan kita.
Dalam "The MacArthur New Testament Commentary: John," John MacArthur menjelaskan bahwa ketika Yesus mengungkap kehidupan wanita itu, tujuannya bukan untuk menghakimi tetapi untuk membawa kesadaran akan dosa sehingga wanita itu menyadari kebutuhannya akan Juru Selamat. MacArthur menyoroti bahwa Yesus menunjukkan kebenaran dengan kelemahlembutan, menuntun wanita tersebut menuju pertobatan yang sejati.
3. Transformasi Melalui Pertobatan dan Pengakuan Dosa
Wanita Samaria ini, yang awalnya datang ke sumur untuk menimba air fisik, akhirnya menyadari bahwa dia membutuhkan air hidup yang hanya dapat diberikan oleh Yesus. Melalui pengungkapan dosa-dosanya, Yesus menuntunnya pada titik pertobatan dan kesadaran bahwa hanya Dia yang dapat memuaskan dahaga rohani yang terdalam.
Ayat terkait:
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9 TB)
Menurut J.I. Packer dalam "Knowing God," pengakuan dosa adalah langkah penting menuju pembaruan hidup. Packer menekankan bahwa Tuhan selalu siap mengampuni mereka yang datang kepada-Nya dengan hati yang bertobat. Melalui pengampunan, Tuhan membawa penyembuhan dan pembaruan yang sejati.
Timothy Keller dalam "The Reason for God" juga menekankan pentingnya pertobatan. Keller menjelaskan bahwa Yesus tidak datang untuk menghakimi tetapi untuk menyelamatkan. Ketika seseorang mengakui dosanya dan berbalik kepada Tuhan, mereka menerima kasih karunia yang memulihkan dan memperbaharui hidup.
4. Pelajaran tentang Kasih yang Tidak Membeda-bedakan
Yesus menunjukkan bahwa kasih Allah tidak terbatas pada kelompok tertentu atau orang-orang yang dianggap “beragama.” Dengan berbicara kepada wanita Samaria ini, Yesus menunjukkan bahwa Allah mengasihi semua orang tanpa memandang latar belakang mereka. Pertemuan ini adalah bukti bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu jauh dari kasih Tuhan untuk diselamatkan.
Ayat terkait:
“Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Lukas 19:10 TB)
Dalam "Desiring God," John Piper menjelaskan bahwa kasih Tuhan tidak terbatas pada mereka yang dianggap layak. Piper menekankan bahwa Tuhan mencari mereka yang terhilang dan ingin membawa mereka kembali ke jalan yang benar. Kasih yang Yesus tunjukkan kepada wanita Samaria adalah undangan bagi semua orang untuk datang kepada-Nya dan menemukan hidup yang baru.
Menurut Richard J. Foster dalam "Celebration of Discipline," percakapan Yesus dengan wanita Samaria menunjukkan bahwa tidak ada batasan bagi kasih Tuhan. Foster menekankan bahwa setiap orang yang datang kepada Tuhan dengan hati yang tulus akan mengalami kasih yang membebaskan.
5. Penerapan Praktis dari Yohanes 4:18 dalam Kehidupan Kita
Pelajaran dari percakapan Yesus dengan wanita Samaria sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Berikut beberapa cara praktis untuk menghidupi pelajaran dari ayat ini:
Mengakui Dosa di Hadapan Tuhan: Jangan menyembunyikan dosa-dosa kita dari Tuhan, tetapi datanglah kepada-Nya dengan hati yang bertobat. Ketika kita mengakui dosa kita, Tuhan setia untuk mengampuni dan memulihkan kita.
Memiliki Hati yang Penuh Kasih terhadap Sesama: Seperti Yesus yang tidak menghakimi wanita Samaria, kita juga dipanggil untuk menunjukkan kasih kepada orang lain tanpa memandang latar belakang mereka. Jangan cepat menghakimi, tetapi berusahalah memahami dan membawa mereka kepada kasih Tuhan.
Menjadi Saksi Kasih Tuhan: Seperti wanita Samaria yang menjadi saksi setelah bertemu dengan Yesus, kita juga dipanggil untuk berbagi tentang kasih dan pengampunan Tuhan kepada dunia di sekitar kita.
Ayat pendukung:
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku.” (Kisah Para Rasul 1:8 TB)
Menurut Dallas Willard dalam "The Divine Conspiracy," kita dipanggil untuk menjadi saksi tentang kasih dan kebenaran Tuhan melalui hidup kita. Willard menekankan bahwa ketika kita hidup dalam kasih Tuhan, kita akan memancarkan cahaya-Nya kepada dunia.
6. Berkat dari Pertobatan dan Pembaruan
Yesus menunjukkan bahwa pengampunan dan pembaruan selalu tersedia bagi mereka yang datang kepada-Nya. Tidak peduli seberapa jauh seseorang telah menyimpang, kasih Tuhan mampu menyelamatkan dan memulihkan. Ketika wanita Samaria itu bertemu Yesus, hidupnya berubah total, dan dia menjadi saksi bagi banyak orang di kotanya.
Ayat terkait:
“Barangsiapa haus, baiklah ia datang; dan barangsiapa mau, baiklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.” (Wahyu 22:17 TB)
Dalam "The Pursuit of God," A.W. Tozer menjelaskan bahwa hanya Tuhan yang dapat memuaskan dahaga rohani manusia. Tozer menekankan bahwa ketika kita datang kepada Tuhan, kita akan menemukan kedamaian, sukacita, dan kehidupan yang berkelimpahan.
John Stott dalam "The Cross of Christ" menyatakan bahwa kasih Tuhan yang dinyatakan di salib adalah bukti bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni. Melalui kasih Yesus, setiap orang bisa menemukan pengharapan baru dan hidup yang berlimpah.
Kesimpulan: Kasih dan Kebenaran yang Memulihkan
Yohanes 4:18 menunjukkan betapa besar kasih Yesus yang tidak terbatas, yang menembus segala penghalang sosial dan budaya untuk menyelamatkan mereka yang terhilang. Yesus tidak hanya mengungkap dosa wanita Samaria tetapi juga menawarkan pengampunan dan pembaruan. Percakapan ini mengajarkan kita tentang kasih yang penuh belas kasihan, pertobatan yang sejati, dan pentingnya hidup sebagai saksi bagi dunia.
Baca Juga: Yohanes 4:17: Makna dari Pernyataan Aku Tidak Punya Suami
Para teolog seperti D.A. Carson, John Piper, dan Richard Foster menekankan bahwa kasih Tuhan mampu mengubah hidup kita ketika kita datang kepada-Nya dengan hati yang terbuka. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran, mengasihi sesama, dan menjadi saksi yang membawa kabar baik tentang pengampunan dan hidup yang kekal.
Dengan demikian, mari kita berkomitmen untuk hidup dalam kasih Tuhan dan membagikan kasih tersebut kepada dunia di sekitar kita.