Matius 17:1-2: Kemuliaan Kristus yang Nyata dalam Peristiwa Transfigurasi

Matius 17:1-2: Kemuliaan Kristus yang Nyata dalam Peristiwa Transfigurasi

Pengantar:

“Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.” (Matius 17:1-2)

Peristiwa transfigurasi Yesus di atas gunung, sebagaimana dicatat dalam Matius 17:1-2, adalah salah satu momen penting dalam pelayanan Yesus di bumi. Ayat ini memperlihatkan kemuliaan Kristus yang sejati dan memberikan penghiburan serta kekuatan bagi para murid-Nya menjelang penderitaan dan salib yang akan Ia hadapi.

1. Konteks Matius 17:1-2: Dari Pengakuan Petrus Hingga Transfigurasi

Peristiwa transfigurasi terjadi setelah pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Matius 16:16). Yesus kemudian memberitahukan kepada para murid tentang penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya yang akan datang (Matius 16:21). Peristiwa ini menjadi pengingat bagi para murid tentang siapa Yesus sebenarnya: bukan hanya sebagai manusia, tetapi juga sebagai Anak Allah yang penuh kemuliaan.

Dalam komentarnya, John Calvin menyebutkan bahwa peristiwa transfigurasi merupakan penguatan iman bagi para murid yang akan menghadapi kegelapan salib. Melalui transfigurasi, mereka diperlihatkan kemuliaan Yesus sebagai jaminan bahwa penderitaan-Nya bukanlah akhir dari cerita, melainkan bagian dari rencana keselamatan Allah yang mulia.

2. Uraian Mendalam tentang Matius 17:1-2

a. “Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes”

Yesus memilih tiga murid-Nya yang paling dekat untuk menyaksikan peristiwa transfigurasi. Pemilihan ini mencerminkan pola dalam Kitab Suci di mana Allah sering memberikan wahyu khusus kepada kelompok kecil.

R.C. Sproul menekankan bahwa Petrus, Yakobus, dan Yohanes adalah saksi utama dari momen-momen penting dalam pelayanan Yesus, termasuk kebangkitan putri Yairus (Markus 5:37) dan doa Yesus di taman Getsemani (Matius 26:37). Kehadiran mereka dalam peristiwa transfigurasi adalah untuk memperkuat kesaksian mereka tentang kemuliaan Kristus.

b. “Naik ke sebuah gunung yang tinggi”

Gunung dalam Alkitab sering menjadi tempat pertemuan antara Allah dan manusia. Contohnya, Musa menerima hukum Taurat di Gunung Sinai (Keluaran 19), dan Elia mendengar suara Allah di Gunung Horeb (1 Raja-Raja 19:8-12).

Matthew Henry mencatat bahwa gunung yang tinggi ini melambangkan tempat yang terpisah dari dunia, di mana kemuliaan Allah dinyatakan. Gunung ini menjadi tempat kudus di mana para murid dapat melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya.

c. “Yesus berubah rupa di depan mata mereka”

Perubahan rupa Yesus menunjukkan kemuliaan ilahi-Nya yang selama ini tersembunyi dalam tubuh manusia. Wajah-Nya bercahaya seperti matahari, dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar.

Calvin menjelaskan bahwa transfigurasi adalah momen ketika kemuliaan ilahi Yesus dinyatakan secara penuh, memberikan gambaran tentang kondisi mulia-Nya setelah kebangkitan. Ini adalah bukti bahwa Yesus bukan hanya manusia, tetapi juga Allah yang menjelma.

d. “Wajah-Nya bercahaya seperti matahari”

Wajah Yesus yang bercahaya melambangkan kekudusan dan kemuliaan Allah. Dalam Perjanjian Lama, Musa mengalami kemuliaan Allah di Gunung Sinai sehingga wajahnya bercahaya (Keluaran 34:29-35). Namun, kemuliaan Yesus jauh melampaui kemuliaan Musa, karena itu adalah kemuliaan-Nya sendiri sebagai Anak Allah.

R.C. Sproul menekankan bahwa cahaya dalam peristiwa transfigurasi mencerminkan karakter Yesus sebagai terang dunia (Yohanes 8:12). Kemuliaan ini juga menunjukkan Yesus sebagai penggenapan hukum Taurat dan para nabi.

e. “Pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang”

Pakaian Yesus yang putih bersinar melambangkan kekudusan yang sempurna. Charles Spurgeon mencatat bahwa pakaian putih ini menunjukkan keagungan Yesus sebagai Raja yang kudus. Ini adalah gambaran Kristus yang mulia yang akan datang kembali sebagai Hakim dan Raja.

3. Pandangan Pakar Teologi tentang Transfigurasi

a. John Calvin

Calvin menekankan bahwa transfigurasi adalah wahyu khusus yang menguatkan iman para murid. Ia melihat peristiwa ini sebagai bukti keilahian Yesus dan jaminan pengharapan akan kemuliaan-Nya.

b. R.C. Sproul

Sproul menyoroti pentingnya transfigurasi sebagai momen ketika kemuliaan Kristus dinyatakan sepenuhnya. Ia menghubungkan peristiwa ini dengan penggenapan janji-janji Perjanjian Lama.

c. Charles Spurgeon

Spurgeon menggambarkan transfigurasi sebagai momen yang mengingatkan kita akan kasih dan kekudusan Kristus. Ia menekankan bahwa peristiwa ini memberikan penghiburan dan kekuatan bagi orang percaya.

Kesimpulan

Peristiwa transfigurasi Yesus dalam Matius 17:1-2 adalah momen yang luar biasa di mana kemuliaan Kristus dinyatakan kepada para murid. Ini adalah bukti keilahian Yesus, penggenapan hukum Taurat dan para nabi, serta penghiburan bagi para murid menjelang salib.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam pengharapan akan kemuliaan Kristus, mencerminkan terang-Nya, dan membangun komunitas yang memuliakan Allah. Kiranya melalui perenungan tentang peristiwa transfigurasi ini, iman kita dikuatkan dan hati kita dipenuhi oleh kasih dan kekaguman kepada Kristus yang mulia.

Next Post Previous Post