Markus 11:12-14, 20-25: Pelajaran Iman dan Kehidupan dari Pohon Ara yang Dikutuk

 

Markus 11:12-14, 20-25: Pelajaran Iman dan Kehidupan dari Pohon Ara yang Dikutuk

Pendahuluan:

Peristiwa pohon ara yang dikutuk oleh Yesus dan pelajaran yang Ia ajarkan kepada murid-murid-Nya merupakan bagian yang unik dalam Injil Markus. Banyak pakar teologi, terutama dalam tradisi Reformed, melihat kisah ini tidak hanya sebagai mukjizat yang menunjukkan otoritas Yesus, tetapi juga sebagai ilustrasi simbolis tentang iman, doa, dan kehidupan rohani yang sejati.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi pandangan teologis tentang Markus 11:12-14 dan 20-25, membahas makna simbolisnya, aplikasinya bagi kehidupan iman, dan bagaimana ini berhubungan dengan panggilan untuk hidup berbuah bagi Allah.

1. Konteks Naratif dan Simbolis

Kisah pohon ara yang dikutuk terjadi dalam perjalanan Yesus ke Yerusalem, tepat sebelum Ia memasuki Bait Allah dan membersihkannya. Dr. William Lane, seorang ahli Injil Markus, menyebutkan bahwa peristiwa ini berfungsi sebagai tindakan simbolis untuk mengilustrasikan penghakiman atas ketidaksetiaan Israel.

Pohon ara dalam Perjanjian Lama sering digunakan sebagai simbol bangsa Israel (Hosea 9:10; Yeremia 24:1-10). Dengan tidak adanya buah pada pohon ara, Yesus menunjukkan kekecewaan-Nya terhadap ketidakberhasilan Israel dalam memenuhi panggilan mereka sebagai umat Allah yang seharusnya menghasilkan buah rohani.

2. Pelajaran tentang Iman

Ketika Petrus memperhatikan bahwa pohon ara telah kering, Yesus menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan tentang iman yang aktif. Dr. R.C. Sproul, seorang teolog Reformed, menekankan bahwa iman dalam Markus 11:22-24 bukanlah iman kepada kemampuan manusia, melainkan iman yang bergantung sepenuhnya kepada Allah yang berdaulat.

Yesus menyatakan bahwa dengan iman, hal yang tampaknya mustahil dapat terjadi. Namun, Sproul juga menyoroti bahwa iman tidak bekerja secara otomatis. Iman sejati melibatkan hubungan yang intim dengan Allah, kepercayaan kepada janji-Nya, dan ketaatan kepada kehendak-Nya.

3. Hubungan Antara Iman dan Doa

Yesus mengaitkan iman dengan doa dalam Markus 11:24. Ia mengajarkan bahwa doa yang efektif berasal dari keyakinan bahwa Allah mampu menjawab doa tersebut. Dr. Sinclair Ferguson, seorang teolog Reformed, menjelaskan bahwa doa yang penuh iman bukan sekadar meminta sesuatu kepada Allah, tetapi berakar pada pemahaman akan kehendak-Nya yang sempurna.

Ferguson juga mencatat bahwa iman dan doa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan rohani yang berbuah. Doa yang sejati berasal dari hati yang bersih, yang tercermin dalam pengampunan terhadap orang lain (Markus 11:25).

4. Pohon Ara dan Kehidupan Berbuah

Dalam tradisi Reformed, kisah pohon ara sering dikaitkan dengan kehidupan rohani yang tidak menghasilkan buah. John Calvin, dalam komentarnya, menyebutkan bahwa pohon ara yang berdaun tetapi tidak berbuah melambangkan kemunafikan—penampilan luar yang tampak religius tetapi tidak disertai dengan buah rohani yang sejati.

Calvin menekankan bahwa Allah tidak berkenan pada ibadah yang hanya formalitas. Kehidupan yang berbuah adalah hasil dari hubungan yang hidup dengan Kristus, yang merupakan pokok anggur sejati (Yohanes 15:5).

5. Penghakiman dan Kasih Karunia

Pohon ara yang dikutuk hingga kering melambangkan penghakiman ilahi. Dr. Michael Horton, seorang teolog Reformed, menyatakan bahwa peristiwa ini adalah pengingat akan keadilan Allah terhadap ketidaksetiaan dan kemunafikan. Namun, Horton juga menekankan bahwa di balik penghakiman ini terdapat undangan untuk bertobat dan kembali kepada Allah.

Dalam konteks Israel, penghakiman ini adalah peringatan tentang pentingnya menghasilkan buah rohani. Dalam terang Perjanjian Baru, kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus memberikan kesempatan bagi semua orang untuk bertobat dan hidup dalam kebenaran.

6. Aplikasi bagi Kehidupan Kristen

Markus 11:12-14 dan 20-25 mengajarkan prinsip-prinsip penting yang relevan bagi kehidupan iman:

A. Hidup Berbuah bagi Allah

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup yang menghasilkan buah rohani, seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, dan kebaikan (Galatia 5:22-23). Pohon ara yang tidak berbuah adalah peringatan untuk tidak hanya fokus pada penampilan luar, tetapi juga pada pertumbuhan iman yang sejati.

B. Iman yang Bergantung pada Allah

Yesus mengajarkan bahwa iman kepada Allah dapat memindahkan gunung. Ini mengingatkan kita untuk bersandar sepenuhnya pada kuasa dan kehendak Allah, terutama dalam menghadapi tantangan yang tampaknya mustahil.

C. Doa yang Efektif

Doa yang sejati adalah doa yang dipenuhi dengan iman, kepercayaan pada kehendak Allah, dan hati yang bersih. Mengampuni orang lain adalah bagian penting dari kehidupan doa, karena ini mencerminkan kasih dan pengampunan Allah dalam hidup kita.

7. Hubungan dengan Yesus sebagai Penggenapan

Dalam teologi Reformed, Markus 11:12-14 dan 20-25 dipahami dalam terang karya Yesus sebagai Mesias. Dr. G.K. Beale, seorang teolog biblika, menyatakan bahwa kutukan pohon ara adalah simbol dari penghakiman yang Yesus ambil atas diri-Nya sendiri di kayu salib.

Yesus, sebagai pokok anggur sejati, memampukan umat-Nya untuk menghasilkan buah yang sejati melalui hubungan dengan-Nya. Dalam Yohanes 15:5, Yesus berkata, "Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia akan berbuah banyak."

8. Penghiburan dalam Kehidupan yang Berbuah

Kisah ini tidak hanya menjadi peringatan tetapi juga memberikan penghiburan bagi orang percaya. Dr. Ligon Duncan, seorang teolog Reformed, menekankan bahwa Allah yang memanggil umat-Nya untuk berbuah adalah Allah yang juga memampukan mereka untuk melakukannya.

Melalui Roh Kudus, orang percaya diberi kuasa untuk hidup yang memuliakan Allah dan menghasilkan buah yang menyenangkan hati-Nya.

Kesimpulan Teologis

Markus 11:12-14 dan 20-25 adalah kisah yang penuh makna simbolis dan pelajaran rohani. Dalam tradisi Reformed, kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya hidup berbuah bagi Allah, iman yang teguh, dan doa yang sejati.

Yesus, sebagai Mesias dan pokok anggur sejati, memanggil umat-Nya untuk tinggal di dalam Dia agar hidup mereka menghasilkan buah rohani yang sejati. Penghakiman atas pohon ara adalah peringatan yang serius, tetapi kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus memberikan pengharapan dan kekuatan untuk hidup dalam iman dan ketaatan.

Kiranya kita hidup dengan iman yang teguh, menghasilkan buah yang memuliakan Allah, dan bertekun dalam doa yang efektif. Berdoalah agar Roh Kudus memimpin kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Next Post Previous Post