Yohanes 4:9: Mengapa Engkau Bertanya Kepadaku?
Dalam kisah Yesus dengan perempuan Samaria di Yohanes 4:9, terjadi percakapan yang berawal dari satu pertanyaan sederhana namun penuh makna. Ketika Yesus meminta air kepada perempuan Samaria, dia menjawab dengan keheranan: "Mengapa Engkau, seorang Yahudi, meminta minum kepadaku, seorang Samaria?" Pertanyaan ini menggambarkan betapa pertemuan mereka melampaui batasan sosial, budaya, dan bahkan batasan gender pada zaman itu. Interaksi ini bukan hanya percakapan biasa, tetapi mengandung makna rohani yang dalam tentang kasih, penerimaan, dan keselamatan yang universal.
Para teolog seperti John Calvin, William Barclay, dan N.T. Wright telah membahas peristiwa ini dari perspektif teologis, menunjukkan bagaimana permintaan sederhana dari Yesus menjadi simbol dari kasih Allah yang melampaui segala batasan. Dalam artikel ini, kita akan menyelami makna teologis dari pertanyaan “Mengapa Engkau meminta kepadaku?” serta pesan mendalam yang bisa kita ambil
dari percakapan tersebut.
1. Konteks Sejarah dan Budaya: Ketegangan Yahudi-Samaria
Pertanyaan perempuan Samaria ini muncul dari perpecahan dan ketegangan historis antara orang Yahudi dan Samaria. Orang Yahudi menganggap orang Samaria sebagai bangsa yang terpisah secara etnis dan agama, dan mereka menghindari kontak langsung dengan mereka. Banyak orang Yahudi pada saat itu bahkan tidak ingin menginjakkan kaki di wilayah Samaria, apalagi minum dari wadah yang digunakan oleh orang Samaria.
N.T. Wright, dalam bukunya "Simply Jesus," menjelaskan bahwa interaksi Yesus dengan perempuan Samaria merupakan langkah radikal yang menunjukkan kasih Allah yang tidak terbatas oleh perbedaan etnis atau status sosial. Dengan meminta air kepada perempuan tersebut, Yesus meruntuhkan batasan-batasan sosial dan membuka jalan bagi percakapan yang akan membawa perubahan besar dalam hidup perempuan tersebut. Wright menekankan bahwa kasih Allah tidak membeda-bedakan, dan Yesus menunjukkan bahwa kasih karunia-Nya ditawarkan kepada semua orang, tanpa memandang latar belakang.
Dalam Lukas 10:33, Yesus juga menggunakan perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati untuk menekankan kasih yang melampaui batasan etnis dan sosial. Dengan berbicara kepada perempuan Samaria, Yesus mengajarkan bahwa kasih Allah tidak mengenal batasan, dan keselamatan Allah adalah untuk semua bangsa.
2. Mengapa Engkau Meminta Kepadaku? Permintaan Yesus yang Tidak Terduga
Permintaan Yesus untuk minum air dari perempuan Samaria menimbulkan pertanyaan dari perempuan tersebut karena hal itu sangat tidak biasa. Bagi orang Samaria, orang Yahudi tidak pernah meminta sesuatu dari mereka, apalagi hal yang dianggap intim seperti minum dari wadah yang sama. Dalam pandangan perempuan Samaria, permintaan ini bukan hanya mengejutkan tetapi juga sulit dipahami.
William Barclay, dalam "The Daily Study Bible Series," menyebutkan bahwa permintaan Yesus adalah cara untuk menunjukkan kepada perempuan itu bahwa hubungan dengan Allah tidak tergantung pada status atau posisi sosial, melainkan pada keinginan Allah untuk menjalin hubungan dengan setiap orang. Barclay menegaskan bahwa dalam permintaan-Nya, Yesus memberikan pesan bahwa semua orang, termasuk orang Samaria yang dianggap rendah oleh orang Yahudi, memiliki tempat di dalam hati Allah.
Dalam Efesus 2:14, Paulus menulis, "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan." Yesus meruntuhkan tembok pemisah antara Yahudi dan Samaria melalui interaksi ini, menunjukkan bahwa kasih dan pengampunan-Nya melampaui segala perbedaan.
3. Yesus Sebagai Air Hidup: Menawarkan Kepuasan Rohani yang Sejati
Percakapan antara Yesus dan perempuan Samaria kemudian berkembang menjadi pengajaran tentang air hidup. Setelah perempuan itu bertanya, Yesus menjelaskan bahwa jika dia mengetahui siapa yang meminta air darinya, maka dia akan meminta “air hidup” yang dapat memuaskan dahaga rohani. Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Sumber Kehidupan, yang dapat memberikan kepuasan abadi bagi jiwa yang haus akan kasih karunia dan kebenaran Allah.
John Calvin, dalam komentarnya tentang Yohanes, menegaskan bahwa air hidup yang ditawarkan Yesus adalah Roh Kudus, yang memberikan kehidupan kekal dan memuaskan setiap kebutuhan rohani. Calvin menjelaskan bahwa kasih karunia Allah bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh dari usaha manusia, tetapi pemberian dari Allah yang membawa sukacita dan pengharapan. Dengan menawarkan air hidup, Yesus menunjukkan bahwa Dia adalah jalan menuju keselamatan dan kehidupan kekal.
Dalam Yesaya 55:1, Allah berkata, "Hai, semua orang yang haus, marilah dan minumlah air!" Yesus menggenapi janji ini dengan menawarkan air hidup kepada perempuan Samaria. Ini adalah ajakan kepada setiap orang yang merasa haus secara rohani untuk datang kepada-Nya dan menerima hidup yang penuh sukacita.
4. Penerimaan yang Tanpa Syarat: Kasih Allah bagi Semua Orang
Tindakan Yesus meminta minum dari perempuan Samaria adalah simbol dari penerimaan Allah yang tanpa syarat. Dia tidak menolak perempuan itu karena latar belakangnya atau dosa-dosanya. Bahkan ketika perempuan itu dianggap "tidak layak" oleh masyarakat, Yesus menerima dan menawarkan kasih karunia kepada-Nya.
Dietrich Bonhoeffer, dalam bukunya "Life Together," menekankan bahwa penerimaan tanpa syarat adalah dasar dari kasih Allah. Allah tidak menunggu kita untuk menjadi sempurna sebelum Dia menerima kita. Kasih dan penerimaan Allah adalah kasih yang merangkul bahkan mereka yang dianggap terbuang. Bonhoeffer menyatakan bahwa kasih Allah adalah kasih yang mendekat, bukan yang menuntut jarak.
Roma 5:8 menggambarkan kasih Allah dengan jelas, "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa." Pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria adalah bukti dari kasih yang rela mendekati dan mengampuni, bahkan bagi mereka yang paling terpinggirkan.
5. Pengampunan dan Transformasi: Kasih Karunia yang Mengubah Hidup
Dalam pertemuan ini, perempuan Samaria tidak hanya diberikan pengajaran tentang air hidup, tetapi juga mengalami transformasi rohani. Dia yang semula merasa dirinya sebagai seseorang yang tidak layak diterima, kini diundang untuk berpartisipasi dalam kasih karunia Allah. Percakapan dengan Yesus mengubah hidupnya, dan dia kemudian menjadi saksi bagi orang-orang di desanya.
Timothy Keller, dalam bukunya "The Prodigal God," menjelaskan bahwa kasih karunia Allah bukan hanya membawa pengampunan tetapi juga perubahan hidup yang sejati. Menurut Keller, setiap orang yang menerima kasih karunia Allah akan mengalami transformasi yang mengubah perspektif dan tujuan hidup mereka. Perempuan Samaria yang semula dianggap sebagai orang berdosa kini menjadi saksi Injil bagi desanya, menunjukkan bagaimana kasih karunia Allah bekerja secara transformatif.
Dalam 2 Korintus 5:17, Paulus berkata, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." Transformasi yang dialami perempuan Samaria adalah bukti nyata dari perubahan yang dihasilkan oleh kasih karunia Allah, membawa hidup baru bagi mereka yang percaya.
6. Panggilan untuk Melayani Sesama: Mengapa Engkau Meminta kepada-Ku?
Pertanyaan perempuan Samaria, "Mengapa Engkau meminta kepadaku?" juga mengajarkan kita tentang panggilan untuk melayani sesama dengan penuh kasih. Yesus tidak hanya menawarkan air hidup, tetapi juga menunjukkan bahwa setiap orang, termasuk perempuan Samaria, memiliki nilai dan martabat di mata Allah.
Mother Teresa pernah berkata bahwa dalam setiap orang yang membutuhkan, kita melihat wajah Yesus. Panggilan untuk melayani sesama adalah panggilan untuk melihat setiap orang sebagai citra Allah yang layak dihormati dan diberi kasih. Tindakan Yesus meminta air adalah undangan bagi kita untuk melihat setiap orang dengan kasih dan menghormati mereka.
Matius 25:40 menekankan prinsip ini, "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." Tindakan sederhana untuk melayani orang lain adalah tindakan yang mencerminkan kasih Yesus, yang melampaui batasan sosial dan melibatkan kita dalam misi kasih Allah.
7. Pesan Keselamatan yang Universal: Injil untuk Semua Bangsa
Pertanyaan perempuan Samaria "Mengapa Engkau meminta kepadaku?" menyiratkan keheranannya bahwa Yesus, seorang Yahudi, ingin berinteraksi dengannya, seorang Samaria. Pertemuan ini menunjukkan bahwa Injil adalah berita keselamatan untuk semua bangsa dan bukan hanya untuk orang Yahudi.
John Stott, dalam bukunya "The Cross of Christ," menegaskan bahwa kasih Allah tidak eksklusif untuk satu kelompok tetapi mencakup seluruh umat manusia. Dalam pertemuan ini, Yesus mengajarkan bahwa keselamatan adalah untuk semua orang, tanpa memandang latar belakang, ras, atau status sosial. Stott menjelaskan bahwa salib Kristus adalah pusat dari kasih Allah yang universal, dan Injil ditawarkan kepada setiap orang yang ingin menerimanya.
Wahyu 7:9 memberikan gambaran tentang kasih Allah yang universal, "Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa." Pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria menggambarkan kasih Allah yang mencakup seluruh umat manusia, mengundang setiap orang untuk datang kepada-Nya dan menerima hidup kekal.
Kesimpulan
Kisah di Yohanes 4:9 tentang Yesus dan perempuan Samaria membawa pesan yang sangat kaya tentang kasih, penerimaan, dan keselamatan yang universal. Pertanyaan perempuan Samaria, "Mengapa Engkau meminta kepadaku?" menggambarkan kejutan dan keheranannya atas kasih Allah yang begitu luas, yang melampaui batasan etnis, sosial, dan gender. Para teolog seperti John Calvin, William Barclay, N.T. Wright, dan John Stott menunjukkan bahwa peristiwa ini adalah simbol dari kasih Allah yang tidak terbatas dan kasih karunia yang ditawarkan kepada setiap orang, termasuk mereka yang dianggap rendah oleh standar dunia.
Baca Juga: Yohanes 4:7-8: Berilah Aku Minum - Yesus dan Permintaan di Sumur
Yesus menunjukkan bahwa kasih Allah adalah kasih yang mendekat, yang tidak mengenal batas, dan yang memberikan kehidupan kekal kepada semua orang yang datang kepada-Nya. Dengan menawarkan “air hidup,” Yesus membuka pintu keselamatan bagi perempuan Samaria dan semua orang yang haus secara rohani. Kisah ini mengingatkan kita untuk melihat setiap orang sebagai citra Allah yang layak dihormati dan dicintai, dan untuk mengajak setiap orang untuk datang kepada Yesus, Sumber Kehidupan sejati.
Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk hidup dalam kasih yang melampaui batasan, melayani sesama dengan tulus, dan menjadi saksi dari kasih karunia Allah yang universal. Melalui kisah ini, kita dapat melihat bagaimana Tuhan ingin setiap orang mengalami kasih-Nya yang abadi, yang membawa pengampunan, keselamatan, dan hidup yang baru.