1 Korintus 14:29-31: Tata Cara yang Benar dalam Karunia Nubuat dan Wahyu
Pendahuluan:
Dalam 1 Korintus 14:29-31, Rasul Paulus memberikan arahan tentang bagaimana karunia nubuat dan wahyu harus digunakan dalam ibadah gereja. Ia menekankan bahwa karunia ini harus digunakan dengan tertib, agar jemaat dibangun dan Tuhan dipermuliakan.
Banyak gereja pada masa kini masih menghadapi tantangan dalam penggunaan karunia rohani, terutama nubuat dan wahyu. Teologi Reformed memberikan dasar kuat dalam memahami bagian ini, dengan menekankan otoritas Alkitab, ketertiban dalam ibadah, dan kehendak Allah dalam pewahyuan-Nya.
Artikel ini akan membahas 1 Korintus 14:29-31 berdasarkan pandangan beberapa pakar teologi Reformasi, menggali konteks historis, makna teologis, serta aplikasinya bagi gereja masa kini.
Berikut adalah teks 1 Korintus 14:29-31 dalam Alkitab Yang Terbuka (AYT):29 "Mengenai nabi-nabi, biarlah dua atau tiga orang berbicara dan yang lain menilai."30 "Namun, jika ada pewahyuan yang diberikan kepada orang lain yang duduk di sana, orang pertama harus berhenti berbicara."31 "Sebab, kamu semua dapat bernubuat satu per satu supaya semua dapat belajar dan semua mendapat dorongan."
Konteks 1 Korintus 14:29-31
1. Jemaat Korintus dan Penyalahgunaan Karunia Rohani
Gereja di Korintus memiliki banyak penyimpangan dalam penggunaan karunia rohani, terutama dalam nubuat dan bahasa roh. Paulus menulis surat ini untuk:
- Mengoreksi penyalahgunaan karunia dalam ibadah jemaat.
- Menekankan pentingnya ketertiban dalam ibadah gereja (1 Korintus 14:33).
- Mengarahkan jemaat agar memahami tujuan utama karunia rohani, yaitu untuk membangun tubuh Kristus, bukan demi kepentingan pribadi.
John Calvin menekankan bahwa tujuan karunia rohani bukan untuk pameran, tetapi untuk membangun jemaat. Ia menulis:"Gereja bukanlah tempat untuk kekacauan dan kebingungan, tetapi untuk pertumbuhan dalam firman Tuhan. Karena itu, segala sesuatu harus dilakukan dengan tertib."
2. Penggunaan Karunia Nubuat dalam Perjanjian Baru
Karunia nubuat dalam Perjanjian Baru berbeda dengan nubuat dalam Perjanjian Lama:
- Dalam Perjanjian Lama, nubuat bersifat otoritatif dan mutlak, karena berasal langsung dari Tuhan.
- Dalam Perjanjian Baru, nubuat tetap berfungsi, tetapi harus diperiksa dan dinilai oleh jemaat (1 Korintus 14:29).
Menurut Wayne Grudem, nubuat dalam Perjanjian Baru lebih bersifat pencerahan rohani yang harus diuji oleh komunitas gereja berdasarkan Firman Tuhan.
"Nubuat dalam gereja Perjanjian Baru tidak memiliki otoritas mutlak, tetapi harus selalu diuji berdasarkan wahyu Alkitab."
Analisis 1 Korintus 14:29-31
1. “Mengenai Nabi-Nabi, Biarlah Dua atau Tiga Orang Berbicara dan yang Lain Menilai” (Ayat 29)
Paulus menetapkan batasan dalam pemberian nubuat, yaitu hanya dua atau tiga orang dalam satu ibadah.
Mengapa hanya dua atau tiga?
- Untuk menjaga ketertiban dalam ibadah.
- Agar jemaat dapat memahami dan menilai nubuat tersebut dengan baik.
Apa arti “yang lain menilai”?
- Kata Yunani "διακρίνω" (diakrinō) berarti menguji, menyelidiki, atau menilai.
- Ini menunjukkan bahwa nubuat dalam gereja tidak boleh diterima begitu saja, tetapi harus diuji dengan Firman Tuhan.
John MacArthur menegaskan bahwa karunia nubuat harus tunduk pada otoritas Kitab Suci:"Jika suatu nubuat bertentangan dengan Alkitab, maka itu bukan berasal dari Allah. Karena itu, setiap nubuat harus diuji dan dinilai berdasarkan Firman Tuhan."
2. “Namun, Jika Ada Pewahyuan yang Diberikan kepada Orang Lain yang Duduk di Sana, Orang Pertama Harus Berhenti Berbicara” (Ayat 30)
Paulus memberikan aturan tambahan dalam penggunaan karunia nubuat:
- Jika Tuhan memberikan pewahyuan kepada orang lain, maka orang yang sedang berbicara harus berhenti.
- Ini menunjukkan bahwa ketertiban dalam ibadah harus diutamakan, bukan dominasi individu tertentu.
Leon Morris menyoroti bahwa Allah memberikan karunia kepada banyak orang, bukan hanya kepada satu individu, sehingga semua harus belajar dalam kerendahan hati:"Karunia rohani diberikan untuk kebaikan bersama. Tidak ada satu orang pun yang boleh mendominasi atau menganggap dirinya lebih rohani daripada yang lain."
3. “Sebab, Kamu Semua Dapat Bernubuat Satu per Satu supaya Semua Dapat Belajar dan Semua Mendapat Dorongan” (Ayat 31)
- Nubuat harus dilakukan satu per satu, bukan serentak, agar semua orang dapat belajar dan mendapat dorongan.
- Tujuan utama dari nubuat adalah mengajar dan membangun iman jemaat.
R.C. Sproul menekankan bahwa semua yang terjadi dalam ibadah harus membawa jemaat kepada pengertian yang lebih dalam tentang Firman Tuhan:"Penyembahan sejati selalu menghasilkan pertumbuhan dalam pemahaman akan Tuhan. Jika sesuatu dalam ibadah tidak mengajarkan atau membangun, itu harus dipertanyakan."
Makna Teologis 1 Korintus 14:29-31
1. Ibadah Harus Dilakukan dengan Ketertiban dan Keteraturan
Paulus menegaskan bahwa Allah bukan Allah kekacauan, tetapi damai sejahtera (1 Korintus 14:33).
John Calvin menekankan bahwa ketertiban dalam ibadah mencerminkan karakter Allah yang kudus:"Tidak ada yang lebih bertentangan dengan kehendak Allah selain kekacauan dalam ibadah. Ketertiban mencerminkan kemuliaan-Nya."
2. Semua Nubuat Harus Diuji Berdasarkan Firman Tuhan
Karunia nubuat dalam Perjanjian Baru harus selalu diperiksa berdasarkan Kitab Suci.
John MacArthur menegaskan bahwa tidak ada nubuat modern yang dapat menambah atau mengubah Firman Tuhan:"Alkitab adalah wahyu final dan sempurna. Semua nubuat yang bertentangan dengan Kitab Suci harus ditolak."
3. Ibadah Harus Membangun Jemaat
Paulus mengatakan bahwa tujuan nubuat adalah untuk belajar dan membangun iman (1 Korintus 14:31).
R.C. Sproul menekankan bahwa segala sesuatu dalam gereja harus diarahkan untuk pertumbuhan rohani umat Tuhan:"Ibadah yang sejati bukan tentang pengalaman emosional, tetapi tentang pemahaman yang lebih dalam akan Tuhan dan Firman-Nya."
Aplikasi 1 Korintus 14:29-31 bagi Gereja Masa Kini
1. Menjaga Ketertiban dalam Ibadah
Gereja harus memastikan bahwa segala sesuatu dilakukan dengan teratur, bukan dengan cara yang membingungkan jemaat.
2. Menguji Semua Pengajaran dan Nubuat dengan Firman Tuhan
Setiap ajaran dan nubuat harus diuji berdasarkan Kitab Suci untuk memastikan bahwa itu benar-benar berasal dari Tuhan.
3. Menjadikan Ibadah sebagai Sarana Pengajaran dan Pertumbuhan Rohani
Tujuan utama dari segala aktivitas dalam gereja haruslah untuk membangun iman jemaat.
Kesimpulan
1 Korintus 14:29-31 menegaskan bahwa karunia nubuat harus digunakan dengan tertib, diuji dengan Firman Tuhan, dan diarahkan untuk membangun jemaat.
Dari perspektif teologi Reformasi, bagian ini mengajarkan bahwa:
- Allah menghendaki ibadah yang teratur dan tertib.
- Firman Tuhan adalah standar utama dalam menilai nubuat.
- Ibadah harus membawa jemaat kepada pengertian yang lebih dalam tentang Allah.
Sebagai orang percaya, kita harus menjaga ketertiban dalam ibadah, menguji semua ajaran dengan Firman Tuhan, dan memastikan bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam gereja bertujuan untuk membangun tubuh Kristus.