Ibrani 6:4-6: Peringatan tentang Kemurtadan dan Ketekunan Iman

Ibrani 6:4-6: Peringatan tentang Kemurtadan dan Ketekunan Iman

Pendahuluan:

Salah satu bagian yang paling kontroversial dalam Alkitab adalah Ibrani 6:4-6, yang berbicara tentang mereka yang pernah "dicerahkan" namun kemudian "murtad" dan tidak dapat diperbarui kembali untuk bertobat. Ayat ini sering diperdebatkan dalam berbagai tradisi teologi, termasuk dalam teologi Reformed, karena tampaknya menantang doktrin ketekunan orang kudus (perseverance of the saints).

"Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia surgawi, yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, yang pernah mengecap firman yang baik dari Allah dan kuasa-kuasa dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin diperbarui sekali lagi sehingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum." (Ibrani 6:4-6, TB)

Bagaimana kita memahami ayat ini dalam terang doktrin keselamatan dan ketekunan iman? Dalam artikel ini, kita akan menganalisis makna teologis Ibrani 6:4-6 berdasarkan pemikiran beberapa pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.

1. Konteks Ibrani 6:4-6

A. Latar Belakang Surat Ibrani

Surat Ibrani ditulis untuk orang-orang Yahudi yang telah menerima Injil tetapi sedang menghadapi tekanan untuk kembali kepada Yudaisme. Penulis surat ini memperingatkan mereka tentang bahaya kemurtadan dan mendorong mereka untuk bertahan dalam iman kepada Kristus.

Ibrani 6 adalah bagian dari peringatan yang lebih luas yang dimulai sejak Ibrani 5:11, di mana penulis menegur jemaat karena lamban dalam memahami ajaran Kristus. Ia kemudian mendesak mereka untuk meninggalkan "asas-asas pertama" dan bertumbuh dalam kedewasaan rohani.

2. Apakah Orang Percaya Bisa Kehilangan Keselamatan?

Salah satu pertanyaan utama yang muncul dari Ibrani 6:4-6 adalah apakah ayat ini menunjukkan bahwa seorang yang telah "dicerahkan" dan "menerima Roh Kudus" dapat kehilangan keselamatannya.

A. Pandangan John Calvin: Orang Murtad Tidak Pernah Diselamatkan

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa orang-orang yang disebut dalam Ibrani 6:4-6 bukanlah orang percaya sejati, tetapi hanya orang-orang yang secara lahiriah telah menerima berkat-berkat Injil tanpa mengalami regenerasi sejati.

Menurut Calvin, mereka mungkin telah menikmati pengajaran firman, melihat mujizat, atau bahkan mengalami kuasa Roh Kudus dalam arti eksternal, tetapi mereka tidak pernah benar-benar diperbarui oleh Roh Kudus. Ini sejalan dengan perumpamaan tentang benih yang jatuh di tanah berbatu dalam Matius 13:20-21, di mana seseorang menerima firman dengan sukacita tetapi kemudian meninggalkannya karena tidak memiliki akar sejati dalam iman.

B. Louis Berkhof: Keselamatan Tidak Bisa Hilang, tetapi Ada yang Ditinggalkan

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menekankan bahwa doktrin ketekunan orang kudus memastikan bahwa orang percaya sejati tidak akan kehilangan keselamatan mereka. Namun, ia juga menegaskan bahwa ada banyak orang dalam gereja yang tampaknya percaya tetapi sebenarnya tidak memiliki iman sejati.

Berkhof berpendapat bahwa Ibrani 6:4-6 berbicara tentang mereka yang telah mendapatkan pengaruh Injil tetapi tidak mengalami transformasi sejati. Mereka telah "mengecap" kebaikan Allah tetapi tidak pernah benar-benar bersatu dengan Kristus dalam iman yang menyelamatkan.

3. Makna "Dicerahkan" dan "Menerima Roh Kudus"

A. "Pernah Dicerahkan"

Ungkapan "pernah diterangi" dalam Ibrani 6:4 sering diartikan sebagai seseorang yang telah mendengar Injil dan memahami kebenaran rohani, tetapi tidak berarti mengalami keselamatan sejati.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa ada banyak orang yang secara intelektual memahami Injil tetapi tidak pernah mengalami perubahan hati yang sejati. Pengetahuan tentang Allah tidak sama dengan hubungan sejati dengan-Nya.

Contoh dalam Alkitab adalah Yudas Iskariot, yang berjalan bersama Yesus, menyaksikan mukjizat-Nya, tetapi akhirnya mengkhianati-Nya. Ia memiliki pengetahuan, tetapi tidak memiliki hati yang diperbarui.

B. "Mengecap Karunia Surgawi dan Menerima Roh Kudus"

Frasa "mengecap karunia surgawi" bisa berarti bahwa orang tersebut pernah mengalami anugerah umum Allah tetapi tidak mengalami keselamatan penuh.

R.C. Sproul dalam Grace Unknown menjelaskan bahwa ada aspek dari pekerjaan Roh Kudus yang dapat dialami bahkan oleh mereka yang tidak diselamatkan, seperti kesadaran akan dosa atau pengaruh supranatural dalam gereja.

Contoh lain adalah dalam Kisah Para Rasul 8, di mana Simon sang penyihir menerima baptisan dan "percaya" tetapi kemudian terbukti bahwa hatinya tidak benar di hadapan Allah (Kisah Para Rasul8:13-23).

4. Arti dari "Tidak Mungkin Diperbarui untuk Bertobat"

Salah satu frasa yang paling sulit dalam Ibrani 6:4-6 adalah bahwa mereka yang "murtad" tidak mungkin diperbarui kembali untuk bertobat.

A. Penolakan yang Tidak Dapat Dimaafkan

John Owen, dalam komentarnya terhadap Ibrani, menjelaskan bahwa dosa yang disebutkan di sini bukanlah dosa biasa, tetapi adalah bentuk penghinaan yang luar biasa terhadap Kristus—yaitu menyalibkan-Nya kembali secara simbolis dan mempermalukan-Nya di hadapan umum.

Ini mirip dengan dosa terhadap Roh Kudus yang Yesus sebutkan dalam Matius 12:31-32, yaitu ketika seseorang menolak Kristus dengan sadar dan sengaja setelah menerima pengetahuan tentang kebenaran.

B. Tidak Mungkin dalam Perspektif Manusia, tetapi Tidak bagi Allah

Calvin menegaskan bahwa "tidak mungkin diperbarui untuk bertobat" tidak berarti bahwa Allah tidak bisa menyelamatkan mereka, tetapi bahwa dalam keadaan manusiawi, mereka telah mengeraskan hati mereka sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan pernah kembali kepada Allah.

Ini sesuai dengan Roma 1:28, di mana Allah "menyerahkan" orang-orang yang menolak-Nya kepada pikiran mereka yang terkutuk.

5. Implikasi bagi Kehidupan Orang Percaya

A. Pentingnya Bertahan dalam Iman

Ibrani 6:4-6 adalah peringatan serius bahwa kita tidak boleh meremehkan anugerah Allah.

Dalam 2 Petrus 1:10, Petrus menasihati, "Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh."

Ini bukan berarti bahwa keselamatan bergantung pada usaha kita, tetapi bahwa iman yang sejati akan menghasilkan ketekunan.

B. Membedakan Iman Sejati dan Iman yang Semu

Jonathan Edwards dalam Religious Affections menjelaskan bahwa ada perbedaan antara iman sejati yang berasal dari hati yang diperbarui dan iman semu yang hanya bersifat emosional atau intelektual.

Orang Kristen sejati akan menunjukkan buah Roh (Galatia 5:22-23) dan tidak akan meninggalkan Kristus secara permanen.

C. Keamanan dalam Kristus

Bagi mereka yang benar-benar ada dalam Kristus, Ibrani 6 tidak perlu menjadi sumber ketakutan, tetapi pengingat untuk terus bergantung pada anugerah Allah.

Yesus berkata dalam Yohanes 10:28:"Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku."

Kesimpulan

Ibrani 6:4-6 adalah peringatan serius terhadap bahaya kemurtadan, tetapi dalam teologi Reformed, ini tidak bertentangan dengan doktrin ketekunan orang kudus. Para teolog seperti Calvin, Berkhof, dan Bavinck menegaskan bahwa orang percaya sejati tidak akan pernah kehilangan keselamatan mereka, tetapi mereka yang jatuh dari iman adalah mereka yang tidak pernah benar-benar diselamatkan.

Pesan utama dari Ibrani 6 adalah bahwa kita harus terus bertumbuh dalam iman, tidak mengeraskan hati kita, dan percaya sepenuhnya kepada anugerah Allah yang menopang kita hingga akhir. Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post