Yesus sebagai Pengantara Perjanjian Baru: Ibrani 8:6
"Namun sekarang, Ia telah mendapatkan pelayanan yang jauh lebih mulia, karena Ia adalah Pengantara dari perjanjian yang lebih baik, yang didasarkan pada janji-janji yang lebih baik." (Ibrani 8:6, AYT).
Ibrani 8:6 adalah salah satu ayat penting dalam Kitab Ibrani yang menegaskan keunggulan pelayanan Yesus Kristus sebagai Imam Besar dalam Perjanjian Baru. Ayat ini menguraikan tiga aspek utama: pelayanan yang lebih mulia, Yesus sebagai Pengantara, dan dasar dari Perjanjian Baru yang didasarkan
pada janji-janji yang lebih baik.
1. Konteks Ibrani 8:6
Kitab Ibrani ditulis untuk jemaat Yahudi Kristen yang sedang menghadapi tekanan untuk kembali ke sistem Perjanjian Lama. Penulis menekankan keunggulan Kristus atas semua aspek Perjanjian Lama, termasuk para imam, kurban, dan hukum Taurat. Dalam pasal 8, fokusnya adalah pada keunggulan Perjanjian Baru dibandingkan Perjanjian Lama.
Ayat 6 menandai puncak argumen bahwa Yesus memiliki pelayanan yang lebih mulia dibandingkan para imam Lewi karena Dia adalah Pengantara Perjanjian Baru, yang didasarkan pada janji-janji yang lebih baik.
2. Pelayanan yang Lebih Mulia
"Namun sekarang, Ia telah mendapatkan pelayanan yang jauh lebih mulia..."
Penulis Ibrani menggunakan kata "lebih mulia" (kreitton dalam bahasa Yunani) untuk menunjukkan bahwa pelayanan Yesus melampaui segala pelayanan imam dalam Perjanjian Lama.
Perbandingan dengan Pelayanan Perjanjian Lama
- Imam Perjanjian Lama: Pelayanan mereka terbatas pada Kemah Suci atau Bait Allah yang dibangun oleh manusia. Mereka mempersembahkan kurban binatang yang harus diulang-ulang karena tidak dapat menghapus dosa sepenuhnya.
- Yesus sebagai Imam Besar: Pelayanan-Nya terjadi di Kemah Suci surgawi (Ibrani 8:2) dan melibatkan kurban yang sempurna, yaitu diri-Nya sendiri, yang hanya perlu dipersembahkan sekali untuk selama-lamanya (Ibrani 9:12).
Pandangan Pakar:
- Leon Morris menyatakan bahwa pelayanan Yesus lebih mulia karena sifatnya kekal, tidak terbatas oleh waktu dan ruang, serta memberikan penebusan dosa yang sempurna.
- William Lane mencatat bahwa pelayanan Yesus tidak hanya melampaui secara kualitas tetapi juga secara efektivitas karena benar-benar membawa pengampunan dan pendamaian dengan Allah.
Aplikasi Teologis:
Pelayanan Yesus menunjukkan bahwa manusia tidak lagi memerlukan sistem kurban yang berulang-ulang, karena Yesus telah menggenapi semua tuntutan hukum dan menyediakan jalan masuk langsung kepada Allah.
3. Yesus sebagai Pengantara
"...karena Ia adalah Pengantara dari perjanjian yang lebih baik..."
Yesus disebut sebagai Pengantara (mesites dalam bahasa Yunani), yang berarti perantara atau penghubung antara Allah dan manusia. Dalam Perjanjian Lama, imam-imam Lewi bertindak sebagai perantara, tetapi mereka tidak dapat membawa pendamaian penuh karena keterbatasan kurban yang mereka persembahkan.
Pengantara dalam Perjanjian Lama vs. Yesus sebagai Pengantara
- Imam Perjanjian Lama: Mereka hanya menjadi penghubung sementara, mempersembahkan kurban yang tidak sempurna.
- Yesus: Sebagai Pengantara Perjanjian Baru, Yesus tidak hanya menjadi perantara tetapi juga menjadi kurban itu sendiri. Dia adalah jalan satu-satunya menuju Allah (Yohanes 14:6).
Pandangan Pakar:
- John Calvin menegaskan bahwa Yesus sebagai Pengantara adalah inti dari Injil. Melalui pelayanan-Nya, Yesus menghapus penghalang dosa yang memisahkan manusia dari Allah.
- R.C. Sproul menyebutkan bahwa Yesus tidak hanya menjadi perantara tetapi juga memberikan akses langsung kepada Allah, yang sebelumnya tidak dimungkinkan melalui sistem keimaman Perjanjian Lama.
Aplikasi Teologis:
Yesus sebagai Pengantara mengingatkan orang percaya bahwa keselamatan hanya ditemukan di dalam Dia. Tidak ada jalan lain untuk berdamai dengan Allah selain melalui Kristus.
4. Perjanjian yang Lebih Baik
"...yang didasarkan pada janji-janji yang lebih baik."
Perjanjian Baru yang dimediasi oleh Yesus didasarkan pada janji-janji yang lebih baik dibandingkan dengan Perjanjian Lama.
Perjanjian Lama vs. Perjanjian Baru
Perjanjian Lama:
- Didasarkan pada hukum Taurat.
- Bergantung pada ketaatan manusia yang tidak sempurna.
- Tidak dapat memberikan pengampunan dosa secara penuh.
Perjanjian Baru:
- Didasarkan pada kasih karunia Allah.
- Bergantung pada karya Kristus yang sempurna.
- Memberikan pengampunan dosa yang sempurna dan kehidupan kekal.
Janji-janji yang Lebih Baik:
Penulis Ibrani merujuk pada janji-janji yang disebutkan dalam nubuat Yeremia 31:31-34, di mana Allah berjanji untuk membuat perjanjian baru dengan umat-Nya. Janji-janji ini meliputi:
- Hukum Allah yang Ditulis di Hati: Bukan lagi hukum yang tertulis di atas batu, tetapi dalam hati umat-Nya.
- Hubungan yang Dekat dengan Allah: Allah akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Nya.
- Pengampunan Dosa yang Sempurna: Allah tidak akan lagi mengingat dosa mereka.
Pandangan Pakar:
- F.F. Bruce menyebutkan bahwa Perjanjian Baru adalah penggenapan dari janji-janji yang telah Allah berikan dalam Perjanjian Lama, yang sekarang diwujudkan melalui Yesus Kristus.
- Wayne Grudem mencatat bahwa janji-janji dalam Perjanjian Baru adalah dasar dari pengharapan Kristen, karena mereka memberikan kepastian keselamatan dan kehidupan kekal.
Aplikasi Teologis:
Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam keyakinan bahwa janji-janji Allah dalam Perjanjian Baru adalah pasti dan kekal.
5. Makna Teologis Ibrani 8:6
A. Keunggulan Kristus sebagai Imam Besar
Pelayanan Yesus sebagai Imam Besar menegaskan bahwa tidak ada sistem agama atau ritual manusia yang dapat menyamai keefektifan karya-Nya.
B. Hubungan Langsung dengan Allah
Melalui Yesus sebagai Pengantara, orang percaya memiliki akses langsung kepada Allah tanpa perlu perantara manusia lainnya.
C. Kasih Karunia yang Menyelamatkan
Perjanjian Baru didasarkan pada kasih karunia, bukan usaha manusia. Hal ini menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah yang diterima melalui iman.
6. Penerapan dalam Kehidupan Kristen
A. Percaya pada Karya Kristus yang Sempurna
Orang Kristen harus yakin bahwa keselamatan mereka sepenuhnya didasarkan pada karya Kristus. Tidak ada usaha manusia yang dapat menambah atau mengurangi keselamatan yang telah diberikan melalui Perjanjian Baru.
B. Hidup dalam Kepastian Janji Allah
Janji-janji dalam Perjanjian Baru memberikan pengharapan yang pasti. Orang percaya harus hidup dengan keyakinan bahwa Allah setia untuk memenuhi janji-Nya.
C. Menjalin Hubungan yang Dekat dengan Allah
Karena Perjanjian Baru memungkinkan hubungan yang intim dengan Allah, orang percaya dipanggil untuk memperdalam hubungan mereka dengan Allah melalui doa, pembacaan Firman, dan ibadah.
Kesimpulan
Ibrani 8:6 menegaskan bahwa Yesus adalah Pengantara Perjanjian Baru yang lebih baik, didasarkan pada janji-janji yang lebih mulia. Pelayanan-Nya melampaui semua pelayanan dalam Perjanjian Lama karena bersifat kekal, sempurna, dan efektif dalam membawa manusia kepada Allah.
Baca Juga: Pelayanan Kristus dalam Kemah Suci yang Sejati: Ibrani 8:2-5
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam terang kebenaran ini, menghormati karya Kristus yang sempurna, dan mempercayai janji-janji Allah yang tidak pernah gagal. Kiranya kita terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus sebagai Imam Besar kita, yang memediasi hubungan kita dengan Allah melalui Perjanjian Baru yang kekal.