Panggilan bagi Orang Berdosa: Lukas 5:32

Panggilan bagi Orang Berdosa: Lukas 5:32

"Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi untuk memanggil orang-orang berdosa supaya mereka bertobat." (Lukas 5:32, AYT)

Pendahuluan:

Lukas 5:32 adalah salah satu pernyataan Yesus yang paling jelas tentang tujuan kedatangan-Nya ke dunia. Ayat ini menegaskan misi penyelamatan Yesus yang ditujukan kepada orang-orang berdosa, bukan kepada mereka yang merasa diri mereka benar. Ajaran ini bukan hanya menyingkapkan kasih dan belas kasihan Allah, tetapi juga menantang pandangan yang salah tentang siapa yang layak menerima keselamatan.

Dalam artikel ini, kita akan mendalami makna Lukas 5:32, mengeksplorasi pandangan para teolog Reformed, dan membahas implikasi praktisnya dalam kehidupan Kristen modern.

A. Konteks Lukas 5:32

Latar Belakang

Lukas 5:32 muncul dalam konteks pemanggilan Lewi (Matius), seorang pemungut cukai. Yesus memanggil Lewi untuk mengikut-Nya, dan sebagai respons, Lewi mengadakan perjamuan besar di rumahnya. Dalam perjamuan itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa hadir bersama Yesus.

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memprotes bahwa Yesus makan bersama orang-orang berdosa, suatu tindakan yang dianggap tidak pantas oleh standar mereka. Yesus menjawab dengan pernyataan yang kuat dalam Lukas 5:31-32, menegaskan bahwa Ia datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa, bukan mereka yang merasa diri mereka benar.

B. Penjelasan Mendalam Lukas 5:32

1. "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar"

Bagian pertama ayat ini menyatakan siapa yang tidak menjadi sasaran utama misi Yesus. Kata "orang benar" dalam konteks ini merujuk pada mereka yang menganggap diri mereka tidak membutuhkan penyelamatan.

John Calvin menjelaskan bahwa Yesus tidak mengatakan ada orang yang benar secara absolut, melainkan mengkritik orang-orang Farisi yang mengandalkan kebenaran diri sendiri. "Mereka yang merasa tidak membutuhkan kasih karunia Allah akan menolak panggilan-Nya," tulis Calvin.

Yesus menyingkapkan bahwa sikap sombong rohani menghalangi seseorang untuk menerima keselamatan. Dalam pengertian ini, tidak ada yang benar di hadapan Allah (Roma 3:10), dan semua orang membutuhkan panggilan untuk bertobat.

2. "Tetapi untuk memanggil orang-orang berdosa"

Bagian ini menyoroti tujuan utama Yesus: memanggil orang-orang berdosa. Istilah "berdosa" merujuk pada mereka yang menyadari bahwa mereka telah melanggar hukum Allah dan membutuhkan pengampunan.

R.C. Sproul menekankan bahwa panggilan Yesus kepada orang berdosa adalah bukti kasih karunia Allah. "Allah, dalam belas kasihan-Nya, tidak menunggu kita untuk datang kepada-Nya, tetapi Ia datang mencari kita," kata Sproul.

Yesus adalah gembala yang mencari domba yang hilang (Lukas 15:4-7), dan kasih-Nya melampaui batasan sosial atau moral yang ditetapkan manusia.

3. "Supaya mereka bertobat"

Pertobatan adalah inti dari misi Yesus. Pertobatan melibatkan pengakuan dosa, penyesalan, dan perubahan hidup yang sejati. Dalam teologi Reformed, pertobatan dipahami sebagai hasil dari karya Roh Kudus dalam hati manusia.

Jonathan Edwards, seorang teolog Reformed, menggambarkan pertobatan sebagai "transformasi hati oleh kasih karunia Allah, di mana manusia berbalik dari dosa kepada Allah." Pertobatan bukan hanya perubahan perilaku, tetapi perubahan hati yang mendalam.

C. Perspektif Teologi Reformed tentang Lukas 5:32

1. Keselamatan oleh Kasih Karunia

Teologi Reformed menekankan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah semata, bukan hasil usaha manusia. Efesus 2:8-9 dengan jelas menyatakan bahwa keselamatan adalah pemberian Allah.

John Calvin menulis, "Allah tidak memanggil kita berdasarkan kelayakan kita, tetapi berdasarkan kasih karunia-Nya. Tidak ada yang dapat membanggakan diri di hadapan Allah."

Yesus memanggil orang berdosa bukan karena mereka layak, tetapi karena kasih karunia Allah yang melampaui semua dosa.

2. Pertobatan sebagai Karunia Allah

Dalam pandangan Reformed, pertobatan adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus dalam hati manusia. Manusia yang berdosa tidak dapat bertobat dengan kekuatannya sendiri karena dosa telah merusak hati dan pikiran mereka.

R.C. Sproul menegaskan bahwa pertobatan adalah bukti dari anugerah yang tidak dapat ditolak (irresistible grace). "Ketika Allah memanggil seseorang kepada pertobatan, kasih karunia-Nya bekerja secara efektif untuk mengubah hati mereka," katanya.

3. Kritik terhadap Kesombongan Rohani

Teologi Reformed juga menyoroti bahaya kesombongan rohani. Orang Farisi dalam Lukas 5:32 adalah contoh dari mereka yang mengandalkan kebenaran diri sendiri. Sikap ini menghalangi mereka untuk melihat kebutuhan mereka akan kasih karunia Allah.

Jonathan Edwards menggambarkan kesombongan rohani sebagai "musuh terbesar dari pertobatan sejati." Ia berkata, "Hanya mereka yang rendah hati yang dapat menerima panggilan Allah."

Kesimpulan

Lukas 5:32 adalah pernyataan Yesus yang menegaskan misi-Nya untuk memanggil orang berdosa kepada pertobatan. Ayat ini menunjukkan kasih Allah yang besar, yang mencari dan menyelamatkan mereka yang terhilang.

Para teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, dan Jonathan Edwards menekankan bahwa keselamatan adalah hasil dari kasih karunia Allah, bukan usaha manusia. Pertobatan adalah bukti dari karya Roh Kudus dalam hati manusia, membawa mereka dari kegelapan menuju terang keselamatan.

Dalam dunia modern, pesan Lukas 5:32 tetap relevan. Kita dipanggil untuk mengakui kebutuhan kita akan kasih karunia Allah, merangkul orang berdosa dengan kasih, dan hidup dalam pertobatan yang terus-menerus. Marilah kita hidup sesuai dengan teladan Kristus, yang datang bukan untuk orang benar, tetapi untuk menyelamatkan orang berdosa.

Next Post Previous Post