Markus 9:24: Iman yang Rapuh namun Diteguhkan

Markus 9:24: Iman yang Rapuh namun Diteguhkan

Pendahuluan:

Markus 9:24 adalah salah satu ayat yang menggambarkan perjuangan iman dengan cara yang sangat manusiawi. Ini adalah seruan seorang ayah yang menginginkan kesembuhan bagi anaknya, tetapi juga menyadari kelemahan imannya sendiri.

“Dengan segera, ayah anak itu menangis dan berseru, ‘Aku percaya! Tolonglah ketidakpercayaanku!’” (Markus 9:24, AYT).

Ayat ini sering menjadi penghiburan bagi orang percaya yang bergumul dengan iman yang naik turun, serta mengajarkan bahwa iman yang sejati bukanlah tanpa keraguan, tetapi iman yang berserah kepada Tuhan meskipun lemah.

Dalam artikel ini, kita akan menganalisis makna Markus 9:24 berdasarkan perspektif teologi Reformed, dengan merujuk kepada para teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan Charles Spurgeon. Kita juga akan mengeksplorasi bagaimana ayat ini berhubungan dengan doktrin anugerah, iman, dan pemeliharaan Allah.

1. Konteks Markus 9:24

A. Kisah Yesus dan Anak yang Kesurupan

Peristiwa dalam Markus 9:24 terjadi setelah Yesus turun dari Gunung Transfigurasi bersama Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Mereka disambut oleh kerumunan besar, di mana seorang ayah sedang meminta murid-murid Yesus untuk mengusir roh jahat dari anaknya, tetapi mereka gagal (Markus 9:14-18).

Yesus lalu menegur ketidakpercayaan generasi itu dan meminta agar anak tersebut dibawa kepada-Nya (Markus 9:19-20). Ketika roh jahat melihat Yesus, anak itu segera mengalami kejang hebat. Kemudian, ayahnya meminta pertolongan Yesus sambil menyatakan keraguannya, yang kemudian direspons oleh Yesus dengan menegaskan pentingnya iman (Markus 9:23).

Dalam ketegangan emosional ini, sang ayah dengan jujur mengakui perjuangan imannya:“Aku percaya! Tolonglah ketidakpercayaanku!”

2. Penjelasan Teologis tentang Markus 9:24

A. “Aku percaya!”: Iman yang Sejati di Tengah Keraguan

Seruan "Aku percaya!" adalah deklarasi iman yang tulus. Namun, bagian berikutnya "Tolonglah ketidakpercayaanku!" menunjukkan kesadaran akan kelemahan iman.

1. Iman dalam Teologi Reformed

Dalam teologi Reformed, iman bukanlah usaha manusia, tetapi anugerah dari Allah. Efesus 2:8-9 menegaskan bahwa iman adalah pemberian Allah, bukan hasil usaha kita sendiri.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa iman sejati bukan berarti tanpa keraguan, tetapi iman yang berpegang pada Kristus meskipun dalam kelemahan. Calvin menulis:"Iman bukanlah keyakinan sempurna tanpa keraguan, tetapi pergumulan untuk bersandar pada Tuhan bahkan dalam kelemahan."

R.C. Sproul dalam Faith Alone menegaskan bahwa iman sejati bukanlah kepercayaan yang sempurna, tetapi kepercayaan yang terus bergumul dan bertumbuh dalam anugerah Tuhan.

2. Kaitan dengan Doktrin Total Depravity (Kerusakan Total)

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa manusia secara alami memiliki hati yang rusak dan tidak dapat percaya kepada Tuhan dengan kekuatannya sendiri. Oleh karena itu, bahkan dalam iman, manusia masih memiliki ketidakpercayaan yang perlu ditolong oleh Tuhan.

Ayah dalam Markus 9:24 adalah contoh dari kondisi manusia:

  • Ia ingin percaya, tetapi sadar bahwa ia lemah.
  • Ia datang kepada Yesus karena mengetahui bahwa hanya Yesus yang dapat menopang imannya.

Ini mencerminkan perjuangan orang percaya dalam kehidupan sehari-hari, di mana kita sering ingin percaya sepenuhnya kepada Tuhan, tetapi masih bergumul dengan ketidakpercayaan kita.

B. “Tolonglah ketidakpercayaanku!”: Kesadaran akan Kelemahan dan Permohonan akan Anugerah

Bagian ini adalah doa permohonan yang jujur. Ayah anak itu tidak mencoba menyembunyikan ketidakpercayaannya, tetapi berseru kepada Yesus untuk menolongnya.

1. Keselamatan dan Ketergantungan pada Anugerah

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa iman adalah anugerah yang diberikan oleh Roh Kudus, tetapi manusia yang telah ditebus masih harus bertumbuh dalam iman tersebut.

John Piper dalam Desiring God menjelaskan bahwa iman kita yang lemah tetap diterima oleh Tuhan, selama iman itu bertumpu pada Kristus.

Ayah dalam Markus 9:24 menunjukkan bahwa iman tidak harus sempurna untuk diterima oleh Tuhan. Yang penting adalah ke mana iman itu diarahkan.

Charles Spurgeon menekankan bahwa iman yang kecil lebih berharga daripada iman besar yang salah arah.

"Bahkan iman sekecil biji sesawi, jika ditempatkan kepada Kristus, lebih berharga daripada iman sebesar gunung yang ditempatkan pada diri sendiri."

2. Kesadaran akan Kelemahan adalah Awal dari Anugerah

Kesadaran akan kelemahan adalah langkah pertama menuju pertumbuhan rohani. Yesus tidak menolak iman yang lemah, tetapi menguatkannya.

Ini mengingatkan kita pada 2 Korintus 12:9, di mana Tuhan berkata kepada Paulus:“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

Dalam teologi Reformed, kesadaran akan ketidakmampuan kita justru membuka jalan bagi kita untuk menerima anugerah Allah secara penuh.

3. Makna Teologis dalam Teologi Reformed

A. Keselamatan adalah Karya Allah, Bukan Kekuatan Iman Kita

2 Timotius 2:13 mengatakan:“Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”

Ini menegaskan bahwa keselamatan tidak bergantung pada seberapa kuat iman kita, tetapi pada kesetiaan Tuhan.

B. Tuhan Menolong Orang yang Lemah Iman

Yesus tidak menolak ayah yang memiliki iman yang lemah, tetapi justru menjawab doanya dengan menyembuhkan anaknya. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak mencari iman yang sempurna, tetapi iman yang berserah kepada-Nya.

C. Pertumbuhan Iman adalah Proses yang Berjalan Seumur Hidup

Iman bukan sesuatu yang statis. Seperti yang dikatakan dalam 2 Petrus 3:18, kita dipanggil untuk bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus.

Orang percaya mungkin mengalami keraguan, tetapi mereka tetap dipanggil untuk terus bersandar pada Tuhan dalam setiap kelemahan mereka.

4. Aplikasi bagi Kehidupan Kristen

A. Datang kepada Tuhan dengan Kejujuran

Sering kali kita berpikir bahwa kita harus memiliki iman yang kuat sebelum datang kepada Tuhan. Namun, ayat ini mengajarkan bahwa Tuhan menerima bahkan iman yang lemah, selama kita berseru kepada-Nya.

Jika kita bergumul dengan iman kita, kita bisa berdoa seperti ayah dalam Markus 9:24:“Aku percaya! Tolonglah ketidakpercayaanku!”

B. Mengandalkan Tuhan, Bukan Diri Sendiri

Banyak orang Kristen berpikir bahwa iman adalah sesuatu yang harus kita hasilkan sendiri. Namun, iman adalah anugerah dari Tuhan, dan kita harus terus memohon kepada-Nya untuk menguatkan iman kita.

Roma 10:17 mengatakan:“Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”

Kita harus terus mengisi diri dengan Firman Tuhan agar iman kita bertumbuh.

C. Menghibur Orang yang Lemah Iman

Banyak orang Kristen merasa bersalah karena merasa bahwa iman mereka tidak cukup kuat. Kita dipanggil untuk menghibur dan mendukung saudara seiman, seperti yang tertulis dalam 1 Tesalonika 5:14:“Teguhkanlah hati orang yang tawar hati.”

Kesimpulan

Markus 9:24 adalah ayat yang sangat menghibur karena menunjukkan bahwa Tuhan menerima iman yang lemah, selama kita bersandar pada-Nya.

Dalam teologi Reformed, kita belajar bahwa:

  1. Iman adalah anugerah dari Tuhan, bukan hasil usaha manusia.
  2. Kesadaran akan kelemahan iman justru membuka jalan bagi anugerah Tuhan.
  3. Keselamatan tidak bergantung pada kekuatan iman kita, tetapi pada kesetiaan Tuhan.
  4. Pertumbuhan iman adalah proses seumur hidup.

Jika kita bergumul dalam iman, kita bisa mengikuti teladan sang ayah dalam Markus 9:24 dan berdoa:

“Aku percaya! Tolonglah ketidakpercayaanku!”

Next Post Previous Post