Kesetiaan kepada Kristus: Markus 8:38
Ayat:"Sebab, siapa yang malu karena Aku dan firman-Ku pada generasi yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak Manusia juga akan malu mengakui orang itu ketika Dia datang dalam kemuliaan Bapa-Nya bersama dengan malaikat-malaikat yang kudus." (Markus 8:38, AYT)
Pendahuluan:
Markus 8:38 adalah peringatan serius dari Yesus kepada murid-murid-Nya dan kepada semua orang percaya. Ayat ini menyoroti pentingnya setia kepada Kristus di tengah dunia yang menolak Dia. Yesus mengajarkan bahwa siapa pun yang malu akan Dia dan firman-Nya di hadapan dunia ini akan mengalami konsekuensi kekal ketika Dia datang kembali dalam kemuliaan-Nya.
Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengandung dimensi penting tentang kesetiaan kepada Injil, pengakuan iman di hadapan dunia, serta hubungan antara keselamatan dan penghakiman eskatologis. Artikel ini akan menguraikan makna mendalam dari Markus 8:38 berdasarkan pemikiran beberapa pakar teologi Reformed serta relevansinya bagi kehidupan orang percaya masa kini.
Konteks Markus 8:38
Markus 8:38 muncul dalam bagian di mana Yesus berbicara tentang penderitaan, salib, dan pengorbanan sebagai syarat untuk mengikut Dia. Dalam Markus 8:34-37, Yesus menekankan bahwa setiap orang yang ingin mengikut Dia harus menyangkal diri, memikul salib, dan kehilangan nyawa demi Injil.
Ayat 38 adalah klimaks dari ajaran ini, di mana Yesus memperingatkan bahwa mereka yang malu mengakui Dia akan mengalami penolakan ketika Dia datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Konteks ini menunjukkan bahwa menjadi pengikut Kristus bukan hanya soal percaya, tetapi juga soal berani berdiri bagi kebenaran-Nya di tengah dunia yang menolak Dia.
Analisis Teologis Markus 8:38 dalam Teologi Reformed
1. "Siapa yang malu karena Aku dan firman-Ku pada generasi yang tidak setia dan berdosa ini"
a. Kesetiaan kepada Kristus dalam Dunia yang Berdosa
Yesus menggambarkan dunia ini sebagai "generasi yang tidak setia dan berdosa," sebuah frasa yang merujuk pada ketidaktaatan dan penolakan terhadap Allah. Dalam teologi Reformed, dunia ini berada dalam keadaan total depravity (kejatuhan total), di mana setiap aspek keberadaan manusia telah dirusak oleh dosa (Roma 3:10-12).
John Calvin menekankan bahwa dunia yang telah jatuh ini secara alami menolak Allah dan kebenaran-Nya. Dalam komentarnya, ia menulis:"Manusia, karena dosa asalnya, secara alami cenderung menolak dan menentang firman Allah. Oleh karena itu, setia kepada Kristus dalam dunia yang berdosa adalah ujian iman sejati."
Dengan kata lain, orang percaya tidak dapat hidup netral. Mereka harus memilih apakah mereka akan berdiri bagi Kristus atau berkompromi dengan dunia.
b. Konsep "Malu" dalam Pengakuan Iman
Kata "malu" dalam bahasa Yunani yang digunakan di sini adalah epaischunomai, yang berarti merasa takut atau enggan mengidentifikasi diri dengan seseorang karena konsekuensi sosial atau tekanan eksternal.
- R.C. Sproul menjelaskan bahwa "malu" dalam ayat ini bukan hanya sekadar perasaan emosional, tetapi suatu tindakan menyangkal atau menyembunyikan identitas Kristen karena takut terhadap tekanan dunia.
- John MacArthur menekankan bahwa "malu karena Kristus" berarti lebih mementingkan penerimaan dunia daripada kesetiaan kepada Injil.
Yesus memperingatkan bahwa mereka yang lebih memilih persetujuan dunia daripada kesetiaan kepada-Nya pada akhirnya akan menghadapi penghakiman.
2. "Maka Anak Manusia juga akan malu mengakui orang itu ketika Dia datang dalam kemuliaan Bapa-Nya"
a. Pengakuan Kristus dan Penghakiman Eskatologis
Frasa ini merujuk pada kedatangan Yesus kedua kali sebagai Hakim atas dunia. Dalam teologi Reformed, penghakiman terakhir adalah momen di mana semua manusia akan diperhadapkan dengan konsekuensi dari respons mereka terhadap Injil.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menulis bahwa dalam penghakiman akhir, Yesus akan mengakui atau menolak setiap orang berdasarkan iman dan kesetiaan mereka kepada-Nya. Hal ini sejalan dengan ajaran-Nya dalam Matius 10:32-33:
"Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku di surga. Tetapi barang siapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku di surga."
- Dalam ajaran Reformed, pengakuan iman bukan hanya soal kata-kata, tetapi juga soal kesetiaan yang nyata dalam hidup seseorang.
- Mereka yang berani mengakui Kristus di dunia akan diakui oleh Kristus di hadapan Bapa. Tetapi mereka yang menolak atau malu mengakui-Nya akan mengalami penolakan dari Kristus pada hari penghakiman.
b. Kemuliaan Kristus dan Kedatangan-Nya yang Kedua
Yesus menggambarkan kedatangan-Nya dalam kemuliaan sebagai Anak Manusia. Ini adalah bahasa apokaliptik yang mengacu pada penggenapan nubuat dalam Daniel 7:13-14, di mana Mesias datang dengan kuasa untuk memerintah atas segala bangsa.
Teolog Reformed seperti B.B. Warfield menekankan bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali adalah peristiwa penuh kemuliaan di mana segala sesuatu akan dipulihkan sesuai dengan rencana Allah. Pada saat itulah, pemisahan antara orang percaya dan yang tidak percaya akan menjadi nyata.
Implikasi Teologis Markus 8:38 dalam Kehidupan Kristen
1. Kesetiaan kepada Kristus Mengatasi Tekanan Dunia
Markus 8:38 menantang kita untuk bertanya: Apakah kita lebih takut kepada manusia atau kepada Allah? Dalam dunia modern, banyak orang Kristen menghadapi tekanan sosial untuk berkompromi dengan nilai-nilai dunia.
- Dalam dunia akademik, iman Kristen sering dianggap tidak relevan atau bahkan ditertawakan.
- Dalam dunia bisnis, ada godaan untuk berkompromi dengan kejujuran demi keuntungan.
- Dalam kehidupan sehari-hari, ada tekanan untuk mengikuti budaya sekuler yang bertentangan dengan firman Tuhan.
A.W. Tozer berkata:"Seseorang yang ingin menyenangkan dunia tidak akan bisa menyenangkan Allah."
Kesetiaan kepada Kristus berarti kita harus berani berdiri bagi kebenaran-Nya, bahkan jika itu berarti menghadapi perlawanan.
2. Panggilan untuk Tidak Malu Mengakui Kristus
Pengakuan iman bukan hanya soal kata-kata, tetapi juga tindakan. Orang Kristen dipanggil untuk menghidupi iman mereka dalam segala aspek kehidupan.
- Kita harus berani menyatakan iman kita dalam diskusi, di tempat kerja, dan dalam komunitas kita.
- Kita harus hidup dengan standar moral yang mencerminkan nilai-nilai kerajaan Allah.
John Piper menekankan bahwa pengakuan Kristus bukan hanya sesuatu yang dilakukan di gereja, tetapi sesuatu yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pengharapan dalam Kedatangan Kristus
Yesus berjanji bahwa Dia akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Ini memberikan pengharapan bagi orang percaya bahwa semua penderitaan yang mereka alami demi Kristus tidak akan sia-sia.
Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menulis bahwa harapan akan kedatangan Kristus harus menjadi penghiburan bagi setiap orang percaya di tengah dunia yang menentang mereka.
Kesimpulan
Markus 8:38 adalah peringatan serius dan panggilan bagi setiap orang percaya untuk hidup dengan setia kepada Kristus di tengah dunia yang menolak Dia.
- Kita harus berani mengakui Kristus dan tidak malu akan Injil.
- Kita harus hidup dengan kesetiaan yang nyata kepada firman Tuhan, meskipun dunia menentangnya.
- Kita memiliki pengharapan bahwa Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya, di mana Dia akan mengakui mereka yang setia kepada-Nya.
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk tidak takut kepada dunia, tetapi untuk hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Raja segala raja.