Kekaguman terhadap Keagungan Allah

Pendahuluan:

Kekaguman (admiration) adalah emosi yang mendalam, suatu perasaan hormat, takjub, dan kagum terhadap sesuatu yang dianggap luar biasa. Dalam konteks teologi, kekaguman sering diarahkan kepada Allah, Pencipta alam semesta, dan karya-Nya yang agung. Alkitab penuh dengan seruan untuk 
mengagumi Allah, baik karena sifat-sifat-Nya yang kudus maupun karya-Nya yang menyelamatkan.

Kekaguman terhadap Keagungan Allah
Artikel ini akan menguraikan konsep kekaguman terhadap Allah, dasar Alkitabiah, pandangan para pakar teologi, dan bagaimana kekaguman ini dapat diterapkan dalam kehidupan Kristen sehari-hari.

Kekaguman dalam Perspektif Alkitab

1. Kekaguman terhadap Keagungan Allah

Kekaguman terhadap Allah dimulai dengan pengakuan akan sifat-sifat-Nya yang unik: kekudusan, keadilan, kasih, dan kebesaran.

  • Mazmur 8:4-5:“Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”

Pemazmur menunjukkan rasa kagum terhadap kebesaran Allah yang mengatur seluruh ciptaan, namun tetap peduli kepada manusia.

Pandangan Teologis:

  • John Calvin: Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menulis bahwa penciptaan adalah “teater kemuliaan Allah” yang mengundang manusia untuk mengagumi Dia.
  • Jonathan Edwards: Kekaguman terhadap Allah adalah respon alamiah manusia ketika mereka memahami kemuliaan dan keindahan sifat Allah.

2. Kekaguman terhadap Karya Penebusan Allah

Karya penebusan Allah dalam Yesus Kristus adalah alasan utama untuk kekaguman orang percaya. Melalui kematian dan kebangkitan Kristus, Allah menyatakan kasih dan keadilan-Nya.

  • Roma 5:8:“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”

Pandangan Teologis:

  • Charles Spurgeon: Spurgeon menyebut salib sebagai “puncak kemuliaan Allah” yang membuat manusia terpesona oleh kasih karunia-Nya.
  • R.C. Sproul: Kekaguman terhadap karya salib seharusnya menggerakkan hati manusia untuk hidup dalam penyembahan dan ketaatan.

3. Kekaguman dalam Penyembahan

Kekaguman terhadap Allah sering diekspresikan melalui penyembahan, baik secara pribadi maupun bersama.

  • Mazmur 95:6-7:“Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya.”

Penyembahan adalah respons langsung dari kekaguman manusia terhadap Allah.

Pandangan Teologis:

  • A.W. Tozer: Dalam bukunya The Knowledge of the Holy, Tozer menulis bahwa penyembahan sejati lahir dari pengenalan akan Allah yang menghasilkan rasa kagum.
  • Dietrich Bonhoeffer: Penyembahan adalah momen ketika manusia mengalihkan fokusnya dari diri sendiri kepada Allah yang layak menerima segala pujian.

Karakteristik Kekaguman terhadap Allah

1. Kekaguman yang Rendah Hati

Kekaguman terhadap Allah membawa manusia kepada kerendahan hati, menyadari keterbatasan mereka di hadapan Allah yang tak terbatas.

  • Yesaya 6:5: “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yaitu TUHAN semesta alam.”

Yesaya menunjukkan bagaimana kekaguman terhadap Allah yang kudus membawa pengakuan akan dosa dan ketidaklayakan.

2. Kekaguman yang Menuntun kepada Ketaatan

Kekaguman sejati terhadap Allah tidak berhenti pada perasaan, tetapi menuntun kepada ketaatan dan kehidupan yang memuliakan Dia.

  • Pengkhotbah 12:13:“Akhir kata dari segala yang didengar ialah: Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.”

3. Kekaguman yang Berakar pada Kasih

Kekaguman terhadap Allah tidak hanya didasarkan pada kekuatan-Nya, tetapi juga pada kasih-Nya yang tak terbatas.

  • 1 Yohanes 4:19:“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”

Kekaguman dan Kehidupan Kristen

1. Kekaguman dalam Doa

Doa adalah tempat di mana kekaguman terhadap Allah diekspresikan. Orang percaya dipanggil untuk mengagumi Allah dalam doa mereka dengan mengakui sifat-sifat-Nya yang agung.

Aplikasi:

  • Mulailah doa Anda dengan memuji Allah untuk kebesaran-Nya dan karya-Nya dalam hidup Anda.
  • Renungkan ayat-ayat Alkitab yang menunjukkan sifat Allah untuk menginspirasi rasa kagum.

2. Kekaguman dalam Kehidupan Sehari-Hari

Kekaguman terhadap Allah seharusnya memengaruhi cara hidup orang percaya, termasuk dalam pekerjaan, keluarga, dan hubungan sosial.

Aplikasi:

  • Pandanglah pekerjaan Anda sebagai bentuk ibadah yang memuliakan Allah.
  • Bersikaplah penuh kasih kepada sesama sebagai cerminan kasih Allah.

3. Kekaguman yang Menggerakkan Penginjilan

Ketika orang percaya mengagumi Allah, mereka terdorong untuk membagikan kasih dan kebenaran-Nya kepada orang lain.

Aplikasi:

  • Bagikan kesaksian tentang bagaimana Allah telah bekerja dalam hidup Anda.
  • Dukung misi penginjilan melalui doa dan tindakan nyata.

Pandangan Pakar Teologi tentang Kekaguman

1. A.W. Tozer: Kekaguman sebagai Esensi Penyembahan

Tozer menulis bahwa penyembahan yang sejati tidak mungkin tanpa rasa kagum yang mendalam terhadap Allah. Kekaguman ini, katanya, adalah hasil dari pengenalan yang mendalam tentang sifat Allah.

2. John Piper: Kekaguman sebagai Sukacita dalam Allah

Dalam bukunya Desiring God, Piper menekankan bahwa manusia diciptakan untuk menikmati Allah, dan rasa kagum adalah bagian dari sukacita ini.

3. C.S. Lewis: Kekaguman sebagai Respon terhadap Keindahan Ilahi

Lewis menulis bahwa kekaguman terhadap Allah sering kali dipicu oleh keindahan ciptaan-Nya, yang mengarahkan hati manusia kepada Sang Pencipta.

Kesimpulan

Kekaguman terhadap Allah adalah respons alami manusia terhadap keagungan, kasih, dan karya-Nya. Kekaguman ini membawa kita kepada penyembahan, ketaatan, dan kehidupan yang memuliakan Allah.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk terus mengagumi Allah melalui doa, penyembahan, dan kehidupan sehari-hari. Melalui kekaguman ini, kita tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga menjadi saksi bagi dunia tentang kebesaran dan kasih-Nya. “Sebab dari pada-Nya dan oleh-Nya dan kepada-Nya adalah segala sesuatu. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11:36).

Next Post Previous Post